Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO KABUPATEN SIGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO


KABUPATEN SIGI
2022
PENGESAHAN

Dalam pembangunan sektor kesehatan, salah satu prakondisi yang harus dipenuhi
adalah meningkatkan mutu pelayanan, termasuk mutu pelayanan di rumah sakit agar
pengelolaan rumah sakit menjadi lebih efektif dan efisien. Laporan hasil pengukuran
budaya keselamatan pasien melalui komite mutu RSUD Tora Belo Kabupaten Sigi disusun
berdasarkan program kerja yang telah disepakati bersama oleh direktur dan seluruh stake
holder yang terlibat dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan nantinya
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melaksanakan upaya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sidera, 15 Oktober 2022


Mengetahui
Direktur RSUD Tora Belo Ketua Komite Mutu

dr. Trieko Stefanus Larope dr. Muqhisal Aqni, Sp.B


NIP. 19800321 201001 1 005

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua organisasi mempunyai budaya kerja masing-masing. Biasanya budaya kerja dalam
organisasi ini bisa langsung dirasakan setelah masuk kedalamnya. Misalnya ketika masuk ke
salah satu unit di rumah sakit, maka akan bisa segera menilai apakah petugasnya ramah, siap
membantu, pelayanannya cepat, dll. lni adalah contoh dari dimensi budaya patient safety yang
bisa dirasakan. Seperti model gunung es, dimensi budaya patient safety yang bisa langsung
dirasakan hanyalah sebagian kecil dari budaya patient safety. Dimensi lainnya yang sulit untuk
langsung diidentifikasi antara lain nilai (values) dan asumsi-asumsi (assumpfions).
Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah bagaimana mengubah
budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah penting pertama adalah dengan
menempatkan patient safety sebagai salah satu prioritas utama dalam organisasi pelayanan
kesehatan, yang didukung oleh eksekutif, tim klinik, dan staf di semua level organisasi dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
Perubahan budaya sangat terkait dengan pendapat dan perasaan individu-individu dalam
organisasi. Kesempatan untuk mengutarakan opini secara terbuka, dan keterbukaan ini harus
diakomodasi oleh sistem sehingga memungkinkan semua individu untuk melaporkan dan
mendiskusikan terjadinya adverse events. Budaya tidak saling menyalahkan memungkin
individu untuk melaporkan dan mendiskusikan adverse events tanpa khawatir akan dihukum.
Aspek lain yang penting adalah memastikan bahwa masing-masing individu bertanggung jawab
secara personal dan kolektif terhadap patient safety dan bahwa keselamatan adalah kepentingan
semua pihak.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;

3
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
11. Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia
Kedokteran
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 20202 tentang Komite
Mutu Rumah Sakit
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1128/2022
tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;

4
BAB II
TUJUAN

A. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Tora Belo Kab Sigi

B. Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran budaya keselamatan diunit kerja Rumah Sakit Tora Belo Kab Sigi
yang langsung berhubungan dengan pasien
2) Mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien dalam masing-masing dimensi budaya
keselamatan pasien
3) Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pelaporan insiden keselamatan pasien di
Rumah Sakit Tora Belo Kab Sigi.
.

5
BAB III
HASIL PENGUKURAN

A. Survei Berkala
Dalam survey yang di lakukan RSUD Torabelo jumlah responden adalah sebanyak 204 dan
mencapai nilai respon rate 99 %. Demografi responden berdasarkan jabatan adalah dokter
15,6%,perawat 51,7%, bidan 31,3%, analis 5,8%, farmasi 15,6%, petugas lain yang kontak
dengan pasien 0,9% dan petugas lain yang tidak kontak dengan pasien 84,3%. Berdasarkan
lama kerja di Rumah Sakit Tora Belo responden yang bekerja 1-3 tahun sebanyak 22%, bekerja
selama kurang dari 1 tahun sebanyak 4,9 %, bekerja selama 4-5 tahun sebanyak 34,3% dan
yang bekerja lebih dari 5 tahun 38,7%
Jumlah populasi penelitian berjumlah 420 responden, namun sampel yang diambil 2 0 4
kuesioner tabel 1 dibawah ini
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden

Kerja Tim
Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif 200 STS
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

Pada dimensi kerja sama dalam Tim dihasilkan respon positif sebesar 84,97% yang dapat
menunjukkan bahwa personel RSUD Torabelo dalam bekerja saling mendukung satu sama
lain, saling bekerja sama sebagai tim jika ada banyak pekerjaan, dan merasa saling menghargai
satu sama lain yang dibuktikan dengan hasil respon positif yang tinggi. Kerjasama tim dalam
pelayanan di rumah sakit dapat mempengaruhi kualitas dan keselamatan pasien. Bekerja secara
team work merupakan sebuah nilai yang harus dibangun sebagai budaya keselamatan. Menurut
Lestari, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan persepsi individu yang kurang terhadap
team work berpotensi tiga kali lebih besar untuk terjadi insiden keselamatan. Dengan budaya
keselamatan pasien yang kuat, maka kerja sama dalam tim di RSUD Torabelo perlu
dipertahankan dan ditingkatkan.

6
Tabel 2. Staf dan Kecepatan Kerja

Staf dan Kecepatan Kerja


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4 Seri5

No.
250
Persentase Positif STS
200
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S

JUMLAH SS

Pada staf dan kecepatan kerja RSUD Torabelo hasil survey menunjukkan respon positif
sebesar 70,10% yang dikategorikan baik. Tingkat kecepatan dan kompetensi kinerja perawat
berperan penting dalam menciptakan kepuasan dan penyembuhan pasien. Tingkat kecepatan
pelayanan merupakan tindakan medis yang segera mungkin dalam menangani pasien.
Kecepatan pelayanan yang diberikan perawat menjamin keselamatan pasien sehingga tercipta
respon yang baik terhadap kinerja perawat. Fenomena kualitas pelayanan yang kurang
dirasakan pasien menyebabkan citra RSUD rendah, sehingga pasien tidak berkeinginan
mengulangi pengobatan di RSUD tersebut. Dampak apabila pasien kurang puas dengan
pelayanan kesehatan akan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pelayanan yang
diberikan pihak RSUD tidak memuaskan sehingga menimbulkan pandangan negatif di
masyarakat terhadap RSUD tersebut, hal tersebut bisa mengurangi jumlah kunjungan pasien
Tabel 3. Pembelajaran Organisasi – Peningkatan Berkelanjutan

Pembelajaran Organisasi - Peningkatan Berkelanjutan


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif 200 STS
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

7
Respon Terhadap Peningkatan Berkelanjutan RSUD Torabelo hasil survey menunjukkan
respon positif sebesar 89, 05 % yang dikategorikan Baik .Bonn & Fisher (2011) melakukan
penelitian mengenai keberlanjutan secara umum dan mengidentifikasi masalah yang dialami
manajer dalam membuat perusahaan yang lebih berkelanjutan, yaitu penanganan isu
keberlanjutan hanya sebagai bagian operasional, bukan sebagai bagian strategi, akibatnya
aspek-aspek keberlanjutan telah hilang dari strategi organisasi saat ini. Jamieson, Wicks, &
Boulding (2015) melakukanpenelitian mengenai keberlanjutan rumah sakit. Penelitian mereka
memberikan gambaran perlunya kerangka kerja untuk tindakan keberlanjutan lingkungan pada
sektor kesehatan, dengan menyediakan contoh yang menunjukkan berbagai upaya rumah sakit
di berbagai negara untuk mewujudkan praktik kesehatan yang berkelanjutan.
Tabel 4. Respon terhadap Kesalahan

Respon Terhadap Kesalahan


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4 Seri5

No.
250
Persentase Positif 200 STS
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

