Anda di halaman 1dari 20

Tahap dan Penanganan Isu & Krisis Pembatalan Indonesia

Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia FIFA U-20 2023

Diajukan untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Perencanaan dan Kebijakan
Manajemen Komunikasi

Oleh Dennisa Teguh Annisa 2502221027

PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2023
Pendahuluan
Lebih dari seperempat miliar orang di seluruh dunia berpartisipasi dalam sepak bola.
Perkembangan sepak bola Indonesia di kancah internasional sudah banyak mengharumkan
nama bangsa. Piala Dunia Sepak Bola FIFA menjadi ajang acara yang sangat mahal untuk
diselenggarakan, faktanya bahwa turnamen final yang berlangsung dalam waktu empat minggu
ini membuktikan pada otoritas publik untuk berinvestasi di Piala Dunia dan menciptakan efek
yang berjangka panjang (Preuss, 2007).
Hal ini dapat dipahami, menurut (Pohan & Oktaviany, 2018) menjadi tuan rumah Piala
Dunia FIFA berpotensi menciptakan keuntungan ekonomi yang positif. Meskipun begitu, acara
olahraga besar juga dipastikan menghabiskan banyak jumlah dana yang dibutuhkan oleh
investasi untuk membangun berbagai infrastruktur seperti stadion, jalan raya, stasiun kereta
api, dermaga, dan bandara yang dianggap sebagai warisan kegiatan ekonomi dalam jangka
panjang. Mempertimbangkan besarnya pengeluaran pada acara tersebut, pemerintah tentu
selalu terlibat langsung dalam proses penyelenggaraannya.
Dalam penelitian (Pohan & Oktaviany, 2018) ditahun 2010 menyatakan Pemerintah
dikabarkan enggan dengan jumlah biaya finansial dan sosial yang besar untuk menjadi tuan
rumah Piala Dunia FIFA. Namun, pada akhirnya di tahun 2023 ini Indonesia resmi dipercaya
menjadi tuan rumah penyelenggara piala Dunia U-20 2023 (Indrasari, 2022). Menteri pemuda
dan Olahraga RI, Zainudin Amali menyambut positif keberhasilan Indonesia yang ditunjuk
sebagai lokasi ajang sepak bola besar FIFA. Harapan yang besar dan ambisi yang khusus
dinyatakan oleh Menpora maupun Pemerintahan.
Bukan hanya itu, maskot sudah disiapkan dengan nama Bacuya (Badak Cula Cahaya)
dan berbagai merchandise yang sudah disiapkan lebih awal agar acara terkendali dan fokus
pada pertandingan, itu kandas. Janji yang ditawarkan FIFA tidak terpenuhi, kekecewaan yang
menyambut tersingkirnya sebagian perwakilan Indonesia di tahun 2023 ini, tidak lagi bisa
menyembunyikan faktanya bahwa ada arti politik di dalamnya. Banyaknya penggemar dan
besarnya sifat fanatisme dalam pertandingan tim membuat sepak bola sudah merasuk ke bidang
ekonomi, politik, sosial, dan kesejahteraan umum. Konflik Sepak bola di Indonesia ini tidak
bisa dibendung lagi, dalam tubuh PSSI terjadi konflik atas kepentingan politik, bisnis, dan
kekuasaan yang sangat merugikan pada prestasi sepak bola Timnas Indonesia (Putra,
Priadarsini, & Resen, 2017)
Kekisruhan yang terjadi di tubuh PSSI terus saja menjadi rumit, bertahun-tahun
peringkat prestasi sepak bola Indonesia terpuruk, yang disebabkan pada kredibilitas pimpinan
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang buruk. Dalam studi kasus yang dilansir portal
berita detik.com yang menyatakan Indonesia dicopot sebagai tuan rumah piala dunia karena
menolak kehadiran Timnas Israel, pemerintah Indonesia mengirimkan pesan politik bahwa
negara ini memiliki konsistensi pada prinsip-prinsip solidaritas umat Islam.
Selaras dengan penelitian oleh (Djuyandi, Husin, & Tjioediningrat, 2021) yang bisa
kita ketahui Indonesia ini tidak bisa memisahkan nilai-nilai Islam dari kehidupan sosialnya,
termasuk juga untuk kepentingan politik. Seperti pada gerakan non blok dan konferensi Asia
Afrika yang menolak kehadiran Israel di forum, dan Indonesia bersedia untuk mundur karena
tidak ingin melawan Israel, padahal FIFA sudah menawarkan bermain di tempat netral dengan
tidak memainkan lagu kebangsaan. Serta puncaknya di Asean Games, Indonesia melarang
Israel bermain di Jakarta.
Terciptanya berbagai pernyataan di media bahwa batalnya Indonesia menjadi tuan
rumah FIFA ini karena menolak kehadiran Israel. Namun, apakah alasan FIFA membatalkan
Indonesia menjadi tuan rumah, hanya karena Indonesia menolak Timnas Israel?
Disini, beberapa pimpinan sangat khawatir jika Indonesia batal menjadi tuan rumah akan
dikucilkan dari dunia sepak bola Internasional karena Indonesia dianggap tidak mampu dalam
memenuhi prinsip dasar FIFA (Saleh, 2023). Dengan adanya pembatalan tersebut, PSSI tentu
bisa mengambil nilai positifnya, yaitu memiliki lebih banyak peluang untuk membenahi dan
memperbaiki sistem agar meminimalisir konflik ini tidak terjadi lagi.
Pada artikel ini akan penulis rampung pro kontra pada pembatalan Indonesia sebagai
tuan rumah di ajang FIFA World Cup ini, serta menyajikan tahapan krisis serta penanganan isu
dan krisis dalam implementasi organisasi ini ke arah yang lebih baik sesuai dengan aturan
organisasi sepakbola dunia FIFA untuk kesejahteraan para pelaku sepakbola di Indonesia.
Pembahasan

