Anda di halaman 1dari 2

Kisah Nabi Yahya, Pribadi Penyayang dan Pembela Kebenaran

Nabi Yahya adalah putra dari Nabi Zakaria yang kelahirannya sangat dinantikan puluhan tahun
lamanya. Kelahirannya benar-benar istimewa karena sebelumnya Nabi Zakaria merasa hampir
mustahil untuk memiliki keturunan. Sampai suatu hari Malaikat Jibril memberikan kabar
gembira tentang kelahiran Yahya.

Sebagai seorang nabi, namanya disebut 5 kali dalam Alquran, yaitu di Surat Ali Imran ayat 39,
Al An’am ayat 85, Al Anbiya ayat 90 dan di Surat Maryam ayat 7 dan 12. Ada beberapa hikmah
yang bisa dipetik, misalnya tentang kasih sayangnya kepada semua makhluk hidup dan juga
keberaniannya menegakkan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim.

Selain dikenal sebagai putra satu-satunya dari Nabi Zakaria, Nabi Yahya juga merupakan sepupu
dari Maryam binti Imran. Arti nama Yahya adalah berarti hidup. Sebelumnya belum pernah ada
seseorang yang bernama Yahya. Nama tersebut merupakan pemberian yang langsung dari Allah
SWT dan disampaikan melalui Malaikat Jibril. Beberapa riwayat menyebut ia lahir tiga bulan
lebih awal daripada Nabi Isa, putra Maryam.

Sejak kecil, pribadinya sangat baik, cerdas, dan pandai mengendalikan hawa nafsu. Sikap
baiknya tidak hanya ditujukan untuk manusia, tapi juga makhluk ciptaan Allah lainnya. Pada
suatu ketika, ia mengingatkan kawan-kawannya yang sedang bermain sambil menyiksa burung.
Ia minta agar kawan-kawannya membebaskan burung tersebut. Saat diangkat sebagai nabi, ia
menjadi seorang pemimpin (sayyidan) yang sangat disegani kaumnya, Bani Israil.

Ia juga memiliki kepribadian terpelihara (hashuran), bisa menahan diri dari berbagai rayuan dan
godaan, termasuk dari perempuan. Seperti nabi-nabi lain di tengah kaum Bani Israil, Nabi Yahya
pun diperintah untuk tetap berpegang teguh pada Kitab Taurat. Dalam Alquran, namanya
disebutkan bersama ketiga nabi lain sebagai orang-orang yang saleh.

Ia berdakwah mengikuti sang ayah yang menyeru pada Bani Israil yang masih saja banyak
bermaksiat. Ia menganjurkan orang untuk bertobat dan mandi besar di sungai Jordan. Mandi
besar dilakukan untuk dapat menyucikan diri dari dosa-dosa. Pada ajaran Nasrani, mandi besar
seperti ini dikenal sebagai pembaptisan.

Kehadirannya yang bersikap santun dan bijaksana di tengah masyarakat ternyata membuat
Raja Herodus tidak senang. Karena ajaran yang dibawanya menjadikan Bani Israil mulai
berpaling dari pengaruh Raja Herodus. Suatu hari Raja Herodus memiliki rencana. Raja
memanggilnya untuk dimintai sebuah pendapat. Konon, Raja Herodus berniat menikahi
seseorang yang sebenarnya tidak halal untuknya, Putri Herodia.

Ada yang menyebut bahwa perempuan tersebut merupakan anak tiri dari Raja Herodus, tapi
sebagian yang lain menyebutnya keponakan dari Raja Herodus. Sikapnya tegas dan mengatakan
bahwa pernikahan sedarah itu adalah larangan Allah SWT.

Ia juga menyebut bahwa akan ada azab jika pernikahan tetap dilaksanakan. Tapi Raja Herodus
tetap bersikeras dengan pilihan sendiri dan menunjukkan sikap marah dan tidak terima dengan
perkataannya. Walau awalnya ia dimintai pendapat, tapi Raja Herodus malah mengurungnya di
penjara. Bahkan Putri Herodia pun tidak senang dengannya dan meminta agar Raja Herodus
menghukumnya dengan cara memenggal kepalanya.

Ia pun akhirnya dibunuh ketika usianya masih muda yaitu 32 tahun. Ternyata Allah benar-benar
menurunkan azab kepada Raja Herodus beserta pengikutnya. Tidak selesai di situ, Raja Herodus
juga berencana membunuh Nabi Zakaria. Tapi atas seizin Allah SWT, maka Nabi Zakaria bisa
bersembunyi di sebuah pohon. Pohonnya diteban oleh orang suruhan Raja Herodus.

Pada akhir hayatnya, Nabi Yahya dan Nabi Zakaria akhirnya meninggal dalam kondisi syahid
karena telah membela agama Allah.

Anda mungkin juga menyukai