Respon Terhadap Kesalahan RSUD Torabelo hasil survey menunjukkan respon positif
sebesar 62,88% yang dikategorikan baik. Praktik keperawatan terkadang ditemui bahwa
terjadinya kesalahan dalam tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat sehingga
ini menimbulkan kekuatiran kepada masyarakat untuk berobat. Karena adanya kesalahan
ataupun kelalaian yang terjadi didalam tiap-tiap tindakan dokter dan perawat maka ini
menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada mereka. Karena adanya
kesalahan ataupun kelalaian yang ditimbulkan oleh dokter dan perawat maka didalam
prakteknya ini merupakan hal yang berbahaya bagi keamanan seorang pasien. Beberapa
kesalahan/kelalaian yang sering dilakukan perawat dalam tindakan medik menurut Priharjo
adalah “Keliru atau salah dalam memberikan obat atau salah dosis, salah membaca label, salah
menangani pasien, dan yang lebih berat lagi adalah salah memberikan transfusi darah sehingga
mengakibatkan hal yang fatal. Mayoritas kesalahan yang dilakukan perawat merupakan hasil
dari ketidak sempurnaan dari proses berpikir yang mempengaruhi pengambilan keputusan”
(Priharjo, 2005).Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh dokter kepadanya maka perawat
diwajibkan berada di samping pasien untuk dapat memantau setiap perkembangan dari pasien.
Tetapi terkadang muncul permasalahan, apabila suatu ketika pasien dalam keadaan darurat
namun dokter belum memberikan instruksi apa-apa maka saat itulah menyebabkan perawat
8
melakukan tindakan medis yang bukan merupakan kewenangan untuk menyelamatkan nyawa
dari pasien tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh perawat tersebut tanpa adanya
pendelegasian dari pihak dokter dan perawat melakukan tindakan tersebut berdasarkan
pengalaman yang dimilikinya. Atas tindakan dari perawat tersebut dan ternyata mengakibatkan
hilangnya nyawa dari pasien maka tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
malpraktek medis/kelalaian medis.
Tabel 5. Dukungan Supervisor, Manajer atau Pemimpin Klinis untuk Keselamatan Pasien

Dukungan Supervisor, Manajer, atau Pemimpin Klinis untuk


Keselamatan Pasien
Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif STS
200
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

Dukungan Manajemen Rumah Sakit Terhadap Upaya Keselamatan Pasien. Respon positif
pada dimensi dukungan manajemen rumah sakit terhadap keselamatan pasien sebesar 60.13%
dengan kategori budaya kuat. Menurut Kohn (2000) terdapat lima prinsip untuk merancang
patient safety sistem di organisasi kesehatan yaitu : a) Prinsip I : Provide Leadership yang
meliputi menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama/prioritas, menjadikan
keselamatan pasien sebagai tanggung jawab bersama, menunjuk/menugaskan seseorang yang
bertanggung jawab untuk program keselamatan pasien, menyediakan sumber daya manusia
dan dana untuk analisis error dan redesign system, serta mengembangkan mekanisme yang
efektif untuk mengidentifikasi “unsafe” dokter. b) Prinsip II : memperhatikan keterbatasan
manusia dalam perancangan proses yakni design job for safety, menyederhanakan proses, dan
membuat standar proses. c) Prinsip III : mengembangkan tim yang efektif d) Prinsip IV :
Antisipasi untuk kejadian tak terduga, pendekatan pro aktif, menyediakan antidotum dan
training simulasi, e) Prinsip V : Menciptakan atmosfer learning. Berdasarkan hasil survey,
dukungan manajemen RSUD. Torabelo terhadap upaya keselamatan pasien yang mendapat
respon positif meliputi manajemen rumah sakit menyediakan iklim kerja yang mendukung bagi
keselamatan pasien, kebijakan manajemen menunjukkan bahwa keselamatan pasien
merupakan prioritas, dan Manajemen rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai
untuk meningkatkan keselamatan pasien.

