Anda di halaman 1dari 8

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/pythagoras
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 13 (2), 2018, 181-188

Perbandingan keefektifan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran


berbasis masalah ditinjau dari ketercapaian tujuan pembelajaran
Raoda Ismail
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Cendrawasih.
Jalan Raya Sentani, Abepura, Jayapura, Papua, 99358, Indonesia.
* Corresponding Author. E-mail: raodaismail@gmail.com
Received: 3 September 2018; Revised: 17 October 2018; Accepted: 21 December 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran berbasis masalah, dan
perbandingan keefektifan pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau
dari sikap percaya diri, pencapaian belajar matematika, dan keterampilan pemecahan masalah.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain kelompok pretes-postes beracak.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Yogyakarta. Sampel penelitian
sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak. Data hasi penelitian dianalisis dengan MANOVA, dan
untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah
menggunakan uji one sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
proyek efektif ditinjau dari sikap percaya diri dan keterampilan pemecahan masalah namun tidak efektif
ditinjau dari pencapaian belajar matematika; model pembelajaran berbasis masalah efektif ditinjau dari
sikap percaya diri, pencapaian belajar matematika, dan keterampilan pemecahan masalah; dan
pembelajaran berbasis masalah lebih efektif dari pembelajaran berbasis proyek ditinjau dari pencapaian
belajar matematika.
Kata Kunci: pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, sikap percaya diri,
pencapaian belajar matematika, keterampilan pemecahan masalah

The comparison of effectiveness of project-based learning and problem-based


learning in terms of achievement of student’s learning objectives
Abstract
This study aims to describe: the effectiveness of teaching mathematics using project-based
learning and problem-based learning; and the comparison in the effectiveness between project-based
learning and problem-based learning in terms of the attitude of confidence, achievement of learning
mathematics, and problem solving skills. This study is a quasi-experimental study employing the pretest-
posttest nonequivalent group design. The research population comprised all year VIII students of SMPN
9 Yogyakarta. The sample consisted of two classes that were randomly established. The data were
analysed by means of MANOVA, and to test the effectiveness of project-based learning and problem-
based learning using one sample t-test. The result of this study shows that: project-based learning is
effective in terms of the attitude of confidence and problem solving skills but not effective in learning
based on achievement of learning mathematics; problem-based learning is effective in terms of the
attitude of confidence, achievement of learning mathematics, and problem solving skills; and problem-
based learning more effective than project-based learning based on achievement of learning
mathematics.
Keywords: project-based learning, problem-based learning, attitude of confidence, achievement of
learning mathematics, problem solving skills
How to Cite: Ismail, R. (2018). Perbandingan keefektifan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari ketercapaian tujuan pembelajaran. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika,
13(2), 181-188. doi:https://doi.org/10.21831/pg.v13i2.23595

