Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA

PERUSAHAAN SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014

Faisal Yoga Restukumala

Abstract

This study aims to provide empirical evidence about the effect of dividend policies

and institutional ownerships on firm value. Research is conducted using a

quantitative method. This study uses a 5-years period of 2010-2014 to test the

hypothesis, while secondary data are employed as research data. To select the

samples, a purposive sampling method is conducted which 11 companies in the

consumer goods industry are selected. The hypothesis testing is conducted using a

multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the

dividend policies negatively affect firm value and institutional ownerships

positively affect firm value. The negative effect of the dividend policies may

reduce companies cash flows which causes them to be unable to meet obligations

and are reluctant to pay dividends. Institutional ownership has a positive effect as

it is able to monitor managers’ performances.

Keywords: dividend policy, institutional ownership, firm value

1
Pendahuluan

Aktivitas investasi penting bagi perusahaan karena melalui aktivitas investasi

akan mendukung tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan pemegang

saham. Dengan meningkatkan keuntungan yang tinggi dan menurunkan tingkat

risiko adalah tujuan dari keputusan investasi. Keuntungan dan risiko yang bisa di

kelola akan meningkatkan nilai perusahaan serta meningkatkan pemegang saham.

Di Indonesia terjadi isu krisis utang dan defisit anggaran di Yunani pada tahun

2011 dan 2012. Pengaruh dari krisis ini menyebabkan guncangan ekonomi yang

berdampak di Indonesia. Tantangan ekonomi di Indonesia pada tahun 2012

berasal dari pasar domestik dalam negeri dan masuknya produk-produk impor dari

pasar Uni Eropa dan Asia. Kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik

sebesar 10 persen dan akan melarang mobil plat hitam menggunakan premium

subsidi akan berdampak pada inflasi hingga 2 persen sehingga dapat membuat

daya saing produk domestik kalah dibandingkan produk impor, terutama sektor

barang konsumsi (Solaro, 2015:3).

Di Indonesia pada bulan Juni 2013, nilai tukar rupiah cenderung melemah.

Rupiah melemah karena penawaran atas rupiah tinggi dan permintaanya rendah.

Faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah yaitu pertama, keluarnya

sejumlah investasi portofolio asing dari Indonesia dan berpengaruh terhadap

menurunnya index harga saham gabungan (IHSG). Kedua, pengaruh dari neraca

nilai perdagangan Indonesia yang defisit artinya kegiatan ekspor lebih kecil

daripada impor. Peneliti tertarik untuk meneliti nilai perusahaan karena bertujuan

2
untuk meningkatkan aktivitas investasi oleh investor sehingga mampu

mengurangi masalah krisis ekonomi di Indonesia (Purwanto, 2013:1).

Tujuan jangka panjang perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan

agar perusahaan tersebut bisa menarik investor sehingga investor memutus kan

untuk berinvestasi. Nilai perusahaan menggambarkan harga sahamnya dan harga

saham terbentuk dari aktivitas permintaan dan penawaran investor sehingga

terbentuknya harga saham yang berimplementasi terhadap proksi nilai

perusahaan. Fungsi utama perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan

kebijakan yang diterapkan, sehingga mengandung unsur pengambilan keputusan

yang baik bagi pemegang saham dan manajemen.

Kebijakan dividen juga mempengaruhi nilai perusahaan. Kemampuan

perusahaan dalam membayar dividen akan berimplikasi terhadap harga saham

perusahaan, apabila harga saham meningkat maka hal ini akan berdampak

terhadap nilai perusahaan dan juga sebaliknya (Susanti, 2010:24).

Pembayaran dividen dapat mengurangi masalah agensi antara manajemen dan

pemegang saham. Pembayaran dividen dapat mengurangi kas perusahaan

sehingga mampu mengurangi penyalahgunaan dana oleh manajemen. Pembayaran

dividen kepada pemegang saham akan berdampak pada pengawasan kinerja

manajer. Adanya pengawasan pemegang saham dapat membantu manajemen

untuk mengambil keputusan yang tepat.

Terdapat sebuah kontraversi terkait kebijakan dividen berpengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen tidak relevan karena

pembayaran dividen tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

3
Menurut pendapat Miller dan Modiglani bahwa perusahaan yang membayar

dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham baru (Miller dan

modiglani dalam Roy 2015:3).

Berkaitan dengan nilai perusahaan, pihak manajemen akan mengelola

perusahaan dengan mensejahterahkan pemegang saham. Mensejahterakahkan

pemegang saham dilakukan dengan cara pemisahan tugas antara manajemen dan

investor. Dengan adanya pemisahan tugas maka pemegang saham memberikan

kewenangan terhadap pihak pengelola atau manajer dalam mengelola perusahaan

serta pengambilan keputusan-keputusan perusahaan. Pembagian tugas ini akan

ada biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan dalam mengontrol pihak

pengelola karena pihak manajer mungkin saja tidak bertindak yang terbaik untuk

pemilik karena adanya perbedaan kepentingan.

Hubungan manajemen dan pemegang saham dijelaskan di dalam teori agensi

bahwa pihak manajemen adalah agen dan pihak pemegang saham adalah

prinsipal. Pihak pemegang saham berusaha agar pihak manajemen tidak terlalu

besar memegang arus kas karena kas yang besar akan cenderung digunakan oleh

pihak manajemen untuk kepentingan pribadi. Adanya pemisahan tugas ini akan

menimbulkan kemungkinan bahwa manajer sebagai pembuat keputusan akan

cenderung mementingkan kepentingan pribadinya. Perilaku manajer ini akan

menimbulkan masalah agensi dan akan menimbulkan biaya agensi.