Alasan FIFA membatalkan Indonesia menjadi Tuan Rumah 2023

Kronologi
Isu pada pembatalan untuk menjadi tuan rumah FIFA berkaitan erat dengan penolakan Timnas
Israel yang juga menjadi peserta, setelahnya MER-C melaksanakan jumpa pers di tanggal 29
Juni 2022 dan menyatakan penolakan untuk kedatangan Israel. Polemik tersebut semakin
memanas setelah I Wayan Koster sebagai Gubernur Bali menolak Israel bermain di Bali, lalu
diikuti oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jateng ikut menolak Israel bermain di wilayah
Solo, yang keduanya menggunakan ideologi Bung Karno pada landasan penolakannya.
Selaras dengan penelitian (Djuyandi, Husin, & Tjioediningrat, 2021) ditahun 1955 juga
Soekarno menerima kedatangan Mufti Besar Haji Amin El Husni, yang mana Indonesia dan
Palestina menolak kehadiran Israel dalam forumnya. Selanjutnya DPRD Jabar, kelompok
sepakbola Palembang, organisasi keagamaan, MUI hingga para Ormas ikut serta menolak
Israel.
Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan Zuhair Al Shun, Duta Besar Palestina.
Beliau menyatakan Indonesia tidak perlu mempermasalahkan Israel, agar tidak masuk pada
konflik negara (CNBCIndonesia, 2023)

Menurut FIFA
Walaupun FIFA menyatakan akan tetap berkomitmen aktif untuk membantu PSSI dan
terus bekerja sama erat dalam proses transformasi persepakbolaan Indonesia pasca tragedi
Oktober 2022. Tragedi yang disebutkan merupakan tragedi yang sangat tersorot di Indonesia,
hingga media luar ikut menyorot FIFA selaku federasi sepakbola terbesar di dunia. Pasalnya,
level fanatisme suporter sepak bola Indonesia yang begitu besar tanpa sadar menjadi
polemik tanah air. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian (Ferianto, 2023) sepak bola dan
suporter masih fokus pada fanatisme dan tindakan kekerasan, namun belum ada secara
komprehensif penelitian yang fokus pada komunikasi dari institusi yang bertanggung jawab
dalam sepak bola indonesia terkait kejadian suporter sepakbola.