https://doi.org/10.21831/pg.v13i2.23595

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 182
Raoda Ismail

Pemecahan masalah merupakan salah satu


PENDAHULUAN
keterampilan yang penting dalam kehidupan
Pembelajaran berbasis proyek merupakan sehari-hari. Pemecahan masalah melibatkan ber-
pembelajaran otentik yang langsung melibatkan bagai proses termasuk menganalisis, menafsir-
siswa dengan konten pembelajarannya. Hal kan, penalaran, memprediksi, mengevaluasi dan
tersebut senada dengan pernyataan Bender (2012, merefleksikan. Berdasarkan karakteristik kedua
p.7) yang menyatakan bahwa pembelajaran model pembelajaran yang telah dijabarkan, dapat
berbasis proyek merupakan salah satu model dikatakan bahwa model pembelajaran berbasis
yang paling efektif yang tersedia untuk me- proyek dan pembelajaran berbasis masalah sama-
libatkan para siswa dengan konten pembelajaran sama menekankan pada aspek pemecahan masa-
mereka, dan untuk alasan itu, pembelajaran ber- lah. Oleh karena itu, salah satu tujuan pendidikan
basis proyek sekarang direkomendasikan oleh untuk melatih siswa menjadi pemecah masalah
banyak pemimpin pendidikan sebagai praktik yang efisien juga menjadi tujuan dari pendidikan
pembelajaran terbaik. matematika (Karatas & Baki, 2013).
Pembelajaran berbasis proyek memberi- Pemecahan masalah merupakan salah
kan pengalaman yang sangat baik bagi siswa dan satu keterampilan praktis yang cukup umum
dapat digunakan untuk mengulas pelajaran dan bisa dipelajari. Keterampilan pemecahan
sebelumnya, maupun untuk mengawali pelajaran masalah mencakup empat fase atau prinsip-
baru (Harmin & Toth, 2006, p.337). Hal tersebut
prinsip keterampilan antara lain (a) mema-
tercermin dalam langkah-langkah dari pembel-
ajaran berbasis proyek. Tahapan-tahapan tersebut hami masalah (tujuan, informasi yang diketa-
yaitu: (1) dimulai dengan pertanyaan penting; (2) hui dan yang tidak diketahui); (b) menyusun
mendesain rencana proyek; (3) membuat jadwal; rencana atau solusi pendekatan; (c) melaksa-
(4) guru memantau siswa dan kemajuan proyek; nakan rencana tersebut dan mengkonfirmasi
(5) menilai hasil; dan (6) mengevaluasi penga- kebenaran pelaksanaannya; dan (d) meme-
laman (Bender, 2012; Yusoff, 2006; Seidel & riksa solusi, memastikan hasilnya serta mem-
Aryeh, 2002; Thomas, 2000; Fogarty, 1997). pertimbangkan apakah ada solusi yang men-
Selain pembelajaran berbasis proyek, jadi alternatif lain yang mungkin (Ifenthaler et
pembelajaran berbasis masalah (Problem-based al., 2011, p.2; Polya, 1988, pp.214-226).
Learning) juga menjadi salah satu rujukan model Pemecahan masalah menjadi salah satu
pembelajaran yang dapat merangsang siswa bagian yang penting dalam pembelajaran mate-
untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran matika (NCTM, 2000, p.52). Namun, beberapa
berbasis masalah melibatkan para siswa dalam fakta yang ditemui di Indonesia menunjukkan
penyelidikan intelektual yang nyata dan relevan, bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah
dan memungkinkan mereka untuk belajar dari matematis siswa masih rendah, baik di tingkat
situasi kehidupan (Fogarty, 1997, p.2). Dalam pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
pembelajaran berbasis masalah, dilakukan pem- Secara klasikal kemampuan pemecahan masalah
berian stimulus menggunakan masalah-masalah matematis belum mencapai taraf minimal yang
kontekstual. Melalui kegiatan pemecahan masa- dianggap memuaskan atau kriteria ketuntasan
lah, diharapkan keterampilan belajar dan penca- belajar minimal yang telah ditentukan (Atun,
paian siswa dalam belajar dapat meningkat. 2006; Noer, 2007; Dwijanto, 2007). Tak hanya
Pembelajaran berbasis masalah yang iden- itu, daya serap siswa pada mata pelajaran mate-
tik dengan penggunaan masalah dalam kegiatan matika di SMP se-Kota Yogyakarta juga belum
pembelajaran dapat mengembangkan keterampil- menunjukkan hasil yang memuaskan. Hasil terse-
an pemecahan masalah, materi, dan pengaturan but dapat menjadi salah satu tolok ukur bahwa
diri (Kauchak & Eggen, 2012, p.307). Hal terse- penguasaan konsep matematika siswa SMP di
but dapat dilihat dari langkah-langkah pembel- Kota Yogyakarta masih perlu ditingkatkan, khu-
ajarannya yaitu: (1) menemukan masalah; (2) susnya pada materi bangun ruang. Adapun per-
membangun struktur kerja; (3) menetapkan sentase daya serap materi bangun ruang sisi datar
masalah; (4) mengumpulkan berbagai infor- pada ujian nasional SMP di Kota Yogyakarta
masi;, (5) merumuskan solusi; dan (6) selama dua tahun berturut-turut disajikan pada
evaluasi (Fogarty, 1997; Tan, 2009; Kauchak Tabel 1 (BSNP, 2012 & 2013).
& Eggen, 2012; Mergendoller et al., 2007;
Hosnan, 2014).

