Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan didirikan dengan tujuan utama yaitu mendapatkan
keuntungan, selain itu tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan nilai
perusahaan itu sendiri. Kedua tujuan tersebut saling berkaitan dimana nilai
perusahaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan ditingkatkan
sehingga semakin tinggi nilai perusahaan diharapkan semakin optimal
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Keuntungan yang diperoleh
diperuntukkan bagi pemilik perusahaan atau pemegang saham. Pemegang
saham tidak turut serta dalam kegiatan operasional perusahaan, terdapat
manajemen yang diberikan kepercayaan oleh pemegang saham untuk
menjalankan usaha sebuah perusahaan. Manajemen akan selalu berusaha
untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Menurut Brigham
(2007), meningkatnya kemakmuran pemegang saham sangat identik dengan
meningkatnya harga saham.
Dalam hal ini harga saham dapat mencerminkan nilai perusahaan. Aries
(2011) menyatakan bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi
nilai perusahaan dan semakin tinggi juga kesejahteraan yang dapat diberikan
perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Hal tersebut merupakan
kompensasi yang diterima pemegang saham atas investasi yang diberikan ke
perusahaan. Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan dapat terdiri dari
beberapa pihak baik dari dalam maupun dari perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan manajemen perusahaan mempunyai kewajiban
utama yaitu menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham tetapi
di sisi lain manajemen memiliki tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan
mereka. Karena manajemen tidak menanggung risiko kerugian atas segala
keputusan yang diambil sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham.
Perbedaan kepentingan tersebut menjadikan pihak manajemen memiliki
tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan umum perusahaan.
2

Dengan terjadinya konflik keagenan tersebut akan mempersulit


perusahaan mencapai tujuannya. Salah satu solusi dalam menghadapi konflik
keagenan ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada manajemen
untuk memiliki saham. Hasnawati (2015) menjelaskan, kepemilikan saham
oleh pihak manajemen pada dasarnya adalah satu upaya untuk mensejajarkan
antara kepentingan manajemen tersebut dengan kepentingan para pemegang
saham. Kepemilikan saham dalam perusahaan umumnya meliputi
kepemilikan institusional, manajerial serta kepemilikan saham oleh individual
atau publik. Pihak institusional mempunyai peran sebagai pihak eksternal
yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan sehingga mereka dapat
melakukan pengawasan atas hasil kerja manajemen, sehingga semakin tinggi
kepemilikan pihak institusional dapat meningkatkan pengawasan ekternal.
Dengan pengawasan pihak ekternal maka jalannya perusahaan akan semakin
besar kekuatan perusahaan untuk mendapatkan dorongan dalam mencapai
nilai perusahaan yang tinggi.
Sedangkan kepemilikan manajerial merupakan situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mendorong
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka merasa
memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham lainnya yang perlu
ditingkatkan kesejahteraannya. Hasnawati (2015) menambahkan, ketika
kondisi yang demikian tersebut dapat terwujud maka manajemen akan
termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan terwujudnya
kesejajaran kepentingan antara dua belah pihak, maka pihak manajemen akan
bisa merasakan secara langsung manfaat dan kerugian dari setiap keputusan
yang diambil. Selain permasalahan mengenai konflik kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham, persaingan yang ketat didunia usaha
menuntut perusahaan untuk meningkatkan hasil kinerjanya sehingga dapat
bertahan terutama bagi perusahaan yang terdaftar di pasar modal atau go
public. Dalam persaingannya secara tidak langsung perusahaan terbagi
menjadi dua jenis yaitu perusahaan berskala besar dan perusahaan berskala
kecil.
3

Ukuran perusahaan tersebut tercermin pada total aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar aset yang
dimiliki sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Perusahaan yang besar mampu menarik lebih banyak investor sehingga dapat
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga ukuran perusahaan dianggap
mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian Pratama (2016)
yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan lain yang harus
diperhatikan oleh pemegang saham maupun manajemen mengenai keuangan
perusahaan. Mengenai masalah keuangan, perusahaan dihadapkan pada
sebuah keputusan yang diambil untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
Keputusan tersebut menentukan jumlah pengembalian atas investasi, sumber
modal usaha serta tingkat pembagian dividen tahunan yang disebut dalam
keputusan keuangan.
Menurut penelitian Afzal (2012), keputusan keuangan tersebut mencakup
keputusan investasi, keputusan pendanaan hingga kebijakan mengenai
pembagian dividen. Ketiga keputusan keuangan tersebut saling berkaitan dan
mempunyai pengaruhnya masing-masing terhadap nilai perusahaan.
Keputusan akan sebuah investasi digunakan untuk untuk menentukan tingkat
pengembalian dari sebuah penanaman modal investor kedalam
perusahaannya. Hal ini tercermin dari harga saham, karena harga saham
mencerminkan present value dari arus kas dimasa yang akan datang. Sama
halnya dengan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham, keputusan
investasi dihitung dari berapa lama tingkat pengembalian modal atas investasi
yang dilakukan. Semakin baik tingkat pengembalian atas investasi maka
semakin tinggi tingkat investasi yang dilakukan sehingga akan meningkatkan
nilai perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam mempertahankan dan
meningkatkan usahanya, kebutuhan akan dana tidak dapat dihindari sebuah
perusahaan. Kumar et al. (2012) mengemukakan bahwa keputusan pendanaan
berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam mencari dana untun
membiayai investasi dan menentukan komposisi pendanaan.
4

Sumber pendanaan dapat diperoleh dari hutang maupun penambahan


modal dari laba ditahan. Pendanaan eksternal yang akan mengarah pada
pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yaitu menentukan proporsi
antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Jumlah hutang yang dimiliki
perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki akan mempengaruhi
presepsi investor terhadap kemampuan perusahaan dalam mendanai kegiatan
usahanya. Pendanaan dari sumber internal yaitu dari penambahan modal
sendiri dari laba ditahan, dimana merupakan hasil dari dividen yang tidak
dibagikan dan hal ini berhubungan dengan keputusan dividen. Dalam
penelitiannya Rizqia et al. (2013) menyatakan bahwa keputusan akan
pembagian dividen akan mempengaruhi kepuasan para pemegang saham,
apabila tingkat investasinya baik maka pemegang saham tidak akan ragu
untuk tetap memilih laba ditahan diinvestasikan kembali untuk mendapat
keuntungan lebih dan juga sebaliknya. Pada dasarnya kebijakan dividen
merupakan aktivitas untuk menentukan besarnya porsi keuntungan
perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Bernandhi (2013) mengungkapkan bahwa nilai
perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Lain halnya dengan
hasil penelitian dari Irvaniawati (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.Sampai
saat ini, kebijakan dividen masih menjadi teka-teki yang diperdebatkan.
Pertentangan yang timbul tentang isu tersebut adalah mengenai status
dividen, apakah dividen dapat dianggap sebagai berita yang baik ataukah
buruk bagi investor dan juga apakah dividen dapat dijadikan sebagai suatu
sinyal terhadap nilai suatu perusahaan pada masa sekarang dan di masa
depan. Pada dasarnya kebijakan dividen merupakan aktivitas untuk
menentukan besarnya porsi keuntungan perusahaan yang akan dibagikan
kepada pemegang saham. Kebijakan ini terkait dengan apakah arus kas
perusahaan akan dibayarkan kepada pemegang saham atau diinvestasikan
kembali oleh perusahaan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
modal usaha.
5

Besarnya dividen yang akan dibagikan tergantung dari kebijakan masing-


masing perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan membayar dividen. Kemampuan sebuah perusahaan membayar
dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba,
jika perusahaan memperoleh laba tinggi maka kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen juga tinggi. Ketika jumlah dividen yang dibagikan cukup
besar maka hal tersebut akan menyebabkan naiknya harga saham sekaligus
mengakibatkan peningkatan nilai dari perusahaan tersebut. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, seperti yang disebutkan
diatas yaitu struktur kepemilikan saham, ukuran perusahaan serta keputusan
atas keuangan perusahaan. Segala unsur tersebut akan berubah dari tahun ke
tahun tergantung dari aktivitas operasional perusahaan dan kondisi ekonomi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Asmawati (2013), penelitian
ini menambahkan variabel ukuran perusahaan dalam variabel independennya
dan menggunakan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator.
Kusumajaya (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
menggambarkan peningkatan maupun penurunan yang dialami perusahaan.
Seperti hasil penelitian Dewi (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dari definisi diatas
dapat diasumsikan bahwa pertumbuhan perusahaan baik mengalami
peningkatan maupun penurunan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Mempengaruhi dalam hal ini adalah memperkuat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Pertumbuhan perusahaan merupakan
perubahan perusahaan menjadi lebih baik dan kuat dari tahun sebelumnya
sehingga dianggap dapat membuat seluruh variabel independen dalam
penelitian ini menjadi lebih berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Atas hal
tersebut maka penulis mengambil variabel pertumbuhan perusahaan sebagai
variabel moderator guna mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan
dalam memperkuat hubungan antara struktur kepemilikan saham, ukuran
perusahaan dan keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan.
6

Selain itu penelitian sebelumnya yang menggunakan seluruh perusahaan


yang terdaftar di Jakarta Islamix Index (JII) tahun 2007 hingga 2011.
Sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena perusahaan pertambangan
mengalami masa sulit terutama pada periode tahun 2011 hingga 2015. Dapat
dilihat dari laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan pertambangan pada
tahun itu, banyak perusahaan yang mengalami kerugian tetapi masih berusaha
tetap menjalankan usahanya dari tahun ke tahun hingga memperoleh
keuntungan kembali. Dalam mempertahankan usahanya dalam masa yang
sulit dan hanya mengandalkan hasil dari sumber daya alam, perusahaan
pertambangan akan lebih sulit untuk mempertahankan nilai perusahaannya.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini pada
perusahaan pertambangan sehingga berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Berdasarkan hal yang telah diungkapkan pada latar belakang diatas menjadi
dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang :
“Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pertumbuhan
Perusahaan sebagai Variabel Moderating”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah keputusan keuangan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan?
4. Apakah pertumbuhan perusahaan mampu memoderasi/memperkuat
hubungan antara struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan keputusan
keuangan terhadap nilai perusahaan ?
7

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti secara
empiris mengenai :
1. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan,
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan,
3. Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan, dan
4. Mengetahui kemampuan pertumbuhan perusahaan dalam memoderasi
hubungan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan keputusan
keuangan terhadap nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Memberikan referensi dalam mengukur nilai perusahaan dari beberapa
faktor yang mempengaruhi, khususnya perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga menjadi salah satu informasi
yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan dalam rangka
meningkatkan kinerja dan nilai perusahaannya.
2. Bagi Investor
Penelian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi pada perusahaan.
Dengan meninjau beberapa variabel yang dapat mempengaruhi nilai
sebuah perusahaan dimata investor.
3. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam peninjauan
kebijakan perusahaan terkait kebijakan yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan khususnya perusahaan pertambangan maupun perusahaan lain
yang sedang mengalami masa sulit.
1.5 Sistematika Penulisan Tesis
Penelitian ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
8

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat atau
kontribusi penelitian dilakukan, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yaitu teori yang
mendukung penelitian seperti teori keagenan, teori sinyal, pengertian nilai
perusahaan, struktur kepemilikian dimulai dari kepemilikan institusional dan
manajemen, ukuran perusahaan, keputusan keuangan yang terdiri dari
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen, selanjutnya
penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, rerangka konseptual
yang mengungkapkan hubungan antar variabel penelitian melalui gambar dan
pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi
operasional variabel dan pengukurannya, teknik dan prosedur yang
digunakan untuk pengumpulan data, serta metode yang digunakan untuk
analisis data pada penelitian ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi obyek penelitian, hasil
pengolahan data, pembahasan hasil penelitian.
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari perumusan masalah
penelitian, implikasi manajerial, keterbatasan penelitian, dan saran dari hasil
penelitian.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara
pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling
(1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pihak principal adalah
pemegang saham atau investor sebagai pemilik perusahaan sedangkan
agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Baik prinsipal
maupun agen diasumsikan termotivasi hanya untuk kepentingan dirinya
sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjek dan juga untuk
menyadari kepentingan bersama. Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing
pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendaki.
Belkaoui (2007) mengungkapkan bahwa konflik kepentingan antara
prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu
berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal. Terjadinya konflik
kepentingan tersebut disebut konflik keagenan. Hal ini dapat
berpengaruh pada investor, pemikiran bahwa manajemen dapat
melakukan tindakan yang hanya memberi keuntungan bagi dirinya
sendiri. Dalam manajemen keuangan,tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Untuk itu, manajemen
yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan
pemegang saham. Dalam kenyataannya terjadi agency problem antara
manajemen dan pemegang saham yang disebabkan oleh perbedaan
kepentingan.
10

