Anda di halaman 1dari 12

PT PLN (Persero) Wilayah S2JB

Cabang Jambi

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

1. Pendahuluan
Kebutuhan energi akhir-akhir ini sangatlah besar dikarenakan pesatnya perkembangan
teknologi disemua bidang. Dengan kebutuhan energi yang begitu banyak, bahan bakar fosil
dan gas bumi tidak mampu mencukupi semua kebutuhan, maka untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dimanfaatkan energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang
sumbernya berlimpah di Indonesia adalah Energi Surya.

Pemanfaatan energi surya di Indonesia masih sangat rendah. Tercatat hingga 2011 total
aplikasi baru mencapai 17 MWp. Jika dibandingkan dengan kapasitas terpasang
pembangkit listrik di Indonesia sebesar 33,7 GW, maka kontribusi tenaga surya untuk
pembangkit listrik baru sebesar 0,05 %. Berdasarkan Perpes No 5 Tahun 2006 pemerintah
sudah mencanangkan target memperbesar kontribusi sumber energi terbarukan dalam
bauran energi sampai dengan 17 % termasuk tenaga surya sebesar 0,2-0,3 % pada tahun
2025. Untuk mengejar target tersebut diperlukan sekitar 0,8-1,0 GW kapasitas terpasang
PLTS. Maka diperlukan penambahan kapasitas 65 MW per tahun tapi pemanfaatannya
masih rendah, yaitu hanya 2,5 MW per tahun.

PLTS ini juga merupakan bagian dari program PLN untuk melistriki 100 pulau terdepan di
seluruh Indonesia dengan PLTS. Program ini ditargetkan bisa beroperasi sebelum
peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2012. Selain itu PLN juga menargetkan bisa
melistriki 1.000 pulau di seluruh Indonesia menggunakan PLTS paling lambat pada 2014.
Program PLTS yang sudah dibangun dan dan sudah beroperasi antara lain :
o PLTS Morotai berkapasitas 600 kilo Watt peak (kWp)
o PLTS 350 kWp di Pulau Sebatik, Kaltim
o PLTS 100 kWp di Pulau Miangas, Sulawesi Utara

2. Potensi Energi Surya di Indonesia


Pada Gambar 1 ditunjukkan potensi tenaga surya dunia. Menurut gambar tersebut potensi
tenaga surya Indonesia secara umum ada pada tingkat satisfy (cukup). Kelebihan lain
adalah Indonesia dilewati garis khatulistiwa sehingga bisa menikmati energi matahari
sepanjang tahun. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu patokan dalam menyusun
perencanaan energi di masa depan.

Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi
surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut:
o Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/ hari dengan variasi bulanan
sekitar 10%;
o Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/ hari dengan variasi bulanan
sekitar 9%.

Dengan demikian, potensi tenaga surya rata-rata Indonesia adalah sekitar 4,8 kWh/m2/ hari
dengan variasi bulanan sekitar 9% setara dengan nilai peak sun hour (PHS) sebesar 4,8
jam/hari.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Gambar 1. Potensi Tenaga Surya Dunia

3. Cara Kerja Sel Surya (Solar Cell)


Sel surya terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil dengan dilapisi bahan kimia
khusus untuk membentuk dasar dari sel surya. Sel surya pada umumnya memiliki
ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub
positif dan negatif. Tiap sel surya biasanya menghasilkan tegangan 0,5 volt. Sel surya
merupakan elemen aktif (semikonduktor) yang memanfaatkan efek fotovoltaik untuk
merubah energi surya menjadi energi listrik.