9
Tabel 6. Komunikasi tentang Kesalahan

Komunikasi tentang Kesalahan


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif 200 STS
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

Pada komunikasi tentang kesalahan hasil survey menunjukkan respon positif sebesar
76,21% yang dikategorikan baik. Umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan merupakan
hal yang terpenting setelah dilakukannya pelaporan insiden keselamatan pasien. Salah satu dari
prinsip inti dalam pelaporan kejadian adalah pelaporan hanya bisa memberi manfaat apabila
direspon secara konstruktif. Paling tidak terdapat umpan balik dari analisis temuan. Umpan
balik dari organisasi dan rekan satu tim merupakan bentuk dari pembelajaran organisasi. Salah
satu bentuk hambatan dalam sistem pelaporan kejadian diantaranya adalah kurangnya umpan
balik dari laporan kejadian. Adanya umpan balik dari kejadian yang dilaporkan diharapkan
dapat memberi tindakan perbaikan pada sistem keselamatan pasien yang telah berjalan.
Tabel 7. Keterbukaan Komunikasi

Keterbukaan Komunikasi
Seri1 Seri2 Seri3 Seri4 Seri5

No.
250
Persentase Positif STS
200
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S

JUMLAH SS

Pada dimensi keterbukaan komunikasi dalam survey ini respon positif yang didapat sebesar
67.72%, termasuk dalam kategori budaya baik. Komunikasi dalam keselamatan pasien telah
menjadi standar dalam Joint Commision Acreditation of Health Organization sejak tahun 2010
dan didalam akreditasi Snars 2017 komunikasi ditempatkan didalam beberapa standar
penilaian, terutama pada bidang medis maupun keperawatan. Komunikasi terbuka perlu
10
diwujudkan pada saat serah terima pasien, transfer pasien, edukasi kepada pasien dan keluarga,
penjelasan tentang hak dan kewajiban, pelaporan kondisi pasien tentang risiko terjadinya
insiden, berbagi informasi seputar isu-isu keselamatan pasien, staf dapat secara bebas bertanya
seputar keselamatan pasien yang potensial terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan
hasil survey, dapat dijelaskan bahwa staff bebas mengungkapkan pendapat, bebas bertanya
tentang keputusan atau tindakan yan akan diambil, namun kemungkinan masih merasa takut
untuk bertanya ketika mengetahui ada yang tidak tepat dalam pelayanan pasien. Hal ini
menggambarkan staf melakukan komunikasi terbuka dalam melaksanakan pelayanan kepada
pasien, walaupun terjadi sedikit penurunan.
Tabel 8. Melaporkan Peristiwa Keselamatan Pasien

Melaporkan peristiwa keselamatan pasien


Seri1 Seri2

No. D1. Ketika…


250
Persentase Positif…200 STS 23
150
Positif Positif 100 TS 43
50
0
Netral Netral K 49

Negatif Negatif S 58
JUMLAH 204 SS 31

Berdasarkan hasil survey gambaran budaya keselamatan pasien secara keseluruhan di


RSUD Torabelo adalah 75.49% yang dikategorikan dalam budaya keselamatan yang sedang.
Menurut PMK Nomor 11 Tahun 2017 tentang 22 Keselamatan pasien menjelaskan bahwa
membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memimpin dan mendukung staf dalam
penerapan keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam menciptakan budaya
keselamatan pasien. Faktor-faktor yang membangun struktur model budaya atau iklim
keselamatan pasien di berbagai negara, di berbagai unit di rumah sakit dan di berbagai
kelompok profesional, misalnya dalam hal keterbukaan komunikasi, umpan balik dan
komunikasi tentang error, frekuensi pelaporan kejadian, handovers (penyerahan) dan transisi,
dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien, respon non-punitive (tidak menghukum)
terhadap kesalahan, pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, keseluruhan
persepsi tentang keselamatan, staffing, ekspektasi manajer dalam mempromosikan
keselamatan pasien, kerjasama antar unit, kerjasama dalam unit, prioritas keselamatan dan
beban kerja yang aman.