Tragedi Kanjuruhan
Pasalnya, tragedi ini menjadi hal yang perlu diintensifkan perbaikannya, mengingatkan
kita kepada Kanjuruhan Malang yang memakan ratusan korban dan jiwa serta ratusan korban
luka-luka. Peristiwa kelam ini memaksa Indonesia untuk membentuk tim penyelidikan tragedi
berdarah tersebut, gerakan sosial (virtual) juga tentu tumbuh serempak di Indonesia dengan
tagar #PrayforKanjuruhan. Proses tindakan ini perlu ditindaklanjuti dengan melakukan
penyelidikan lanjutan terhadap, aparat Polri dan TNI serta pihak yang melakukan tindakan
berlebihan pada kerusuhan pasca pertandingan, seperti menyediakan gas air mata, menembak
gas air mata ke arah penonton yang diduga diluar komando, pengelola stadion Kanjuruhan yang
tidak memastikan semua daun pintu terbuka, pihak Area FC, dan pihak PSSI yang tidak
melakukan pengawasan atas keamanan dan kelancaran penyelenggaraan pertandingan.
Disini juga perlu menindaklanjuti penyelidikan terhadap suporter yang melakukan
provokasi, serta secara normatif pemerintah mengintervensi PSSI, kepada ketua Umum
PSSI M. Iriawan mundur, sebagai bentuk tanggung jawab moral atas jatuhnya korban
sebanyak 712 orang (Ferianto, 2023). Dari insiden tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo memecat Kepala Kepolisian Resot Kota Malang AKBP Ferli Hidayat akibat tragedi
Kanjuruhan, Kapolda Jawa Timur Irjen Polisi Nico Afinta, serta 9 anggota polisi lain yang
dicopot dari jabatannya. Dari hal tersebut, dugaan bahwa kejadian ini PSSI akan dijatuhkan
sanksi dan akan menimbulkan krisis pada persepakbolaan, yang otomatis menyenggol kepada
kerugian materil lainnya. Namun atas bujukan Presiden Jokowi, keputusan FIFA mengenai
pemberian sanksi dibatalkan. Drama ini menjadi polemik yang tak kunjung selesai, pasalnya
setelah kejadian tersebut penindaklanjutan kasus ini seketika berhenti di media dan fokus pada
Indonesia yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Menurut penulis
Saya memiliki dugaan FIFA sengaja menyimpan kartu AS soal tragedi Kanjuruhan,
akan dipakai di momen ini, alih-alih sebenarnya FIFA sudah memprediksi kehadiran Israel
akan ditolak. Namun FIFA sendiri disini tidak ada urusan untuk mencoret Israel menjadi
peserta. Sedangkan, di Qatar kemarin FIFA berani saja mencoret Rusia untuk menjadi peserta.
Israel sudah ditetapkan menjadi peserta setelah merebut tiket semifinal di Euro U-19 tahun
2022 di Slovakia, artinya memang Israel sudah dipastikan akan ikut ke Indonesia sebagai
peserta. Namun hal yang kompleks disini, mengapa baru sekarang Indonesia memunculkan
penolakan Israel?
Dari sudut pandang politik, suka atau tidak suka olahraga khususnya sepak bola akan
dicampur adukan dengan politik. Terpilihnya Erick Thohir menjadi Ketua PSSI itu sudah jelas
sangat sulit dipisahkan dari politik 2024 nanti. Tragedi Kanjuruhan kemarin mungkin bisa
dibilang “berkah” bagi FIFA, sehingga memiliki kartu “AS” untuk memindahkan tuan rumah.
Jadi, memang tragedi tersebut itu masuk akal jika Indonesia tidak diberi sanksi, dan FIFA
menjamin akan melakukan perbaikan pengelolaan sepakbola. Ini sudah cukup win win
solution, pasalnya jika Indonesia kemarin diberi sanksi konfliknya akan lebih besar, seperti
1. Seluruh Timnas Indonesia dipastikan tidak mengikuti acara pertandingan internasional
di bawah naungan FIFA
2. FIFA akan memberhentikan bantuan setiap tahunnya sebesar 250 ribu dolar Amerika
3. Seluruh wasit asal Indonesia tidak diizinkan untuk menjadi pemimpin lapangan pada
pertandingan skala nasional maupun internasional yang berada di bawah naungan FIFA
4. Pemain profesional Indonesia tidak akan lagi bisa bermain di dalam maupun luar negeri
atau klub-klub bola yang berada di bawah naungan FIFA
5. Para sponsor akan berpikir kembali untuk investasi, penyuntikan dana. Dan pasti
turunnya animo publik, serta perginya pemain-pemain asing (Ananda, Hafiizh, &
Akmal, 2022)
Perjanjian Indonesia tidak ingin memiliki hubungan dengan Israel masih menjadi prinsip
keras, namun PDIP muncul secara gembar-gembor di media melalui Gubernur Bali dan
Gubernur Jateng, yang menolak Israel. Jadi memang banyak kepentingan yang memainkan isu
ini, apakah benar PDIP khawatir “sepenuhnya” dengan isu Israel ini?
Kita ambil kesimpulan, mungkin fokus utamanya bisa dari venue pertandingan, dari kesiapan
stadion, infrastruktur dan pengamanan atau verifikasi tidak lolos. Ditambah lagi karena
melihat tragedi Kanjuruhan. Kalau narasi dari penolakan Israel itu juga bisa menjadi salah satu
faktor, tapi intinya Indonesia dianggap gagal untuk menyambut Piala Dunia.
Akan tetapi, keputusan FIFA sudah bulat, Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala
Dunia U-20. yang menjadi fokus kembali adalah, “korban” pemain U-20. Impian mereka
kandas dengan permainan politik tanah air, tidak menutup kemungkinan mental mereka harus
dijaga dengan pendampingan psikolog. Ditambah lagi Shin Tae Yong yang sudah berkali-kali
memiliki harapan untuk Indonesia ini dengan usahanya melatih pemain Timnas Indonesia pun
gugur.