Penyebab masalah agensi terutama adalah pengambilan keputusan pendanaan

dan penggunaan dana. Biaya agensi dapat dikurangi apabila pihak manajemen

melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik dan mendapatkan pengawasan dari

4
pihak pemilik perusahaan. Tanggung jawab pihak manajemen yaitu meningkatkan

nilai perusahaan melalui indikator nilai pasar saham yang dipengaruhi oleh

aktivitas investasi. Kegiatan investasi ini akan memberikan sinyal yang positif

terhadap pertumbuhan perusahaan di masa depan sehingga mampu meningkatkan

harga saham yang berimplikasi kepada nilai perusahaan.

Dengan meningkatkan kepemilikan institusional maka akan berpengaruh

terhadap penurunan konflik keagenan. Semakin besar saham yang dimiliki oleh

pihak institusi maka semakin ketat dan efektif pengawasan dijalankan oleh pihak

institusi tersebut kepada pihak manajemen. Aktivitas pengawasan memungkinkan

penurunan biaya agensi dan juga perusahaan dapat menggunakan tingkat hutang

yang rendah. Kemudian pengaruh kepemilikan manajerial yang meningkat akan

berdampak terhadap pihak manajemen mengalami ikatan kekayaan dengan

perusahaan dan manajemen berusaha untuk meminimalkan risiko hilangnya aset

perusahaan.

Melihat keadaan ini banyak perusahaan yang membangun bisnis di sektor

industri barang konsumsi. Dengan adanya persaingan yang ketat maka perusahaan

dituntut untuk memiliki nilai perusahaan yang tinggi agar investor tertarik untuk

berinvestasi. Salah satu cara meningkatkan nilai perusahaan yaitu dengan

membayar dividen yang bertujuan mensejahterahkan pemegang saham. Sektor

industri barang konsumsi memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih stabil

dibandingkan perusahaan lain. Yang mana dijelaskan bahwa pembayaran dividen

merupakan sebuah unsur yang ada didalam penelitian ini. Sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di dalam sektor industri barang konsumsi.

5
Dalam menghadapi persaingan sekarang dan di masa depan perusahaan sektor

barang konsumsi harus meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan

kepercayaan investor. Macam-macam permasalahan yang terjadi tentang ekonomi

global menimbulkan berbagai perbedaan penelitian, terutama di dalam sektor

produk barang konsumsi di pasar domestik mengalami persaingan yang ketat

dengan masuknya produk-produk impor.

Kerangka Teori dan Hipotesis

Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen berhubungan dengan pembagian laba yang dibayarkan

kepada pemegang saham atau digunakan di dalam perusahaan yang berarti dana

tersebut ditahan di dalam perusahaan. Dividen dapat diartikan sebagai bagian dari

laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya (Sutrisno,

2012:255).

Dividen sangat penting digunakan untuk memperkirakan harga saham, karena

dividen adalah sebuah pendapatan yang diterima oleh pemegang saham. Jadi

dividen yang akan didapatkan pemegang saham di masa depan akan

mempengaruhi tingkat harga saham saat ini (Case dan Fair 2007:267).

Dividen merupakan nilai bersih perusahaan yang sudah dikurangi dengan laba

ditahan dan dibayarkan kepada pemegang saham. Di dalam kebijakan dividen

harus bisa menyeimbangkan antara dividen saat ini, pertumbuhan saat ini dan

memaksimalkan harga saham agar kebijakan dividen bisa optimal (Brigham dan

Houston 2011:211).

6
Jadi dividen pada dasarnya merupakan laba perusahaan yang didistribusikan

kepada pemegang saham. Namun seberapa besar dividen yang dibagikan oleh

perusahaan tergantung kepada kebijakan perusahaan. Biasanyanya informasi yang

terkait pengumuman laba tahun sebelumnya dan pengumuman seberapa besar

jumlah dividen yang dibayarkan menjadi salah satu indikator para manajer dalam

mempertimbangkan prestasi dan prospek perusahaan sehingga dapat

menimbulkan respon pasar.

Teori Sinyal

Teori sinyal adalah teori yang menganggap dividen sebagai sinyal untuk

menarik investor. Teori sinyal menekankan informasi di dalam perusahaan untuk

keputusan investasi oleh pihak di luar perusahaan. Informasi dari perusahaan

merupakan unsur yang penting kepada para investor, karena informasi yang

relevan, akurat dan dapat diandalkan akan sangat penting untuk investor dalam

mengambil keputusan investasi (Brigham dan Houston, 2010:444).

Teori Kebijakan Dividen

Ada macam-macam landasan teori yang digunakan oleh perusahaan dalam

menentukan jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada

pemegang saham. Teori ini berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya antara

lain:

1. Teori Dividend irrelevance. Teori ini menyatakan bahwa kebijakan

dividen tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan dan harga

saham perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen

sebenarnya tidak relevan. Nilai perusahaan lebih bergantung kepada

kebijakan investasi daripada pembayaran dividen dan laba ditahan. Nilai

7
perusahaan juga lebih ditentukan oleh seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba dan risiko yang ditempuh

perusahaan. Teori ini berdasarkan asumsi dari pasar modal sempurna,

kebijakan investasi perusahaan tidak berubah dan tidak ada biaya pajak

teori ini dijelaskan oleh Modigliani dan Miller (Auditta 2014:19).

