Anda di halaman 1dari 4

Nama : Raphael Wiswa Santoso Samosir

NIM : 102121029
Prodi : Teknik Elektro

Tugas 1 Metodologi Desain dan Penelitian – Review Jurnal

Short-Term Energy Storage untuk Mengatasi Masalah Intermittency Sumber Energi Baru
Terbarukan

Keywords: Energy storage, energi baru terbarukan, intermittency


Rangkuman Artikel Ilmiah bersumber dari Jurnal Ilmiah:
Judul Energy Storage Systems for Renewable Energy Power Sector
Integration and Mitigation of Intermittency
Referensi [1] M. Y. Suberu, W. M. Mustafa and N. Bashir, "Energy Storage
Systems for Renewable Energy Power Sector Integration and
Mitigation of Intermittency," Renewable and Sustainable Energy
Reviews, vol. 35, pp. 499-514, 2014.

Latar Belakang Semakin banyaknya penggunaan sumber energi terbarukan


Masalah memunculkan masalah baru terkait dengan intermittency. Untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan teknologi untuk menyimpan
energi yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Teknologi
yang dapat digunakan adalah Energy Storage Systems (ESSs) yang
akan menyimpan energi yang tidak tersalurkan kepada konsumen.
Metode Penyelesaian Ada tiga jenis teknologi penyimpanan energi yang dapat digunakan,
Masalah yaitu pumped hydroelectricity storage, baterai, dan fuel cells. Pumped
Hydroelectricity Storage (PHES) adalah jenis penyimpanan energi
generasi pertama yang dibangun. PHES memiliki efisiensi konversi
sebesar 65-85%. Teknologi ini dapat dikolaborasikan dengan sumber
energi angin dan air. Saat demand listrik dari konsumen rendah, listrik
sisa dari pembangkitan turbin angin dapat digunakan untuk
memompa air dari hilir ke hulu yang lebih tinggi agar dapat
digunakan nantinya untuk memenuhi demand listrik konsumen.
Kedua adalah Battery Energy Storage Systems (BESS). BESS adalah
penyimpanan energi yang bekerja dengan mengonversi energi kimia
yang tersimpan dalam baterai menjadi energi listrik dan juga
sebaliknya untuk proses pengisian. BESS memilik efisiensi sebesar
70-80%. Beberapa jenis baterai adalah Lithium-ion (Li-ion), Sodium
sulfur (NaS), Lead acid (LA), Nickel cadmium (Ni-Cd), Sodium
nickel chloride, dan flow batteries. Teknologi penyimpanan energi
yang ketiga adalah fuel cells (FC). FC merupakan salah satu teknologi
utama yang mendukung perkembangan ekonomi hidrogen di masa
depan. Konstruksi dari FC mirip dengan sistem penyimpanan energi
baterai (BESS), tetapi berbeda dalam mode operasinya. FC
menggunakan bahan bakar (terutama hidrogen, tetapi juga dapat
menggunakan metanol, etanol, dan bahan bakar hidrokarbon lainnya)
dari sistem pasokan eksternal untuk menghasilkan listrik. Efisiensi
dari FC berada di range 40-65%.
Hasil Penyelesaian Analisis dalam seleksi ESSs untuk integrasi RE dapat dilakukan
Masalah dengan beberapa faktor diantaranya adalah economic viability,
efficiency, dan life span, dampak lingkungan, teknis, dan kapasitas
sistem. Analisis menyatakan bahwa PHES adalah ESS terbesar untuk
sistem grid, sementara baterai dan fuel cell akan menjadi salah satu
pemeran yang signifikan untuk ESSs.

Judul Mitigating Power Fluctuations for Energy Storage in Wind Energy


Conversion System Using Supercapacitors
Referensi [2] I. H. Panhwar et al., "Mitigating Power Fluctuations for Energy
Storage in Wind Energy Conversion System Using
Supercapacitors," in IEEE Access, vol. 8, pp. 189747-189760,
2020, doi: 10.1109/ACCESS.2020.3031446.
Latar Belakang Sistem konversi energi angin yang merupakan salah satu sumber
Masalah energi terbarukan membutuhkan Energy Storage Systems (ESSs)
untuk menjadikan sumber energi ini sustainable. Hal ini dapat diatasi
dengan menambahkan supercapacitor.
Metode Penyelesaian Untuk mengatasi masalah tersebut, supercapacitor module dan
Masalah charge controller dittambahkan setelah sistem wind turbine dan
sebelum energy storage system. Proses charging/discharging dari
baterai pun perlu diatur melalui charge controller dan desain
supercapacitor agar usia baterai sebagai ESS lebih optimal.
Modelling superkapasitor dilakukan untuk menentukan ukuran dan
material yang sesuai dengan objektif.
Hasil Penyelesaian Setelah dilakukannya simulasi dan eksperimen, didapati bahwa
Masalah sistem konversi energi angin konvensional dapat melakukan
charging lebih cepat namun lebih cepat pula proses discharging-nya.
Dengan ditambahkannya supercapacitor dan charge controller
proses charging menjadi lebih halus dan mengurangi stress pada
baterai sebagai energy storage system.