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency problem


akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham kurang dari
100% sehingga manajer bertindak untuk mengejar kepentingannya
sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Seperti yang
diungkapkan Verawaty (2016) dalam penelitiannya bahwa teori
keagenan berperan dalam mendasari praktek bisnis perusahaan yang
akan meningkatkan nilai perusahaan dengan memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Dalam pengambilan keputusan
keuangan, teori keagenan berperan pada kepemilikan manajerial yang
mengutamakan kepentingan pribadi bukan kepentingan pemegang
saham atau kepentingan institusional.
Menurut Siallagan (2006) konflik keagenan yang mengakibatkan
adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya
kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan mengakibatkan para
pemakai laporan keuangan membuat kesalahan dalam pembuatan
keputusan khususnya keputusan keuangan seperti investor dan kreditur,
sehingga nilai perusahaan akan berkurang.
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Wolk et al. (2000) mengungkapkan bahwa teori sinyal
menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar
modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
informasi tersebut. Agar dapat mengurangi asimetri informasi yang
terjadi, manajemen perusahaan akan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
kondisi keuangan perusahaan kepada pemilik atau pihak yang
berkepentingan lainnya. Menurut Jogiyanto (2013), teori sinyal
merupakan suatu pengumuman yang dipublikasikan agar memberikan
sinyal bagi penanam modal untuk mengambil keputusan berinvestasi.
11

Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan


informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Teori sinyal
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan
sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Dalam asimetri
informasi, perusahaan diasumsikan mengetahui lebih banyak mengenai
kondisi perusahaan dan prospek masa depan perusahaan dibandingkan
dengan pihak luar, yaitu investor dan kreditor.
Brigham dan Houston (2007) menyatakan bahwa isyarat adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan
akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap
modal yang baru diperlukan dengan cara-cara lain.Sedangkan dengan
prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
saham. Menurut Verawaty (2016), salah satu informasi yang dijadikan
sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten.
Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga
sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Sinyal
dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi
yang diterima oleh investor terlebih dahulu diterjemahkan sebagai
sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang jelek (bad news).
2.1.3 Nilai Perusahaan
Menurut Husnan (2006) mengemukakan bahwa nilai perusahaan
bagi perusahaan yang belum go public nilai perusahaan merupakan
sejumlah biaya yang bersedia dikeluarkan oleh calon pembeli jika
perusahaan tersebut dijual sedangkan bagi perusahaan yang sudah go
public nilai perusahaannya dapat dilihat dari besarnya nilai saham yang
ada di pasar modal. Atau dengan kata lain, nilai perusahaan dapat
dilihat dari harga saham perusahaan di pasar modal.
12

Harjito (2006) menambahkan bahwa nilai perusahaan tercermin dari


nilai pasar sahamnya jika perusahaan tersebut sudah go public jika
belum go public maka nilai perusahaan adalah nilai yang terjadi apabila
perusahaan tersebut dijual. Setiap perusahaan yang sudah go public
mempunyai tujuan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dimana hal
ini dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan perusahaan karena
dengan adanya peningkatan nilai perusahaan kemakmuran pemilik atau
pemegang saham perusahaan juga akan ikut meningkat. Sedangkan
Bringham & Houston (2006) mengemukakan bahwa nilai perusahaan
merupakan presepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
dalam mengelola sumber daya yang sering dikaitkan dengan harga
saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.
Berbagai kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam upaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran
pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga saham.
Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu
nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik
(intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut
pembukuan emiten, nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di
pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya.
2.1.4 Struktur Kepemilikan
Menurut Sugiarto (2009) struktur kepemilikan adalah :
Perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam
(insider) dengan jumlah saham yang dimiliki investor. Atau dengan
kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan
saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya suatu
perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh
pemegang saham (principals).

Asmawati (2013) menambahkan bahwa struktur kepemilikan dapat


dibedakan menurut dua sudut pandang yang berbeda dan dinyatakan
bahwa pendekatan keagenan merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik kepentingan manajer dengan pemegang saham.
13

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kepemilikan


perusahaan memiliki hubungan atau pengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Kontrol yang berbeda dari kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional adalah yang menjadi pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Asmawati
(2013) mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan saham
dikelompokkan atas proporsi saham perusahaan yang dimiliki suatu
pihak, yaitu terdiri dari kepemilikan institusional dan manajerial.
1. Kepemilikan Intitusional
Menurut Nabela (2012), “kepemilikan institusional merupakan
proporsi saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun yang diukur
dengan presentase”.
Menurut Nuraina (2012), “kepemilikan institusional merupakan
presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau
lembaga (perusahaan asuransi, dana pensiunan, atau perusahaan
lain).
Kepemilikan institusional merupakan presentase kepemilikan
saham oleh investor institusional seperti perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan
lain. Kepemilikan institusional di dalam suatu perusahaan
mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen. Seperti
halnya yang diungkapkan Jensen dan Meckling (1976) bahwa
kepemilikan institusional akan menyebabkan usaha monitoring
menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku
oportunistik yang dilakukan para manajer. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Hasnawati (2015) yang menyatakan bahwa semakin
besar kepemilikan institusional, maka semakin besar kekuatan suara
dan dorongan institusi untuk mengawasi manajemen. Verawaty
(2016) dalam penelitiannnya menambahkan bahwa kepemilikan
institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen.
Kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
terhadap perusahaan.
14

Dengan pengawasan yang tinggi maka akan meminimalisasi


tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan. Keberadaan
institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang
efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini
disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan
keputusan yang strategis sehingga tidak mudah percaya pada tindak
manipulasi laba dan segala tindak kecurangan lainnya.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan
yang dimiliki pihak manajemen. Menurut Downes dan Goodman
(1999) kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang
juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari
pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan. Menurut Faizal (2011), kepemilikan manajerial adalah :
Tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan, diukur oleh proporsi
saham yang dimiliki manajemen pada akhir tahun yang
dinyatakan dalam persen.

Jadi dengan kata lain kepemilikan manajerial merupakan


proporsi saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dimana
kedudukan manajemen perusahaan sejajar dengan pemegang saham.
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan
kepentingan pemegang saham bertentangan. Jensen dan Meckling
(1976) berpendapat bahwa peningkatan kepemilikan manajerial yang
baik dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang
saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Beberapa penelitian memberikan bukti empiris berkaitan
dengan hubungan kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.
Hasil penelitian Verawaty (2016) memperkuat teori tersebut bahwa
kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
15

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Asmawati (2013),


bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti semakin besar kepemilikan
manajerial maka manajemen akan meningkatkan kinerja yang
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan
kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan
kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan
para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Ukuran
perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang dimiliki
perusahaan sehingga perusahaan besar umumnya mempunyai total
aktiva yang besar pula.
Menurut Sawir (2004), ukuran perusahaan merupakan salah satu
hal yang perlu diperhatikan terutama bagi para investor dan juga
kreditor. Perusahaan yang cenderung berukuran besar tentunya
memiliki kekuatan lebih untuk mendapatkan dana dari kreditor.
Perusahaan besar dapat lebih mudah untuk mengakses pasar modal
eksternal dalam jumlah yang lebih besar, sehingga investor tertarik
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Pratama (2016) dalam
penelitiannya menambahkan bahwa jika perusahaan memiliki total asset
yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap
kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan
sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
asset yang kecil. Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan biaya
modal sendiri dan hutang jangka pendek dari pada hutang jangka
panjang, karena biayanya lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar
lebih cenderung memiliki sumber pendananan yang kuat.
16

Menurut Pratama (2016) ukuran perusahaan dapat dinyatakan


dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk
menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar
perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin
besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat.
Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil
dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam
mengukur ukuran perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu penelitian dari Marhamah (2013) yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan total aset yang lebih besar akan lebih mampu
untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
2.1.6 Keputusan Keuangan
Husnan dan Pudjiastuti (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan
yang ingin mencapai tujuan jangka panjang, akan mengambil beberapa
keputusan berupa keputusan investasi, kebijakan dividen serta
keputusan pendanaan. Ketiga keputusan keuangan tersebut merupakan
keputusan yang saling berkaitan satu sama. Semua keputusan keuangan
yang menyangkut keputusan investasi, keputusan pendanaan atau
permodalan serta keputusan pengelolaan aset harus diambil dengan
tetap berpedomankan pada tujuan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Afzal (2012) mengemukakan bahwa
satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan
keuangan lainnya, sehingga nantinya akan berdampak pula terhadap
nilai perusahaan.
17

1. Keputusan Investasi
Sartono (2001) yang menyatakan bahwa keputusan investasi
menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik yang berasal dari
dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan
pada berbagai bentuk investasi. Menurut Moeljadi (2006), investasi
merupakan tindakan untuk menanamkan dana yang dimiliki saat ini
ke dalam bentuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan dimasa datang.
Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan
memberikan laba yang optimal yang digunakan kembali untuk
kegiatan investasi atau dibagikan dalam bentuk dividen. Dalam
penelitian ini keputusan investasi diproksikan dengan Price Earning
Ratio (PER), dimana ratio ini menunjukkan perbandingan antara
closing price dengan laba per lembar saham (earning per share).
Seperti halnya dengan penelitian Verawaty (2016) yang
menggunakan Price Earning Ratio (PER) sebagai proksi keputusan
investasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keputusan
investasi mempunyai pengaruh positif dan signifkan terhadap nilai
perusahaan.
Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi
keuangan perusahaan, dimana nilai perusahaan semata-mata
ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut diartikan
bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham.Tujuan dilakukannya keputusan investasi adalah mendapat
laba yang besar dengan risiko yang dapat dikelola dengan harapan
dapat mengoptimalkan nilai perusahaan, yang berarti menaikkan
kemakmuran pemegang saham. Dengan demikian semakin tinggi
keuntungan perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, yang
berarti semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan.
18

2. Keputusan Pendanaan
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008), keputusan
pendanaan merupakan tanggung jawab utama manajer keuangan
untuk menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi
dan operasinya. Sedangkan menurut Kumar et.al (2012), keputusan
pendanaan berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam mencari
dana untuk membiayai investasi dan menentukan komposisi sumber
pendanaan.Pendanaan perusahaan dapat dikelompokkan berdasarkan
sumber dananya yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal.
Dalam penelitiannya, Efni (2011) menyatakan bahwa pendanaan
internal merupakan pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan
berupa laba ditahan sedangkan pendanaan eksternal yaitu pendanaan
hutang dan ekuitas. Penggunaan hutang merupakan trade antara
benefit and cost dalam menentukan bauran hutang dengan ekuitas
yang optimal dalam jangka panjang. Brigham (1998) menyatakan
bahwa bauran yang optimal akan menyumbangkan antara benefit and
cost sehingga akan meminimalkan biaya modal dan meningkatkan
nilai perusahaan. Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dilihat
melalui Debt to Equity Ratio (DER), dimana rasio ini menunjukkan
perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang
dengan pendanaan melalui ekuitas.
3. Kebijakan Dividen
Menurut Uwuigbe et al. (2012), kebijakan dividen tetap
menjadi salah satu kebijakan keuangan yang paling penting tidak
hanya dari sudut pandang perusahaan, tetapi juga dari sudut pandang
pemegang saham. Perusahaan yang memilih untuk memanfaatkan
peluang investasi akan menggunakan sebagian dana dari laba ditahan
untuk berinvestasi. Pilihan tersebut akan mempengaruhi kebijakan
dividen yang akan diambil oleh perusahaan. Dividen merupakan nilai
pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba
ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan.
19