Gambar 2. Skema Sel Surya

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Gambar 3. Diagram kerja colar cell

Pada sel surya terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan tipis yang terbuat dari
bahan semikonduktor yang masing-masing disebut sebagai semikonduktor jenis “P”
(positif) dan semikonduktor jenis “N” (negatif ). Semikonduktor jenis-N dibuat dari
kristal silikon dan terdapat juga sejumlah material lain (umumnya posfor) dalam batasan
bahwa material tersebut dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas. Elektron adalah
partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga silikon paduan dalam hal ini disebut
sebagai semikonduktor jenis-N (Negatif). Semikonduktor jenis-P juga terbuat dari kristal
silikon yang didalamnya terdapat sejumlah kecil materi lain (umumnya boron) yang dapat
menyebabkan material tersebut kekurangan satu elektron bebas. Kekurangan atau
hilangnya elektron ini disebut lubang (hole). Karena tidak ada atau kurangnya elektron
yang bermuatan listrik negatif maka silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor
jenis-P (Positif).

Gambar 4. The effect of the electric field in a PV cell

Susunan sebuah solar cell, sama dengan sebuah dioda, terdiri dari dua lapisan yang
dinamakan PN junction. PN junction itu diperoleh dengan jalan menmbahkan sebatang
bahan semikonduktor silikon murni (valensinya 4) dengan impurity (pengotor) yang
bervalensi 3 pada bagian sebelah kiri, dan yang di sebelah kanan ditambahkan dengan
impurity bervalensi 5.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Gambar 5. Operation of a PV cell

Sehingga pada bagian kiri terbentuk silikon yang tidak murni lagi dan dinamakan silikon
jenis P, sedangkan yang sebelah kanan dinamakan silikon jenis N. Di dalam silikon murni
terdapat dua macam pembawa muatan listrik yang seimbang. Pembawa muatan listrik yang
positif dinamakan hole, sedangkan yang negatif dinamakan elektron. Setelah dilakukan
proses pengotoran itu, di dalam silikon jenis P terbentuk hole (pembawa muatan listrik
positif) dalam jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu
di dalam silikon jenis P, hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron
merupakan pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N terbentuk
elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa muatan mayoritas,
dan hole disebut pembawa muatan minoritas.

Gambar 6. Basic structure of a generic silicon PV cell

Di dalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan bagian N (PN junction).
Bila sekarang, bagian P dihubungkan dengan kutub positip dari sebuah batere, sedangkan
kutub negatipnya dihubungkan dengan bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan
“forward bias” dimana dalam keadaan forward bias, di dalam rangkaian itu timbul arus
listrik yang disebabkan oleh kedua macam pembawa muatan. Jadi arus listrik yang
mengalir di dalam PN junction disebabkan oleh gerakan hole dan gerakan elektron. Arus
listrik itu mengalir searah dengan gerakan hole, tapi berlawanan arah dengan gerakan
elektron. Sekedar untuk lebih menjelaskan, elektron yang bergerak di dalam bahan
konduktor dapat menimbulkan energi listrik. Dan energi listrik inilah yang disebut sebagai
arus listrik yang mengalir berlawanan arah dengan gerakan elektron.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Tapi, bila bagian P dihubungkan dengan kutup negatif dari batere dan bagian N
dihubungkan dengan kutub positifnya, maka sekarang terbentuk hubungan yang
dinamakan “reverse bias” dimana dengan keadaan seperti ini, maka hole (pembawa
muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif, sedangkan elektron juga
langsung ke kutub positif. Jadi, jelas di dalam PN junction tidak ada gerakan pembawa
muatan mayoritas baik yang hole maupun yang elektron. Sedangkan pembawa muatan
minoritas (elektron) di dalam bagian P bergerak berusaha untuk mencapai kutub positif
batere. Demikian pula pembawa muatan minoritas (hole) di dalam bagian N juga bergerak
berusaha mencapai kutub negatif. Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN
junction juga ada arus yang timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (mikro
ampere). Arus ini sering disebut dengan reverse saturation current atau leakage current
(arus bocor).