Judul Fault Ride Through and Intermittency Improvement of Renewable


Energy Integrated MMC-HVDC System Employing Flywheel
Energy Storage
Referensi [3] M. I. Hossain, W. M. Hamanah, M. S. Alam, M. Shafiullah and
M. A. Abido, "Fault Ride Through and Intermittency
Improvement of Renewable Energy Integrated MMC-HVDC
System Employing Flywheel Energy Storage," in IEEE Access,
vol. 11, pp. 50528-50546, 2023, doi:
10.1109/ACCESS.2023.3277968.
Latar Belakang Modular Multilevel Converter (MMC)-based high voltage direct
Masalah current (HVDC) digunakan untuk integrasi terhadap sumber energi
terbarukan dengan lokasi terpencil. MMC-HVDC menjadi salah satu
teknologi yang menjanjikan untuk EBT karena scalability,
modularity, dan compact footprint-nya.
Metode Penyelesaian Untuk memenuhi objektif tersebut, diperlukan modelling dan
Masalah controller design. Sumber energi terbarukan yang digunakan adalah
energi surya dan angin yang diintegrasikan. Integrasi ini
dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil energi listrik keluarannya.
PMSM-based flywheel control digunakan untuk mengatasi
intermittency dari sumber EBT. Energy Management System juga
diterapkan untuk mengoptimalkan hasil keluaran dari pembangkit
energi listrik. Flywheel Energy Storage (FES) juga tentu memiliki
limitasi dalam menyimpan energi sisa dari pembangkitan. FES tidak
dapat menyerap energi yang disebabkan oleh pergantian beban yang
cepat saat FES sudah berputar pada kecepatan maksimumnya.
Hasil Penyelesaian Dengan digunakannya MMC-based HVDC, hasil daya yang
Masalah dikeluarkan dari pembangkit listrik lebih halus dengan adanya
flywheel untuk menjaga HVDC-link voltage saat gangguan tegangan
rendah dan menaikkan performa transiennya.

Judul Development of hybrid battery–supercapacitor energy storage for


remote area renewable energy systems
Referensi [4] T. Ma, H. Yang and L. Lu, "Development of hybrid battery–
supercapacitor energy storage for remote area renewable energy
systems," Applied Energy, vol. 153, pp. 56-62, 2015.

Latar Belakang Pembangkitan energi dari sumber energi baru terbarukan (EBT) di
Masalah tempat terpencil memiliki kelebihan dibanding suplai energi
konvensional, namun lebih sulit untuk dikontrol. Flywheel Energy
Storage System (FESS), Pumped Hydroelectricity Storage (PHES),
Fuel Cell (FC), dan baterai adalah solusi yang dapat digunakan untuk
masalah tersebut.
Metode Penyelesaian Setiap jenis penyimpanan energi memiliki kelebihan dan
Masalah kekurangannya masing-masing. PHES adalah solusi yang baik untuk
integrasi energi terbarukan di daerah terpencil, tetapi terbatas oleh
lokasi yang tersedia untuk elevasi air. FESS biasanya digunakan
untuk menangani permintaan daya puncak jangka pendek. Baterai
memiliki ketersediaan yang banyak, namun hanya efisien untuk
beban rendah. Sedangkan superkapasitor memiliki densitas daya
yang lebih tinggi, masa pakai siklus yang lebih lama, dan densitas
energi yang lebih tinggi. Maka solusi yang dapat digunakan adalah
dengan mengombinasikan sistem penyimpanan tersebut atau Hybrid
Energy Storage System (HESS). Selain memanfaatkan HESS,
penambahan induktor secara seri dengan branch dari baterai dapat
menghasilkan output baterai yang lebih stabil dengan memanfaatkan
filtering effect dari induktor.
Hasil Penyelesaian Dengan mengombinasikan baterai dan superkapasitor, didapatkan
Masalah hasil daya dan kerapatan energi yang tinggi juga memperpanjang
umur baterai. Baterai dalam HESS berlaku sebagai penyimpan energi
jangka panjang, sedangkan superkapasitor sebagai tambahan energi
untuk memperhalus daya puncak.

Judul Global Progress Toward Renewable Electricity: Tracking the Role


of Solar
Referensi [5] N. M. Haegel and S. R. Kurtz, "Global Progress Toward
Renewable Electricity: Tracking the Role of Solar," in IEEE
Journal of Photovoltaics, vol. 11, no. 6, pp. 1335-1342, Nov. 2021,
doi: 10.1109/JPHOTOV.2021.3104149.
Latar Belakang Photovoltaic (PV) memegang peranan penting dalam transisi energi
Masalah menuju energi hijau. Kapasitas PV yang terpasang telah meningkat
seribu kali lipat selama kurang dari 20 tahun. Progres global untuk
Energi Baru Terbarukan (EBT) diperlukan untuk mengetahui apa saja
yang harus dilakukan untuk antisipasi transisi energi di masa depan.
Metode Penyelesaian EBT telah menunjukkan perubahan signifikan dalam pembangkitan
Masalah listrik, terutama energi nonhidro seperti panel surya (PV) dan angin,
yang mengungguli sumber daya nuklir dan hidro konvensional.
Pertumbuhan terus menerus energi terbarukan nonhidro
menunjukkan potensi besar untuk elektrifikasi sektor energi lainnya,
dengan manfaat terkait pada efisiensi dan dekarbonisasi secara
keseluruhan. Selama 5 tahun (2016-2020), energi terbarukan
gabungan (surya, angin, hidro, geothermal, dan biomassa)
menyumbang lebih dari 50% ekspansi kapasitas. Pertumbuhan total
pembangkitan sebesar 1.1% di tahun 2015 menjadi 3.4% di 2020
menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pembangkitan EBT.
Tahun 2020 merupakan tahun yang bersejarah secara global, dimana
instalasi pembangkit listrik EBT terus meningkat dan listrik dari
sumber PV global mencapai 3% di tahun 2021.
Hasil Penyelesaian Pertumbuhan energi angin dan surya yang pesat menunjukkan bahwa
Masalah kedua sumber energi ini dapat dikombinasikan untuk mencapai
energi listrik yang optimal dan efisien dalam pembangkitannya.

Anda mungkin juga menyukai