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 183
Raoda Ismail

Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Soal peningkatan prestasi belajar siswa dalam pem-
Bangun Ruang SMP se-Kota Yogyakarta belajaran matematika (Yang, et al, 2014, p.3).
Tahun Pelajaran
Dengan adanya sikap percaya diri, siswa me-
Kemampuan yang diuji miliki kemampuan untuk mengambil tindakan
2011/2012 2012/2013
Menyelesaikan masalah yang tepat dan efektif dalam berbagai situasi,
yang berkaitan dengan sekalipun muncul tantangan baik dari diri sendiri
51,09 56,77 maupun dari orang lain (Burton & Platts, 2006,
luas permukaan bangun
ruang. p.10). Pentingnya sikap percaya diri tidak hanya
Menyelesaikan masalah dibutuhkan dalam pembelajaran, tetapi juga da-
yang berkaitan dengan 59,42 61,52 lam kehidupan masyarakat. Hal tersebut senada
volume bangun ruang. dengan pendapat Larson (2009, p.270) yang
Berdasarkan Tabel 1, dapat dikatakan bah- menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap
wa penguasaan materi bangun ruang masih perlu prestasi siswa di sekolah, rasa percaya diri dapat
ditingkatkan, baik pada submateri luas permuka- pula mempengaruhi siswa dalam pergaulan
an maupun volume bangun ruang. Masih rendah- sehari-hari di kehidupan sosial masyarakat.
nya kemampuan siswa pada penerapan materi Berdasarkan data yang diperoleh dari
geometri dalam bentuk soal pemecahan masalah Trends in International Mathematics and Science
menjadi salah satu indikasi rendahnya pemaham- (TIMSS, 2012, p.338), Indonesia berada pada
an konsep siswa pada materi geometri. peringkat 40 dari 45 negara dalam aspek percaya
Tujuan pendidikan matematika menurut diri siswa pada pelajaran matematika. Fenomena
Ernest (2004, p.125) terkait dengan kelompok- ini terjadi tentunya dipengaruhi pula oleh be-
kelompok sosial serta ideologi yang mendasari- berapa permasalahan yang telah dikemukakan
nya, baik secara umum maupun yang berkaitan sebelumnya. Diperlukan suatu upaya untuk mem-
langsung dengan matematika. Tujuan pendidikan bantu siswa dalam mengembangkan sikap per-
dewasa ini bukan hanya berkaitan dengan pe- caya dirinya, khusunya dalam pembelajaran
ngembangan pengetahuan dan keterampilan yang matematika.
mutakhir saja, tetapi juga dalam membentuk Hasil studi pendahuluan yang telah di-
kompetensi siswa pada ranah afektif. Van de lakukan di salah satu kelas VIII SMP Negeri 9
Walle (2010, p.3) menyatakan bahwa matema- Yogyakarta juga memperlihatkan bahwa tingkat
tika saat ini tidak hanya membutuhkan keteram- kepercayadirian siswa terhadap matematika ma-
pilan berhitung, tetapi juga kemampuan untuk sih perlu ditingkatkan. Hal tersebut tampak dari
berfikir dan berargumen matematis dalam rangka respon siswa ketika diberi soal terbuka. Sebagian
memecahkan masalah dan belajar ide-ide baru besar siswa merasa tidak yakin dengan apa yang
yang akan dihadapi siswa di masa depan. mereka kerjakan. Salah satu penyebabnya adalah
Tujuan umum pembelajaran matematika kebiasaan siswa dalam belajar matematika, yakni
yang dirumuskan oleh National Council of hanya diberikan soal dengan tipe soal tertutup,
Teachers of Mathematics (NCTM, 1989, p.5) sehingga ketika mereka menemukan soal terbuka
yaitu agar siswa: (1) belajar menghargai mate- dan mengetahui bahwa hasil akhir yang mereka
matika; (2) percaya diri terhadap kemampuannya peroleh tidak sama dengan teman yang lain,
dalam mengerjakan matematika; (3) menjadi mereka menjadi tidak percaya diri dengan jawab-
pemecah masalah matematika; (4) belajar untuk annya sendiri. Beberapa siswa yang memiliki
berkomunikasi secara matematis; dan (5) belajar kemampuan akademik lebih tinggi cenderung
untuk melakukan penalaran secara matematik. menyalahkan teman yang menyelesaikan dengan
Berdasarkan pada hal tersebut, dapat dipahami cara yang berbeda. Pada akhirnya, siswa segera
bahwa tujuan dari pembelajaran matematika ti- meminta guru untuk mengklarifikasi hasil
dak hanya berorientasi pada perkembangan pe- mereka, tanpa mencari argumen yang kuat untuk
ngetahuan, tetapi juga pada perkembangan sikap mempertahankan hasil kerja mereka. Kemauan
dan keterampilan dalam matematika. untuk merefleksikan pikiran juga belum terlihat
Salah satu aspek afektif yang turut mem- karena siswa merasa enggan untuk mengoreksi
berikan kontribusi terhadap keberhasilan siswa kembali apa yang mereka kerjakan karena sudah
dalam belajar matematika adalah percaya diri. merasa pesimis dengan jawaban yang mereka
Hanula menyebutkan bahwa percaya diri peroleh.
berpengaruh terhadap unjuk kerja siswa dalam Berdasarakan latar belakang tersebut,
pembelajaran matematika, dan dapat mendukung diharapkan melalui pembelajaran dengan model
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 184
Raoda Ismail