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang


diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Hasil
penelitian yang dilakukan Rizqia et al. (2013), menyatakan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
Sejalan dengan penelitian Ashamu et al. (2012), bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dalam penelitiannya, Rizqia et al. (2013) dan Ashamu
et al. (2012) menggunakan rasio pembayaran dividen dalam
memperhitungkan kebijakan dividen. Rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan
sebagai sumber pendanaan. Menurut Mandagi (2010), kebijakan
dividen menentukan berapa banyak laba yang harus dibayar kepada
pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali di
dalam perusahaan (laba ditahan).
2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan merupakan aset perusahaan dimana aset merupakan
aktiva yang digunakan untuk aktifitas operasional perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda
bagi perkembangan perusahaan. Brigham (1996), menyatakan bahwa
perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak
menggunakan utang dari pada perusahaan yang bertumbuh secara
lambat. Dalam penelitiannya Priyo (2013) mengungkapkan bahwa
pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat dalam menghasilkan laba,
maka semakin besar pengeluaran yang dibutuhkan untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut, sehingga harus membatasi dividen
supaya dapat menyimpan dana dalam perusahaan untuk investasi.
20

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) menjelaskan bahwa


pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total
aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang
dan pertumbuhan yang akan datang. Aset menunjukkan aktiva yang
digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Dalam penelitian
yang dilakukan Irawan (2016), pertumbuhan aset dihitung sebagai
presentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun
sebelumnya. .
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan keputusan keuangan terhadap
nilai perusahaan antara lain yaitu penelitian yang dilakukan Kusumajaya
(2011) yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan” memaparkan bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur modal
yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio (DER) dan pertumbuhan
perusahaan yang diproksikan dengan perubahan aktiva terhadap profitabilitas
dan nilai perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut dengan menggunakan alat
analisis yaitu path analysis menunjukkan struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan.
Penelitian Kouki (2011) dengan judul “Does Management Ownership
Explain The Effect of Leverage on Firm Value”, yang hasilnya
mengungkapkan bahwa keputusan pendanaan (leverage) tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial mampu
memoderasi hubungan keputusan pendanaan dengan nilai perusahaan. Lalu
penelitian Asmawati (2013) dengan judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderating” meununjukkan hasil bahwa variabel struktur
kepemilikan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
hanya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
21

Sedangkan untuk variabel keputusan keuangan hanya keputusan investasi


dan pendanaan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dan untuk profitabilitas dalam penelitian ini mampu memoderasi
hubungan variabel struktur kepemilikan dan keputusan keuangan terhadap
nilai perusahaan. Selanjutnya penelitian yang dilakuakan Samisi (2013)
dengan judul “Pengaruh Struktur Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderasi”, hasilnya
menunjukkan bahwa struktur pendanaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan tetapi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan dan tidak mampu memoderasi hubungan
struktur pendanaan dengan nilai perusahaan.
Sartini (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Keputusan
Investasi, Kebijakan Dividen, serta Keputusan Pendanaan terhadap Nilai
Perusahaan”, hasilnya menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu keputusan
investasi, kebijakan dividen dan keputusan pendanaan berpengaruh positif
siginifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Abukosim (2014) dengan
judul “Ownership Structure and Firm Value : Empirical Study on Indonesia
Manufacturing Listed Company” hasilnya adalah kepemilikan manajerial
tidak mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan sedangkan kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasnawati (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Keputusan
Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan
Publik di Indonesia” menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan keputusan
keuangan dan struktur kepemilikan mempunyai pengaruh signifikan tetapi
hanya pada saat situasi ekonomi tertentu dan sisanya tidak memberikan
pengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan Safitri (2015) dengan judul
“Pengaruh size, growth dengan kebijakan dividen sebagai variabel
moderating terhadap nilai perusahaan” dan
22

hasilnya menyatakan bahwa size dan growth tidak mempunyai pengaruh


yang signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi kebijakan dividen mampu
memoderasi hubungan antara size dan growth terhadap nilai perusahaan.
Hargiansyah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan sedangkan profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian
Verawaty (2016) dengan judul “Analisis Pengembangan Corporate Value
berdasarkan Keputusan Investasi dan Pendanaan, Struktur Kepemilikan serta
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia” menunjukkan hasil bahwa keputusan investasi, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional mempunyai pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan sedangkan keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pratama (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Mediasi” hasilnya menunjukkan ukuran perusahaan dan
leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi
profitabilitas tidak dapat memediasi pengaruh leverage terhadap nilai
perusahaan. Dari penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa hasil yang
didapat dari penelitian tersebut berbeda-beda. Contohnya pada penelitian
Safitri (2015), ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan sedangkan menurut Pratama (2016), ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kemudian penelitian Asmawati (2013), dimana dari struktur kepemilikan
hanya kepemilikan manajerial yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan, berbeda dengan hasil penelitian Abukosim (2014) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Atas hasil yang berbeda-beda tersebut maka
berikut tabel atas rangkuman penelitian terdahulu diatas :
23

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Alat Hasil
(Tahun) Analisis
1 Kusumajaya Pengaruh - Dependen : Path Struktur modal dan
(2011) struktur modal Profitabilitas Analysis pertumbuhan
dan dan nilai perusahaan berpengaruh
pertumbuhan perusahaan positif dan signifikan
perusahaan - Independen : terhadap profitabilitas
terhadap struktur dan nilai perusahaan
profitabilitas modal dan
dan nilai pertumbuhan
perusahaan perusahaan
2 Kouki Does - Dependen : Analisis Keputusan pendanaan
(2011) management Firm value regresi (leverage) tidak
ownership - Independen : berganda berpengaruh signifikan
explain the Leverage terhadap nilai
effect of - Moderator : perusahaan sedangkan
leverage on firm Management kepemilikan manajerial
value an ownership mampu memoderasi
analysis of hubungan keputusan
French listed pendanaan dengan nilai
firms perusahaan.
3 Asmawati Pengaruh - Dependen : Analisis Dari variabel struktur
(2013) struktur Nilai regresi kepemilikan hanya
kepemilikan perusahaan berganda kepemilikan manajerial
dan keputusan - Independen : yang mempunyai
keuangan Struktur pengaruh signifikan
terhadap nilai kepemilikan, terhadap nilai
perusahaan : keputusan perusahaan sedangkan
Profitabilitas keuangan untuk variabel
sebagai variabel - Moderator : keputusan keuangan
moderating profitabilitas hanya keputusan
investasi dan pendanaan
yang mempunyai
pengaruh signifikan.
Profitabilitas mampu
memoderasi hubungan
struktur kepemilikan
dan keputusan
keuangan terhadap nilai
perusahaan
24

4 Samisi Pengaruh - Dependen : Analisis Struktur pendanaan


(2013) struktur Nilai regresi berpengaruh positif dan
pendanaan perusahaan berganda signifikan terhadap nilai
terhadap nilai - Independen : perusahaan tetapi
perusahaan Struktur kepemilikan manajerial
dengan pendanaan tidak berpengaruh
kepemilikan - Moderator : signifikan terhadap nilai
manajerial Kepemilikan perusahaan dan tidak
sebagai variabel manajerial mampu memoderasi
moderasi struktur pendanaan
dengan nilai perusahaan

5 Sartini Pengaruh - Dependen : Path Seluruh variabel yaitu


(2014) keputusan Nilai Analysis keputusan investasi,
investasi, perusahaan kebijakan dividen dan
kebijakan - Independen : keputusan pendanaan
dividen, serta Keputusan berpengaruh positif
keputusan investasi, siginifikan
pendanaan kebijakan
terhadap nilai dividen, dan
perusahaan keputusan
pendanaan

6 Abukosim Ownership - Dependen : Analisis Kepemilikan manajerial


(2014) structure and Firm Value regresi tidak mempunyai
firm value : - Independen : berganda pengaruh positif dan
Empirical study Ownership tidak signifikan
on Indonesia structure terhadap nilai
Manufacturing perusahaan sedangkan
Listed Company kepemilikan
institusional
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan

7 Hasnawati Keputusan - Dependen : Analisis Ukuran perusahaan


(2015) keuangan, Nilai regresi berpengaruh signifikan
ukuran perusahaan berganda terhadap nilai
perusahaan, - Independen : perusahaan sedangkan
struktur Keputusan keputusan keuangan
kepemilikan keuangan, dan struktur
dan nilai ukuran kepemilikan tidak
perusahaan perusahaan, memberikan pengaruh
publik di struktur signifikan.
Indonesia kepemilikan
25

8 Safitri Pengaruh size, - Dependen : Analisis Size dan growth tidak


(2015) growth dengan Nilai regresi mempunyai pengaruh
kebijakan perusahaan berganda yang signifikan
dividen sebagai - Independen : terhadap nilai
variabel Size dan perusahaan tetapi
moderating growth kebijakan dividen
terhadap nilai - Moderator : mampu memoderasi
perusahaan Kebijakan size dan growth
dividen terhadap nilai
perusahaan
9 Hargiansyah Pengaruh - Dependen : Analisis Ukuran perusahaan dan
(2015) ukuran Nilai regresi leverage berpengaruh
perusahaan, perusahaan berganda negatif tetapi tidak
leverage dan - Independen : signifikan sedangkan
profitabilitas Ukuran profitabilitas
terhadap nilai perusahaan, berpengaruh positif dan
perusahaan leverage dan signifikan terhadap nilai
(Perusahaan profitabilitas perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia)
10 Verawaty Analisis - Dependen : Analisis Keputusan investasi,
(2016) Pengembangan Nilai regresi kepemilikan manajerial
corporate value perusahaan berganda dan kepemilikan
berdasarkan (corporate institusional
keputusan value) mempunyai pengaruh
investasi dan - Independen : signifikan terhadap nilai
pendanaan, keputusan perusahaan sedangkan
struktur investasi dan keputusan pendanaan
kepemilikan pendanaan, dan kebijakan dividen
serta kebijakan struktur tidak memiliki
dividen kepemilikan pengaruh signifikan
serta terhadap nilai
kebijakan perusahaan.
dividen
11 Pratama Pengaruh - Dependen : Path Ukuran perusahaan dan
(2016) ukuran Nilai Analysis leverage berpengaruh
perusahaan dan perusahaan positif dan signifikan
leverage - Independen : terhadap nilai
terhadap nilai Ukuran perusahaan tetapi
perusahaan perusahaan, profitabilitas tidak
dengan leverage, dapat memediasi
profitabilitas - Moderator : pengaruh leverage
sebagai variabel profitabilitas terhadap nilai
mediasi perusahaan
26

2.3 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai presepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun berjalan.
Nilai saham dalam penelitian ini dikaitkan dengan harga saham. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, dan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan
keputusan keuangan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Struktur kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dimana kepemilikan institusional dapat membuat pengawasan dari pihak
eksternal perusahaan meningkat sehingga nilai perusahaan juga ikut
meningkat. Demikian juga sebaliknya dengan kepemilikan manajerial maka
kinerja perusahaan meningkat sejalan dengan kepentingan dan kewajiban
yang dijalankan pihak manajemen terhadap perusahaan sehingga kinerja
perusahaan meningkat maka nilai perusahaan juga dapat meningkat. Ukuran
perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya asset yang dimiliki perusahaan
dan semakin besar perusahaan maka semakin besar menarik minat investor
untuk menanamkan dananya dalam bentuk saham di perusahaan tersebut.
Semakin banyak investor yang tertarik membeli saham perusahaan maka
harga saham semakin meningkat sehingga nilai perusahaan juga ikut
meningkat. Keputusan keuangan juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Terdapat tiga keputusan keuangan yang akan
diteliti dalam penelitian ini pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Keputusan investasi merupakan keputusan perusahaan untuk melakukan
investasi keuntungan yang diperoleh perusahaan kedalam operasional
selanjutnya. Terdapat dua sumber dana untuk melakukan kegiatan operasional
perusahaan. Pertama dari dana pinjaman pihak luar atau yang disebut dengan
hutang.
27