Ada yang menarik dalam keadaan reverse bias itu. Bila suhu PN junction tersebut
dinaikkan ternyata dapat memperbesar arus bocor yang terjadi. Berarti bila diberi energi
(panas), pembawa muatan minoritas di dalam PN junction bertambah banyak. Karena
cahaya itu merupakan salah satu bentuk energi, maka bila ada cahaya yang menimpa suatu
PN junction dapat juga menghasilkan energi yang cukup untuk menghasilkan pembawa
muatan. Gejala seperti ini dinamakan fotokonduktif. Berdasarkan gejala fotokonduktif itu
maka dibuat komponen elektronik fotodioda dari PN junction itu. Dalam keadaan reverse
bias, dengan memperbesar intensitas cahaya yang menimpa fotodioda dapat meningkatkan
aras arus bocornya. Arus bocor dapat juga diperbesar dengan memperbesar tegangan batere
(tegangan reverse), tapi penambahan arus bocornya itu tidak signifikan. Bila batere dalam
rangkaian reverse bias itu dilepas dan diganti dengan beban tahanan, maka pemberian
cahaya itu dapat menimbulkan pembawa muatan baik hole maupun elektron. Jika iluminasi
cahaya itu ditingkatkan, ternyata arus yang timbul semakin besar. Gejala seperti ini
dinamakan photovoltaic. Cahaya dapat memberikan energi yang cukup besar untuk
memperbesar jumlah hole pada bagian P dan jumlah elektron pada bagian N. Berdasarkan
gejala photovoltaic ini maka dapat diciptakan komponen elektronik photovoltaic cell.
Karena biasanya matahari sebagai sumber cahaya, maka photovoltaic cell sering juga
disebut solar cell (sel surya) atau solar energy converter.

Jadi sel surya itu pada dasarnya sebuah fotodioda yang besar dan dirancang dengan
mengacu pada gejala photovoltaic sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan daya
yang sebesar mungkin. Silikon jenis P merupakan lapisan permukaan yang dibuat sangat
tipis supaya cahaya matahari dapat menembus langsung mencapai junction. Bagian P ini
diberi lapisan nikel yang berbentuk cincin, sebagai terminal keluaran positif. Di bawah
bagian P terdapat bagian jenis N yang dilapisi dengan nikel juga sebagai terminal keluaran
negatif.

Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya. Biasanya sel-sel
surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan dinamakan panel photovoltaic (PV).

Ada 3 jenis utama dari sel surya yaitu :


1. Mono-kristal silikon. Jenis ini adalah yang paling efisien dan menghasilkan sel
surya terkecil, dan oleh karena itu ukuran panel suryanya adalah yang terkecil.
2. Poly-kristal (atau multi-kristal) silikon. Tingkat effisiensi tipe ini adalah dibawah
mono kristal. Untuk panel watt setara lebih besar daripada monocrystalline.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

3. Amorf (film tipis) silikon. Menggunakan sedikit silikon dan juga memproduksi sel
surya yang efisien. Ini berarti sistem film yang tipis mengambil luasan yang lebih
luas dari dua sebelumnya tadi, tetapi memiliki keuntungan dari harga panel dan
dapat digunakan pada permukaan melengkung atau tidak beraturan jenis ini tidak
cocok untuk panel yang solid.

4. Perkembangan Sel Surya


Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 7 di bawah ini, penelitian sel surya secara intensif
baru dimulai sejak 1970-an meski efek fotovoltaik sudah diketahui efektif sejak tahun 1954
atau lebih jauh lagi sejak Bacquerel menemukan efek ini pertama kali di tahun 1897.
Penelitian di bidang energi surya ini dipicu oleh krisis minyak di tahun 1970-an akibat
embargo minyak oleh negara -negara timur tengah selama perang Arab-Israel menggelora.
Di gambar yang mengilustrasikan trend peningkatan efisiensi sel surya dari tahun ke tahun
tersebut, dapat pula dilihat berbagai jenis sel surya yang tengah dikembangkan, sedikitnya
ada 9 jenis sel surya dengan berbagai tipe yang ditentukan oleh jenis material yang
dipergunakan sebagai penyerap sinar mataharinya (solar absorber material). Saat ini,
hampir semua sel surya memiliki efisiensi minimum 12% dengan batas optimal kira-kira
39%, tergantung dari jenis sel surya yang dibuat.

