Anda di halaman 1dari 41

PEMERIKSAAN

SEDIMEN URINE

dr. Ety Retno Setyowati, M.Kes., SpPK.,MARS, CMC


TOPIK

1. PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE


2. PELAPORAN PEMERIKSAAN URINE
PENDAHULUAN….
v Pemeriksaan mikroskopis urine:
penting untuk menilai kelainan
ginjal, saluran kemih dan penyakit
sistemik lainnya.
v Hasil pemeriksan tergantung :
sampel yang tepat dan keahlian
pemeriksa
v Adanya variasi prosedur dan
interpretasi pemeriksaan memerlukan
standarisasi dalam pengumpulan dan
preparasi sampel, pembacaan
sedimen dan pelaporan hasil
pemeriksaan.
KORELASI PADA URINALISIS
1. PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

v Sampel yang paling baik: urine pagi hari dan harus


diperiksa kurang dari 1 jam.
v Bila pemeriksaan ditunda disimpan di refrigerator
dalam 24-48 jam.
v Volume urine 10 mL
v Sentrifugasi 500 g selama 5 menit.
v Volume cairan dan sedimen yang tinggal setelah
dibuang sebaiknya sekitar 0,2 mL ( sesuai standard
JCCLS)
PEWARNAAN SEDIMEN URINE

v Menurut JCCLS spesimen tanpa pewarnaan dapat


digunakan
v Pewarnaan bermanfaat untuk identifikasi elemen
sedimen lebih jelas dan untuk konfirmasi.
v Pewarnaan yang sering dipakai : Sternheimer
(pewarnaan S) dan pewarnaan Sternheimer–Malbin
(pewarnaan SM).
PROSEDUR PEWARNAAN
Pemeriksaan Eritrosit

v Hematuria : eritrosit > 3/LPB.