Keputusan keuangan yang berhubungan dengan penggunaan hutang


sebagai dana perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional dalam
mencari keuntungan merupakan keputusan pendanaan. Sedangkan sumber
dana internal perusahaan adalah dengan laba ditahan. Laba ditahan
berhubungan dengan keputusan perusahaan dalam membagikan keuntungan
perusahaan sebagai dividen atau menahannya untuk mencari keuntungan
yang lebih besar lagi dan keputusan keuangan atas hal tersebut adalah
kebijakan dividen.
Selain ketiga variabel independen tersebut diatas terdapat pertumbuhan
perusahaan dimana dalam penelitian ini dijadikan varibel moderator yaitu
faktor yang memperkuat atau memperlemah tiga variabel independen yaitu :
1. Struktur kepemilikan yang terdiri dari :
a. kepemilikan institusional dan
b. kepemilikan manajerial.
2. Ukuran perusahaan dan
3. Keputusan keuangan yang terdiri dari :
a. keputusan investasi,
b. keputusan pendanaan dan
c. kebijakan dividen.
Pertumbuhan perusahaan dinilai dapat memoderasi ketiga variabel
tersebut karena semakin pesat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
juga kepemilikan saham baik pihak institusional maupun manajerial, ukuran
perusahaan juga semakin besar serta semakin banyak kebutuhan akan
keuangan perusahaan sehingga mempengaruhi keputusan keuangan
perusahaan. Sehingga pertumbuhan perusahaan dimasukkan ke dalam
variabel yang memoderasi hubungan antara masing-masing variabel
independen terhadap nilai perusahaan. Kerangka konseptual penelitian ini
dituangkan dalam bentuk gambar untuk mempermudah pembaca dalam
memahami konsep penelitian ini.
28

Berikut kerangka konseptual penelitian ini :

Struktur Kepemilikan Saham

H1
Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Manajerial

H2 Nilai
Ukuran Perusahaan
Perusahaan

Keputusan Keuangan

Keputusan Investasi H3

H4
Keputusan Pendanaan

Kebijakan Dividen

Pertumbuhan Perusahaan

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Dari gambar kerangka konseptual penelitian diatas dapat diartikan bahwa
penelitian ini akan menguji pengaruh variabel independen dalam penelitian
ini yaitu struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan keputusan keuangan
terhadap nilai perusahaan, kemudian menguji pengaruh pertumbuhan
perusahaan sebagai variabel moderator.
2.4 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara waktu
dianggap benar. Berdasarkan teori dan beberapa hasil dari penelitian
terdahulu, penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
29

2.4.1 Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan


Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Dengan kepemilikan institusional, akan ada peningkatan kontrol oleh
pihak institusional sehingga mencegah terjadinya penyimpangan yang
dilakukan manajemen. Sedangkan dengan ada kepemilikan manajerial,
manajemen perusahaan akan semakin maksimal dalam meningkatkan
kinerjanya. Kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai
perusahaan. Seperti halnya yang diungkapkan Jensen dan Meckling
(1976) bahwa kepemilikan institusional akan menyebabkan usaha
monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan
perilaku oportunistik yang dilakukan para manajer. Hasnawati (2015)
menambahkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional, maka
semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi untuk mengawasi
manajemen. Berdasarkan uraian tersebut maka diambil hipotesis
pertama untuk variabel struktur kepemilikan sebagai berikut :
H1a : Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan untuk kepemilikan manajerial seperti yang diungkapkan
Jensen dan Meckling (1976) bahwa peningkatan kepemilikan
manajerial yang baik dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan
pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Verawaty (2016) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka diambil hipotesis kedua untuk
variabel struktur kepemilikan sebagai berikut :
H1b : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan
30

2.4.2 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan


Ukuran perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang
dimiliki perusahaan sehingga perusahaan besar umumnya mempunyai
total aktiva yang besar pula. Perusahaan dengan total aset yang lebih
besar akan lebih mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih
tinggi. Seperti halnya hasil penelitian Roekanah (2012) yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya penelitian Marhamah
(2013) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan total aset yang lebih
besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang
lebih tinggi sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka diambil hipotesis sebagai berikut :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2.4.3 Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan
Husnan (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang ingin
mencapai tujuan jangka panjang, akan mengambil beberapa keputusan
berupa keputusan investasi, kebijakan dividen serta keputusan
pendanaan. Seperti halnya hasil penelitian Asmawati (2013) yang
menyatakan bahwa keputusan investasi mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
maka diambil hipotesis pertama untuk variabel keputusan keuangan
yaitu keputusan investasi dengan hipotesis sebagai berikut :
H3a : Keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan
Selanjutnya hasil penelitian Verawaty (2016) menyatakan bahwa
keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Selain itu penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan
Moradi (2012) juga menyatakan bahwa keputusan pendanaan
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
31

Keputusan pendanaan yang baik akan menghasilkan laba yang semakin


besar sehingga akan berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian dan uraian tersebut maka diambil hipotesis
kedua untuk variabel keputusan keuangan yaitu keputusan pendanaan
dengan hipotesis sebagai berikut :
H3b: Keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Safitri
(2015) mengungkapkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Selain itu penelitian Rohman
(2012) juga mengemukakan bahwa satu keputusan keuangan yang
diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya, sehingga
nantinya akan berdampak pula terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya diatas maka diambil hipotesis sebagai
berikut :
H3c : Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2.4.4 Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Pertumbuhan perusahaan yang meningkat menandakan perusahaan
semakin besar sehingga jumlah saham akan semakin banyak dan
struktur kepemilikan akan berubah. Dengan semakin banyak
kepemilikan saham oleh pihak institusional maupun pihak manajemen
dianggap mampu memberikan pengaruh positif kepada nilai
perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka diambil hipotesis sebagai
berikut :
H4a : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
H4b: Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
32

2.4.5 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan


pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Menurut Kallapur (2001), pertumbuhan perusahaan merupakan
kemampuan perusahaan meningkatkan size. Penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2014) menjelaskan bahwa pertumbuhan dinyatakan sebagai
pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan
menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang
akan datang. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Irawan
(2016), pertumbuhan aset dihitung sebagai presentase perubahan aset
pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan perusahaan
berhubungan dengan aktiva, dan ukuran perusahaan dalam penelitian
ini juga menggunakan nilai log atas total aktiva, maka dianggap
pertumbuhan perusahaan akan memperkuat atau memperlemah
hubungan ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan. Berdasarkan
uraian diatas maka diambil hipotesis sebagai berikut :
H4c: Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
2.4.6 Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Brigham (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh pesat
cenderung lebih banyak menggunakan utang dari pada perusahaan yang
bertumbuh secara lambat. Berdasarkan teori tersebut diatas maka
diambil hipotesis sebagai berikut :
H4d : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
Dalam penelitiannya Priyo (2013) mengungkapkan bahwa pertumbuhan
perusahaan yang semakin cepat dalam menghasilkan laba, maka
semakin besar pengeluaran yang dibutuhkan untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut.
33

Pemilihan penggunaan dana internal atau dana eksternal merupakan


keputusan pendanaan, sehingga pertumbuhan perusahaan mampu
mempengaruhi keputusan keuangan. Berdasarkan teori tersebut diatas
maka diambil hipotesis sebagai berikut :
H4e : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) menjelaskan bahwa
pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total
aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang
dan pertumbuhan yang akan datang. Keputusan untuk penggunaan dana
atas laba yang dihasilkan perusahaan akan berhubungan dengan
keputusan untuk pembagian dividen sehingga harus membatasi dividen
supaya dapat menyimpan dana dalam perusahaan untuk investasi.
Berdasarkan uraian diatas maka diambil hipotesis sebagai berikut :
H4d : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat pengaruh
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
34

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Menurut Sugiyono (2014), Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian
yang mengungkap besar kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar
variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan
data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh variabel-variabel
yang bersangkutan kemudian menganalisis dengan menggunakan alat analisis
yang sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian.
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
dalam suatu penelitian. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. Berikut variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Variabel dependen (dependent variable) atau variabel terikat (Y) adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sugiyono (2014)
mengungkapkan bahwa variabel dependen atau yang sering disebut
variabel output, kriteria, konsekuen adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena variabel bebas atau independen.
Variabel dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan.
2. Variabel independen (independent variable) atau variabel bebas (X)
adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Menurut Sugiyono
(2014) varibel independen sering disebut variabel stimulus, prediktor,
antecendent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian
ini menggunakan tiga variabel independen yaitu :
35

a. Struktur kepemilikan (X1), dimana dalam struktur kepemilikan


terdapat dua variabel yaitu kepemilikan institusional (X1a) dan
kepemilikan manajerial (X1b).
b. Ukuran perusahaan (X2)
c. Keputusan keuangan (X3), dimana dalam terdapat keputusan
keuangan yang termasuk dalam variabel ini yaitu keputusan investasi
(X3a), keputusan pendanaan (X3b) dan kebijakan dividen (X3c).
3. Variabel moderator (Z) adalah variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dan
variabel dependen.Variabel moderator dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan perusahaan.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan
pengukuran kriteria. Definisi operasional dibutuhkan agar konsep yang
digunakan dalam penelitian dapat diukur secara empiris serta menghindari
terjadi kesalahan penafsiran yang berbeda.
Adapun operasional setiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Nilai perusahaan (Y)
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai presepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun
berjalan. Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham, karena
harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.
Harga pasar dalam hal ini adalah nilai pasar saham, dimana harga
pasar saham yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran pemegang
saham. Harga pasar perusahaan tercermin pada nilai Price to Book Value
(PBV), sejalan dengan penelitian Verawaty (2016) yang menggunakan
PBV untuk proksi nilai perusahaan.
36

2. Struktur kepemilikan (X1)


Struktur kepemilikan saham dalam penelitian ini adalah proporsi
kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham
perusahaan.
a. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi jumlah kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pihak institusi yang ditetapkan dalam bentuk
persentase (%) dibandingkan jumlah atau total saham yang dimiliki
perusahaan.
b. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah proporsi jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki oleh manajer, direksi atau komisaris dalam perusahaan
yang ditetapkan dalam persentase (%).
3. Ukuran perusahaan (X2)
Siahaan (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diwakili
oleh nilai log atas total aset, total penjualan dan kapitalisasi nilai pasar.
Nilai log total aset dianggap lebih menggambarkan ukuran perusahaan
karena perusahaan dengan total aset tinggi merupakan perusahaan dengan
tingkat kekuatan yang tinggi dimana cash flow menunjukkan nilai positif
dan mampu mengatasi permasalahan operasional perusahaan dalam jangka
waktu panjang. Semakin besar total aktiva yang dimiliki perusahaan,
semakin kuat perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
4. Keputusan keuangan (X3)
a. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah keputusan yang didasarkan pada tingkat
pengembalian sebuah investasi yang dilakukan perusahaan. Merupakan
kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi dimasa akan
datang atau Investment Opportunity Set (IOS). Salah satu rasio yang
menjelaskan mengenai potensi atau tingkat pengembalian suatu
investasi adalah Price Earning Ratio (PER).
37

b. Keputusan pendanaan
Kumar et al. (2012) mengungkapkan bahwa keputusan pendanaan
berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam mencari dana untuk
membiayai investasi dan menentukan komposisi sumber pendanaan.
Rasio yang menunjukkan komposisi tersebut adalah Debt to Equity
Ratio (DER), dimana dapat mengetahui komposisi pinjaman atau
hutang perusahaan dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan usahanya.
c. Kebijakan dividen
Didefinisikan sebagai pembagian keuntungan yang dihasilkan
perusahaan kepada para pemegang saham biasa. Sering juga diartikan
sebagai suatu ketetapan yang diambil oleh pihak manajemen
perusahaan dalam membagi keuntungan perusahaan kepada pemegang
sahamnya, namum tetap memperhatikan alokasi laba ditahan sebagai
dana internal untuk melakukan reinvestasi guna memaksimalkan nilai
perusahaan.
5. Pertumbuhan perusahaan (Z)
Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan
maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode.
Dalam penelitian ini diyakini bahwa persentase perubahan total aktiva
merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur pertumbuhan
perusahaan.
Aktiva dianggap bagian dari perusahaan dimana ukurannya merupakan
gambaran yang paling mudah diukur sebagai adanya pertumbuhan
perusahaan menjadi lebih besar atau tidak. Semakin besar perusahaan juga
akan meningkat nilainya. Sehingga pertumbuhan perusahaan dapat
dijadikan indikator meningkatnya nilai perusahaan. Dimana pertumbuhan
perusahaan dijadikan sebagai variabel moderator yang akan menjadikan
lebih kuat atau lebih lemahnya pengaruh masing-masing variabel dalam
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
38