berbasis masalah, diharapkan sikap percaya diri pada kedua kelas eksperimen ditinjau dari
(SPD) dan keterampilan pemecahan masalah masing-masing variabel terikatnya. Analisis infe-
(KPM) siswa dapat dikembangkan secara opti- rensial dilakukan untuk mengambil kesimpulan
mal sehingga berdampak positif pada pencapaian berdasarkan data yang telah diperoleh selama
belajar matematika (PBM) siswa. Oleh karena proses penelitian berlangsung. Analisis inferen-
itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi- sial ini terdiri dari uji keefektifan dan uji
kan keefektifan model pembelajaran berbasis komparasi pembelajaran matematika.
proyek dan pembelajaran berbasis masalah serta Sebelum dilakukan analisis keefektifan,
perbedaan keefektifan model pembelajaran ber- kriteria keefektifan telah terlebih dahulu ditentu-
basis proyek dan pembelajaran berbasis masalah kan yakni berdasarkan keriteria pencapaian
ditinjau dari sikap percaya diri, pencapaian tujuan pembelajaran yang ditunjukkan melalui
belajar matematika, dan keterampilan pemecahan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran
masalah. matematika, yaitu nilai PBM dan KPM siswa
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum
METODE
(KKM). Kriteria keefektifan jika ditinjau dari
Penelitian ini merupakan penelitian eks- SPD siswa terhadap matematika adalah apabila
perimen semu dengan desain pretest-posttest skor SPD yang diperoleh siswa masuk pada
nonequivalen group design. Penelitian ini kategori baik yaitu dengan skor lebih dari 68.
dirancang dengan melibatkan dua kelas eksperi- Sebelum dilakukan analisis inferensial, uji
men, yang masing-masing menerapkan model asumsi harus terlebih dahulu dipenuhi. Uji
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran asumsi yang harus dipenuhi adalah uji normalitas
berbasis masalah. dengan menggunakan kriteria Chi square 𝒳 2
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas (Johnson & Wichern, 2007, pp.182-183), dengan
VIII F dan VIII E SMP Negeri 9 Yogyakarta kriteria nilai 𝑑𝑖 2 < 𝒳 2 𝑝 (0,5) mendekati 50% data
Tahun Ajaran 2014/2015 yang masing-masing dapat dikatakan berdistribusi normal multivariat.
terdiri dari 34 siswa. Adapun teknik pengumpul- Selain itu, uji homogenitas kedua kelompok juga
an data yang digunakan adalah dengan me- diuji menggunakan uji Box-M (Huberty &
ngumpulkan data sebelum diberikan perlakuan Olejnik, 2006, p.41), dengan kriteria nilai
dengan memberikan pretest pencapaian belajar signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05, dapat
matematika (PBM), keterampilan pemecahan dikatakan bahwa matriks kovarians kedua
masalah (KPM), dan angket sikap percaya diri populasi tersebut homogen.
(SPD) terhadap matematika kepada masing- Setelah melewati proses uji asumsi, dilan-
masing kelas eksperimen; kemudian memberikan jutkan dengan One sample t-test untuk mengana-
perlakuan kepada masing-masing kelas eksperi- lisis keefektifan dari kedua model pembelajaran
men, dengan melaksanakan pembelajaran meng- ditinjau dari masing-masing variabel terikatnya.
gunakan model pembelajaran berbasis proyek Sedangkan analisis perbedaan keefektifan antara
pada kelas eksperimen pertama dan pembelajaran kedua model pembelajaran dilakukan dengan uji
berbasis masalah pada kelas eksperimen kedua; Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)
dan mengunpulkan data setelah diberikan per- T2 Hotelling (Stevens, 2009, p.148). Taraf
lakuan pada masing-masing kelas eksperimen signifikansi yang digunakan pada uji keefektifan
dengan memberikan posttest PBM, KPM, dan adalah 0,05. Sedangkan uji univariat dilakukan
angket SPD terhadap matematika. Berikut dengan menggunakan Independent sample t test
merupakan hasil estimasi reliabilitas dari ketiga dengan taraf signifikansi 0,01. Uji ini digunakan
instrumen tersebut. untuk melihat apakah model pembelajaran ber-
Tabel 2. Estimasi Reliabilitas Instrumen basis proyek lebih efektif dibandingkan dengan
model pembelajaran berbasis masalah.
Koefsien
Instrumen
Reliabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap Percaya Diri 0,600
Pencapaian Belajar Matematika 0,774 Inovasi dalam pembelajaran matematika di
Keterampilan Pemecahan Masalah 0,726 sekolah memang sangat dibutuhkan. Salah satu
inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah
Teknik analisis data yang digunakan ada- penerapan suatu model pembelajaran yang men-
lah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis dukung pengembangan kemampuan berpikir.
deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan ke- Akan tetapi, tidak ada jaminan bahwa suatu mo-
adaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan del pembelajaran yang ada efektif jika diterapkan