2. Bird in The Hand Theory. Teori ini menyatakan bahwa investor lebih

menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menunggu kenaikan harga

saham yang tidak menentu di masa depan. Pembayaran dividen memiliki

nilai yang lebih tinggi bagi investor daripada capital gains. Akan terjadi

kemungkinan risiko yang lebih besar di dalam capital gains daripada

pendapatan dividen yang sudah pasti teori ini dikemukakan Gordon dan

Litner (Mardiyati et al., 2012:3).

3. Tax Preference Theory. Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham

akan dikenakan pajak saat menerima dividen dan harus dibayarkan pada

saat itu juga. Sedangakan pajak yang dikenakan pada capital gains

dibayarkan setelah saham itu dijual dan apabila investor tidak menjual

sahamnya maka tidak akan dikenakan pajak. Ada alasan bagi investor

mengapa lebih menyukai mendapatkan dividen yang rendah dariapada

dividen yang tinggi yaitu tarif pajak yang dikenakan untuk dividen lebih

besar daripada capital gains teori ini dikemukakan oleh Litzenberg dan

Ramaswamy (Roy, 2015:21).

4. Clientele Effect. Teori ini menyatakan bahwa ada beberapa kelompok

investor yang memiliki pandangan berbeda. Kelompok investor ada yang

lebih menyukai mendapatkan pendapatan saat ini dengan mendapatkan

8
dividen sehingga investor menginginkan perusahaan dalam membayarkan

dividen. Ada juga kelompok investor yang menyukai menginvestasikan

pendapatannya kembali di dalam perusahaan karena investor dikenai tarif

pajak yang tinggi. Apabila perusahaan mengutamakan kebijakan menahan

laba di perusahaan akan terjadi indikasi kekecewaan investor karena tidak

mendapatkan dividen bagi sebagian investor. Dan investor yang

mendapatkan capital gains terpaksa harus menjual sahamnya. Kenaikan

pembayaran dividen akan menaikkan tarif pajak sehingga pembayaran

dividen tidak menguntungkan bagi investor (Fatima, 2010:46).

Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori ini

membahas bahwa perusahaan adalah sekumpulan sumber daya ekonomis dan

manajer yang mengendalikan sumber daya tersebut. Teori ini membahas tentang

kepentingan manajemen dan pemegang saham yang selalu bertentangan. Pihak

manajemen cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Akibat dari perbedaan

kepentingan terjadinya konflik keagenan antara pemegang saham dan manajemen.

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu manajer dan

pemegang saham. Hubungan seperti ini terjadi ketika pemilik perusahaan

mempekerjakan orang lain untuk mewakili kepentingannya. Manajer mempunyai

tugas menjalankan tanggung jawab sedangkan pemegang saham memiliki hak

memberikan tanggung jawabnya. Situasi seperti ini akan memberikan dampak

keuntungan atau kerugian kepada dua belah pihak (Jordan et al., 2009:15)

9
Hubungan agensi seharusnya dapat meningkatkan nilai perusahaan karena

perusahaan dikelola dengan tenaga profesional yang diawasi oleh pihak pemilik,

namun situasi berbalik arah karena adanya keinginan salah satu pihak untuk

meraih keuntungan dan merugikan pihak lain (Sulistyanto, 2008:117).

Masalah keagenan
Masalah keagenan akan muncul ketika terjadi adanya konflik antara kedua

belah pihak. Tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang

saham perusahaan. Pemisahan kepemilikan dari pihak manajemen ini akan

menciptakan situasi yang memungkinkan manajemen bertindak untuk

kepentingannya sendiri daripada kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen

dan Meckling mengembangkan teori perusahaan dalam situasi agensi. Pemegang

saham akan meyakinkan diri bahwa pihak manajemen akan membuat keputusan

yang optimal apabila diawasi. Masalah agensi antara manajer dan pemegang

saham terjadi karena manajer membuat keputusan sesuai kepentingan pribadi

tanpa melihat kepentingan pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2009:9).

Biaya Keagenan (Agency Cost)


Semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengatasi masalah agensi

adalah biaya agensi. Biaya agensi timbul karena adanya ketidakselarasan

hubungan antara pemegang saham dengan manajer dan pemegang saham dengan

kreditor. Biaya keagenan meliputi biaya pembuatan sistem informasi keuangan

yang baik, biaya akuntan publik yang bertugas dalam pengauditan laporan

keuangan, biaya pemberian insentif untuk manajemen dan karyawan, biaya tata

kelola perusahaan dan biaya pengawasan manajemen (Putri, 2011:72).

10
Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah lembaga-lembaga yang berinvestasi di

dalam perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai transaksi yang besar di

dalam perdagangan saham di pasar modal. Kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham oleh pihak-pihak institusi seperti perusahan asuransi, bank,

perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Fungsi dari kepemilikan

institusional ini yaitu adanya pengawasan yang lebih ekstra optimal terhadap

pemonitoran dan pengawasan pihak manajemen. Pemonitoran tersebut berfungsi

untuk menjamin kesejahteraan dan kemakmuran para pemegang saham,

kepemilikan institusional menjadi agen pengawas karena jumlah investasi yang

besar di dalam pasar modal (Permanasari, 2010:27).