11
Tabel 9. Dukungan Manajemen Rumah Sakit untuk Keselamatan Pasien

Dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif STS
200
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S

JUMLAH SS

Pada dimensi dukungan manajemen rumah akit untuk keelamata, dalam survey ini respon
positif 78.01% yang dikategorikan dukungan yang baik. Adanya dukungan manajemen dan
pemimpin RSUD Torabelo dalam membangun budaya keselamatan pasien di RSUD Torabelo
sehingga dapat menjadi budaya organisasi dari RSUD Torabelo sendiri. Adanya dukungan
manajemen dan pemimpin RSUD Torabelo ditunjukkan dengan diadakannya pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan pasien, serta adanya penataan sistem
keselamatan pasien ditambah dengan adanya pengawasan dari pihak pimpinan RSUD
Torabelo yang sangat dirasakan petugas memberikan kontribusi bagi terciptanya budaya
keselamatan pasien di RSUD Torabelo yang dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUD Torabelo
Tabel 10. Handoff dan Pertukaran Informasi

Handoff dan pertukaran informasi


Seri1 Seri2 Seri3 Seri4

No.
250
Persentase Positif 200 STS
150
Positif 100 TS
50
0
Netral K

Negatif S
JUMLAH SS

Pada dimensi Pertukaran Informasi dihasilkan respon positif sebesar 70,26% yang dapat
menunjukkan bahwa personel RSUD Torabelo dalam pertukaran informasi sangat baik.
Pertukaran informasi kesehatan adalah perpindahan atau pergerakan informasi kesehatan
elektronik antar organisasi sesuai dengan standar nasional. Tujuan pertukaran informasi
kesehatan adalah untuk memfasilitasi akses dan pengambilan data klinis untuk memberikan

12
asuhan atau pelayanan yang lebih aman, tepat waktu, efisien, efektif, berpusat pada pasien
(Amatayakul, 2013; McCann, 2016). Ada tiga model konseptual Pertukaran Informasi
Kesehatan yaitu 1) model sentralisasi (terpusat), 2) model desentralisasi, 3) model hibrid, dan
4) model penggabungan rekam kesehatan (McCann, 2016).
Tabel 11. Jumlah Peristiwa yang Dilaporkan

Jumlah peristiwa yang dilaporkan


250

200

150

E1
100 204

50
63 77
49
0 2 13
TIDAK ADA 1-2 KALI 3-5 KALI 6-10 KALI >11 KALI JUMLAH

Dimensi Frekuensi Pelaporan Kejadian Pelaporan merupakan unsur penting dari


keselamatan pasien. Informasi yang adekuat pada pelaporan akan dijadikan bahan oleh
organisasi dalam pembelajaran. Organisasi belajar dari pengalaman sebelumnya dan
mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya insiden sehingga
dapat mengurangi atau mencegah insiden yan terjadi. Hambatan atau kendala dalam pelaporan
telah diidentifikasi sehingga proses pelaporan insiden menjadi lebih mudah. Hambatan yang
dapat terjadi pada pelaporan diantaranya perasaan takut akan disalahkan, perasaan kegagalan,
takut akan hukuman, kebingungan dalam bentuk pelaporan, kurang kepercayaan dari
organisasi, kurang menyadari keuntungan dari pelaporan. Staf akan membuat pelaporan jika
merasa aman apabila pembuat laporan tidak akan menerima hukuman. Perlakuan yang adil
terhadap staf, tidak menyalahkan secara indiidu tetapi organisasi lebih fokus terhadap sistem
yang berjalan akan meningkatkan budaya pelaporan. Pelaporan insiden menjadi titik awal
dalam program keselamatan pasien. Melalui mekanisme pelaporan yang baik akan mampu
mengidentifikasi permasalahan yang kemudian dapat dirumuskan solusi perbaikannya.
Menjadikan pelaporan sebagai sumber informasi dalam proses belajar, memerlukan dua hal
yang harus disiapkan oleh rumah sakit, pertama tersedianya SDM yan mampu melakukan
analisis terhadap insiden, kedua yaitu kebijakan yang dikembangkan rumah sakit untuk
menjabarkan kriteria pelaksanaan analisis akar masalah dan analisis dampak dan kegagalan.