Analisis SWOT PSSI


Internal Faktor
Strength: Weakness:
• Indonesia memiliki jumlah pemain • Sistem kompetisi kurang jelas
sepak bola yang banyak (SDM • Kurang pembinaan sistem pada
berlimpah) pelaku sepak bola muda
• Sejarah sepakbola Indonesia cukup • Sistem manajemen kurang bagus
baik • Tidak transparansi
• Visi dan misi jelas • Terlalu banyak campur tangan politik
• Memiliki suporter yang fanatik
Eksternal Faktor
Opportunity: Threats:
• Perubahan positioning sepak bola di • Dukungan sponsor untuk tim
tanah air, bukan hanya sebagai nasional PSSI masih kurang baik
bidang olahraga namun bergeser ke • Seringnya terjadi keributan antara
industri suporter
• Tingkat perkembangan industri • Mental dan tingkat kedisiplinan
sepak bola level klub yang cukup yang kurang baik
baik • Menjadi lahan politik demi
• Hampir seluruh masyarakat di kepentingan golongan
Indonesia menyukai bola ST Strategi:
SO Strategi: • Perusahaan bisa berperan dalam
• Memiliki pangsa pasar yang sangat setiap pertandingan untuk promosi
bagus di industri sepak bola tanah air produk (marketing)
jika pengelolaan organisasi baik
• Meningkatkan kualitas kompetisi • Meningkatkan keamanan dan
sehingga dilihat menarik dan kondisi yang kondusif di masing-
menciptakan prestasi luar biasa masing daerah
WO strategi: • Melibatkan pengurusan dan
• Memiliki kompetisi jadwal yang pengusaha dan meminimalisir
jelas, serta meningkatkan kualitas melibatkan partai dan bebas dari
pertandingan dan pembinaan politik
• Perlu pengelolaan professional agar WT Strategi:
menjadi industri sepakbola yang • Pengelolaan harus lebih independen
lebih luar biasa dengan mengawasi pihak
pemerintah serta masyarakat tanpa
ada campur tangan kepentingan
kelompok, serta transparansi.

