Sadan - Isu Isu Globalisasi
Sadan - Isu Isu Globalisasi
Npm : 2013051009
Prodi : Penjas
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk melihat prinsip-prinsip gagasan etika global pada penerapannya di
kota yang maju masa kini atau kota modern. Konsep etika global secara logis dapat dipertimbangkan
pada daerah tertentu sebagai dasar-dasar kehidupan etis bersama di dalam kota-kota. Dengan
memakai metode kepustakaan, penulis mencoba untuk melihat hal-hal positif dari gagasan etika
global yang terkait dengan globalisme, pluralisme, sekularisme pascamodernisme, ekumenisme dan
humanitarianisme yang membentuk konsep etika global, di mana secara selektif dipakai untuk
menambahkan prinsip perikehidupan yang baik bagi peradaban dunia sekarang. Penulis kemudian
mencoba melihat sebuah kota majemuk yang multidimensi masa kini dengan salah satu konflik yang
dikarenakan faktor agama, yang memerlukan suatu prinsip kebersamaan hidup lebih mendasar dan
universal. Jadi etika global bukanlah etika pengganti terhadap etika agama-agama yang ada, tetapi
etika tambahan bagi orang beragama yang berbeda tanpa diskriminasi. Jadi prinsipnya dapat
diimplementasikan pada lokal di mana pun, termasuk kota-kota besar di Indonesia.
Pendahuluan
Era globalisasi adalah era perubahan dimana sesuatu yang sudah lama ada
diperbarui dari segi teknologi, budaya, politik, dan lain-lain. Dari semua itu banyak
sekali perspektif dari para ahli bahwa globalisasi sangat bagus untuk setiap
perubahan. Akan tetapi, disisi lain globalisasi juga berdampak pada moral atau etika
seseorang baik etika yang baik maupun buruk. Seiring dengan mudahnya
mengakses segala informasi yang ada, manusia dapat belajar segala macam etika,
etika baik maupun etika buruk.
Di zaman modern ini kita seharusnya dapat semakin beradab karena majunya
pendidikan, teknologi, profesionalisme dan pergaulan warga kota di dalam
kebersamaan. Tetapi pada kenyataannya perbedaan dan persinggungan kecil masih
banyak terjadi yang bisa mengakibatkan kerusuhan antar-lingkungan, kampung,
RW/RT, apalagi persoalan-persoalan di antara orang yang berbeda keyakinan.
Dinamika perkotaan yang maju dan dinamis membuat adanya keterbukaan akan
perbedaan dan mengusahakan solusi yang damai.
Remaja sekarang sudah rusak dengan pergaulan bebas. Mereka sudah meniru
bahkan tidak malu untuk memamerkan foto-foto yang tidak seharusnya dipajang di
depan umum. Pemerintah seharusnya menggalakkan program cinta tanah air dan
lebih peduli terhadap para remaja yang sudah rusak moralya dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan sejak tingkat Sekolah Dasar hingga di tingkat universitas.
Kemunculan etika global patut disyukuri sebagai suatu dasar universal dalam
hak-hak asasi manusia untuk mencapai masyarakat yang adil dan damai dalam
dunia yang semakin kompleks dalam multi dan antardimensi. Sejak dicanangkan
etika global ada banyak prinsip kebaikan umum bagi masyarakat yang berbeda
agama. Gagasan etika dunia ini bermain dalam level eksternal agama dengan
menggunakan pendekatan filosofi hidup mengenai kemanusiaan dalam
keberagamaan di dunia multidimensi. Namun sayangnya banyak orang beragama
menolaknya mentah-mentah sebagai sinkritisme, dianggap barang haram dalam
beragama. Padahal sebagai etika, prinsipnya bermain dalam level kehidupan
bersama di dalam masyarakat, bukan soal pencampuran ajaran agama atau
keyakinan yang berbeda.
Pada masa sekarang juga globalisasi telah menjadi sorotan sekaligus menjadi
masalah yang sangat tajam di Indonesia (juga di negara-negara berkembang
lainnya) terkait dengan kemungkinan datangnya pesaing-pesaing dari negara maju
yang ikut berkompetisi dalam perekonomian liberal dunia dengan kekuatan
ekonomi mereka yang tentu saja pasti jauh lebih kuat. Hal ini sering dikhawatirkan
akan berdampak negatif terhadap seluruh bidang kehidupan sosial dan ekonomi
yang dalam perkembangannya mengancam persatuan dan kesatuan suatu bangsa
karena konflik yang ditimbulkannya. Dua poin yang baru saja disebutkan adalah
masalah mendasar yang menghadapi masalah globalisasi, yaitu kompetisi
(persaingan ekonomi) dan ancaman persatuan bangsa. Pengaruh arus globalisasi
pada dasarnya sulit untuk dapat dicegah dan memerlukan adanya perhatian dalam
berbagai kemungkinan- kemungkinan tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan yang ada serta kebijakan dan strategi untuk menanggulanginya.