3.3 Pengukuran Variabel


Dalam penelitian ini pengukuran variabel-variabel yang digunakan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai perusahaan (Y)
Nilai perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel dependen.
Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) yang
merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai
buku perusahaan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2016) yang
menggunakan PBV sebagai proksi untuk variabel nilai perusahaan yang
diformulasikan sebagai berikut :

Keterangan :
PBV : Price to Book Value
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
pada akhir tahun atau closing price. Skala yang digunakan adalah rasio
dan satuan datanya dalam bentuk persentase.
2. Struktur kepemilikan (X1)
a. Kepemilikan institusional (X1a)
Kepemilikan institusional diukur dengan presentase jumlah saham
yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total
keseluruhan saham yang dimiliki perusahaan.

Keterangan :
INST : Kepemilikan institusional
Skala yang digunakan adalah rasio dan satuan datanya dalam
bentuk persentase.
39

b. Kepemilikan manajerial (X1b)


Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen dibandingkan dengan total keseluruhan
saham perusahaan.

Keterangan :
MOWN : Kepemilikan manajerial
3. Ukuran perusahaan (X2)
Siahaan (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diwakili
oleh nilai log atas total aset, total penjualan dan kapitalisasi nilai pasar.
Menurut Ghozali (2012),karena total aset perusahaan bernilai besar maka
hal ini dapat disederhanakan dengan menstranformasikan ke dalam
logaritma natural sebagai berikut :

Keterangan :
Ln : Nilai Log
4. Keputusan keuangan (X3)
a. Keputusan investasi (X3a)
Keputusan investasi dalam penelitian ini diproksikan melalui Price
Earning Ratio (PER), yaitu perbandingan harga pasar saham biasa
perusahaan dengan laba per lembar saham (earning per share) yang
dinyatakan dalam satuan kali (x). Price Earning Ratio (PER) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
PER : Price Earning Ratio
40

b. Keputusan pendanaan (X3b)


Keputusan pendanaan didalam penelitian ini dihitung
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu merupakan rasio yang
mengambarkan komponen total hutang terhadap total keseluruhan total
ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) dapat
diperhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
DER : Debt to Equity Ratio
c. Kebijakan dividen (X3c)
Kebijakan dividen dalam penelitian ini diwakili oleh Dividend
Payout Ratio (DPR), merupakan persentase laba perusahaan yang
dibayarkan kepada pemegang saham berupa dividen kas.

Keterangan :
DPR : Dividend Payout Ratio
DPS : Dividen per lembar saham dihitung dengan dari jumlah
dividen dibagi jumlah saham yang beredar
5. Pertumbuhan perusahaan (Z)
Dewi (2014) menjelaskan bahwa pertumbuhan dinyatakan sebagai
pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan
profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang.
Rumus untuk pertumbuhan aset adalahsebagai berikut :

Keterangan :
GROWTH : Pertumbuhan perusahaan
41

3.4 Prosedur Pengumpulan Data


3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi non perilaku.Observasi non perilaku
adalah metode pengumpulan data dimana peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat independen. Dengan metode ini semua data
diperoleh melalui pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat
serta mempelajari uraian-uraian dari buku, jurnal maupun karya ilmiah
lainnya.
3.4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data
sekunder. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau yang
diangkakan. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan penelitian
ini adalah data sekunder eksternal, yaitu data yang tidak langsung
didapat dari perusahaan, tetapi diperoleh dalam bentuk data yang telah
dikumpulkan, diolah dan dipublikasikan oleh pihak lain. Dalam hal ini
data yang diperoleh dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia berupa
data dalam laporan keuangan perusahaan sampel yang diunduh dari
situs internet yaitu www.idx.co.id. Data keuangan yang diunduh
merupakan data keuangan selama lima tahun yaitu dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.
3.4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pada
sektor pertambangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011 sampai dengan 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang termasuk dalam
kategori non probability sampling. Menurut Sugiyono (2009),
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
42

Purposive sampling penentuan sampel berdasarkan kriteria yang


telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Penentuan kriteria
sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam
penentuan sampel yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil
analisis. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor pertambangan yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sejak tahun 2011 dan tidak melakukan delisting sampai
dengan tahun 2015,
2. Perusahaan yang melaporkan atau mempublikasikan laporan
keuangan dan laporan kinerja perusahaannya secara lengkap dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015,
3. Perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan saham berupa
kepemilikan institusional dan manajerial dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015,
Berdasarkan kriteria perusahaan diatas untuk menentukan sampel
dalam penelitian ini. Maka berikut jumlah sampel yang diperoleh
peneliti :
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
1 Efek Indonesia dari tahun 2011 dan tidak delisting sampai 44
dengan tahun 2015
Perusahaan yang tidak melaporkan atau mempublikasikan
2 laporan keuangan dan laporan kinerjanya selama tahun (13)
2011 sampai dengan 2015 secara lengkap
Perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan
3 saham yang terdiri dari kepemilikan institusional dan (19)
manajerial dari tahun 2011 sampai dengan 2015
Jumlah sampel akhir 12
Tahun pengamatan 5
Jumlah pengamatan 60
43

Jumlah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa


Efek Indonesia berjumlah 44, terdiri dari perusahaan sub sektor
pertambangan batubara sebanyak 23 perusahaan, sub sektor
pertambangan minyak dan gas bumi sebanyak sembilan (9) perusahaan,
sub sektor pertambangan logam dan mineral lainnya sebanyak delapan
(8) perusahaan, sub sektor pertambangan batu-batuan sebanyak tiga (3)
perusahaan dan sub sektor pertambangan lainnya sebanyak satu (1)
perusahaan. Dari hasil purposive sampling diatas maka diperoleh
sampel sebanyak 12 perusahaan sampel dengan tahun pengamatan
selama 5 tahun maka jumlah pengamatan dalam penelitian ini adalah 60
sampel.
3.5 Metode Analisis Data
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis data
dalam sebuah penelitian. Analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif dan uji hipotesis. Teknik analisis yang digunakan untuk uji
hipotesis adalah analisa regresi dan karena penelitian ini menggunakan
variabel moderator maka model analisis yang digunakan adalah uji nilai
selisih mutlak. Menurut penelitian Asmawati (2013), model ini digunakan
dengan dua alasan yaitu :
1. Model ini memasukkan variabel efek utama dalam analisis regresi,
2. Model ini dianggap mampu mengatasi masalah multikolonieritas yang
sering timbul pada saat menggunakan uji interaksi.
Model regresi yang baik diharuskan memenuhi beberapa asumsi yang
disebut dengan asumsi klasik.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Metode statistik deskriptif membahas cara-cara pengumpulan data,
penyederhanaan angka-angka pengamatan yang diperoleh (meringkas
dan menyajikan), serta melakukan pengukuran pemusatan dan
penyebaran data untuk memperoleh informasi yang lebih menarik,
berguna, dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran profil data sampel.
44

Sugiarto (2013) mengungkapkan bahwa dengan statistik deskriptif,


pengumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi
serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada.
Informasi yang dapat diperoleh dengan statistik deskriptif ini antara lain
pemusatan data, penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus
data. Hasil analisis yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain
adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,
pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan
desil,presentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-
rata dan standar deviasi, perhitungan persentase.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik.
Menurut Ghozali (2012), uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian adalah normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas dan
autokorelasi.
1. Uji normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji nilai residual
dalam model regresi telah berdistribusi normal atau tidak. Seperti
diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji statistik
yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov dengan membuat
hipotesis :
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak
45

2. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah
antara variabel independen mengandung korelasi atau tidak.
Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan
Variance Inflasion Faktor. Dasar pengambilan keputusan :
a. VIF > 10 antara variabel independen terjadi korelasi
b. VIF < 10 antara variabel independen tidak terjadi korelasi atau
multikolinieritas
3. Uji heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2012), uji heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam
penelitian ini digunakan uji heterokedastisitas dengan uji glejser.
Uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Dasar pengambilan
keputusannya :
a. Nilai sig > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas
b. Nilai sig < 0,05 berarti tidak bebas dari heterokedastisitas
4. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam model regresi adalah
varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.
Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian
terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW). Dasar pengambilan
keputusan :
a. Angka DW < -2 : terjadi autokorelasi
b. Angka DW >-2 sampai +2 : tidak terjadi autokorelasi
c. Angka DW > +2 : autokorelasi negatif
46

3.5.3 Uji Hipotesis


Teknik analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah analisa
regresi dan karena penelitian ini menggunakan variabel moderator maka
model analisis yang digunakan adalah uji nilai selisih mutlak. Setelah
melalui uji asumsi klasik, barulah dilakukan oleh data menggunakan
analisis regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = α + β1X1a + β2X1b + β3X2 + β4X3a + β5X3b + β6X3c + β7Z +


β8ǀX1a-Zǀ + β9ǀX1b-Zǀ + β10ǀX2-Zǀ + β11ǀX3a-Zǀ + β12ǀX3b-Zǀ +
β13ǀX3c-Zǀ + Ɛ

Keterangan :
Y : Nilai Perusahaan
α : Konstanta
β1- β13 : Koefisien regresi
X1a-X3c : Variabel independen
Z : Variabel Moderator
X1a : Standardized kepemilikan institusional
X1b : Standardized kepemilikan manajerial
X2 : Standardized ukuran perusahaan
X3a : Standardized keputusan investasi
X3b : Standardized keputusan pendanaan
X3c : Standardized kebijakan dividen
Z : Standardized pertumbuhan perusahaan
Ɛ : Standar error
Pengujian data dengan analisis regresi berganda dalam penelitian
ini dilakukan tiga tahap pengujian yaitu :
1. Pengujian individu atau parsial (Uji t)
Untuk mengetahui bahwa variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
47

Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambilan


keputusannya adalah :
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Hₒ diterima
b. Jika probalilitas < 0,05 maka Hₒ ditolak
Dan karena hipotesis dalam penelitian ini menggunakan nilai
koefisien positif dan signifikan terhadap varibel dependen maka
hipotesis dalam penelitian ini diterima jika nilai koefisien atau β1
sampai dengan β13 bernilai positif dan nilai signifikansi (sig) <
0,05.
2. Pengujian menyeluruh atau simultan (Uji F)
Untuk mengetahui bahwa variabel independen secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambilan
keputusan adalah :
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Hₒ diterima
b. Jika probalilitas < 0,05 maka Hₒ ditolak
3. Pengujian Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) berguna untuk mengukur seberapa
besar peranan variabel independen secara bersama-sama
menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen. Nilai
R² memiliki interval mulai dari 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≥ 1). Semakin
besar R² (mendekati 1), semakin baik model regresi tersebut yang
berarti variabel independen secara keseluruhan dapat menjelaskan
variasi dari variabel terikat. Semakin kecil nilai R² (mendekati 0)
berarti variabel independen secara keseluruhan semakin tidak dapat
menjelaskan variasi dari variabel terikat.
48