Sumber: (Veno, 2016)

Dari analisis SWOT PSSI diatas, masih banyak hal yang harus diperbaiki dalam
organisasi PSSI, yang mana melibatkan pada sistem manajemen internalnya. Kalau sudah
begini topik ini bisa dikatakan “krisis” yang mau tidak mau harus dilalui oleh PSSI. Namun,
pihak PSSI ini sepertinya tidak menganggap tragedi di Kanjuruhan adalah krisis berat untuk
diambil pelajarannya, diselesaikan kasusnya dan dievaluasi Organisasinya, namun malah fokus
dengan hal yang lain. Reputasi PSSI sudah sama sekali tidak bisa diharapkan, pasalnya dalam
pertandingan lokal saja, fanatisme dan emosional suporter seakan membabi buta, mafia bola
belum dituntaskan, olahraga ini selalu dikaitkan dengan politik.
Terkait penanganan isu dan Krisis ini, Penulis lebih condong ke dalam permasalahan
tragedi Kanjuruhan karena pada posisi yang sebenarnya, FIFA sudah menjelaskan bahwa
Indonesia dianggap gagal dalam keamanannya, tidak lain dihubungkan dengan insiden
Kanjuruhan yang bersejarah ini, pada faktanya sanksi atas kejadian ini tidak diberikan oleh
FIFA kepada PSSI. Maka dari itu, ini bisa menjadi kasus yang dapat dipertanyakan, apakah
pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah adalah arti sanksi yang diberikan FIFA?
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Krisis PSSI
Maka hal tersebut wajib diperbaiki sistem manajemennya, pimpinan maupun jajaran
internal PSSI harus lebih keras dengan tujuannya untuk memperbaiki citra Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia. Terdapat beberapa faktor yang menjadi inti dari model yang harus dikelola
untuk mempengaruhi penanganan krisis dari sebelum, selama, dan setelah krisis.
1. Faktor Jenis Risiko
• Ekonomi: bagaimana kejadian ini menciptakan kerugian materi yang sangat besar bagi
PSSI. Menurut (CNBCIndonesia, 2023) penyuntikan dana dari pemerintah sebanyak
Rp 500M, kementerian PUPR telah menyuntik dana sebesar Rp. 314 M, ditambah
renovasi stadion Rp 175 M, dan lain-lain yang dapat dibulatkan mencapai Rp 3.7 T.
• Sosial: Bagaimana kejadian ini sangat berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan
reputasi. Sangat banyak gerakan sosial yang dilakukan di media maupun di lingkungan
sekitar selepas tragedi Kanjuruhan, opini dan diskusi ringan tentang Penolakan Israel,
hingga evaluasi PSSI dari pembatalannya menjadi tuan rumah Piala Dunia. Pemerintah
juga disini ingin bertanggung jawab kepada pemain Timnas U-20 karena belum bisa
memberikan janjinya, juga kepada UMKM dari promosi, merchandise dan lain-lain
untuk memberikan ganti rugi.
• Teknologi: Permasalahan ini memang di bidang olahraga, namun teknologi sudah
menjadi salah satu aspek utama dari faktor resiko, media sosial. Besarnya gerakan
media sosial tentang tanggapan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah, serta
terciptanya forum dan opini-opini para pengguna media sosial tentang PSSI, FIFA,
maupun politik. Dan beberapa “cuitan” yang mengingatkan kembali pada kasus
Kanjuruhan, bahwa krisis ini diawali dengan tragedi berdarah tersebut.
• Politis: tentu hal ini sangat memiliki campur tangan pemerintah, bahkan bisa dibilang
kolaborasi. Politik disini terlalu terjun ke dalam industri sepak bola, petinggi-petinggi
PSSI disini sebagian besar adalah politisi, terpilihnya Erick Thohir menjadi Ketua PSSI
itu sudah jelas sangat sulit dipisahkan dari politik 2024, kontranya Israel untuk ikut
serta juga melibatkan PDIP. Sebab dan dampak yang dialami keduanya sama, dari
politik/pemerintahan ataupun PSSI.
• Fisikal & psikopatis: Semua pelaku bola disini mengalami pengalaman sedih dan
kecewa, bahkan untuk para pemain U-20 impian mereka menjadi korban dengan
permainan politik tanah air, tidak menutup kemungkinan mental mereka kena dan wajib
dijaga dengan pendampingan psikolog.
• Reputasi: Dapat dipastikan hal ini menurunkan reputasi PSSI beserta jajarannya,
ditambah reputasi pemerintah yang terus saja turun dan sulit dipercaya karena tidak
mampu memperbaiki keadaan krisis
2. Faktor Stakeholder: disini stakeholder tentu memiliki peran penting dalam menjaga
sistem manajemennya. PSSI disini memiliki identifikasi kelompok mapping
Manajemen Krisis untuk mengelompokkan siapa saja yang menjadi fokus utamanya
dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaikinya.
3. Faktor Mekanisme: mekanisme PSSI harus diperbaiki maksimal, salah satunya
permasalahan mekanisme dari tragedi Kanjuruhan.
4. Faktor Sistem: Untuk menentukan sistem, organisasi, SDM, struktur, serta psikologi
harus diintegrasi kembali agar mampu memperbaiki tubuh PSSI.
5. Faktor Skenario: Merupakan panduan dalam perencanaan manajemen krisis, yang
dimana mengetahui dan menentukan faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas hingga
organisasi dengan mudah untuk menyusun skenario untuk melakukan klarifikasi, press
release, press conference.