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 185
Raoda Ismail

pada setiap materi dalam pelajaran matematika. dingkan dengan belajar melalui kegiatan meng-
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji coba berupa hafal (Muchib, 2018; Rahayu & Hartono, 2016).
eksperimen. Dalam penelitian ini, diterapkan Tahapan pertama yang dimulai dengan
model pembelajaran berbasis proyek dan pertanyaan penting yang bersifat open ended
pembelajaran berbasis masalah pada materi menciptakan situasi dimana para siswa menge-
pokok bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP tahui bahwa tidak hanya ada satu jawaban atau
Negeri 9 Yogyakarta. solusi. Tahapan selanjutnya mendesain rencana
Dari hasil analisis data yang diperoleh proyek. Siswa dapat merasa memiliki proyek
sebelum perlakuan, kelompok pembelajaran ber- tersebut ketika mereka memiliki peran aktif
basis proyek dan kelompok pembelajaran ber- dalam penentuan rencana kegiatan. Tahapan
basis masalah yang menjadi sampel penelitian ketiga yaitu membuat jadwal. Pada tahap ini
memiliki kesamaan rerata. Hal ini sesuai tujuan diperlukan kesadaran bahwa perubahan jadwal
pengambilan sampel, yaitu memilih dua kelas bisa saja terjadi. Oleh karena itu, siswa harus
yang homogen. Hasil dalam penelitian ini terdiri sigap dalam menghadapi penyelesaian permasa-
dari hasil uji keefektifan dan uji komparasi lahan mereka berupa perubahan jadwal yang bisa
keefektifan antara dua kelompok eksperimen, saja terjadi. Ketiga tahapan ini yang memberikan
yang menggunakan model pembelajaran berbasis peluang kepada siswa untuk mengembangkan
proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Hasil sikap percaya diri mereka.
uji keefektifan dengan menggunakan one sample Tahapan keempat yaitu guru memantau
t-test disajikan pada Tabel 3. kemajuan siswa dan kemajuan proyek. Dalam
Tabel 3. Hasil Uji Keefektifan Model tahap ini guru mengingatkan siswa bahwa setiap
Pembelajaran Berbasis Proyek dan Model bagian dari proses adalah milik siswa dan mem-
Pembelajaran Berbasis Masalah butuhkan keterlibatan total dari mereka. Tahapan
ini sangat mendukung penguatan konsep siswa
Kelompok Variabel t Sig. dalam materi bangun ruang sisi datar. Tahapan
Pembelajaran SPD 12,961 0,000 kelima dan keenam adalah menilai hasil dan
Berbasis PBM -0,049 0,481 mengevaluasi pengalaman. Tahap ini memung-
Proyek KPM 7,003 0,000
kinkan siswa untuk mengevaluasi kemajuan dan
Pembelajaran SPD 9,724 0,000
Berbasis PBM 3,167 0,001
menghubungkan kemajuan tersebut dengan siswa
Masalah KPM 4,397 0,000 lainnya. Penilaian dan refleksi adalah bagian
yang sangat penting dari proses belajar. Mem-
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa berikan umpan balik kepada siswa mengenai
pada variabel sikap percaya diri (SPD) dan kete- seberapa baik mereka memahami informasi dan
rampilan pemecahan masalah (KPM), nilai apa saja yang mereka butuhkan untuk melakukan
signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05. Hal peningkatan berperan penting dalam memperkuat
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran
berbasis proyek efektif ditinjau dari sikap per- berbasis proyek memberikan pengalaman yang
caya diri dan keterampilan pemecahan masalah. sangat baik bagi siswa dan dapat digunakan untuk
Namun, untuk pencapaian belajar matematika mengulas pelajaran sebelumnya, maupun untuk
siswa (PBM), nilai signifikansi yang diperoleh mengawali pelajaran baru (Harmin & Toth, 2006,
lebih dar 0,05. Hal ini berarti pembelajaran p.337).
berbasis proyek tidak efektif jika ditinjau dari Ketidakefektifan model pembelajaran ber-
prestasi belajar siswa. basis proyek ditinjau dari pencapaian belajar ma-
Hasil analisis menunjukkan pembelajaran tematika siswa diduga dikarenakan oleh keter-
matematika menggunakan model pembelajaran sediaan waktu dalam menyelesaikan dan meng-
berbasis proyek efektif ditinjau dari sikap per- analisis tugas dari proyek yang diberikan. Fokus
caya diri dan keterampilan pemecahan masalah. perhatian siswa tidak hanya tertuju pada proyek
Pembelajaran berbasis proyek mampu melibat- yang akan diselesaikan namun juga harus mem-
kan siswa secara aktif dalam konten pembel- persiapkan dan menyelesaikan beberapa tugas
ajaran mereka (Bender, 2012, p.7). Melalui ber- dari beberapa mata pelajaran lain yang juga ber-
bagai kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran samaan dengan waktu penyelesaian proyek.
berbasis proyek, siswa dapat membangun penge- Salah satu kelemahan dari model pembelajaran
tahuan mereka sendiri dalam upaya memahami berbasis proyek adalah memerlukan banyak wak-
konsep dengan lebih baik dan bermakna diban- tu untuk menyelesaikan proyek (Kemendikbud,
2013, p.218).