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak

institusi. Pihak institusi akan mengawasi kinerja manajemen untuk pengelolaan

perusahaan karena pihak institusi memiliki sumber daya yang lebih besar daripada

pemegang saham lainnya. Pihak institusi yang memiliki jumlah saham yang lebih

besar maka pihak institusi mampu mengawasi pihak manajemen dalam membuat

keputusan dan kebijakan manajemen lebih kuat daripada pemegang saham lain

(Fatima, 2010:33).

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah sebuah gambaran dari harga yang akan dibayarkan

oleh investor. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin makmur pemegang

sahamnya. Masyarakat dapat menilai perusahaan dengan bersedia membeli saham

dari perusahaan tersebut. Meningkatnya nilai perusahaan merupakan sebuah

11
prestasi dari kinerja perusahaan dan hal ini yang diinginkan oleh para pemilik

(Sudarsono, 2015:20).

Nilai perusahaan penting karena nilai perusahaan tersebut berpengaruh pada

kesejahteraan para pemegang saham. Harga saham menentukan nilai perusahaan

sehingga semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan

tersebut dan nilai perusahaan yang baik menjadi tujuan utama perusahaan.

Kekayaan pemegang saham serta perusahaan diimplementasikan melalui harga

pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi (Susanti,

2010:32).

Nilai perusahaan dapat dilihat dari nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari

ekuitasnya. Penilaian terhadap perusahaan tidak mengacu kepada nilai nominal.

Nilai pasar juga dapat menjadi ukuran dari nilai perusahaan. Kondisi perusahaan

mengalami banyak perubahan sesuai perkembangan zaman. Pada saat sebelum

krisis yang terjadi di Indonesia nilai perusahaan dan nominalnya cukup tinggi.

Namun setelah krisis kondisi perusahaan merosot dan nilai nominalnya tetap

(Madaniah 2013:39).

Kerangka Konsep Pemikiran

Berdasarkan pengembangan hipotesis oleh peneliti, maka peneliti membuat

kerangka konsep pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1
Rancangan Penelitian

12
Kebijakan Dividen (X1)
Nilai Perusahaan (Y)

Kepemilikan

Institusional (X2)

Keterangan :

X1 : Kebijakan Dividen

X2 : Kepemilikan Institusional

Y : Nilai Perusahaan

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan


Kebijakan dividen cenderung menggunakan teori sinyal yang menganggap

bahwa dividen adalah informasi yang digunakan investor untuk keputusan

investasi. Teori sinyal mengenai kebijakan dividen bertujuan memberitahukan

bahwa perusahaan itu lebih baik daripada perusahaan lain. Teori ini dapat

membantu mengurangi asimetri informasi kepada pihak manajemen dan

pemegang saham. Kebijakan dividen memberikan sinyal kepada investor untuk

mengetahui jumlah investasi dan tingkat pengembalian di masa depan (Brigham

dan Houston, 2010:444).

Teori yang berhubungan dengan teori sinyal adalah Bird in The Hand Theory.

Setelah investor mendapatkan informasi yang baik mengenai perusahaan maka

investor lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menunggu

13
kenaikan harga saham yang tidak menentu di masa depan. Investor akan

mendapatkan risiko lebih tinggi apabila menunggu capital gains daripada

pendapatan dividen (Mardiyati et al., 2012:3).

Dividen adalah keuntungan perusahaan yang sebagian keuntungan dari

perusahaan tersebut digunakan manajemen untuk dibayarkan kepada pemegang

saham. Perusahaan yang mendapat keuntungan adalah hasil prestasi perusahaan

dalam pengelolaan perusahaan dan kinerja perusahaan. Apabila perusahaan

semakin besar membayarkan dividen kepada pemegang saham maka pemegang

saham akan mendapat kemakmuran dan nilai perusahaan juga akan meningkat

(Sutrisno, 2012:5).

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka peneliti dapat menyusun

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan


Kepemilikan institusional mendorong masuknya teori agensi. Teori keagenan

dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori ini membahas bahwa

perusahaan adalah sekumpulan sumber daya ekonomis dan manajer yang

mengendalikan sumber daya tersebut.

Hubungan agensi seharusnya dapat meningkatkan nilai perusahaan karena

perusahaan dikelola dengan tenaga profesional yang diawasi oleh pihak pemilik.

Pada kenyataannya sebagian besar manajer dalam menjalankan tugasnya, manajer

tidak mementingkan kesejahteraan pemegang saham namun lebih mementingkan

kepentingan pribadinya. Perbedaaan kepentingan ini yang akan menimbulkan

14
masalah agensi. Masalah agensi timbul karena adanya moral hazard yang

dilakukan oleh manajemen dalam menjalankan tugasnya dan mengorbankan

kepentingan pihak lain (Sulistyanto, 2008:117).