Tahapan Krisis dari PSSI


Setelah menyusun hal-hal tersebut makan dilakukannya pengelolaan tahapan krisis
menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relation (2008)
1. Tahap Prodromal yaitu krisis yang baru muncul dan belum memiliki dampak yang
luas terhadap image suatu organisasi. Tahap ini disebut dengan warning stage karena tahap ini
sudah terlihat jelas bagi organisasi maupun perusahaan. Tahap ini juga bisa disebut dengan
tahap pencegahan atau prevention, langkah ini diterapkan untuk menanggulangi munculnya
isu dan krisis pada situasi awal, sebelum krisis terdeteksi (pra-krisis) mencegah agar krisis tidak
terjadi.
Pada kasus FIFA ini, PSSI sudah mengetahui apa yang menjadi keharusannya mereka
untuk memperbaiki tubuhnya. Kekisruhan pada tubuh PSSI ini sebenarnya diawali dengan
Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI saat itu ketika ia menjadi pelaku korupsi. Dan muncul
kembali dualisme saat Djohar Arifin menjadi ketua umum di periode 2011-2015, dengan satu
suara Djohar mengganti LSI menjadi LPI (Putra, Priadarsini, & Resen, 2017). Perpecahan
komunikasi ini sudah sampai pada pengurus lain. Kesalahan sejarah sepakbola Indonesia ini
sudah harus dikendalikan dan mendapati dukungan baik dari FIFA.
Terkait penjelasan tersebut, terlihat perpecahan manajemen yang dialami oleh PSSI
disini berakibat fatal, yang dimana permasalahan manajemen ini mengakibatkan banyak
korban jiwa juga yang melayang. Pencegahan sebenarnya sudah bisa dilakukan dari tahun
2000-an sebelum banyaknya korban-korban tidak bersalah yang terluka oleh permainan
industri sepak bola, sebelum reputasi ini terpuruk karena ulah pemimpinnya sendiri. Pada kasus
Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia pun dapat dicegah dari tragedi Kanjuruhan Oktober
2022 kemarin, tentunya dapat disadari oleh banyak pihak bahwa level fanatisme suporter bola
Indonesia ini begitu besar, maka dalam pengelolaan sepak bola dan pihak keamanan jika ada
pertandingan sepakbola ini lebih diantisipasi dan dimaksimalkan. Akan tetapi, Pencegahan ini
tidak serius dan menyebabkan ratusan suporter lain menjadi korban, tragedi ini adalah tragedi
yang sangat bersejarah dalam persepakbolaan Indonesia.
2. Tahap Akut merupakan pola krisis yang dimana krisis ini sudah muncul ke permukaan,
atau disebut dengan the point of no return, atau pada tahap awal (prodromal stage) hal tersebut
kurang diperhatikan, oleh karenanya hal tersebut bisa masuk ke tahap akut yaitu terjadinya
krisis).
Kita semua sudah mengetahui, sifat fantisme dari kelompok suporter seperti apa hingga
terjadinya tragedi jumlah korban yang cukup fantastis untuk ukuran kerusuhan sepak bola,