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian


Deskripsi data merupakan gambaran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Data yang digunakan dalam laporan penelitian ini berupa data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan-perusahaan sampel. Data perusahaan diambil dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI) di www.idx.co.id. Populasi yang digunakan
adalah perusahaan sektor pertambangan sejumlah 44 perusahaan terdiri dari
perusahaan sub sektor pertambangan batubara sebanyak 23 perusahaan, sub
sektor pertambangan minyak dan gas bumi sebanyak 9, sub sektor
pertambangan logam dan mineral lainnya sebanyak 8 perusahaan, sub sektor
pertambangan batu-batuan sebanyak 3 perusahaan dan sub sektor
pertambangan lainnya sebanyak 1 perusahaan. Setelah dilakukan purposive
sampling maka diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data perusahaan tahun 2011 hingga 2015
berarti penelitian ini menggunakan data dengan rentan waktu 5 tahun,
sehingga jumlah sampel adalah sebanyak 60 sampel. Sesuai dengan judul
penelitian, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
nilai perusahaan sebagai variabel dependen, struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan dan keputusan keuangan sebagai variabel independen dan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis statistik dan
selanjutnya analisis data tersebut digunakan untuk menguji hipotesis. Cara
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah statistik parametrik yang
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas atau serangkaian uji asumsi klasik
dan seluruh pengujian dalam penelitian ini menggunakan SPSS 20. Berikut
adalah hasil dari seluruh uji dalam penelitian ini :
49

4.2.1 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan umum suatu
data secara statistik. Statistik deskriptif difokuskan kepada nilai
maximum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut di
dalam Tabel 4.1 ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan di
dalam penelitian ini meliputi : jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai
maksimum, rata-rata sampel (mean), serta standard deviasi (σ) untuk
masing-masing variabel.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INST 60 31,75 86,80 58,4098 14,24513
MOWN 60 ,01 15,75 2,2220 4,04981
SIZE 60 25,49 32,06 29,3585 1,74103
PER 60 -15,49 38,48 9,1327 10,93376
DER 60 ,12 14,81 1,6628 2,99699
DPR 60 ,00 84,65 31,1268 25,54176
GROWTH 60 -,31 ,65 ,1428 ,16591
PBV 60 ,33 5,20 1,8760 1,30125
Valid N (listwise) 60

Hasil perhitungan statistik deskriptif diatas terlihat jumlah sampel (N)


sebanyak 60 dan berikut karakteristik masing-masing variabel yang
diperoleh dalam perhitungan :
1. Kepemilikan institusional (INST)
Saham perusahaan sampel dimiliki minimal 31,75% dan maksimal
86,80% oleh pihak institusional dengan rata-rata kepemilikan
58,40% dari saham yang beredar di pasar modal. Artinya setengah
kepemilikan saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 yang ada dalam sampel
dimiliki oleh pihak institusional.
50

2. Kepemilikan manajerial (MOWN)


Saham perusahaan sampel dimiliki minimal 0,1% dan maksimal
15,75% oleh pihak manajerial dengan rata-rata kepemilikan sebesar
2,22% dari saham yang beredar di pasar modal. Artinya
kepemilikan ini masih sangat kecil dibandingkan dengan
kepemilikan institusional.
3. Ukuran perusahaan (Size)
Perusahaan sampel mempunyai ukuran minimal dengan nilai Ln
total aktiva sebesar 25,49 dan maksimal dengan nilai Ln total aktiva
sebesar 32,06. Rata-rata ukuran perusahaan diwakili dengan nilai
Ln total aktiva sebesar 29,35. Artinya total aktiva perusahaan
sampel minimal sebesar ± 100 Milyar, maksimal ± 4 Triliun dan
rata-rata ± 2 Triliun.
4. Keputusan Investasi yang diwakili oleh Price Earning Ratio (PER)
Tingkat pengembalian atas dana investasi para investor perusahaan
dilihat dari hasil diatas minimal sebesar –15,49% atau artinya
perusahaan sampel ada yang mengalami kerugian sehingga hasilnya
negatif. Nilai investasi maksimal 38,48% berarti perusahaan sampel
mempunyai tingkat pengembalian atas investasi sebesar 38,48%
dari harga sahamnya dengan rata-rata 9,13%.
5. Keputusan Pendanaan yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio
(DER)
Nilai minimal sebesar 0,12 artinya pendanaan perusahaan terdiri
dari minimal 0,12 kali dari total ekuitas perusahaan dan nilai
maksimal sebesar 14,81 artinya endanaan perusahaan terdiri dari
maksimal 14,81 kali dari total ekuitas perusahaan. Dengan
komposisi pendanaan perusahaan rata-rata sebesar 1,66 kali total
hutang dari total ekuitas perusahaan. Ini berarti perusahaan dengan
nilai Debt to Equity Ratio (DER) rendah mempunyai komposisi
hutang ekuitas lebih besar dibandingkan dengan komposisi
hutangnya.
51

6. Kebijakan dividen yang diwakili oleh Dividend Payout Ratio (DPR)


Nilai minimal sebesar 0,00 berarti perusahaan sampel tidak
membagikan dividennya, nilai maksimum sebesar 84,85 berarti
dividen per lembar saham yang dibagikan maksimum 84,85 kali
dari laba per lembar saham yang dihasilkan dengan rata-rata
pembagian dividen sebesar 31,12. Dimana perusahaan terkadang
mengalami kerugian, dan apabila perusahaan tidak mempunyai laba
ditahan di tahun sebelumnya, maka perusahaan memilih untuk tidak
membagikan dividennya. Ini yang menyebabkan adanya nilai nol
pada variabel kebijakan dividen ini.
7. Pertumbuhan perusahaan (Growth)
Perusahaan sampel mengalami pertumbuhan perusahaan minimal
sebesar -0,31 atau -31% yang artinya mengalami penurunan total
aktiva, dan maksimum mengalami pertumbuhan sebesar 0,65 atau
65% dengan rata-rata sebesar 0,14 atau 14%. Nilai negative pada
nilai minimum artinya perusahaan mengalami penurunan total
aktiva sehingga seluruh perusahaan rata-rata mengalami
pertumbuhan perusahaan sebesar 14% per tahun.
8. Nilai perusahaan yang diwakili oleh Price to Book Value (PBV)
Menunjukkan perusahaan sampel mempunyai nilai perusahaan
minimum sebesar 0,33 artinya harga pasar saham minimum hanya
0,33 kali lebih tinggi dari harga bukunya sedangkan nilai
maksimum sebesar 5,20 artinya harga pasar saham perusahaan
sampel paling tinggi 5,20 kali dari harga bukunya. Sehingga rata-
rata perusahaan mempunyai harga saham dengan nilai 1,87 kali
dari nilai bukunya.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji nilai residual
dalam model regresi telah berdistribusi normal atau tidak.
52

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji


normalitas dari Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 60
Mean 0E-7
a,b
Normal Parameters Std.
1,04319020
Deviation
Absolute ,106
Most Extreme
Positive ,106
Differences
Negative -,083
Kolmogorov-Smirnov Z ,821
Asymp. Sig. (2-tailed) ,510
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel 4.2 menunjukkan data penelitian Sig. (2-tailed) sebesar 0,510


> 0,05. Hal ini menunjukkan data penelitian ini berdistribusi
normal. Dengan hasil data yang bersifat normal, maka salah satu
asumsi dari uji asumsi klasik yaitu uji normalitas telah terpenuhi.
2. Uji multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam
suatu model regresi linear berganda. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi
variabel dependen dan diregresi terhadap variabel independen
lainnya. Berikut hasil uji multikolinearitas atas masing-masing
model persamaan regresi dalam penelitian ini :
53

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
X1a ,318 3,142
X1b ,422 2,368
X2 ,680 1,470
X3a ,353 2,835
X3b ,300 3,335
X3c ,262 3,813
1
Z ,784 1,276
X1a-Z ,546 1,832
X1b-Z ,421 2,374
X2-Z ,613 1,633
X3a-Z ,320 3,126
X3b-Z ,324 3,089
X3c-Z ,291 3,432
a. Dependent Variable: PBV

Tabel 4.3 menunjukkan tidak terjadi korelasi diantara variabel


independen dimana nilai Variance Inflasion Faktor (VIF)
memenuhi dasar pengambilan keputusan yaitu < 10.
3. Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
terjadi ketidaksamaan varian dalam suatu model regresi dari suatu
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan uji heterokedastisitas
dengan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan
antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.
54

Tabel 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Model Sig.

(Constant) ,000
X1a ,926
X1b ,635
X2 ,208
X3a ,074
X3b ,364
X3c ,072
1
Z ,092
X1a-Z ,648
X1b-Z ,873
X2-Z ,139
X3a-Z ,674
X3b-Z ,111
X3c-Z ,877
a. Dependent Variable: ABS

Pada tabel 4.4 nilai signifikansi (sig) seluruh variabel adalah > 0,05
sehingga hasil uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variabel
bebas dari heterokedastisitas.
4. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam model regresi adalah
varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.
Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian
terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW).
55

Dasar pengambilan keputusan :


a. Angka DW < -2 : terjadi autokorelasi
b. Angka DW >-2 sampai +2 : tidak terjadi autokorelasi
c. Angka DW > +2 : autokorelasi negatif

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 ,597a ,357 ,175 1,18214 1,590
a. Predictors: (Constant), Zscore(X1a), Zscore(X1b), Zscore(X2), Zscore(X3a), Zscore(X3b),
Zscore(X3c), X1a-Z, X1b-Z, X2-Z, X3a-Z, X3b-Z, X3c-Z
b. Dependent Variable: PBV

Tabel 4.5 menunjukkan model regresi dalam penelitian ini


tidak terjadi autokorelasi dalam seluruh model regresi, dengan hasil
angka Durbin-Watson > -2 sampai +2.
4.2.3 Uji Hipotesis
Persamaan regresi berganda dengan uji selisih mutlak digunakan
untuk menjawab seluruh hipotesis dalam penelitian ini. Berikut
hipotesis setelah menggunakan uji statistik beserta penjelasan mengenai
hasilnya :

1. Uji t (parsial)
Uji t atau uji hipotesis secara parsial digunakan untuk
mengetahui apakah secara parsial variabel independen berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dari
pengujian hipotesis secara parsial diperoleh hasil sebagai berikut :
56

Tabel 4.6
Hasil Uji t (Parsial)
Model β Sig One-tail
(Constant) 1,673 ,000 ,000
X1a -,279 ,312 ,156
X1b -,434 ,073 ,036
X2 -,215 ,255 ,127
X3a -,265 ,311 ,155
X3b ,050 ,859 ,429
X3c ,835 ,008 ,004
Z ,482 ,008 ,004
X1a-Z ,384 ,145 ,072
X1b-Z ,514 ,110 ,055
X2-Z -,203 ,415 ,107
X3a-Z -,271 ,337 ,168
X3b-Z -,107 ,712 ,356
X3c-Z -,116 ,705 ,352
a. Dependent Variable: PBV

Berdasarkan hasil uji t (parsial) diatas diperoleh persamaan dalam


penelitian ini sebagai berikut :

Y = 1,673 - 0,279X1a - 0,434X1b - 0,215X2 - 0,265X3a +


0,050X3b + 0,835X3c + 0,482Z + 0,384ǀX1a-Zǀ + 0,514ǀX1b-
Zǀ - 0,203ǀX2-Zǀ - 0,271ǀX3a-Zǀ - 0,107ǀX3b-Zǀ - 0,116ǀX3c-Zǀ

Dari persamaan diatas dan dari table 4.6 diperoleh hasil atas
jawaban setiap hipotesis dalam penelitian ini, berikut masing-
masing hasil uji hipotesisnya :
57