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak

institusi seperti perusahan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan

institusi lainnya. Pihak institusi memiliki sumber daya yang lebih besar daripada

pemegang saham lainnya. Dengan adanya sumber daya yang berfungsi untuk

mendapatkan berbagai informasi di dalam perusahaan maka pengawasan terhadap

kinerja perusahaan juga semakin ketat. Hal ini akan meningkatkan nilai

perusahaan. Pihak kepemilikan institusional bertindak sebagai agen pengawas

karena investasi mereka yang besar di dalam perusahaan. Pihak institusi dalam

melakukan pengawasan terhadap manajemen akan memberikan sebuah penilaian

dan evaluasi terhadap kinerja manajemen apabila pihak institusional tidak puas

terhadap kinerja manajemen maka pihak institusi akan menjual sahamnya ke pasar

nego atau pasar reguler. Investor institusi memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan investor individu (Fatima, 2010:34).

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka peneliti dapat menyusun

hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hypotesis testing. Jenis penelitian ini

bertujuan untuk menjelaskan karakteristik hubungan-hubungan tertentu atau

15
perbedaan antar kelompok atau independensi dari dua faktor atau lebih dalam

suatu kondisi tertentu. Serta penelitian ini sudah memiliki gambaran dan kejelasan

yang digunakan dalam mencari hubungan kausal antarvariabel yaitu kebijakan

dividen dan kepemilikan institusional sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan

sebagai variabel terikatnya (Hermawan 2009:85).

Jenis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini merupakan data yang bersifat kuantitatif. Data

kuantitatif ini bersifat numerical dan data ini diolah menggunakan teknik analisis

linier berganda. Data kuantitatif ini diperoleh melalui laporan tahunan perusahaan

(annual report) yang diakses melalui Indonesia Stock Exchange (IDX) dan

Indonesia Capital Market Directory (ICMD) (Sugiyono, 2012:13).

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data sekunder.

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung di dapat dari

pihak pertama, misalnya lewat orang lain atau melalui dokumen. Sumber data

pada penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan, annual report

perusahaan, Indonesian Capital Market directory (ICMD) digunakan untuk

mengetahui kinerja perusahaan dan jumlah saham beredar, kemudian data diolah

dengan menggunakan alat analisis, study pustaka, literatur, jurnal serta penelitian-

penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2012:193)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi. Dimana teknik pengumpulan data ini menggunakan sumber tertulis

seperti catatan, majalah, surat kabar, internet, majalah, buku, agenda. Proses

16
pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui kegiatan surfing yaitu

mencari informasi melalui internet www.idx.co.id.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sebuah objek yang memiliki karakteristik tertentu yang

diteliti dan dipelajari oleh peneliti serta ditarik sebuah kesimpulan. Populasi pada

penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indondesia tahun 2010-2014 serta perusahaan ini sudah

memberikan informasi terkait dengan laporan keuangannya. Jumlah perusahaan

sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014

sebanyak 31 perusahaan.

Sampel merupakan suatu set dari populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan

dengan menggunakan pendekatan non probability sampling pengambilan dengan

metode ini yaitu tidak semua anggota populasi dipilih untuk diberikan kesempatan

menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling yaitu merupakan cara pengambilan sampel dengan

memberikan informasi secara spesifik dan berdasarkan pertimbangan tertentu.

Sesuai kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Hermawan 2009:155).

Pengambilan sampel terkait teknik purposive sampling didasarkan pada

karakteristik sebagai berikut :

1. Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini menghasilkan laba

perusahaan secara berturut-turut, karena perusahaan yang laba akan

cenderung membayarkan dividen kepada investor.

17
2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian membagikan dividen kepada

pemegang saham secara urut sesuai periode penelitian. Pembagian dividen

secara urut memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan data dan

menghasilkan pengolahan data yang relevan.

3. Perusahaan menginformasikan kepemilikan saham institusi selama periode

penelitian. Informasi kepemilikan saham institusi akan mempermudah

peneliti dalam pengumpulan data.

Selanjutnya untuk proses pemilihan sampel dapat dilihat di dalam Tabel

3.1

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Jumlah perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di 31


BEI sampai tahun 2014

2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahun (6)


2010-2014

3 Perusahaan yang tidak menghasilkan laba (6)

4 Perusahaan yang tidak membagikan dividen (8)

5 Jumlah perusahaan sektor barang konsumsi yang menjadi 11 Perusahaan


sampel per tahun
55 = 5 tahun

Sumber: Data yang diolah

18
Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini memiliki satu variabel dependen (Y) dan dua

variabel independen (X)

1. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai perusahaan

yang diukur dengan rasio TobinsQ, (Sugiyono, 2012:59),

2. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

dependen yang menimbulkan dampak perubahan pada variabel dependen,

(Sugiyono, 2012:59). Variabel independen pada penelitian ini adalah

X1 : Kebijakan dividen

X2: Kepemilikan institusional

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Model analisis linier berganda ini digunakan untuk menguji pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel ini menggunakan data

dengan cross section yang dirancang untuk meneliti dan menguji variabel bebas

terhadap variabel terikat. Rumus analisis regresi linier berganda digambarkan di

bawah ini (Ghozali, 2011:96).

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Hasil dan Pembahasan

19
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik deskriptif menjelaskan karakteristik variabel seperti nilai minimum,

nilai maksimum, rata-rata dan standard deviasi. Statistik deskriptif lebih

cenderung dengan pengelompokan data dan peringkasan data. Pada tabel 4.1 akan

dijelaskan hasil dari statistik deskriptif terhadap variabel penelitian:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Mean Std.