Gambar 7. Efisiensi sel surya 1975 -2005

Sel surya komersil yang biasa terdapat di pasaran ialah sel surya berjenis silikon yang
ditandai dengan garis biru dengan efisiensi optimum skala laboratorium sekitar 25% yang
dikembangkan oleh University of New South Wales (UNSW) Australia. Sel surya jenis ini
pulalah yang ditemukan pertama kali di tahun 1954 oleh para peneliti Bell Laboratories
secara tidak disengaja. Tim sel surya USNW dipimpin oleh Prof. Martin Green sebagai
leader-nya. Sel surya jenis silikon ini dapat dikatakan menguasai 90% pasar sel surya
dunia karena teknologinya sudah cukup mapan mengingat pesatnya industri semikonduktor
dewasa ini (Gambar 8). Tidak terdapat catatan efisiensi baru dari jenis sel ini hingga sejak
tahun 1999. Perlu diketahui, rata rata sel surya silikon yang dipasarkan (komersial)
berefisiensi antara 12-15%.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Gambar 8.. Pangsa pasar sel surya dunia 2001

Dewasa ini, sel surya silikon mendapat tantangan dari sel surya berjenis lapis tipis (thin
film technologies) dengan tanda garis hijau. Hal ini memang sudah diproyeksikan
sebelumnya mengingat stok silikon yang memang pada awalnya hanya dialokasikan untuk
industri semikonduktor, bukan untuk sel surya. Keunggulan sel surya lapis tipis terletak
pada dimensinya yang jauh lepih tipis dan lebih ringan dibandingkan dengan sel surya
silikon yang padat dan berat. Disamping itu, jenis material yang dipergunakan sel surya
tipe ini sangat beragam dengan perhatian utama penelitian saat ini ada pada material
CuInGaSe2 (copper indium-galium diselenide) dan CdTe (cadmium tellurida). Kedua jenis
material untuk sel surya ini memiliki efisiensi dalam skala laboratorium yang nyaris
mencapai 20% dengan efisiensi sel surya komersil sekitar 10-12%, lebih sedikit dari sel
surya jenis silikon. Pasar sel surya lapis tipis masih sangat kecil, yakni dibawah 1%.
Namun dengan banyaknya penelitian yang mengeksplorasi sel surya jenis ini, ditambah
dengan teknik pembuatannya yang murah, efisiensi sel diproyeksikan akan terus
meningkat.

Semakin canggih teknik pembuatannya, maka semakin bagus hasil yang diperoleh.
Pendapat ini mungkin dapat diterapkan di dalam industri sel surya. Rekor efisiensi sel
surya skala laboratorium sekitar 39% telah dicapai dengan teknologi paling mutakhir,
yakni sel surya “multi-junction” yang diproduksi oleh National Renewable Energy
Laboratory (NREL) di bawah Departemen Energi AS. Berbeda dengan sel surya jenis
lainnya yang hanya memiliki satu buah komponen yang berfungsi sebagai penyerap cahaya
matahari, sel surya multijunction ini memiliki dua atau tiga lapisan komponen penyerap
sinar matahari yang disusun vertikal di dalam satu sel. Material ini biasanya terdiri dari InP
(Indium Phospor), InGaP (Indium Galium Phospor) dan GaP (Galium Phospor). Tingkat
kerumitan pembuatan sel surya jenis ini ialah pada teknik integrasi komponen-komponen
penyerap sinar matahari tersebut di dalam sebuah sel yang mutlak memperhitungkan letak
dan posisi atom-atom di dalam kristal semikonducktor yang dipakai.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Keungulan dari sel surya multijunction ialah, dapat menyerap lebih banyak spektrum
cahaya tampak yang jatuh di atas permukaannya dibanding dengan sel surya dengan satu
buah komponen penyerap cahaya matahari. Ditambah dengan keberadaan cermin
konsentrator yang memfokuskan cahaya matahari ke permukaan sel sehingga intensitas
cahaya yang ditangkap meningkat, efisiensi akhir yang diperoleh ialah sebagaimana
disebutkan di atas, kira-kira dua kali rekor efisiensi sel surya lapis tipis. Meski demikian,
untuk komersialisasi, sel surya jenis ini agaknya masih menunggu waktu yang cukup lama
untuk dipasarkan karena paling mahal dibandingkan jenis lainnya.

Yang cukup menarik ialah perkembangan pesat teknologi dan efisiensi sel surya DSSC
(Dye sensitized solar cell) dan sel surya organik yang berbahan baku utama polimer. Sejak
ditemukan di akhir tahun 90-an, perkembangannya cukup menjanjikan sebagai alternatif
baru sel surya yang murah dan berefisiensi tinggi. Data tahun 2006 (tidak dicantumkan di
Gambar 7) menunjukkan bahwa sel surya DSSC mencapai efisiensi skala laboratorium
11%. Dan sejak tahun 2005 sudah mulai masuk ke pasaran secara terbatas.

Mencermati trend peningkatan efisiensi sel surya skala laboratorium, kalangan energi
terbaharukan memilki harapan dan optimis bahwa sel surya ke depannya mampu
berkompetisi dengan jenis sumber energi terbaharukan lainnya dalam menjawab
peningkatan permitaan energi dunia.

5. Komponen Utama PLTS


Menggunakan energi matahari untuk menghasilkan energi listrik untuk rumah Anda adalah
gagasan yang perlu dipertimbangkan. Karena energi matahari adalah gratis dan memiliki
sumber tenaga yang tak ada habisnya untuk digunakan sebagai pembangkit listrik untuk di
rumah. Sebelum anda memanfaatkan listrik tenaga surya untuk di rumah, kita
mempertimbangkan beberapa persyaratan dan menganalisa beberapa aspek. Sistem tenaga
surya memiliki dua komponen yaitu mekanis dan listrik yang dapat mengkonversi dan
menyimpan daya listrik yang dapat anda gunakan di rumah.

Gambar 9. Skema sistem tenaga surya sederhana

Listrik tenaga surya terdiri dari beberapa komponen. Beberapa komponen yang akan Anda
temukan dalam sistem tenaga surya dasar adalah kolektor, inverter, pemutus sirkuit,

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

baterai, kontrol pengisi panel surya, mount untuk kolektor dan panel layar Anda. Setiap
komponen dalam sistem listrik tenaga surya sangat penting dan harus dipastikan bahwa
komponennya berkualitas baik.

1. Solar Kolektor
Kolektor adalah komponen yang mengumpulkan energi surya. Biasanya kolektor panel
surya ini berada di atap. Lokasi dari panel surya sangat penting dan itu harus
ditempatkan di mana sinar matahari maksimum akan jatuh.
Biasanya panel surya itu diletakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal
bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elips
dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak
membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu
tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum,
maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel
surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah
permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar
mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Pengembangan ini dikenal juga
dengan istilah “solar tracking”. Kontroler seperti ini telah banyak dibuat dan dapat
dipesan dipasaran. Kontroler ini menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar
matahari jatuh tegak lurus.

Gambar 10. Solar Kolektor

2. Charge Controller
Solar Charge Controllers diperlukan oleh sebagian besar sistem listrik tenaga surya yang
menggunakan baterai. Mereka bekerja untuk mengatur daya yang bergerak dari panel
surya memasuki baterai. Charge controller yang tepat akan menghindari baterai dari
kondisi overcharged.

Gambar 11. Solar charge controller

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Jenis paling sederhana dari fungsi charge controller adalah untuk memonitor tegangan
baterai dan membuka sirkuit untuk menghentikan proses pengisian ketika tegangan
mencapai tingkat tertentu. Pada kontrol type sederhana, ini dilakukan dengan
menggunakan relay mekanik.
Kemudian dengan teknologi yang lebih maju menggunakan Modulasi lebar pulsa (Pulse
width Modulation) menjadi standar untuk mekanisme pengendalian biaya. Ini adalah
teknik dimana jumlah daya yang ditransfer ke baterai menurun secara bertahap ketika
baterai semakin mendekati maksimal. PWM memperpanjang usia baterai bahkan lebih,
karena menurunkan beban pada baterai. Dengan cara ini juga memungkinkan untuk
menggunakan controller PWM untuk menjaga baterai dalam keadaan terisi penuh,
selama yang Anda inginkan. PWM adalah pengisi daya yang lebih rumit, tetapi
cenderung lebih tahan lama, karena tidak bergantung pada koneksi pemecah mekanis.
Kemajuan terbaru dalam surya charge controller adalah maximum power point tracking
atau kekuatan pelacakan titik maksimum, MPPT. Keuntungan utama dari pengendali
MPPT adalah kemampuan mereka untuk mengubah tegangan ekstra ke dalam kuat arus.
Fitur ini memiliki beberapa manfaat utama. Sebagian besar sistem tenaga surya
menggunakan baterai 12 volt, mirip dengan yang digunakan pada mobil, tetapi manfaat
ini terus terlepas dari tegangan. Sebagian besar panel surya menghasilkan tegangan yang
lebih daripada yang dibutuhkan oleh baterai. Ketika tegangan ekstra diubah menjadi
kuat arus, muatan tegangan tetap pada tingkat yang optimal, sedangkan waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi penuh baterai berkurang. Dengan cara ini, sistem tenaga
surya secara keseluruhan dapat mempertahankan tingkat efisiensi tertinggi.
Sebuah kontrol pengisi panel surya MPPT memperkecil jumlah daya yang hilang yang
dialami sistem listrik tenaga surya. Listrik tegangan rendah yang bergerak melalui
kabel, maka akan mengalami kerugian yang besar, sehingga mengurangi efisiensi sistem
secara signifikan. Daya yang digunakan oleh controller PWM dalam suatu sistem
dengan baterai 12V dalam banyak kasus berada sekitar 18V. Dengan kontroler MPPT,
tegangan akan secara signifikan lebih tinggi. Ini berarti bahwa pengendali MPPT
terlihat kehilangan daya yang lebih sedikit.
Charge controller MPPT berharga sedikit lebih mahal, tetapi memberikan peningkatan
efisiensi yang signifikan. MPPT sangatlah dianjurkan untuk hal ini. Pencegah aliran
arus kembali (reverse) kemampuan lain yang dibutuhkan oleh kontrol pengisi panel
surya yang modern adalah. Panel surya akan berhenti menghasilkan listrik ketika
matahari tidak kelihatan, sehingga baterai akan mulai mengirim listrik kembali kepada
mereka pada saat-saat seperti ini. Kerugian daya yang disebabkan oleh hal ini sangatlah
menjengkelkan. Sekarang ini, charge controller akan membuka sirkuit, mencegah arus
balik untuk kembali ke panel surya.

3. Inverter DC to AC
Inverter adalah komponen yang akan mengubah 12 volt daya DC ke listrik AC 110 V
atau 220 V. Ada berbagai jenis inverter yang tersedia di pasaran dan harga dan jenisnya
tergantung pada anggaran kita.

Gambar 12. Inverter DC to AC

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

4. Battery
Berfungsi menyimpan arus listrik yang di hasilkan oleh Panel Surya sehingga listriknya
masih bisa dimanfaatkan saat sinar matahari tidak cukup untuk menghasilkan listrik dari
sel surya seperti pada malam hari atau cuaca mendung.

Gambar 13. Battery

6. Kelebihan dan Kelemahan PLTS


Kelebihan/ Keuntungan PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan suatu system energi yang bersih dan
menghasilkan listrik dari sinar matahari. Memakai tenaga Matahari tersedia melimpah dan
gratis. Berikut ini adalah keuntungan menggunakan PLTS :
a. Sumber energi yang dipakai tidak pernah habis dan sangat ramah lingkungan.
b. Dapat dipakai dimana saja terutama didaerah yang belum terjangkau listrik PLN.
c. Tidak memerlukan perawatan khusus.
d. Hemat karena tidak memerlukan bahan bakar.
e. Bersifat moduler artinya kapasitas listrik yang dihasilkan dapat sesuai dengan
kebutuhan.
f. Tanpa suara sehingga tidak mengganggu ketertiban umum
g. Ramah lingkungan.
h. Pemasangannya sangat mudah.

Kelemahan PLTS
Meskipun Pembangkit Listrik Tenaga Surya mempunyai berbagai kelebihan/ keuntungan,
namun PLTS memiliki kelemahan. Berikut ini adalah kelemahan dari PLTS :
a. Memiliki ketergantungan pada cuaca. Saat mendung kemampuan panel Surya
menangkap sinar Matahari tentu akan berkurang. Akibatnya PLTS tidak bisa
digunakan secara optimal. Karena saat mendung kemampuan PLTS menyimpan
energi berkurang sekitar 30 persen. Untuk itu perlu dikembangkan teknologi
penyimpanan energi listrik dengan kapasitas besar dan murah.
b. Biaya investasi PLTS masih tinggi, yaitu mencapai 1,1 milyar per MW. Jika PLTS
nanti kapasitasnya 30 MW, berarti biaya yang dibutuhkan Rp.330M. Hal ini
disebabkan komponennya masih diimport dari luar negri.
c. Belum ada kebijakan serius dari pemerintah untuk penggunaan energi surya seperti
yang dilakukan diluar negri dimana masyarakat yang menggunakan PLTS akan
diberikan insentif dan lain sebagainya sehingga bisa memacu keinginan masyarakat
untuk penggunaan PLTS. Bila permintaan sudah banyak akan mendorong
pengembangan teknologi surya ditanah air serta bisa menjadi pertimbangan untuk
mendirikan pabriknya ditanah air.

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)


PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
Cabang Jambi

Kesimpulan dan Saran


- Potensi pemanfaat energi surya di indonesia sangat besar yaitu sekitar 4,8 kWh/m2/
hari dengan variasi bulanan sekitar 9% setara dengan nilai peak sun hour (PHS)
sebesar 4,8 jam/hari.
- Perkembangan teknologi sel surya telah maju dengan pesat sehingga effisiensinya
bisa mencapai 20% atau lebih.
- Kendala penerapan PLTS diindonesia secara luas adalah biaya investasi yang masih
mahal serta belum adanya kebijakan pemerintah untuk merangsang penggunaan
energi surya oleh masyarakat luas.
- Saat ini indonesia hanya menjadi pasar bagi produk-produk sel surya dari negara
tetangga sehingga hasil penelitian ilmuan tanah air dibidang sel surya belum bisa
dimanfaatkan secara optimal.
- Saran/ harapan : Ada kebijakan yang bisa merangsang penggunaan PLTS di
Indonesia serta mulai dibangun pabrik untuk produksi sel surya di dalam negri
untuk menekan biaya investasi PLTS.

FITRATUL QADRI
[ 8006206Z ] - [ SPEC-02 ]
PT PLN (Persero) Wilayah S2JB Cabang Jambi
Magister Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung
E-mail : fitratul.qadri@pln.co.id dan fitratul.qadri@yahoo.com

Knowledge Sharing Fitratul Qadri (8006206-Z)

Anda mungkin juga menyukai