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 186
Raoda Ismail

Pada model pembelajaran berbasis masa- kelompok. Setiap langkah-langkah dalam pem-
lah, hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan belajaran berbasis masalah tersebut sangat mem-
bahwa bahwa pada variabel sikap percaya diri, bantu pengembangan keterampilan pemecahan
pencapaian belajar matematika,dan keterampilan masalah dan secara tidak langsung telah men-
pemecahan masalah memperoleh nilai signifi- dukung pengembangan sikap percaya diri siswa
kansi yang kurang dari 0,05. Hal ini menunjuk- dalam pembelajaran matematika. pengembangan
kan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berbagai kemampuan ini tentu dapat menunjang
efektif ditinjau dari sikap percaya diri, pencapai- prestasi belajar siswa. Dengan kata lain, dapat
an belajar matematika, dan keterampilan peme- disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masa-
cahan masalah. lah dapat menunjang peningkatan prestasi belajar
Pembelajaran matematika menggunakan siswa (Farhan & Retnawati, 2014).
model pembelajaran berbasis masalah efektif Pengujian terkait perbedaan keefektifan
ditinjau dari masing-masing aspek yang diteliti, antara model pembelajaran berbasis proyek dan
yakni sikap percaya diri, pencapaian belajar ma- pembelajaran berbasis masalah menggunakan uji
tematika, dan keterampilan pemecahan masalah. multivariat T2 Hotelling dengan bantuan SPSS 20
Penggunaan masalah sebagai fokus dalam for Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pembelajaran, menjadikan pembelajaran berbasis nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari
masalah yang bercirikan penggunakan masalah 0,05, yakni sebesar 0,000. Dengan demikian,
efektif mengembangkan keterampilan pemecah- dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
an masalah, materi, dan pengaturan diri (Kauchak keefektifan antara kelas eksperimen pertama dan
& Eggen, 2012, p.307). Langkah-langkah pem- kelas eksperimen kedua ditinjau dari sikap per-
belajaran menggambarkan keseluruhan kegiatan caya diri, pencapaian belajar matematika, dan
yang mampu memfasilitasi pengembangan ber- keterampilan pemecahan masalah. Karena terda-
bagai kemampuan yang dimiliki siswa. Melalui pat perbedaan keefektifan antara kedua model
kegiatan pemecahan masalah, siswa secara aktif pembelajaran tersebut, maka untuk dapat
menggunakan keterampilan menginterpretasi, menyimpulkan mana yang lebih efektif terlebih
menganalisis, mengevaluasi serta membuat dahulu akan dilakukan pengujian menggunakan
kesimpulan berdasrkan argumen-argumen yang uji independent sample t-tets. Hasil uji tersebut
ada sehingga hal tersebut dapat berpengaruh se- disajikan dalam Tabel 4.
cara langsung terhadap peningkatan kemampuan-
Tabel 4. Hasil Independent Sample t-test
kemampuan tersebut (Rahayu & Hartono, 2016).
Adapun langkah pertama pada pembel- Variabel T Sig.
ajaran ini adalah menemukan masalah. Pada SPD 0,415 0,339
tahap ini siswa memahami permasalahan yang PBM -2,406 0,009
disajikan. Siswa dapat menyadari bahwa masalah KPM 0,897 0,187
tersebut adalah penting dan membutuhkan waktu Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa nilai
dan perhatian untuk dipecahkan. Langkah kedua signifikansi pada variabel pencapaian belajar
dan ketiga adalah membangun struktur kerja dan matematika kurang dari 0,01 dengan nilai T
menetapkan masalah. Pada langkah ini, siswa hitung negatif. Hal ini menunjukkam bahwa
membangun struktur kerja dengan mengungkap- pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kan apa yang mereka ketahui dari permasalahan berbasis masalah lebih efektif daripada pembel-
yang ada dan ide apa yang bisa digunakan untuk ajaran menggunakan model pembelajaran
memecahkan masalah. Masalah tersebut selanjut- berbasis proyek ditinjau dari pencapaian belajar
nya dikemas dalam bentuk rumusan masalah. matematika. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
Langkah keempat adalah mengumpulkan deskriptif yang menunjukkan bahwa rata-rata
dan berbagi informasi. Langkah ini mendorong pada kelas yang menggunakan model pem-
siswa untuk melakukan kegiatan pengumpulan belajaran berbasis masalah lebih besar daripada
dan berbagi informasi yang diperlukan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran
teman kelompoknya guna penyelesaian masalah. berbasis proyek.
Langkah terakhir yaitu merumuskan solusi dan Salah satu faktor yang menyebabkan pem-
evaluasi. Siswa secara berkelompok merumus- belajaran berbasis masalah lebih efektif adalah
kan solusi bagi pemecahan masalah yang di- karena dalam pembelajaran berbasis masalah,
hadapi. Proses perumusan solusi dilakukan siswa yang belajar memecahkan suatu masalah
secara kolaboratif dan kooperatif dengan me- akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
nekankan komunikasi yang efektif dalam atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 187
Raoda Ismail