Deviasi

Kebijakan 55 0,107 1,534 0,518 0,334


Dividen

Kepemilikan
institusional 55 0,330 0,981 0,736 0,192

Nilai 55 1,325 36,091 9,972 7,846


perusahaan

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui variabel pengganggu

memiliki distribusi normal di dalam model regresi. Uji normalitas dapat dilakukan

dengan menggunakan uji One Sample Kolomogorov-Smirnov Test. Hasil

pengujian ini berdistribusi normal apabila data asymptotic significance-nya lebih

besar dari 0,05. Hasil pengujian oleh peneliti untuk membuktikan data

berdistribusi normal dapat dibuktikan dengan Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Data

20
Sumber: data diolah SPSS

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.2 di atas, didapatkan nilai signifikansi

residual lebih besar dari 0,05 (α= 5%) oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi normal dan bisa dilakukan model regresi linier berganda.

4.2.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi

antar variabel bebas. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas peneliti

menggunakan metode Variance Inflation Factor (VIF). Artinya apabila nilai VIF

< 10 maka dapat disimpulkan bahwa di dalam model regresi tidak terdapat gejala

multikolinieritas. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat di Tabel 4.3

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

No Variabel VIF Keterangan

1 Kebijakan Dividen 1,018 Tidak terjadi Multikolinieritas

2 Kepemilikan Institusi 1,018 Tidak terjadi Multikolinieritas

21
Sumber: data diolah

Menurut hasil data yang diuji dalam Tabel 4.3 di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa semua variabel bebas menghasilkan nilai VIF kurang dari 10

sehingga model terbebas dari asumsi multikolinieritas dan dapat dilakukan uji

regresi linier berganda.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji bahwa data harus bersifat bebas.

Serta bertujuan untuk menguji bahwa pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam pengujian ini menggunakan

uji Durbin-Watson untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Model regresi

linier berganda terbebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson terletak di

dalam no autocorrelation (-2 < dw < +2). Pada model summary dapat dilihat

bahwa nilai Durbin-Watson adalah 1,407. Berdasarkan syarat tidak adanya

autokorelasi DW harus berada diantara -2 dan +2, maka di dalam penelitian ini

tidak ditemukannya autokorelasi. Tidak adanya autokorelasi ini dapat dilihat dari

nilai 1,407 yang digambarkan -2 < 1,407 < +2.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini berfungsi untuk menjawab masalah

penelitian. Terdapat tiga tahap pengujian untuk menjawab masalah penelitian

yang dilakukan dalam penelitian ini. Pengujian tersebut antara lain uji

signifikasnsi F, uji signifikansi t dan uji koefisien determinasi. Metode pengujian

menggunakan regresi linier berganda dengan α sebesar 5%. Hasil pengujian dapat

dilihat di dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:

22
Tabel 4.4

Variabel Koefisien t-hitunng Probabilitas Hipotesis


regresi

Konstanta 2,326 2,453 0,018

Kebijakan -2,218 -2,120 0,039 Ditolak


dividen (X1)
3,274 2,705 0,009 Diterima
Kepemilikan
(X2)
institusional

F hitung = 5,235

Sig. F = 0,008

R Square = 0,168

Adjusted R = 0,136

t tabel = 1,673

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas akan dijelaskan hasil uji hipotesis di bawah ini

dan pengujian hipotesis maka terbentuknya model rgresi sebagai berikut:

Y = 2,326 – 2,218 + 3,274 +

Kebijakan Dividen Berpengaruh Negatif Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian di dalam hipotesis satu, hasil penelitian pengaruh

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan ini mampu membuktikan adanya

pengaruh. Kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan sesuai

penelitian yang dilakukan oleh Yadyana dan Wati (2011), Sugiarto (2011) dan

Roy (2015).

23
Hasil analisa data tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai

perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan adanya

teori sinyal yang dikembangkan. Teori sinyal ini menyatakan bahwa apabila

perusahaan membayarkan dividen yang tinggi maka akan memberikan sinyal

kepada investor untuk menanamkan modal kepada perusahaan tersebut, karena

investor memiliki pemikiran bahwa dividen yang tinggi akan memberikan laba

yang tinggi di masa depan. Teori sinyal ini dapat membantu mengurangi asimetri

informasi kepada pihak manajemen dan pemegang saham.

Namun hasil dari penelitian ini adalah kebijakan dividen berpengaruh negatif

pada nilai perusahaan sesuai penelitian yang dilakukan oleh Haruman (2008:19),

diduga karena pembayaran dividen oleh perusahaan kepada pemegang saham

tidak bisa meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Apabila perusahaan

membayarkan dividen kepada pemegang saham akan diimbangi dengan

dikeluarkannya saham baru sebagai pengganti pembayaran dividen oleh

perusahaan. Dengan demikian adanya kenaikan pembayaran dividen akan

menurunkan harga saham perusahaan. Pendapat ini dijelaskan oleh (Miller dan

Modiglani, 1961)

Pengaruh negatif kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan mungkin

dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu pertama posisi

likuiditas perusahaan, perusahaan memiliki perspektif bahwa pembayaran dividen

kas kepada pemegang saham akan mengurangi arus kas perusahaan. Oleh karena

itu perusahaan harus memiliki cadangan arus kas yang tinggi untuk membayarkan

dividen agar perusahaan mampu menjaga tingkat likuiditasnya. Kedua, rencana

perluasan perusahaan yang sedang tumbuh melakukan perluasan bisnisnya atau

24
melakukan ekspansi dan juga akuisisi perusahaan lain. Ketiga, kebutuhan

perusahaan dalam melunasi hutangnya kaarena sumber dana perusahaan berasal

dari kreditur baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan akan

membayar hutang tersebut sebelum jatuh tempo. Beberapa pengaruh tersebut

dijelaskan oleh (Sutrisno 2012:267).