13
Tabel 12. Peningkatan Keselamatan Pasien

Peringkat Keselamatan Pasien


250

200

150

D3
100 204

50
65
45 35 30 29
0
KURANG CUKUP BAIK BAIK SEKALI LUAR BIASA JUMLAH

Peningkatan insiden keselamatan pasien di RSUD Torabelo Cukup Baik, Kerjasama tim
antar individu dalam unit kerja dan koordinasi antar unit pelayanan merupakan salah satu upaya
untuk mengurangi kejadian yang terkait dengan masalah keselamatan pasien. Tabel ini
bertujuan untuk menganalisis peranan kerja tim antar individu dalam unit kerja dan koordinasi
antar unit pelayanan terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Pengukuran
ini dilakukan di RSUD Torabelo, unit kerja yang memberikan pelayanan kepada pasien dengan
responden adalah pimpinan unit atau ruangan, penanggung jawab shift kerja dan penanggung
jawab mutu keselamatan pasien.
B. Evaluasi berkala
Evaluasi Berkala pada Penelitian Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Tora Belo
menggunakan kuesioner dimensi timbal balik kesalahan dan sanksi kesalahan HSOPSC
(Hospital Survey On Patient Safety Culture). Data dalam pengukuran Budaya Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui jawaban kuesioner
Budaya Keselamatan pasien di Rumah Sakit. Yang sebelumnya telah dilakukan sosialisasi
tentang Budaya Keselamatan Rumah Sakit. Dari pengumpulan kuesioner yang diperoleh
selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data menggunakan Likert Scale. Berdasarkan grafik,
hasil persepsi nakes Rumah sakit Tora Belo mengenai tingkat Budaya Keselamatan Pasien
tahun 2022 maka dimulai dari Kerja sama Tim 84,97%, staf dan kecepatan kerja 70,10%,
Pembelajaran Organisasi - Peningkatan Berkelanjutan 89,05%, Respon Terhadap Kesalahan
62,88%, Dukungan Supervisor, Manajer, atau Pemimpin Klinis untuk Keselamatan Pasien
60,13%, Komunikasi tentang Kesalahan 76,21%, Keterbukaan Komunikasi 67.72%,
Melaporkan peristiwa keselamatan pasien75,49%, Dukungan manajemen rumah sakit untuk
keselamatan pasien 78.01%, Handoff dan pertukaran informasi 70,6%.

14
Indikator Presentase Positif
100.00% 84.97% 89.05%
90.00% 76.21% 75.49% 78.01%
80.00% 70.10% 67.72% 70.26%
70.00% 62.88% 60.13%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pembelaj Dukungan Dukungan
aran Superviso Melapork manajem
Handoff
Organisas r, Keterbuk an en rumah
Staf dan Respon Komunika dan
i- Manajer, aan peristiwa sakit
Kerja tim Kecepata Terhadap si tentang pertukara
Peningkat atau Komunika keselama untuk
n Kerja Kesalahan Kesalahan n
an Pemimpin si tan keselama
informasi
Berkelanj Klinis pasien tan
utan untuk… pasien
Seri1 84.97% 70.10% 89.05% 62.88% 60.13% 76.21% 67.72% 75.49% 78.01% 70.26%