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan matematika. Sedangkan model pembelajaran ber-
dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan basis masalah efektif ditinjau dari sikap percaya
situasi tempat konsep diterapkan. Kemudian, da- diri, pencapaian belajar matematika, dan kete-
lam model pembelajaran berbasis masalah, siswa rampilan pemecahan masalah. Terdapat perbeda-
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan an keefektifan antara model pembelajaran ber-
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam basis proyek dan pembelajaran berbasis masalah.
konteks yang relevan. Hasil perbandingan keefektifan keduanya me-
Hasil analisis deskriptif juga menunjukkan nunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
bahwa pembelajaran matematika dengan model masalah lebih efektif dari model pembelajaran
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis proyek ditinjau dari pencapaian belajar
berbasis masalah berdampak positif terhadap matematika.
sikap percaya diri, pencapaian belajar mate- Terkait hasil penelitian dan bentuk tindak
matika, dan keterampilan pemecahan masalah. lanjut dari penelitian ini, saran bagi peneliti lain
Hal ini terlihat dari kondisi awal siswa sebelum yang ingin melakukan penelitian dengan model
dan sesudah diberikan perlakuan. Berikut adalah pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
hasil analisis dari kedua kelas ekperimen. berbasis masalah disarankan untuk meneliti hal-
hal yang berkaitan dengan materi dan aspek afek-
Tabel 5. Rerata Kelas PBP dan PBM
tif maupun kognitif yang benar-benar menjadi
Pembelajaran Pembelajaran masalah di sekolah atau di kelas yang akan
Deskripsi Berbasis Proyek Berbasis Masalah dijadikan tempat penelitian. Hal ini bertujuan
Pre Post Pre Post agar upaya perbaikan yang dilakukan memberi-
SPD 76,12 80,53 78,09 79,88 kan kontribusi positif secara langsung bagi siswa,
PBM 39,53 74,94 43,29 79,29
guru, dan sekolah tempat penelitian dilakukan.
KPM 35,59 83,26 31,53 81,56
Pembelajaran berbasis masalah yang DAFTAR PUSTAKA
digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan Atun, I. (2006). Pembelajaran matematika
menemukan masalah, menganalisis masalah, dengan strategi kooperatif tipe STAD
membangun struktur kerja, menetapkan masalah, untuk meningkatkan kemampuan
mengumpulkan berbagai informasi, merumuskan pemecahan masalah dan komunikasi siswa
solusi, dan mengevaluasi. Berdasarkan penjelas- SMA. Thesis. Universitas Pendidikan
an dari paragraf sebelumnya bahwa dalam pem- Indonesia.
belajaran berbasis masalah siswa dapat mengem- Bender, W. N. (2012). Project-based learning:
bangkan inisiatif dalam bekerja, memotivasi Differentiating instruction fot the 21st
internal untuk belajar, dan dapat mengembang- century. Thousand Oals, CA: Corwin.
kan hubungan interpersonal dalam bekerja
BSNP. (2012). Panduan pemanfaatan hasil UN
kelompok.
untuk perbaikan mutu pendidikan. Jakarta:
Dalam model pembelajaran berbasis pro-
Pusat Penilaian Pendidik.
yek, setiap anggota dalam kelompok menyelesai-
kan atau mempelajari bagiannya secara individu, BSNP. (2013). Panduan pemanfaatan hasil UN
berbeda dengan kelompok dalam pembelajaran untuk perbaikan mutu pendidikan. Jakarta:
berbasis masalah. Mereka mempelajari dan Pusat Penilaian Pendidik.
menyelesaikan begian mereka dan saling berbagi Burton, K., & Platts, B. (2006). Building
informasi dan solusi yang diperoleh oleh masing- confidence for dummies. Sussex: John
masing anggota kelompok sebelum menentukan Wiley & Sons, Ltd.
solusi terbaik. Sehingga mereka lebih percaya Dwijanto. (2007). Pengaruh pembelajaran
diri dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi berbasis masalah berbantuan komputer
dalam pembelajaran. terhadap pencapaian kemampuan
SIMPULAN pemecahan masalah dan berpikir kreatif
matematika mahasiswa. Disertasi.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan Universitas Pendidikan Indonesia.
pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan
Ernest, P. (2004). The philosophy of matematics
bahwa model pembelajaran berbasis proyek
education. London: Falmer Press.
efektif ditinjau dari sikap percaya diri dan
keterampilan pemecahan masalah, namun tidak Farhan, M., & Retnawati, H. (2014). Keefektifan
efektif ditinjau dari pencapaian belajar PBL dan IBL ditinjau dari prestasi belajar,