v Eritrosit berbentuk bikonkaf,
diameter sekitar 7 μm, tebal 2 μm,
warna agak kekuningan.
v Hematuria disebabkan
glomerulonefritis, batu saluran
kemih, trauma dan keganasan
saluran kemih
v Dapat terjadi kontaminasi atau
trauma akibat kateter.
Eritrosit Eumorfik
Eritrosit Dismorfik
ELEMEN YANG KELIRU
DIIDENTIFIKASI SEBAGAI ERITROSIT
Pemeriksaan Leukosit
v Pyuria ditemukan pada
glomerulonefritis akut, lupus
nefritis, asidosis tubulus ginjal,
bahkan pada dehidrasi, iritasi
ureter, kandung kemih, atau
uretra.
v Leukosit yang banyak
ditemukan, terutama bentuk
clumping, kemungkinan
infeksi akut (pielonefritis,
sistitis, atau urethritis) sehingga
dalam pelaporan penting
disebutkan.
Pemeriksaan Leukosit …………..
Pemeriksaan Leukosit …………..
v Leukosit akan menuju ke area peradangan, karena
bersifat ameboid sehingga dapat menembus daerah
yang berdekatan dengan tempat peradangan.
v Terkadang pyuria terlihat pada apendiksitis dan
pankreatitis
Pemeriksaan Sel Epitel
v Sel epitel di urine terdiri dari sel tubuler ginjal, sel
transisional dan sel skuamus.
v Dapat ditemukan di urine sebagai hasil dari deskuamasi
sel-sel epitel tua.
v Peningkatan jumlah sel menunjukkan kemungkinan
peradangan pada bagian sel-sel tersebut berasal.
Sel tubuler ginjal
v Sel tubuler ginjal biasanya lebih besar dari sel leukosit atau
sekitar 3-5 kali eritrosit, mengandung inti besar dengan
bentuk oval atau bulat.
v Jumlah >15 per 10 LPB menunjukkan gangguan ginjal atau
trauma tubular misalnya pada sindroma nefrotik dan keadaan
yang menyebabkan degenerasi tubulus.
v Sel tersebut akan berisi lemak pada keadaan lipiduria, yang
disebut oval fat bodies, yang nampak sebagai maltese cross
dengan mikroskop polarized .
v Kerusakan tubulus terjadi pada pielonefritis, nekrosis tubular
akut, intoksikasi salisilat, atau rejeksi transplantasi ginjal.
Sel epitel transisional
v Sel transisional berasal dari ureter atau kandung kemih
dengan inti besar namun ukuran sel lebih kecil dari sel
skuamus atau berukuran dua sampai empat kali lebih besar
dari leukosit.
v Sel ini memiliki diameter 20-30 μm, berbentuk sferikal
dengan inti bulat atau oval di bagian tengah dan kadang
kadang memiliki 2 inti.
Sel epitel skuamus
v Sel epitel skuamus berasal
dari kulit, uretra distal,
vagina, perineum dan
preputium.
v Diameter 30-50 μm, berbentuk
persegi atau bulat
dengan inti ditengah
sebesar eritrosit.
v Jumlah yang sangat
meningkat kemungkinan
kontaminasi kulit.
Pemeriksaan Silinder
v Adanya proteinuria mengindikasikan
kemungkinan adanya silinder, namun
tanpa adanya proteinuria, silinder dapat
juga ditemukan
v Silinder urine terbentuk di tubulus ginjal,
dari mukoprotein (protein Tamm
Horsfall ).
v Faktor-faktor terbentuknya silinder :
aliran urine yang lambat, kadar
garam tinggi, PH yang rendah, dan
faktor yang mendukung denaturasi
dan presipitasi protein.
Silinder hialin
v Silinder hialin sering dijumpai di urine dan dapat timbul pada
urine yang normal karena latihan fisik berat dan dehidrasi
fisiologis.
v Silinder hialin terdiri dari protein saja, memiliki indeks bias
yang sangat rendah dan harus dilihat di bawah cahaya yang
redup.
v Silinder hialin tidak berwarna, homogen, dan transparan,
umumnya memiliki ujung bulat
Silinder Granular
v Silinder granular merupakan hasil degenerasi dari silinder
selular atau hasil dari agregrasi langsung protein serum ke
dalam matriks mukoprotein Tamm-Horsfall.
v Awalnya, butirannya besar dan kasar, tapi ketika stasis
urine berkepanjangan, granula ini pecah menjadi butiran
halus.
v Ditemukannya silinder granular hampir selalu menunjukkan
adanya penyakit ginjal, namun dapat ditemukan juga dalam
waktu yang singkat setelah aktivitas fisik yang berat.
Silinder Eritrosit
v Dijumpai pada
glomerulonefritis akut,
nefritis lupus, sindrom
Goodpasture, dan trauma
ginjal.
v Sel darah merah dalam
silinder dapat terdiri dari
beberapa sel dalam matriks
protein, atau ada banyak sel
yang terletak berdekatan
dengan tidak ada matriks
yang terlihat dengan warna
kecoklatan atau hampir tidak
berwarna.
Silinder Leukosit
v Silinder leukosit umumnya
nampak pada pyelonefritis akut.
v Sel leukosit muncul pada infeksi
ginjal dan peradangan, sehingga
silinder leukosit dapat dijumpai
pada pielonefritis akut, interstitial
nephritis, dan nephritis lupus.
v Leukosit dalam silinder jumlahnya
mungkin sedikit atau banyak. Jika
sel leukosit masih utuh, inti sel
kemungkinan masih terlihat jelas,
tetapi bila inti sel menghilang
maka silinder akan nampak seperti
silinder granular.
Silinder lilin
v Silinder lilin memiliki indeks bias yang
sangat tinggi, berwarna kuning, abu-abu,
atau tidak berwarna, dan nampak
homogen.
v Silinder lilin sering nampak dengan ukuran
pendek, ujung tumpul atau putus, sering
memiliki tepi yang retak atau bergerigi,
dianggap hasil degenerasi silinder
granular, sering ditemukan pada gagal
ginjal kronik yang parah, hipertensi
maligna, amiloidosis ginjal, dan diabetes
nefropati.
v Adanya jenis silinder yang bermacam-
macam menunjukkan kerusakan dan
dilatasi tubulus (tahap akhir penyakit
ginjal kronik)
Silinder lemak (fatty casts)
v Silinder lemak (fatty casts) adalah
penggabungan butiran lemak bebas
atau oval fat bodies ke dalam silinder.
v Jika butiran lemak kolesterol akan
terpolarisasi (“Maltese-cross”).
v Butiran isotropik yang terdiri dari trigliserida,
tidak akan terpolarisasi tetapi akan
terwarnai dengan Sudan III atau Oil Red O.
v Silinder lemak terlihat ketika ada
degenerasi lemak dari epitel tubular ( pada
tubular degenerative).
v Silinder ini sering terlihat pada sindrom
nefrotik dan dapat terjadi pada
glomerulosklerosis diabetik, nefrosis lipoid,
glomerulonefritis kronis, sindrom
Kimmelstiel-Wilson dan lupus.
Pemeriksaan Bakteri
v Bakteri di urine : ISK, flora normal dalam jumlah banyak di
vagina atau meatus eksternal urethra dan juga karena
kemampuan bakteri untuk berkembang dengan cepat.
v Diagnosis bakteriuria ditegakkan dengan kultur.
v Adanya bermacam-macam jenis bakteri kemungkinan
menunjukkan adanya kontaminasi, kecuali pada sampel
pasien yang dipasang kateter.
Pemeriksaan Jamur