1. Hipotesis pertama
Dalam penelitian ini hipotesis pertama mengenai pengaruh
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Struktur
kepemilikan diwakili oleh dua variabel yaitu kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial, maka terdapat dua
hipotesis yang diuji pengaruhnya, yaitu :
a. H1a : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien
variabel X1a atau kepemilikan institusional yaitu - 0,279.
Dilihat dari persamaan diatas, hasil uji statistik maka nilai
negatif pada koefisien tersebut berarti kepemilikan
institusional mempunyai hubungan negatif terhadap nilai
perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,156 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis 1a (H1a) yang
menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
b. H1b : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien
variabel X1b atau kepemilikan manajerial sebesar – 0,434.
Dilihat dari persamaan diatas atas hasil uji statistik maka
nilai negatif pada koefisien tersebut berarti kepemilikan
manajerial mempunyai hubungan negatif terhadap nilai
perusahaan.Nilai sig sebesar 0,036 sehingga lebih besar
dari 0,05 berarti variabel kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan
koefisien negatif.
58

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis 1b (H1b)


yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
2. Hipotesis kedua
Hipotesis kedua mengenai pengaruh ukuran perusahaan
terhadap nilai perusahaan, berikut hipotesisnya :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien variabel X2
atau ukuran perusahaan sebesar –0,215. Dilihat dari persamaan
diatas, hasil uji statistik maka nilai negatif pada koefisien
tersebut berarti ukuran perusahaan mempunyai hubungan
negatif terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,255 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.Berdasarkan hasil tersebut
maka hipotesis kedua (H2) yang menyatakan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
ditolak.
3. Hipotesis ketiga
Hipotesis ketiga mengenai pengaruh keputusan keuangan
terhadap nilai perusahaan. Keputusan keuangan dalam
penelitian ini diwakili oleh tiga variabel yaitu keputusan
keuangan, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Maka
terdapat tiga hipotesis yang diuji yaitu sebagai berikut :
a. H3a : Keputusan investasi berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien
variabel X3a atau keputusan investasi sebesar – 0,265.
59

Dilihat dari persamaan diatas, hasil uji statistik maka


nilai negatif pada koefisien tersebut berarti keputusan
investasi mempunyai hubungan negatif terhadap nilai
perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,311 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti variabel keputusan investasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.Berdasarkan hasil
tersebut maka hipotesis 3a (H3a) yang menyatakan
keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan ditolak.
b. H3b : Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien
variabel X3b atau keputusan pendanaan sebesar 0,050.
Dilihat dari persamaan diatas, hasil uji statistik maka nilai
positif pada koefisien tersebut keputusan pendanaan
mempunyai positif terhadap nilai perusahaan..
Nilai sig sebesar 0,859 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti variabel keputusan pendanaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
tersebut maka hipotesis 3b (H3b) yang menyatakan
keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan ditolak.
c. H3c : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien
variabel X3c atau kebijakan dividen sebesar 0,835.
Dilihat dari persamaan diatas atas hasil uji statistik
maka nilai positif pada koefisien tersebut berarti setiap
kenaikan 1 angka kebijakan dividen maka akan
meningkatkan 0,835 nilai perusahaan.
60

Nilai sig sebesar 0,008 sehingga lebih kecil dari 0,05


berarti variabel kebijakan dividen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.Berdasarkan hasil tersebut maka
hipotesis 3c (H3c) yang menyatakan kebijakan dividen
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.
4. Hipotesis keempat
Selain variabel independen, penelitian ini menggunakan
variabel moderating yaitu pertumbuhan perusahaan. Hasil uji
selisih mutlak pada pengujian hipotesis penelitian ini.
Probabilitas variabel dapat dikatakan sebagai variabel moderasi
jika nilai sig dibawah 0,05. Variabel moderating dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan perusahaan (Z).
Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa nilai sig sebesar
0,008 lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel pertumbuhan
perusahaan merupakan moderator. Atas hal tersebut terdapat
tiga hipotesis atas pengaruh variabel moderating dalam
memoderasi variabel independen.
a. H4a : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat
pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,145 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu
memperkuat pengaruh kepemilikan institusional terhadap
nilai perusahaan maka hipotesis 4a ditolak.
b. H4b : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat
pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,110 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu
memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
nilai perusahaan maka hipotesis 4b ditolak.
61

c. H4c : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat


pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,415 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu memoderasi
pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
maka hipotesis 4c ditolak.
d. H4d : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat
pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,168 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu
memperkuat pengaruh keputusan investasi terhadap nilai
perusahaan maka hipotesis 4d ditolak.
e. H4e : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat
pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,356 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu
memperkuat pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan maka hipotesis 4e ditolak.
f. H4f : Pertumbuhan perusahaan mampu memperkuat
pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
Nilai sig sebesar 0,352 sehingga lebih besar dari 0,05
berarti pertumbuhan perusahaan tidak mampu
memperkuat pengaruh keputusan investasi terhadap nilai
perusahaan maka hipotesis 4f ditolak.

2. Uji F (Simultan)
Uji F atau uji hipotesis secara simultan digunakan untuk
melihat apakah secara keseluruhan variabel independen memiliki
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Dari pengujian hipotesis secara simultan diperoleh hasil yaitu
sebagai berikut :
62

Tabel 4.7
Hasil Uji f (Simultan)

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 35,695 13 2,746 1,967 ,046b
1 Residual 64,207 46 1,396
Total 99,902 59
a. Dependent Variable: PBV
b. Predictors: (Constant), (X1a), (X1b), (X2), (X3a), (X3b), (X3c), X1a-Z, X1b-Z, X2-Z, X3a-
Z, X3b-Z, X3c-Z

Hasil uji ANOVA atau uji F menunjukkan F hitung sebesar


1,967 dengan tingkat probabilitas 0,046 < 0,05 menunjukkan
bahwa semua variabel yaitu struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan, keputusan keuangan dan pertumbuhan perusahaan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) berguna untuk mengukur seberapa
besar peranan variabel independen secara bersama-sama
menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen. Nilai
R² memiliki interval mulai dari 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≥ 1). Berikut
hasil uji koefisien determinasi penelitian ini :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 ,597a ,357 ,175 1,18214
a. Predictors: (Constant), (X1a), (X1b), (X2), (X3a), (X3b), (X3c), X1a-
Z, X1b-Z, X2-Z, X3a-Z, X3b-Z, X3c-Z
b. Dependent Variable: PBV
63

Tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjusted R² sebesar 0,175 yang


memiliki arti 17,5% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan, keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan
dividen dan pertumbuhan perusahaan sedangkan sisanya 82,5%
dijelaskan variabel lainnya.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
Struktur kepemilikan diwakili dengan dua variabel yaitu kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial, berikut hasil uji statistik pada
dua variabel tersebut :
a. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan hasil uji statistik diatas menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmawati (2013) yang
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan pihak institusional dianggap memiliki arti penting dalam
memonitoring kinerja manajemen. Dalam penelitian ini peran
tersebut tidak terlihat sehingga sebanyak apapun kepemilikan pihak
institusional dalam perusahaan tidak dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian Verawaty (2016) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitiannya
Verawaty (2016) menyatakan bahwa tingginya kepemilikan
institusional akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal.
Pengawasan tinggi akan meminimalisasi tingkat penyelewengan
yang dilakukan manajemen sehingga semakin tinggi kepemilikan
institusional maka akan mengurangi perilaku opportunistic manajer
yang diharapkan sakan meningkatkan nilai perusahaan.
64

Perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan kepemilikan


institusional dalam perusahaan sampel di penelitian ini tidak
melakukan fungsi pengawasannya, sehingga semakin banyak
kepemilikan saham oleh pihak institusional hanya berpengaruh pada
struktur kepemilikannya saja dan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
b. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
Sama halnya dengan hasil kepemilikan institusional, dalam
hasil uji statistik diatas menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
juga berpangaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmawati (2013)
yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) berpendapat bahwa peningkatan kepemilikan
manajerial yang baik dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan
pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Perbedaan tersebut disebabkan karena kepemilikan manajerial dalam
sampel penelitian ini dianggap kurang efektif dalam meningkatkan
kinerja perusahaan sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Sejalan dengan penelitian Roekanah (2012) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini memiliki rata-rata
kepemilikan manajerial masih relatif kecil yaitu sebesar 2,23%.
Jumlah kepemilikan yang masih kecil ini membuat manajer
perusahaan lebih banyak dikendalikan pemilik mayoritas sehingga
manajer hanya kepanjangan tangan dari pemilik mayoritas. Hasil
tersebut juga didukung oleh penelitian Ratih (2016) yang
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap perusahaan, hubungan negatif ini
bermakna bahwa setiap peningkatan kepemilikan saham oleh pihak
manajerial maka akan menurunkan nilai perusahaan.
65

Tingginya persentase kepemilikan manajerial akan


mengakibatkan manajer bertindak dan mengambil keputusan untuk
kepentingan manajemen saja. Kondisi ini menyebabkan mekanisme
kontrol tidak dapat dilakukan dengan maksimal dan baik oleh
pemilik perusahaan, kemudian akan terjadi penurunan nilai
perusahaan karena terjadinya perbedaan persepsi antara pemilik
perusahaan dengan manajemen dalam mengambil keputusan.
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Gill dan Obradovich (2012) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
Gultom (2013) dan Harqiansyah (2015) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya
yaitu oleh Nuraina (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal
ini disebabkan karena aset perusahaan bukan merupakan faktor utama
yang dijadikan pertimbangan oleh investor. Pada dasarnya ukuran
perusahaan menunjukkan total aset perusahaan,jika nilai ukuran
perusahaan tinggi maka semakin besar aktiva yang bisa jadi jaminan
perusahaan untuk mendapatkan pinjaman hutang guna modal
perusahaan sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat. Namun
didalam penelitian ini dikatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan investor membeli saham
sebuah perusahaan tidak hanya ditinjau dari seberapa besar aktiva yang
dimiliki tetapi dari sisi dividen yang diterima investor setiap tahunnya.
66

Selain itu jika perusahaan memiliki aset yang besar, pihak


manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada dalam
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding
dengan kekhawatiran yang dilakukan pemilik atas asetnya. Jumlah aset
yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi
pemilik perusahaanya. Dan dalam penelitian ini kepemilikan saham
terbesar dimiliki oleh pihak institusional.
3. Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan
Dalam penelitian ini, keputusan keuangan diwakili oleh tiga variabel
yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen.
Berikut hasil uji statistik atas variabel-variabel tersebut :
a. Pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
Keputusan investasi dalam penelitian ini diproksikan dengan
Price Earning Ratio (PER), yaitu merupakan rasio yang
menghasilkan tingkat pengembalian sebuah investasi dimana harga
per lembar saham dibandingkan dengan laba yang diperoleh per
lembar saham. Atas hasil uji statistik diatas menunjukkan bahwa
keputusan investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Asmawati (2013) dan Honarbakhsh et al. (2013) yang
menyatakan bahwa keputusan investasi mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan ini dikarenakan
investor tidak menilai sebuah perusahaan hanya dari tingkat
pengembalian dalam satu tahun, tetapi kemampuan perusahaan
bertahan dalam kondisi sulit serta kekuatan perusahaan dalam
menghadapi segala risiko keuangan lainnya. Selain itu pada
penelitian Asmawati (2013), keputusan investasi menggunakan
MVBVA sebagai perhitungannya sehingga hasil yang diperoleh juga
berbeda. Investor memiliki tanggapan yang berbeda terhadap Price
Earning Ratio (PER) yang dimiliki perusahaan, semua itu tergantung
pada preferensi masing-masing investor.
67