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 13 (2), 2018 - 188
Raoda Ismail

kemampuan representasi matematis, dan doi:http://dx.doi.org/10.30738/wiyata


motivasi belajar. Jurnal Riset Pendidikan dharma.v6i1.3356
Matematika, 1(2), 227- NCTM. (1989). Curriculum and evaluation
240.doi:http://dx.doi.org/10.21831 standards for school mathematics. Reston,
/jrpm.v1i2.2678 VA: The National Council of Teachers of
Fogarty, R. (1997). Problem-based learning and Mathematics, Inc
other curriculum models for the multiple NCTM. (2000). Principles and standards school
intelligences classroom. Thousand Oaks: mathematics. Reston, VA: The National
Sage Publication Inc. Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Harmin, M., & Toth, M. (2012). Pembelajaran Noer, H. S. (2007). Pembelajaran open ended
aktif yang menginspirasi: Buku pegangan untuk meningkatkan kemampuan
lengkap untuk guru masa kini. pemecahan masalah matematik dan
(Terjemahan Bethari Anissa Ismayasari). kemampuan berfikir kreatif. Tesis, tidak
Alexandria, VA: ASCD. dipublikasikan. Universitas Pendidikan
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan Indonesia.
kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Rahayu, E., & Hartono, H. (2016). Keefektifan
Bogor: Ghalia Indonesia. model PBL dan PjBL ditinjau dari prestasi,
Huberty C.J., & Olejnik S. (2006). Applied kemampuan berpikir kritis, dan motivasi
MANOVA and discriminant analysis. New belajar matematika siswa SMP.
Jersey, NJ: John Wiley & Sons, Inc. Pythagoras: Jurnal Pendidikan
Johnson, R., & Wichern D. W. (2007). Applied Matematika, 11(1), 1-10.
multivariate statistical analysis 6th edition. doi:https://doi.org/10.21831/pg.v11i1.962
New Jersey, NJ: Pearson Prentice Hall. 9
Karatas, B., & Baki, A. (2013). The effect of Seidel, S., & Aryeh, L. (2002). Project-based and
learning environments based on problem experiential learning in after-school
solving on students’ achievements of programming. Cambridge: After-School.
problem solving. International Electronic Stevens, J. P. (2009). Applied multivariate
Journal of Elementary Education, 5(3), statistics for the social sciences 5th edition.
249-268. New York, NY: Routledge Taylor &
Kauchak, D., & Eggen, P. (2012). Strategi dan Francis Group.
model pembelajaran: mengajarkan konten Thomas, J. W. (2000). A Review of research on
dan keterampilan berpikir. Jakarta: project based learning. California: The
Indeks. Autodesk Foundation.
Kemendikbud. (2013). Materi pelatihan guru Tan, O. S. (2009). Problem-based learning and
implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: creativity. Singapore: Chengange
Kemendikbud. Learning.
Larson, J. E. (2009). Educational psychology: TIMSS. (2012). TIMSS 2011 International
Cognition and learning, individual Results in Mathematics. Amsterdam:
differences and motivation. New York, TIMSS & PIRLS International Study
NY: Nova Science Publisher, Inc. Center.
Mergendoller, J. R., Maxwell, N., & Bellisimo, Yang, D. C., Lai, M. L., Yao, R. F., & Huang, Y.
Y. (2007). The effectiveness of problem- C. (2014). Effect of remedial instruction on
based instruction: a comparative study of low SES low math students’ mathematics
instructional methods and student competence, interest and confidence.
characteristics. The Interdisciplinary Journal of Education and Learning, 3(1),
Journal of Problem-based Learning, 1(2), 1-13.
49-69. Yusoff. (2006). Project-based learning
Muchib, M. (2018). Penerapan model PBL handbook: Educating the millennial
dengan video untuk meningkatkan minat learner. Kuala Lumpur: Educational
dan prestasi belajar bahasa Indonesia. Technology Division Ministry of
Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Education.
Evaluasi Pendidikan, 6(1), 25-33.

Copyright © 2018, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)

Anda mungkin juga menyukai