penyebab disini adanya miss communication antara beberapa pihak panitia, suporter dan pihak
keamanan yang sebenarnya bisa dicegah. Dalam (Ferianto, 2023) sudah dibuktikan bahwa
penyebab terjadinya kekerasan dalam olahraga antara lain sifat olahraga, sistem skor
permainan, desain fasilitas stadion, konsumsi alkohol dan narkoba yang berlebihan, serta media
massa juga pihak keamanan.
Berdasarkan bukti diatas belum adanya fokus pada penanganan khusus komunikasi dan
institusi terkait keadaan ini. Tampak sekali terjadinya tahap akut yang dialami PSSI ini tidak
dijadikan pelajaran, padahal sangat dapat disadari bagaimana sifat fanatik dan emosi para
suporter sepak bola dan pihak keamanan karena kurangnya komunikasi dan manajemen yang
baik dari pimpinan PSSI jika dihadapkan dengan situasi ini, maka terjadi lah krisis ini naik ke
permukaan.
3. Tahap Kronik merupakan tahap yang telah berlalu, sisa permasalahan krisis atau
sering disebut dengan the postmortem atau the clean up phase. Disini beberapa permasalahan
tidak terselamatkan dan timbul konflik dengan masyarakat.
Sebelum kejadian ini tubuh PSSI sudah menjadi konflik yang sarat akan kepentingan
politik, bisnis dan kekuasaan mempengaruhi prestasi Timnas Indonesia. Melihat konflik-
konflik ini sebenarnya FIFA sudah meminta pemerintah Indonesia untuk membantunya dalam
melakukan mediasi, bahkan dalam (Putra, Priadarsini, & Resen, 2017) FIFA menyarankan
pemerintah ikut campur tangan karena pemerintahlah yang lebih mengetahui kondisi
Indonesia, serta FIFA sendiri tidak percaya dengan pengurus PSSI dan KPSI dari hal tersebut
juga terlihat sepakbola otomatis berkolaborasi dengan politik. Sudah terlihat bukan jika konflik
ini berasal dari mana?
Konflik yang berlaku pada kejadian Kanjuruhan kemarin, sangat menurunkan reputasi
dan martabat PSSI juga pelaku sepakbola lain termasuk suporter. Permasalahan ini tidak
terselamatkan dari pencegahan, saat seharusnya pihak keamanan dan panitia mengetahui
bagaimana agresifnya suporter sepak bola, lalu saat tahap pencegahan tersebut pemangku
kepentingan sepak bola dan keamanan tidak profesional. Maka timbul krisis tersebut naik ke
permukaan.
Pihak Kemenpora dan PSSI menyebarkan informasi dan komunikasi secara luas dan
cepat kepada masyarakat atas permintaan maaf dan akan bertanggung jawab serta dari beberapa
gerakan sosial yang menjadi trending topik, juga desakan-desakan netizen untuk pimpinan
yang berhubungan dengan kasus ini dipecat juga diskusi yang meluapkan opini bagaimana
krisis ini memperburuk PSSI dan akan mengakibatkan dibekukannya PSSI (Ananda, Hafiizh,
& Akmal, 2022)