Indonesia, dalam hal ini, tentu saja di harapkan akan menjadi lebih sadar akan
pentingnya mewaspadai berbagai kemungkinan tantangan globalisasi. Sebab, pada
era demokrasi ekonomi yang kita anut sekarang, mau tidak mau, suka atau tidak
suka, siap atau tidak siap, bangsa Indonesia akan memasuki pusaran arus globalisasi
dunia, suatu era yang penuh tantangan dan juga peluang.
ISI
Sedangkan integrasi dapat kita maknai sebagai suatu proses perubahan dalam
dalam komunitas politis atau masyarakat yang menghasilkan suatu bentuk
penyatuan. Proses ini dilandasi oleh suatu bentuk interaksi yang meminimalisir
konflik dan kekerasan, serta mengoptimalkan keuntungan bagi semua pihak yang
terlibat secara adil, dalam konteks interdependensi tingkat tinggi. (Hopkins &
Mansbach, 1973). Jadi dapat disimpulkan bahwa regionalisme merupakan fenomena
integrasi negara-negara dalam organisasi supranasional dalam mengatur interaksi
antar negara.
Ada suatu perdebatan, apakah regionalisme itu anti globalisasi atau justru
produk dari globalisasi? Regionalisme adalah produk dari globalisasi karena
terbukti regionalisme semakin menemukan posisinya di era globalisasi saat ini, di
mana perkembangan teknologi dan kompleksitas kebutuhan manusia semakin
mendorong terciptanya integrasi. Sedangkan regionalisme adalah anti globalisasi
karena mendorong adanya proteksionisme dan nasionalisme kawasan saja sehingga
memarjinalkan bagian bumi yang lain. Namun, perlu kita ingat adanya suatu bentuk
kekhilafahan sebelum runtuh pada tahun 1924. Bukankah itu juga merupakan
regionalisme dalam bentuk lain? Anggotanya tidak semua berada dalam satu
kawasan. Kesamaan ideologilah yang menyatukan negara-negara itu. Padahal era
tersebut belum diidentifikasi sebagai era globalisasi. Sepertinya perdebatannya
masih akan berlanjut.
2. Liberasi Perdagangan
Padahal jika melihat realita saat ini pemerintah dirasa masih lamban untuk
menyejahterakan warganya terutama dalam bidang perekonomian. Dengan
demikian harus segera mendapat perhatian yang khusus dan ditindaklanjuti karena
dampaknya yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi maupun politik dalam
negeri.
Kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh
lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yang mampu
bersaing di lapangan kerja yang ada dan yang diperlukan. Peningkatan kualitas
SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan
dengan masalah ini, Supriadi mengemukakan bahwa “Agar pendidikan dapat
memainkan perannya maka harus terkait dengan dunia kerja, artinya lulusan
pendidikan semestinya memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan
dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan mempunyai
kontribusi terhadap ekonomi.”
Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, terlebih lagi dalam menuju era
globalisasi, kita dituntut agar mampu menghadapi persaingan yang makin
kompetitif, baik di dalam maupun di luar negeri.Salah satu cara untuk
mengantisipasi persaingan yang makin kompetitif tersebut adalah melalui
peningkatan kualitas SDM yang komprehensif.Pemerintah Republik Indonesia
dalam menghadapi era globalisasi telah merencanakan peningkatan kualitas SDM
secara konseptual.Hal ini dituangkan dalam GBHN 1998 yang berbunyi
“Peningkatan kualitas SDM sebagai pelaku utama pembangunan yang mempunyai
kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi dan tetap dilandasi oleh motivasi serta kendali keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Globalisasi makin mendorong peluang
terbukanya pasar internasional; bagi produk barang dan jasa (pendidikan).”
Menelaah ungkapan di atas jelaslah bahwa SDM sebagai tenaga kerja sangat
diperlukan keterampilannya dalam melaksanakan tugas peningkatan kualita
sorganisasi dan menunjang pertumbuhan ekonominya.Dalam hal ini pendidikan
juga memegang peranan penting untuk pemecahan masalah tersebut.