Kepemilikan Institusional Berpengaruh Positif terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis dua, penelitian pengaruh

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan berhasil membuktikan adanya

pengaruh. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang sudah dilakukan oleh

Haruman (2008), Fatima (2010) dan Sukirni (2012).

Kepemilikan institusional memiliki hubungan yang positif terhadap nilai

perusahaan. Penelitian ini mampu memberikan bukti bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pengaruh positif kepemilikan

institusional menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak

institusi maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Pihak kepemilikan

institusional bertindak sebagai agen pengawas karena investasi mereka yang besar

di dalam perusahaan. Pihak institusi dalam melakukan pengawasan terhadap

manajemen akan memberikan sebuah penilaian dan evaluasi terhadap kinerja

manajemen. Oleh karena itu pengawasan yang dilakukan pihak institusi sangat

ketat dan apabila pihak institusional tidak puas terhadap kinerja manajemen maka

pihak institusi akan menjual sahamnya ke pasar nego atau pasar reguler.

25
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh investor institusional pertama,

investor institusi secara umum memiliki hubungan yang lebih ketat kepada pihak

manajemen dibandingkan dengan investor individu. Kedua, Investor institusional

memiliki pihak yang akurat dalam menguji informasi perusahaan sehingga

informasi yang di dapat dalam perusahaan memiliki tingkat keandalan. Ketiga,

Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih luas daripada investor

individual sehingga mendapatkan informasi lebih mudah dan akurat. Keempat,

Investor institusional memiliki motivasi yang kuat dalam melaksanakan

pengawasan terhadap aktivitas perusahaan.

Dengan adanya kelebihan-kelebihan pihak institusi tersebut diharapkan pihak

institusi mampu mendorong manajemen dalam mengambil keputusan keuangan

dengan baik seperti, pengelolaan utang dengan baik, dapat mengontrol tingkat

likuiditas perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui

aktivitas pendanaan. Dengan kepemilikan institusional diharapkan pengendalian

internal lebih tinggi dan dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan.

Kepemilikan institusional diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

pemegang saham.

Kesimpulan

Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan analisa regresi berganda,

peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Pengujian telah dilakukan terhadap kebijakan dividen yang menunjukkan

pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh negatif dari kebijakan

26
dividen ini diduga adanya beberapa faktor yang menjadikan pertimbangan

perusahaan untuk pembayaran dividen. Pertimbangan perusahaan tentang

pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi arus kas

perusahaan dan berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Kebutuhan

perusahaan seperti pembayaran hutang jangka pendek maupun jangka panjang

yang harus dibayar oleh perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan harus

diutamakan. Jadi penelitian ini memberikan hasil bahwa kebijakan dividen

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki

pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh positif dari kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan menunjukkan semakin tinggi kepemilikan

saham institusi maka semakin tinggi nilai perusahaan. Kepemilikan saham pihak

institusional yang besar akan meningkatkan pengawasan terhadap manajemen

serta pihak institusi akan memberikan sebuah penilaian dan evaluasi terhadap

kinerja manajemen. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan pihak institusi

sangat ketat. Pihak institusi diharapkan mampu mendorong manajemen dalam

mengambil keputusan keuangan dengan baik seperti, pengelolaan utang dengan

baik, dapat mengontrol tingkat likuiditas perusahaan dan dapat meningkatkan

kinerja perusahaan melalui aktivitas pendanaan. Jadi, dapat diambil kesimpulan

dari penelitian ini bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2010-2014.

27
Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan pada penelitian ini, sehingga nantinya dapat bermanfaat

untuk arah penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan uji regresi yang

menghasilkan nilai koefisien determinasi ( ) yang tergolong rendah yaitu 16,8%.

Nilai koefisien determinasi hanya sebesar 16,8% menunjukkan terdapat variabel

lain yang mampu memprediksi nilai variabel dependen.

Saran
Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya adalah:

1. Adanya penambahan sampel pada penelitian selanjutnya. Manfaat

penambahan sampel adalah mampu menggambarkan sifat dan perbedaan

dari setiap sektor industri. Fungsi penambahan sampel ini bertujuan untuk

menguatkan hasil penelitian selanjutnya.

2. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan menambahkan variabel

independen. Penambahan variabel independen seperti hutang, laba dan

kinerja perusahaan memungkinkan untuk mendapatkan hasil penelitian

yang lebih baik. Penambahan variabel ini bertujuan untuk mendapatkan

hasil penelitian yang lebih akurat dan mampu menghasilkan kesimpulan

yang tepat.

Daftar Pustaka
Ardhelia, T. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Food and Baverage periode 2003-2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Asbiantari, R. D. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Variabel Makro terhadap


Harga Saham. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Malang.

28
Asep, H. 2009. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Grasindo. Jakarta.

Auditta, I. G. 2014. Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen. Tesis.


Program Magister Akuntansi Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya. Malang.