v Jamur di urine kemungkinan


suatu kontaminasi atau benar-
benar suatu infeksi jamur
v Jamur kadang sulit dibedakan
dengan eritrosit dan amorf kristal,
(jamur cenderung membentuk
budding)
v Jamur yang sering adalah jenis
kandida, yang kemungkinan
membentuk suatu kolonisasi di
kandung kencing, uretra atau
vagina.
Pemeriksaan Kristal
v Kristal yang sering nampak pada orang sehat adalah
kalsium oksalat, tripel phosphat dan amorf
phosphat.
v Kristal patologis yang jarang nampak adalah sistin,
tirosin dan leusin. Sistin sering nampak pada neonatus
dengan kongenital sistinuria atau pasien dengan
penyakit hati berat. Tirosin sering nampak pada
kongenital tyrosinosis atau pasien dengan gangguan
liver. Leusin sering nampak pada pasien dengan
penyakit hati berat.
v Kristal asam urat dapat nampak dalam berbagai bentuk,
tetapi bentuk yang paling khas adalah bentuk seperti
berlian, belah ketupat dan roset.
Kristal urine (A) Kalsium oksalat (tanda panah, 100x) (B) Kristal asam urat (100x), Kristal
tripel fosfat dengan amorf fosfat (400x), (D) Kristal sistin (100 x) (Simmerville et al, 2005)
SEL PADA SEDIMEN URINE
SILINDER PADA SEDIMEN URINE
KRISTAL PADA SEDIMEN URINE
SEDIMEN URINE
2. PELAPORAN PEMERIKSAAN URINE

Pelaporan hasil pemeriksaan makroskopis dan kimiawi

v Pelaporan pemeriksaan fisik urine meliputi warna,


kejernihan dan bau. Pelaporan pemeriksaan kimiawi
urine dilakukan secara semikuantitatif yaitu negatif, 1+,
2+, 3+ dan 4 + tergantung reagen strip yang dipakai
Pelaporan sel non epitel dan sel epitel
v Pelaporan untuk sel non epitel (sepert eritrosit dan
leukosit) dan sel epitel dilakukan dengan pembesaran
400x (LPB).
Pelaporan Silinder
v Pelaporan silinder dilakukan dengan pembesaran 100x
(LPK) atau seluruh lapang pandang
- 0/Seluruh lapangan 0/100 LPK 0/100 LPK
1+ 1-4/Seluruh lapangan 1-4/100 LPK <1/10 LPK
5-9/Seluruh lapangan 5-9/100 LPK
2+ 10-19/Seluruh lapangan 10-19/100 LPK 1-2/10 LPK
20-29/Seluruh lapangan 20-29/100 LPK
3+ 30-49/Seluruh lapangan 30-49/100 LPK 3-9/10 LPK
50-99/Seluruh lapangan 50-99/100 LPK
4+ 100-999/Seluruh lapangan 100-999/100 1-9/ LPK
LPK

5+ ≥ 1000/Seluruh lapangan ≥ 1000/100 LPK ≥ 10/ LPK


Pelaporan Mikroorganisme

Pelaporan mikroorganisme dilakukan pada pembesaran


400x (LPB)

- Tidak ditemukan

1+ Ditemukan pada setiap lapangan pandang

2+ Beberapa atau berkelompok

3+ Banyak
Pelaporan Parasit

- 0

1+ 1/Seluruh lapangan sampai 4/ LPB

2+ 5-9/ LPB

3+ ≥ 10/ LPB
Pelaporan kristal

Kristal Salts
- 0 0
1+ 1-4/ LPB Jumlah sedikit
2+ 5-9/ LPB Jumlah sedang
Jumlah banyak

3+ ≥ 10/ LPB

Anda mungkin juga menyukai