Era globalisasi telah berada di pangkuan kita. Persaingan yang ketat merupakan
tantangan yang makin berat. Untuk itu, tidak ada pilihan lain selain peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan yang akan mampu menghadapi
persaingan tersebut.Untuk ini, perlu diberi bantuan kepada SDM yang
inginmeningkatkan kualitas dirinya, baik bantuan material, moral mapun spiritual.
Oleh karena itu, Peningkatan kualitas SDM merupakan keharusan yang mutlak
diperlukan dalam menghadapi era globalisasi. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas
SDM harus segera direalisasikan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Seorang analis kritis dari Bank Dunia, Grootaert (1998), menyebutkan bahwa
masalah kesenjangan sosial ekonomi dan kerusakan lingkungan berakar pada tidak
berkembangnya nilai-nilai budaya dan modal sosial dalam masyarakat setempat.
Dalam perspektif deep ecology, yang menentukan tingkat kerusakan lingkungan
adalah ideologi atau nilai-nilai (budaya) yang melatar-belakangi tindakan
masyarakat secara kolektif. Semakin tidak dapat diekpresikan ideologi dan nilai-
nilai budaya yang akrab dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, semakin
sulit dihindari terjadinya kerusakan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai
budaya adalah penentu utama seberapa jauh aktivitas suatu masyarakat akan
menimbulkan kerusakan lingkungan. Selain itu dapat dikatakan juga bahwa nilai-
nilai budaya mempunyai pengaruh sangat besar terhadap berbagai kesenja-ngan
yang bersifat multi dimensional pada suatu sistem masyarakat.
Sebagai sumberdaya milik bersama, lingkungan dapat dijadikan salah satu basis
pengembangan nilai-nilai budaya bangsa yang kuat. Pengelolaan lingkungan
berbasis masyarakat secara strategis dapat diarahkan pada perwujudan nilai
keadilan dan kerukunan. Dalam perspektif jangka panjang, pengelolaan lingkungan
yang baik merupakan persyaratan bagi terwujudnya kemandirian suatu bangsa
yang didukung berbagai komunitas lokal yang kuat. Sebagian fungsi lingkungan
dapat diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, misalnya untuk
pengembangan eko-tourisme berporos pada budaya lokal. Oleh sebab itu, selain
nilai bebas korupsi dan kerukunan, pengelolaan lingkungan juga dapat diarahkan
untuk mewujudkan kemandirian suatu masyarakat kecil yang tersebar diberbagai
sudut tanah air.
Dalam rangka menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar di abad 21,
sesuai cita-cita pendiri republik ini, diperlukan penguatan (kembali) nilai-nilai
budaya bangsa. Penguatan nilai budaya ini diawali dari memodernisasi nilai-nilai
budaya lokal. Kekayaan dan keragaman nilai-nilai budaya lokal, yang telah
diperkaya dan disesuaikan dengan dinamika masyarakat masa kini dan mendatang,
merupakan modal budaya yang masih mungkin diperbaharui untuk membangun
Indonesia sebagai bangsa besar di abad 21.
PENUTUP
Era globalisasi membuka mata kita untuk melihat ke masa depan yang penuh
tantangan dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak dibatasi waktu dan tempat
membuat SDM yang ada selalu ingin meningkatkan kualitas dirinya agar tidak
tertinggal dari yang lain.
https://medium.com/@cindytiarudianto/regionalisme-39de959604f2
https://kanshaforlife.wordpress.com/2012/10/27/teori-regionalisme/
https://analisaaceh.com/pengaruh-globalisasi-terhadap-nilai-moral-suatu-bangsa/
https://cerdasco.com/liberalisasi-perdagangan/
https://www.kompasiana.com/rachmihf/5bc59ec2677ffb450120d3a9/konsep-
liberalisasi-dan-privatisasi-di-indonesia-dalam-pasar-global?
page=all#:~:text=Liberalisasi%20perdagangan%20(trade%20liberalization)
%20adalah,impor%20atau%20hambatan%20perdagangan%20lainnya.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/1497
https://www.kompasiana.com/muhammadsyukri/550e472e813311b62cbc62ad/
kemiskinan-penyebab-kerusakan-lingkungan-hidup
https://analisadaily.com/berita/arsip/2017/11/3/444476/kemiskinan-penyebab-utama-
kerusakan-lingkungan/