Aziz, M. dan Nadir. 2015. Manajemen Investasi, Fundamental, Teknikal, Perilaku


Investor dan Return Saham. Budi Utama. Yogyakarta.

Bhakti, D. A. 2013. Pengaruh Struktur Manajerial dan Institusional terhadap


Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. 2009-
2011. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Brigham, E. F. & Houston, J. F. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi


11 Buku 1.Salemba empat. Jakarta

Brigham, E. F. & Houston, J. F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi


11. Buku 2. Editor A.A.Yulianto. Salemba empat. Jakarta.

Case, K. E. & Fair, R. C. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi 8 jilid satu.


Erlangga. Jakarta.

Fatima, S. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Keputusan Keuangan


Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Malang.

Gani, I. & Amalia, S. 2015. Aplikasi Statistik untuk Penelitian Bidang Ekonomi
dan Sosial. Andi. Yogyakarta.

Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi


Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi 5. Universitas Diponegoro. Semarang.

Haosana, C. 2012. Pengaruh Return On Asset dan Tobinsq terhadap Volume


perdagangan Saham pada Perusahaan Retail yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Haruman, T. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan


Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Ikatan
Akuntan Indonesia.

Jensen, M. C and Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm : Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

29
Juniarti. 2009. Penggunaan Economic Value Added (EVA) dan Tobin’S Q
Sebagai Alat Ukur Kinerja Finansial Perusahaan di Industri Food And
Beverage Yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi,
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Jusriani, F. I. 2013. Analisa Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen,


Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang

Kurniasari, A. 2011. Pengaruh Diversifikasi Korporat terhadap Kinerja


Perusahaan dan Risiko dengan Moderasi Kepemilikan Manajerial. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Madaniah, S. 2013. Study Komparatif tentang Nilai Perusahaan dan Profitabilitas


berdasarkan Kinerja Sosial. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Malang.

Mahendra, D. J. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan


(Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderating) pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana. Bali.

Miller, M. H. and Modigliani, F. 1961. Dividend policy, growth, and the valuation
of shares. Journal of Business.

Pearce, J. A. dan Robinson, J. R. 2008. Manajemen Strategis Formulasi,


Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Permanasari, W. I. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan


Institusional, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Putri, A. D. 2011. Dampak Good Corporate Governancedan Budaya Organisasi


pada Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Manajemen Laba serta
Konsekuensinya pada Nilai Perusahaan. Disertasi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Purwanto, D. 2013. Sebab Nilai Tukar Rupiah Melemah.


http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/07/23/1541395/Ini.Sebab.Nilai.T
ukar.Rupiah.Terus.Melemah. 7 Agustus 2016 (08:30).

Rodoni, A. & Ali, H. 2014. Manajemen keuangan modern. Mitra Wacana Media.
Jakarta.

Roy, J. 2015. Pengaruh Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan terhadap


Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur periode 2011-2013. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

30
Ross, S. A. Westerfield, R.W. & Jordan, B.D. 2009. Pengantar Keuangan
Perusahaan. Editor Yulianti. Salemba Empat. Jakarta.

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT


Elex Media Komputindo. Jakarta

Setyawan, W. 2008. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus


Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Sudarsono, A. M. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen, Keputusan


Investasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Sudiyatno, B. & Puspitasari, E. 2010. TobinsQ dan Altman Z-Score Sebagai


Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Kajian Akuntasi. Vol 2 No.
1. Hal 9-21.

Sugiarto, M. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen


terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai Intervening.
Jurnal Akuntansi Kontemporer. Vol 3 No. 1. Hal 1-25.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Alfabeta. Bandung.

Sujoko & Jogiyanto. 2001. Analisis Kandungan Informasi Dividen dan Ketepatan
Reaksi Pasar: Pengujian terhadap Signaling Theory, Studi empiris di BEI.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Widyamandala. Surabaya.
Sulistyanto, S. 2008. Manajemen laba Teori dan Model Empiris. Grasindo.
Jakarta.
Sukirni, D. 2012. Analisis Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan.
Accounting Analysis Journal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Susanti, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai


Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang

Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi 8.


Yogyakarta: Ekonisia.

Solaro, A. 2015. Tiga Penyebab Utama Kegagalan Ekonomi Yunani.


http://internasional.kompas.com/read/2015/07/05/10593521/Tiga.Penyebab.Ut
ama.Kegagalan.Ekonomi.Yunani?. 7 Agustus 2016 (08:45).
Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Kanisius. Yogyakarta.

31
Wachowicz, J. M. & Horne, C. J. 2009. Financial Management. Buku 1 Edisi 12.
Salemba Empat. Jakarta.

Wardani, R. A. Kusuma dan Siregar, B. 2009. Pengaruh Aliran Kas Bebas


terhadap Nilai Pemegang Saham dengan Set Kesempatan Investasi dan
Dividen sebagai Variabel Moderator. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.
Volume 20 No. 3. Hal 157-174.

Wihardjo, D. S. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai


Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun
2009-2011). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wijayanti, C. R. 2010. Pengaruh Leverage Keuangan, Kebijakan Dividen, dan


Profitabilitas terhadap Future Value Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Yadyana dan Wati. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan Manufaktur yang Go Public. Jurnal keuangan dan perbankan. Vol.
15 No. 1 Januari 2011. Hal 58-65.

www.idx.com (diakses 25 Mei 2016).

32

Anda mungkin juga menyukai