Investor yang suka mengambil risiko memiliki kecenderungan


untuk berspekulasi sehingga lebih menyukai Price Earning Ratio
(PER) yang semakin tinggi. Investor yang cenderung menghindari
risiko lebih menyukai nilai Price Earning Ratio (PER) yang rendah
sebab nilai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Berbeda dengan
hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa keputusan
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan karena populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan, dimana pada tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 dalam kondisi tidak stabil.
b. Pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
Keputusan pendanaan dalam penelitian ini diproksikan dengan
Debt to Equity Ratio (DER), yaitu dimana rasio ini untuk melihat
keputusan pendanaan perusahaan dengan menggunakan hutang
sebagai sumber pendanaan perusahaan dibandingkan dengan
komponen ekuitas yang dimiliki perusahaan. Atas hasil uji statistik
diatas menunjukkan bahwa keputusan pendanaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Moradi (2012) dimana hasilnya
menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan perusahaan mengenai
komposisi pendanaan yang akan digunakan akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Laba yang semakin besar akan berdampak pula terhadap
nilai pasar saham perusahaan, sehingga hal tersebut akan berdampak
terhadap peningkatan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai
perusahaan maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi.
Berbeda dengan hasil penelitian Verawaty (2016) yang mendukung
hasil penelitian ini bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
68

Hal ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran investor maupun


manajemen akan penggunaan hutang yang tinggi didalam
operasional perusahaan. Penggunaan hutang sebagai sumber
pendanaan perusahaan akan meningkatkan risiko perusahaan.
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) semakin tinggi pula
risiko dimana perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.
Posisi dimana perusahaan tidak mampu lagi membayar
kewajibannya merupakan posisi sulit bagi perusahaan memilih tetap
membagikan dividen atau menggunakan labanya untuk memenuhi
kewajiban tersebut.
Risiko ini yang ditakuti investor perusahaan, sehingga
perusahaan sampel dalam penelitian ini menunjukkan rendahnya
nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang dimiliki perusahaan sehingga
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan berhati-hati dalam
melakukan keputusan pendanaan. Selain risiko akan penggunaan
laba ditahan, keputusan akan pencarian dana baru untuk menutup
kewajiban akan hutang perusahaan dapat dicari dengan cara
penerbitan ekuitas baru. Akibat dari adanya penerbitan ekuitas baru
ini adalah harga saham akan menurun. Sedangkan nilai perusahaan
dihitung menggunakan harga saham sehingga dalam hal ini berarti
nilai perusahaan juga akan turun. Hal ini yang paling dihindari oleh
investor mengingat kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya
penambahan hutang perusahaan yaitu kebangkrutan dan
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar biaya atas pinjaman
dana tersebut. Keputusan pendanaan dari sumber hutang dianggap
bukan hal yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata
lain keputusan pendanaan, dalam hal ini penambahan pendanaan dari
pihak luar atau hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
69

c. Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan


Berdasarkan hasil uji statistik diatas, kebijakan dividen yang
dalam penelitian ini diproksikan dengan Dividend Payout Ratio
(DPR), atas hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel ini
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan
hasil penelitian dan Ashamu (2012) dan Rizqia et.al. (2013) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pada dasarnya kebijakan dividen menentukan berapa banyak laba
yang harus dibayar kepada pemegang saham dan berapa banyak
yang harus dijadikan laba ditahan untuk memenuhi kewajiban
terhadap pembayaran bunga maupun hutang. Dalam penelitian ini
terlihat manajemen sangat memperhatikan kepentingan investor,
dimana pembagian dividen dianggap sebagai sinyal positif bagi
investor sehingga dengan meningkatnya kepercayaan investor maka
dianggap dapat meningkatkan nilai perusahaan.
4. Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini merupakaan variabel
moderator, terbukti dalam uji analisis mutlak yaitu nilai sig pada
pertumbuhan perusahaan menunjukkan bahwa variabel tersebut
merupakan variabel moderator dan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan makan semakin tinggi nilai perusahaan. Berbeda dengan
hasil penelitian Suryani (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan sehingga dianggap dapat
memoderasi pengaruh variabel independen lain terhadap nilai
perusahaan.
70

Dalam penelitian ini kemudian diuji apakah variabel tersebut


mampu memoderasi struktur keuangan, ukuran perusahaan dan
keputusan keuangan dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Masing-masing variabel diuji pengaruhnya dengan menggunakan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderating. Berikut
pembahasan mengenai hasil uji pengaruh moderator tersebut :
a. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan yang
dimoderasi oleh pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil yang
tidak signifikan. Dilihat hasil dari kedua variabel yang mewakili
struktur kepemilikan saham yaitu kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional yang dimoderasi oleh pertumbuhan
perusahaan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Artinya tinggi rendahnya pertumbuhan perusahaan
tidak dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh struktur
kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan yang tinggi tidak menunjukkan kuatnya kendali pihak
institusional dalam memonitor kinerja perusahaan. Begitu juga
dengan kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan yang
tinggi tidak menunjukkan sebuah usaha dari manajemen dalam
memperkuat kinerjanya guna meningkatkan nilai perusahaan.
b. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan yang
dimoderasi oleh pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil yang
tidak signifikan. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan nilai
aktiva perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang juga
diproksikan dengan pertumbuhan total aktiva perusahaan dari tahun
ke tahun, dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh
signifikan.
71

Artinya tinggi rendahnya pertumbuhan perusahaan tidak mampu


memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan walaupun perusahaan yang
mengalami pertumbuhan yang tinggi maupun rendah tidak mampu
memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
menjadi signifikan.
c. Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderator
Pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan yang
dimoderasi oleh pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil yang
tidak signifikan. Dengan kata lain, keputusan keuangan yang terdiri
dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen yang masing-masing variabel dimoderasi pertumbuhan
perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Artinya tinggi rendahnya pertumbuhan perusahaan tidak dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh keputusan keuangan
terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi
tidak menunjukkan besar kecilnya investasi yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, selain itu pertumbuhan perusahaan
yang tinggi juga tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan
pendanaan sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Dan
untuk kebijakan dividen yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, tetapi pertumbuhan perusahaan tidak
mampu memberikan pengaruh atau memoderasi kebijakan dividen
dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Dari seluruh variabel independen dalam penelitian ini, hanya variabel
kebijakan dividen yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada
penelitian terdahulu variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
72

Perbedaan ini dikarenakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan


perusahaan pertambangan yang pada tahun 2011 sampai dengan 2015 kondisi
industri perusahaan pertambangan mengalami ketidakstabilan. Contohnya
industri pertambangan batubara, berdasarkan informasi dari Asosiasi
Pertambangan Batubara Indonesia (ABPI) dan Kementrian ESDM bahwa
Harga Batubara Acuan terus mengalami penurunan yaitu yang semula berada
pada harga 118.4 USD/MT di tahun 2011 hingga mencapai 73.35 USD/MT di
tahun 2014. Produksi batubara yang terus meningkat dari tahun 2009 tidak
dapat menutupi penurunan kinerja perusahaan pertambangan batubara di
Indonesia. Merosotnya harga batubara sejak tahun 2011 hingga menurunnya
ekspor batubara pada tahun 2014 mengakibatkan tidak stabilnya kondisi
perusahaan pertambangan batubara baik perusahaan BUMN maupun
perusahaan milik swasta. Banyak perusahaan yang terpaksa menutup
usahanya karena bangkrut tetapi masih banyak juga perusahaan yang tetap
berusaha menjalankan usahanya dengan kondisi keuangan yang terus menurun
setiap tahunnya.
Selain sektor industri pertambangan batubara, sektor industri minyak juga
dalam kondisi tidak stabil pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Berdasarkan
BP Statistical Review of World Energy 2016 yang menginformasikan bahwa
harga minyak cukup stabil di tahun 2011 hingga 2013 yaitu berkisar 85-100
USD per barrel, tetapi tahun 2014-2015 sempat anjlok ke harga 40-45 USD
per barrel. Hal ini yang menyebabkan kondisi perusahaan pertambangan
harus mampu bertahan dan tetap menjaga investornya. Sehingga dalam
penelitian ini terlihat tingkat pengembalian investasi negatif tetapi
perusahaan tetap mempertahankan nilainya dengan tetap menjaga
kemakmuran pemegang sahamnya. Salah satu caranya adalah dengan tetap
membagikan dividen, sehingga kebijakan dividen saja yang mampu
mempengaruhi harga saham di pasaran dan secara otomatis dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
73

BAB V
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan 2015, sebagai berikut :
1. Struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang mewakili
struktur kepemilikan saham yaitu :
a. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Besar kecilnya kepemilikan saham oleh pihak
institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
b. Kepemilikan manajerial.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan manajerial
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal
ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kepemilikan saham oleh
pihak manajerial berpangaruh terhadap nilai perusahaan.
Pihak institusional maupun manajerial tidak memberikan perubahan
signifikan terhadap harga saham perusahaan.
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
dikarenakan ukuran perusahaan dianggap tidak mempengaruhi harga
saham dipasaran. Besar kecilnya ukuran perusahaan bukan menjadi
ukuran atas laba yang akan diterima perusahaan tersebut sehingga tidak
memberikan pengaruh positif atas nilai perusahaan tersebut. Semakin
besar perusahaan maka seharusnya semakin kuat perusahaan dalam
menghadapi masalah maupun resiko bisnis. Tetapi hasil dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap
penilaian sebuah perusahaan.
74

3. Keputusan keuangan dalam penelitian ini diwakili oleh tiga variabel


yaitu :
a. Keputusan investasi,
Keputusan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan keuangan
mengenai keputusan investasi seperti tingkat pengembalian atas
investasi pada perusahaan tersebut tidak mempengaruhi penilaian
terhadap perusahaan.
b. Keputusan pendanaan,
Sama halnya dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan yaitu
penggunaan hutang sebagai sumber dana tidak mempengaruhi
penilaian perusahaan. Modal yang dihasilkan dari hutang dianggap
penuh dengan risiko sehingga perusahaan dalam penelitian ini
mempunyai nilai rasio pendanaan dari hutang sangat kecil sehingga
hasilnya tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan nilai
perusahaan.
c. Kebijakan dividen.
Dari ketiga variabel keputusan keuangan tersebut, hanya variabel
kebijakan dividen yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
4. Pertumbuhan perusahaan merupakan variabel moderator dalam penelitian
ini, dari hasil uji diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Tetapi dalam fungsinya sebagai
variabel moderating dilihat dari hasil penelitian ini, yaitu :
a. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau
hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
b. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau
hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
c. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau
hubungan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
75

d. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau


hubungan keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
e. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau
hubungan keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan.
f. Pertumbuhan perusahaan tidak mampu memperkuat pengaruh atau
hubungan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap perusahaan tetapi tidak
mampu memperkuat pengaruh atau hubungan struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan dan keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya menghasilkan satu variabel independen yang dapat
mempengaruhi variabel dependen yaitu kebijakan dividen yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, dan
2. Pertumbuhan perusahaan yang merupakan variabel moderasi dalam
penelitian ini tidak mampu memperkuat hubungan seluruh variabel
independen dalam penelitiannya. Selain itu sampel dalam perusahaan ini
terlalu sedikit akibat banyak perusahaan pertambangan yang tidak
memenuhi kriteria purposive sampling .
5.3 Implikasi
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam melakukan penelitian
diatas, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi manajemen perusahaan, kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan dalam penelitian ini tidak signifikan dalam pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan dikarenakan fungsi manajemen sebagai
pemegang saham tidak meningkatkan kinerja perusahaan sehingga tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Manajemen dalam fungsinya di
perusahaan sebagai pemegang saham maupun tidak sebaiknya tetap
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh
yang signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan.
76

2. Bagi investor, terbukti tidak semua faktor-faktor yang terdapat dalam


penelitian ini dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Maka pengambilan
setiap keputusan dalam rangka memilih perusahaan yang akan dijadikan
tempat investasi maupun dalam usaha meningkatkan nilai perusahaan
sebaiknya lebih berhati-hati dan memperhatikan kondisi industri
perusahaan terkait.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar meneliti variabel-variabel seperti dalam
penelitian ini namun saat kondisi perekonomian atau perusahaan
pertambangan sudah stabil sehingga dapat dilihat perbedaanya dengan
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai