Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN FASILITAS &

Pengolahan B3, Manajemen Emergensi, Penanganan Kebakaran, Pengolahan Sistem P

MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN


Tahun 2018
MODUL MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai institusi kesehatan sudah seharusnya dapat meminimalisir risiko dan potensi berbahaya
di lingkungan Rumah sakit sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada Pasien, Petugas,
Pengunjung serta Lingkungan Rumah sakit. Dalam standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 Pokja Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) bahwa tujuan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah sakit adalah
agar RS menyediakan seluruh fasilitas fisik dan peralatan medis yang aman & fungsional serta terdapat
petugas yang dapat mengelola secara efektif. Dengan dasar tersebut maka para Manajer dan Teknisi di
Rumah sakit harus dapat menerapkan manajemen risiko untuk mengurangi dan mengkontrol risiko,
mencegah kecelakaan dan luka, dan memelihara alat sesuai kondisi.
Rumah sakit perlu membuat rencana induk atau rencana tahunan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) yang mencakup :
1. Keselamatan dan Keamanan sebagai suatu tingkatan keadaan tertentu di mana gedung, halaman/
ground dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan
pengunjung serta proteksi dari kehilangan, perusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan
oleh mereka yang tidak berwenang.
2. Bahan berbahaya-penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan bahan berbahaya
lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
3. Manajemen emergensi-tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi direncanakan dan
efektif
4. Pengamanan kebakaran-properti dan penghuninya dilindungi dari kebakaran dan asap.
5. Peralatan medis- peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi risiko
6. Sistem utilitas -listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan
pengoperasian.
Rumah sakit dituntut dapat mengimplementasi Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di Rumah sakit secara
Efektif dan proporsional agar memberikan pelayanan yang optimal, memberikan rasa aman, nyaman kepada
Pasien dan Karyawan serta mempersiapkan diri menghadapi penilaian Akreditasi sesuai standar terbaru.

B. TUJUAN PELATIHAN
1. Memahami Peraturan perundang undangan dan Urgensi pengelolaan Sistem Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) Rumah sakit dalam SNARS 2018 Edisi 1.
2. Memberikan acuan bagi Rumah sakit dalam membuat rencana induk atau rencana tahunan MFK yang
mencakup: Keselamatan dan Keamanan, Bahan berbahaya, Manajemen emergensi, keselamatan
kebakaran, pengelolaan dan pemeliharaan peralatan medis serta Sistem utilitas;
3. Memberikan bekal kemampuan Manajerial dan Teknis dalam Menyediakan fasilitas yang aman dan
berfungsi baik, baik fasilitas fisik, peralatan medis maupun sumberdaya manusia serta Meminimalisir
risiko dan potensi berbahaya dilingkungan rumah sakit sesuai Standar Akreditasi KARS
4. Menganalisis, Memonitor dan Mengevaluasi Implementasi Manajemen fasilitas dan keselamatan Rumah
sakit sesuai dengan Standar Akreditasi KARS
5. Memberikan kemampuan dalam Mempersiapkan Akreditasi Rumah sakit SNARS 2018 Edisi 1 Manajemen
fasilitas dan keselamatan (MFK) Rumah sakit secara efektif dan Komprehensif

1
C. METODE PEMBELAJARAN
Meteode pembelajaran dalam seluruh sesi dalam modul ini meliputi :
1. ceramah, Tanya jawab singkat materi modul
2. vidio visual
3. diskusi kelompok

D. ALAT BANTU
 computer / Laptop

 LCD Proyektor

 Audio system

 Modul 4 (APAR), cara memadamkan api yang benar

E. ALOKASI WAKTU
Waktu yang diperlukan untuk modul ini selama 2 jam, terdiri dari :
1. Ceramah dan Tanya jawab : 1 Jam 10 Menit
2. Video visual : 15 Menit
3. Simulasi : 20 Menit
4. Diskusi : 15 Menit

F. MATERI
 Sistem Manajemen Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit

 Sistem pengelolaan bahan berbahaya (Inventaris, Penanganan, Penyimpanan dan Penggunaan bahan
radioaktif dan Bahan berbahaya lainnya serta Pengendalian dan pembuangan Bahan dan Limbah B3)
secara aman
 Sistem Manajemen emergensi (tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi) yang
efektif
 Sistem Keselamatan kebakaran (Properti dan Penghuni/Petugas, Pasien, Pengunjung) yang efektif

 Pengelolaan Sistem Peralatan medis (Analisa kebutuhan dan Pemilihan jenis alat, serta Tekhnik
Pemeliharaan Alat)
 Pengelolaan Sistem Utilitas dan sistem pendukung lainnya yang efektif Untuk meminimalkan risiko
pengoperasian

2
POKOK BAHASAN I
Sistem pengelolaan bahan berbahaya (Inventaris, Penanganan, Penyimpanan dan Penggunaan bahan radioaktif
dan Bahan berbahaya lainnya serta Pengendalian dan pembuangan Bahan dan Limbah B3) secara aman
Manajemen Fasilitas & Keselamatan
Tujuan
PENGOLAHAN B3 1. Mengidentifikasi, mengontrol, memitigasi dan mengevaluasi pengelolaan
B3 dan limbah B3 agar aman untuk pasien, keluarga pasien,
pengunjung, petugas dan lingkungan .
Manajemen Emergency
2. Mencegah KAK dan PAK karena pengelolaan B3 dan Limbah B3 bagi
pasien, keluarga pasien, pengunjung dan petugas .
Penanganan Kebakaran
3. Melaksanakan pemantauan lingkungan dan kondisi tempat kerja yang
aman dari B3 dan limbah B3.
Sistem Peralatan Medis 4. Memastikan implementasi pengelolaan B3 dan limbah B3 sesuai prosedur
serta penatalaksanaan/ penanganan apabila terjadi kontaminasi/paparan
B3 dan limbah B3 sesuai MSDS.
Penutup
Pengertian
Zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran
yang dapat membahayakan kesehatan & lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung dan mempunyai
sifat : racun (toksisitas), karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.

PERENCANAAN & PENGADAAN B3


• Perencanaan kebutuhan oleh Inst. Farmasi, IPSRS, Ka Sub Bag Rumah Tangga/umum
• Data kebutuhan “Bottom Up”
• Pengadaan oleh Unit Layanan Pengadaan
• Surat Pesanan disertai “Surat Pernyataan” untuk beberapa B3 seperti : Formalin, Dietil Eter, Xylene

PENERIMAAN B3
Penerimaan kebutuhan B3 harus memperhatikan :
• Tim Penerima Barang Medis dan Non Medis
• Material Safety Data Sheet (MSDS)
• Waktu kadaluarsa
• Keadaan Fisik Barang

PENYIMPANAN & PENDISTRIBUSIAN B3


Penyimpanan
1. Gudang / Lemari khusus
2. Label /simbol B3, MSDS dan Spill Kit
3. Sifat Fisika dan Kimia sama
4. APAR dan “Dilarang Merokok” untuk “B3 Mudah Terbakar”
5. Penyimpanan sesuai MSDS
Pendistribusian
• Sesuai permintaan user
• Sesuai kebutuhan
• B3 yang didistribusikan harus disertai dengan MSDS

3
PENANGANAN B3
• Penanganan sesuai Prosedur untuk masing-masing B3
• Ventilasi dan Exhaust di ruang tempat bekerja
• Alat Pelindung Diri (APD) sesuai MSDS

PIKTOGRAM/SIMBOL B3

4
POKOK BAHASAN II
Sistem Manajemen emergensi (tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi) yang efektif
Manajemen Fasilitas & Keselamatan

Tujuan
1. Untuk memastikan seluruh staf mengetahui dan mengikuti instruksi
Pengolahan B3
ketika terjadi situasi kedaruratan/emergensi
2. Staf dapat mengetahui panduan atau prosedur saat terjadi situasi
MANAJEMEN kedaruratan/emergensi
EMERGENCY
Penanganan Kebakaran Pengertian
Konsep Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management)
Emergency atau keadaan darurat merupakan suatu kegiatan di mana staf
Sistem Peralatan Medis melakukan tindakan untuk menyelamatkan aset organisasi serta menjaga
kegiatan organisasi agar tetap berjalan karena adanya kejadian yang tidak
terduga. Apabila tidak dilakukan tindakan, dimungkinkan akan
Penutup mengakibatkan kerugian terhadap organisasi.
Emergency management merupakan pendekatan yang terencana untuk
mencegah bencana yang menimpa arsip dan infromasi, menyiapkan dan
merenspon keadaan darurat serta pemulihan setelah bencana.

Empat Fase Manajemen Kedaruratan


1. Mitigation: Aktifitas RS dalam menangani dampak kedaruratan untuk pembelajaran
2. Preparedness: Aktifitas RS untuk identifikasi dan membangun sumberdaya yang akan digunakan jika terjadi
kedaruratan
3. Response: Aktifitas manajemen dan staf RS bila terjadi kedaruratan
4. Recovery: Strategi aksi jangka pendek dan panjang untuk memperbaiki pelayanan mendasar

Emergency
Mitigasi Kesiapan Respon Recovery
• Mitigasi : Tindakan yang dilakukan untuk mereduksi probabilitas, kegawatan dan/atau dampak dari
potensi emergensi. Fase pertama dari keempat fase manajemen emergensi
• Kesiapan / Preparedness : Tindakan yang dilakukan untuk mempersiapkan kapasitas & identitikasi
sumber daya yang dapat digunakan jika terjadi emergensi, Fase kedua dari keempat fase manajemen
emergensi
• Response : Tindakan yang dilakukan bila terjadi emergensi, fase ketiga dari keempat fase manajemen
emergensi
• Recovery : Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki layanan setelah terjadi emergensi, fase
terkahir dari fase manajemen emergensi

1. Fase mitigasi
a. Aktifitas untuk meminimalkan probabilitas, kegawatan, dan/atau dampak emergensi sebelum kejadian
terjadi.
b. Mitigasi diawali dari identifikasi hazard  menilai kelemahan pasien, staf, fasilitas, komunikasi,
sumberdaya informal untuk hazard tersebut.
c. Beberapa aktifitas mitigasi termasuk melakukan HVA, (dipersyaratkan)

2. Fase Kesiapan
a. Aktifitas terkait pengorganisasian dan mobilisasi sumber daya yang mendasar.
b. Mencakup Plan bagaimana merespon jika terjadi emergensi.

5
c. Aksi kesiapan yang vital meliputi:
d. Inventori sumber daya : buat inventori sumberdaya yang mungkin diperlukan saat emergensi, termasuk
perjanjian awal dengan vendor dan jaringan kesehatan untuk memenuhi inventori tersebut
e. Latihan/simulasi : lakukan latihan / simulasi untuk test Plan
f. Orientasi staf : Orientasi staf tentang aksi respon dasar
g. Planing lanjutan : Maintain proses planning berkesinambungan

3. Fase Respon
Fase selama kejadian emergensi atau selama latihan / simulasi. Pada fase ini, RS mengaktifkan EOP
(Emergency Operating Plan) dan prosedur-prosedur untuk respon yang dibuat pada fase kesiapan, termasuk
aktivasi ICC (incident commander centre). Fase ini meliputi:
a. Treatment: memberikan perawatanpengobatan, dan layanan untuk korban emergensi, melakukan
triage, jika perlu
b. Dampak sekunder: reduksi dampak sekunder. Dampak sekunder adalah dampak yang mungkin tidak
umum pada dampak awal emergensi.
Contoh, kehilangan utilitas mungkin memiliki dampak segera seperti kehilangan tenaga listrik. Dampak
sekundernya adalah alat pendingin/AC tidak tersambung dengan tenaga genset karena dapat menguras
sistem.
Jika di luar panas, yang akan meningkatkan level panas di fasilitas dapat berdampak pada layanan
seperti tertudanya operasi, suhu tubuh pasien meningkat yang akan berdampak negatif pada
kesehatannya, alat menjadi terlalu panas, dll
c. Minimalisasi: minimalkan dampak negatif situasi emergensi. Khususnya meminimalkan
ketidaknyamanan pada pasien, pengunjung, staf dll (prosedur dibatalkan atau tertunda, kebocoran dari
atap dll)

4. Fase Pemulihan
Fase ini mencakup pemulihan RS ke situasi normal. Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan
untuk pemulihan:
a. Finansial: apa implikasi finansial emergensi?
bisakah anda melanjutkan layanan yang ada saat ini sesuai yang direncanakan untuk beberapa waktu
kedepan?
b. Layanan: dampak apa yang terjadi terhadap ruang lingkup & skala layanan?
anda perlu bantuan layanan dari luar/ pihak ketiga dengan melakukan kontrak?
c. Ketenagaan: anda memiliki semua staf yang anda perlukan untuk menjaga pelayanan yang aman,
perawatan, tretament dan layanan bermutu tinggi?
apakah ada staf yang cedera selama emergensi? apakah jalan ke fasilitas terhambat? anda perlu
mengatur kembali jadwal staf?
d. Perhatian staf: apa yang menjadi perhatian staf?
apakah mereka memerlukan perawatan anak, perawatan geriatri, perawatan hewan peliharaan,
perawatan kesehatan mental, atau perawatan khusus lainnya?
e. Asuransi: anda memiliki asuransi untuk kejadian emergensi yang baru terjadi?
anda memiliki dokumentasi unutk klaim tepat waktu?
f. Inventori: anda memiliki suply yang cukup untuk melewati emergensi ini?
anda memiliki cara untuk mendapatkan suply lebih jika ada suply yang rusak?
anda memiliki suply untuk memperbaiki kerusakan?
g. Perbaikan: struktur atau alat apa yang yang diperlukan untuk memeperbaiki atau mengganti?
anda bisa memperbaiki suply yang rusak didalam RS? Otorisasi: anda memiliki otorisasi manajemen
untuk pengadaan, dokumen security, dan outsorching layanan yang secara temporer tidak bisa
diberikan internal?

Jenis Kedaruratan

1. Ancaman yang dibuat manusia


2. Ancaman dari Teroris
3. Disaster karena bencana alam
4. Kejadian yang semakin berat (Escalating events) / KLB

Sistem Komando Insiden (SKI) (Incident Command System)

6
SKI merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk berbagi tugas dan tanggung jawab antara pimpinan dan
staf selama keadaaan darurat / emergensi berlangsung

SKI membantu untuk mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab (PIC) selama keadaan emergensi dan
siapa yang harus dihubungi untuk mengambil keputusan.

Mengapa Sistem Komando Insiden Dibuat

1. Terlalu banyak orang yang melapor ke satu supervisor


2. Setiap kondisi Emergensi mempunyai struktur organisasi masing-masing
3. Kurangnya informasi tentang kejadian insiden yang dapat dipercaya
4. Komunikasi tidak adekuat dan tidak sesuai
5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan
6. Garis kewenangan / otoritas tidak jelas
7. Terminologi berbeda
8. Tujuan penanganan insiden tidak jelas atau tidak spesifik

Anggota Sistem Komando Insiden

1. Petugas Administrasi
2. Komando insiden
3. Petugas Humas
4. Petugas Safety dan Security
5. Petugas Penghubung
6. Logistik  Pimpinan petugas logistik
7. Perencanaan  Pimpinan Perencanaan
8. Keuangan  Pimpinan Keuangan
9. Operasional  Pimpinan Operasional

Kode-kode emergensi di rumah sakit

kode-kode emergensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-tanda atau kode tertentu yang menyatakan
kondisi kedaruratan dalam upaya penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh
warga yang berada disekitar rumah sakit, tujuannya adalah untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien,
pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang berada disekitar RS dalam keadaan darurat

 Code Blue : Kegawatdaruratan Medis (henti jantung)

 Code red : Kebakaran

 Code grey : Gangguan Keamanan

 Code Pink : Penculikan Bayi

 Code Purple : Evakuasi Masal

 Code Green : Gempa Bumi

 Code Black : Ancaman Bom

7
POKOK BAHASAN III
Sistem Keselamatan kebakaran (Properti dan Penghuni/Petugas, Pasien, Pengunjung) yang efektif
Manajemen Fasilitas & Keselamatan
Tujuan
a. Menanggulangi bahaya kebakaran yang mungkin terjadi di area rumah
Pengolahan B3 sakit .
b. Memberikan pengetahuan tentang bahaya kebakaran dan langkah –
Manajemen Emergency
langkah yang harus dilakukan apabila terjadi bencana kebakaran di area

PENANGANAN rumah sakit.


KEBAKARAN c. Mengendalikan bencana kebakaran yang mungkin terjadi di lingkungan
Sistem Peralatan Medis Rumah Sakit Airlangga Jombang sebagai dampak yang ditimbulkan
dapat di tekan sekecil mungkin

Penutup
Pengertian
Kebakaran merupakan masalah yang dapat terjadi dimana-mana tanpa
memilih tempat dan waktu. Kebakaran dapat terjadi di darat, laut, udara, di
dalam terowongan bawah tanah dan sebagainya. Dapat pula terjadi di musim hujan & kemarau, baik siang
maupun malam.
Jadi suatu kegiatan yang searah dengan usaha penanggulangan kebakaran agar menjadi sekecil mungkin,
diperlukan suatu kegiatan pencegahan yang sebaik-baiknya, masalah demi masalah harus diadakan penelitian
dan pembahasan yang tentunya memerlukan waktu untuk mengadakan studi secara khusus, baik mengenai
masalah-masalah terjadinya api, pencegahan perambatan dan pengamanannya

BAHAYA KEBAKARAN DAN PENCEGAHANNYA


Adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali, sedangkan pencegahan bahaya
kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali.
Kalimat di atas mengandung dua pengertian :
 Penyalaan api belum ada dan di usahakan agar tidak terjadi penyalaan api.
 Penyalaan api sudah ada dan diusahakan agar api tersebut menjadi terkendali.
Manajemen keselamatan Penanggulangan bahaya kebakaran dibedakan menjadi 3, yaitu :
Sebelum Kebakaran  dengan cara pengendalian energi sebagai contoh pemasangan sistem proteksi kebakaran
(smoke detektor dll)
Selama kebakaran  melakukan pemadaman dengan cara melokalisir tempat kejadian kebakaran, mengevakuasi
penghuni yang berada di tempat kejadian dan melakukan pengamanan tempat.
Sesudah Kebakaran  melakukan investigasi, menganalisa dan memberikan rekomendasi atas masalah yang
ditimbulkan, serta merehabilitasi.

SEGITIGA API

Nyala api terjadi karena adanya reaksi dari tiga unsur, yaitu bahan-bakar, panas, dan oksigen yang berjalan
dengan cepat dan seimbang, Dasar-dasar sistem pemadaman api adalah “merusak keseimbangan reaksi api“.

8
CARA MERUSAK KESEIMBANGAN REAKSI API
1. Cara Penguraian, yaitu dengan “Memisahkan atau menyingkirkan” bahan bahan yang mudah terbakar .
2. Cara Pendinginan, yaitu dengan “menurunkan Panas” sehingga temperatur bahan yang terbakar turun
sampai dibawah titik nyalanya.
3. Cara isolasi, yaitu dengan menurunkan kadar oksigen sampai dibawah 12 % atau mencegah reaksi dengan
oksigen.

TEKNIK DAN TAKTIK PEMADAMAN


 Teknik Adalah kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan sebaik-
baiknya.
 Taktik Adalah kemampuan menganalisa situasi sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan
tepat, tanpa menimbulkan korban maupun kerugian yang lebih besar.
Untuk menguasai teknik pemadaman, diperlukan syarat-syarat :
1. Menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Dapat menggunakan peralatan dan perlengkapan pemadam dengan cepat dan benar.
3. Sudah terlatih baik menghadapi situasi.
Untuk menguasai taktik pemadaman, perlu diperhatikan :
1. Pengaruh angin.
2. Warna asap kebakaran.
3. Lokasi kebakaran
4. Bahaya-bahaya lain yang mungkin terjadi.

9
POKOK BAHASAN IV
Pengelolaan Sistem Peralatan medis (Analisa kebutuhan dan Pemilihan jenis alat, serta Tekhnik Pemeliharaan
Alat)
Manajemen Fasilitas & Keselamatan
Tujuan
Pengolahan B3 1. Memberikan dan Meningkatkan pengetahuan peserta dalam
penggambaran kondisi fisik peralatan medis pada saat berada di rumah
Manajemen Emergency sakit yang aman bagi semua.
2. Memberikan dan Meningkatkan pengetahuan peserta dalam
Penanganan Kebakaran
penggambaran proses pemakaian peralatan medis yang aman bagi
semua.
SISTEM
PERALATAN MEDIS
Pengertian
Penutup Sistem peralatan medis adalah suatu upaya yang menjamin perlindungan
pekerja, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan peralatan medis yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keselamatan, kesehatan dan keamanan. Peralatan medis adalah peralatan yang digunakan
untuk diagnosai, terapi, rehabilisati dan peneliitan medic baik secara langsung maupun tidak langsung. Peralatan
medis merupakan sarana pelayanan di rumah sakit dalam memberikan tindakan kepada pasiennya, perawatan,
dan pengobatan.

Langkah-langkah pemeliharaan peralatan medis


1. Inventarisasi peralatan medis
a. Melakukan pendataan seluruh peralatan medis yang ada di rumah sakit
b. Pemilahan peralatan medis yang digunakan dan tidak digunakan.
 Peralatan medis yang digunakan harus diberi tanda

 Peralatan medis yang tidak digunakan diberi tanda dan tidak diletakkan di area kerja
2. Inspeksi berkala, adalah suatu kegiatan pengecekan peralatan medis secara terjadwal dengan tujuan
peralatan medis yang dipakai aman sebelum digunakan
3. Pengujian dan kalibrasi peralatan medis :
a. Uji fungsi, dilaksanakan oleh penyedia alat dan diawasi oleh bagian teknis bersama petugas K3 saat
pertama kali digunakan
b. Uji coba peralatan, sebelum alat digunakan perlu dilakukan uji coba oleh penyedia alat bersama
pengguna dan petugas K3 sesuai persyaratan, penggunaan alat oleh pengguna harus sesuai dengan
SPO yang ditentukan
c. Kalibrasi alat, Undang –Undang Rumah Sakit Tahun 2009 telah mewajibkan bahwa setiap peralatan
medik yang digunakan di rumah sakit harus dilakukan pengujian dan kalibrasi secara berkala
4. Pemeliharaan peralatan medis
a. Pemeliharaan promotif dilakukan dengan menyusun SPO sesuai dengan manual book peralatan medis :
 Peralatan medis canggih, adalah peralatan yang membutuhkan sumber daya listrik besar dan
bersifat digital, diantaranya rongen, USG, Bed side Monitor dll.
 Peralatan medis non canggih, adalah peralatan yang dapat dioperasiokan dengan cara sederhana,
antara lain tensimeter, timbangan manual, bed pasien, dll.

10
5. Recall alat
Adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan alat medis yang tidak sesuai
ketentuan. Penarikan terjadi ketika perangkat medis yang rusak, ketika itu bisa menjadi risiko bagi
kesehatan pasien, atau ketika itu adalah baik namun menjadi risiko bagi kesehatan pasien.
Sebuah recall perangkat medis tidak selalu berarti bahwa rumah sakit harus berhenti menggunakan produk
atau mengembalikannya ke perusahaan. Sebuah recall kadang-kadang berarti bahwa perangkat medis perlu
diperiksa, disesuaikan, atau fixed. Jika perangkat ditanamkan (misalnya, alat pacu jantung atau pinggul
buatan) di recall, itu tidak selalu harus dihapus. Ketika sebuah perangkat ditanamkan memiliki potensi untuk
gagal tiba-tiba, perusahaan sering mengatakan dokter untuk menghubungi pasien mereka untuk
mendiskusikan risiko menghapus perangkat dibandingkan dengan risiko meninggalkannya di tempat.

6. Pelatihan peralatan medis


a. Penyedia alat wajib memberikan pelatihan penggunaan peralatan medis kepada pengguna
b. Setiap petugas baru menggunakan peralatan medis wajib dilatih terlebih dahulu.
7. Inspeksi Oleh Teknisi
Memeriksa seluruh fungsi dan kondisi alat yang dilakukan oleh petugas teknisi elektromedik disetiap satuan
kerja dengan membawa lembar kerja dan memberikan label yang tempel di body alat.
Setelah memeriksa fungsi dan kondisi alat selesai maka petugas akan memberikan label berwarna :

1) Hijau : tanda bahwa peralatan siap digunakan dengan kondisi peralatan dan aksesoris lengkap
2) Kuning : tanda bahwa peralatan siap digunakan dengan kondisi peralatan dan aksesoris tidak lengkap.
3) Merah : tanda bahwa peralatan tidak dapat digunakan

Symbol Symbol Layak symbol


layak pakai tetapi asesoriesnya tdk layak
tidak lengkap pakai

11
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomo 03 Tahun 2008 “Tata Cara Pemberian Simbol
dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun” Jakarta 2008.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan “Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan”, Jakarta 2015.

Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Pedoman-Pedoman Teknis di Bidang Bangunan
dan Sarana Rumah Sakit” Jakarta 2012.

Prof. DR. Dr. Aryono D. Pusponegoro, Sp.B (K) BD/Trauma “Kegawatdaruratan dan Bencana” Jakarta
2016.

12
DAFTAR ISI

Daftar Isi

A. Pendahuluan.......................................................................................................... 1
B. Tujuan Pelatihan .................................................................................................... 1
C. Metode Pembelajaran ............................................................................................ 2
D. Alat Bantu ............................................................................................................... 2
E. Alokasi Waktu ......................................................................................................... 2
F. Materi ..................................................................................................................... 2

III Pokok Bahasan................................................................................................ 3

Pokok Bahasan I Sistem Pengelolaan Bahan Berbahaya...............................

Pokok Bahasan II Sistem Manajemen Emergensi..........................................

Pokok Bahasan III Sistem Keselamatan Kebakaran ......................................

Pokok Bahasan IV Pengelolaan Sistem Peralatan Medis ..............................

Daftar Pustaka.............................................................................................................. 12

13

Anda mungkin juga menyukai