C. Saran Responden dari Survey


Ada beberapa saran dari responden survey yang harus diperhatikan oleh pimpinan guna
meningkatkan budaya keselamatan pasien di RSUD Torabelo yaitu:
1. Tingkatkan mutu keamanan dan kenyamanan RS.
2. Peningkatan keselamatan staf di RS harap diperhatikan (APD) terhadap radiasi.
3. Kerjasama karyawan mohon ditingkatkan
4. Tingkatkan budaya keselamatan pasien dengan mengedepankan pelayanan prima.
5. Pelatihan untuk perawat sesuai dengan bidangnya
6. Perawat diberikan beban yang terlalu banyak
7. Tingkatkan kerjasama antar unit/anggota
8. Keselamatan pasien memang tujuan utama kami dalam pelayanan . Dan pimpinan mohon
selalu mendukung demi terwujudnya keselamatan pasien
9. Tingkatkan mutu pelayanan RS
10. Meningkatkan sarana & prasarana di RS
11. Mohon diperhatikan keselamatan perawat dan pasien 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
70% 80% 90% 100%
12. Pimpinan tolong mendukung terutama untuk kesejahteraan kami/ petugas kesehatan.
13. Pimpinan harap mengerti kondisi ruangan
14. Tingkatkan mutu pelayanan dan kesejahteraan perawat
15. Tingkatkan mutu keselamatan pasien
16. Dukungan dari pimpinan agar personel perawat di ruangan di tambah sesuai dengan
beban kerja di ruangan
17. Fasilitas di ruangan agar di penuhi
18. Fasilitas dan keselamatan perawat mohon di perhatikan .
19. Keselamatan pasien harus di utamakan
20. Fasilitas dan mutu agar ditingkatkan
15
21. Mohon lebih diperhatikan lagi tentang adanya upaya pencegahan sehingga pasien &
petugas terhindar dari cidera, misal : lantai licin saat hujan, atap ruangan yang nyaris
jebol saat hujan
22. Pimpinan mengutamakan keselamatan pasien tapi untuk keselamatan petugas masih
kurang diperhatikan .
23. Mohon lebih diperhatikan lagi mengenai pentingnya screening kesehatan bagi petugas
pelayanan kesehatan terutama yang kontak dengan pasien dan vaksinasi y.
24. Fasilitas keselamatan pasien ditambah untuk antara lain: tempat tidur, ruangan pasien,
tempat tunggu keluarga pasien

16
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pencatatan
1. Kegiatan survey budaya keselamatan pasien menggunakan kuisioner 12 dimensi budaya
keselamatan, yang mana form untuk kuisioner terdapat dalam lampiran
2. Pencatatan capaian indikator sasaran keselamatan pasien menungunakan Formulir
Pengumpulan data indikator keselamatan pasien yang terdapat dalam lampiran dan data
dimasukkan dalam sismadak
3. Pencatatan laporan insiden keselamatan pasien menggunakan formulir yang terdapat
dalam panduan pelaporan insiden keselamatan pasien

B. Pelaporan
1. Pelaporan kegiatan survey budaya keselamatan pasien dilaporkan pada direktur RSUD
Tora Belo untuk di tindak lanjuti
2. Pelaporan digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana budaya keselamatan pasien
diterapkan di Rumah Sakit Umum Tora Belo Kab Sigi

17
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

1. Seluruh jajaran manajemen RSUD Tora Belo secara berkala melakukan monitoring dan
evaluasi program budaya keselamatan pasien yang dikoordinasikan oleh Komite Mutu RSUD
Tora Belo.
2. Komite Mutu RSUD Tora Belo melakukan analisis budaya keselamatan pasien setiap tahun
dan membuat tindak lanjutnya
3. Komite Mutu RSUD Tora Belo secara berkala paling lama tiga tahun melakukan evaluasi
pedoman, kebijakan dan prosedur budaya keselamatan yang dipergunakan di RSUD Tora Belo
4. Evaluasi budaya keselamatan pasien dilakukan setiap tahun melalui rapat bersama jajaran
manajemen rumah sakit dan komite-komite lain untuk membuat tindak lanjutnya
5. Kegiatan program budaya keselamatan pasien diinformasikan/disosialisasikan melalui rapat-
rapat dan atau Papan Pengumuman dan elektronik (SIM-RS, website) di RS

18
BAB X
PENUTUP

Pengukuran budaya keselamatan pasien merupakan kegiatan Peningkatan Mutu yang


berjalan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
Demikian laporan pengukuran budaya keselamatan pasien RSUD Tora Belo ini disusun,
semoga dapat menjadi pegangan bagi seluruh staf RSUD Tora Belo untuk mewujudkan
keselamatan baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan paramedis, lingkungan serta
setiap pihak yang berinteraksi di RSUD Tora Belo

19

Anda mungkin juga menyukai