Anda di halaman 1dari 2

Jawa

Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan orang wali yang berperan menyebarkan agama Islam di
Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Sejarah Wali Songo

Wali artinya adalah wakil, sedangkan songo berarti sembilan dalam bahasa Jawa. Wali Songo dapat
diartikan sebagai sembilan wakil atau wali Allah Swt.

Kesembilan orang tersebut memiliki derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa
sanga/ mengawal sembilan lubang dalam diri manusia sehingga memiliki peringkat wali

1. Sunan Gresik

Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Diperkirakan lahir di Uzbekistan, Asia Tengah. Daerah
yang ditujunya pertama kali yakni Desa Sembalo, desa yang masih berada dalam wilayah kekuasaan
Majapahit. Desa Sembalo sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar. Lokasinya sekitar 9
kilometer arah utara Kota Gresik.

Maulana Maghribi atau kerap disebut Sunan Gresik meninggal pada tahun 1419 usai membangun
pondokan yang digunakan sebagai tempat belajar agama di Leran. Makamnya terdapat di kelurahan
Gapurosukolilo, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Hingga saat ini makam Maulana
Maghribi masih kerap disambangi para peziarah dari berbagai daerah.

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat dan ia merupakan putra dari Syekh Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Ampel datang ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama adiknya Sayid Ali
Murtadho.

Nama Ampel diambil dari daerah bernama Ampel Denta, daerah rawa yang dihadiahkan raja
Majapahit kepadanya. Di tempat inilah, ia memulai aktivitasnya mendirikan pesantren Ampel Denta,
dekat dengan Surabaya. Ia wafat pada tahun 1491 M dan dimakamkan di sebelah barat Masjid
Ampel, Surabaya.

3. Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah anak dari Sunan Ampel atau cucu dari Maulana Malik Ibrahim. Nama asli
Sunan Bonang adalah Raden Makdum Ibrahim. Mulanya, ia berdakwah di Kediri yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu.

Kemudian, menetap di Desa Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di sana, Sunan Bonang mendirikan
pesantren yang dikenal sebagai Watu Layar. Ia kemudian wafat pada tahun 1525 M dan dimakamkan
di Tuban, sebelah barat Masjid Agung.

4. Sunan Drajat

Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qasim yang kemudian mendapat gelar menjadi Raden
Syarifuddin. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Dia adalah putra dari Sunan
Ampel yang terkenal karena kecerdasannya. Ia juga saudara dari Sunan Bonang.

Sunan Drajat berdakwah di sebuah desa bernama Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa
Timur. Nama desa inilah yang kemudian dijadikannya sebagai sebutan Sunan Drajat. Semasa
menyebarkan agama Islam, ia mendirikan mushola atau surau yang dimanfaatkan sebagai tempat
berdakwah.

5. Sunan Giri

Sunan Giri adalah nama salah seorang wali songo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton. Sunan Giri
memiliki nama asli Maulana ‘Ainul Yaqin. Sunan Giri juga memiliki beberapa nama panggilan,
diantaranya Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden ‘Ainul Yaqin dan Joko Samudro.

Ia terkenal di daerah Gresik, Jawa Timur. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat
penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Meskipun berada di Gresik, tetapi pengaruh ajaran Islam dari
Sunan Giri bisa sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi bahkan Maluku.

Madura
Madura adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa. Pulau ini memiliki luas sekitar
5.475 km2 dan penduduk sekitar 14 juta jiwa. Mayoritas penduduk Madura beragama Islam, yang
diperkirakan mencapai 99% dari total populasi. Namun, bagaimana sejarah masuknya Islam di pulau
ini?

Ada beberapa versi yang berbeda tentang sejarah masuknya Islam di Madura, namun secara umum
dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode awal dan periode lanjutan. Periode awal adalah
periode ketika Islam mulai dikenal oleh masyarakat Madura melalui kontak dengan pedagang-
pedagang Muslim dari Asia Tenggara, terutama dari Cempa (Champa), sebuah kerajaan Hindu-
Buddha yang berada di wilayah Vietnam saat ini. Pedagang-pedagang Cempa ini membawa misi
dakwah selain aktivitas perdagangan mereka.

Kalimantan Barat.”.

Islam Masuk Melalui Perdagangan dan Dakwah

Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Sendam menyatakan bahwa Islam masuk ke Kalimantan
Barat sekitar abad ke-15 melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi merupakan
kegiatan perorangan. Terdapat dua proses berlangsungnya penyebaran Islam. Pertama, penduduk
pribumi yang berhubungan dengan Islam lalu menganutnya. Kedua, orang-orang Asia (Arab, India,
Tiongkok dan lainnya) yang telah memeluk Islam dan bertempat tinggal secara permanen di suatu
wilayah kemudian melakukan perkawinan campuran dan menjadi anggota masyarakat lainnya.

Daerah pertama di Kalimantan Barat yang diperkirakan terdahulu mendapat sentuhan agama Islam
adalah Pontianak, Matan dan Mempawah. Islam masuk ke daerah-daerah ini diperkirakan antara
tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi, pembawa Islam pertama bernama Syarief
Husein, seorang Arab. Namun, ada versi lain yang mengatakan bahwa nama beliau adalah Syarif
Abdurrahman al-Kadri, putra dari Syarif Husein. Beliau adalah putra asli Kalimantan Barat, yang lahir
di Matan pada tahun 1739 M dari ayah keturunan Arab dan ibu putri Dayak.

Anda mungkin juga menyukai