4. Tahap Resolusi merupakan tahap pemulihan kekuatan agar kembali seperti semula
dan dapat melanjutkan aktivitas manajemen yang normal dan lancar atau disebut dengan
tahap penyembuhan. Namun harus tetap hati-hati akan siklus perbaikannya untuk membentuk
manajemen yang baik.
Tahap ini sudah menjadi wajib bagi PSSI dan jajarannya untuk memulihkan kekuatan agar
bisa memperbaiki manajemen kerjanya. Tahap-tahap diatas juga menjadi sorotan penting bagi
stakeholder PSSI dalam menyelesaikan permasalah yang besar ini, harus ada evaluasi yang
dibentuk agar manajemen kerja berangsung membaik. Saat tragedi besar itu muncul dalam
permukaan, Presiden Jokowi bergegas untuk mengkomunikasikan masalah ini agar tidak
diberikannya sanksi untuk PSSI. langkah tersebut juga membuahkan hasil, FIFA menyatakan
tak akan memberikan sanksi untuk Indonesia karena tragedi Kanjuruhan tersebut.
Pembatalan sanksi membuat masyarakat senang sekaligus bersyukur, karena mengingat
akan diadakannya Piala Dunia U-20 dimana Indonesia menjadi tuan rumah, jika diberikan
sanksi hal tersebut akan sangat berpengaruh pada tim-tim liga Nasional Indonesia. Namun,
kabar 28 Maret 2023 bahwa pembatalan Indonesia menjadi tuan rumahlah yang menjadi arti
sanksi untuk Indonesia. Maka dengan keputusan tersebut, sederhananya FIFA ingin PSSI dan
Pemerintah juga suporter sepakbola belajar, dan memperbaiki manajemen tersebut.

Upaya dalam Menangani Isu & Krisis PSSI


1. Pencegahan (prevention) merupakan langkah ini diterapkan untuk menanggulangi
munculnya isu dan krisis pada situasi awal, sebelum krisis terdeteksi (pra-krisis) mencegah
agar krisis tidak terjadi
Jika penjelasan ini lebih condong kepada polemik penolakan Israel di Piala Dunia,
Pemerintah sangat bisa melakukan pencegahan atau antisipasi. Jika memang iya penolakan ini
tidak campur tangan “partai”, tentu Presiden mampu menggunakan kekuasaannya untuk
menegur Gubernur Bali dan Gubernur Jateng dengan kesepakatannya FIFA untuk menerima
siapa pun peserta Piala Dunia U-20.
Namun ini bukan hanya soal dari penolakan Israel. Sedikit kompleks, sebenarnya ketika
Presiden tidak melakukan komunikasi langsung terkait Gubernur dan PSSI serta jajarannya
untuk mencegah kemungkinan dicabutnya status tuan rumah Piala Dunia. Kecuali tekanan
yang didapati Presiden memang dari ketua umum PDIP juga, misalnya.
Jadi, penulis melakukan penjelasan lebih kepada akar, pencegahan yang seharusnya dilakukan
PSSI adalah manajemennya, serta kondisi pada tragedi Kanjuruhan tersebut.
2. Intervensi (intervention) merupakan tahap ini adalah memilih langkah yang dibangun
guna menanggulangi isu yang berkembang saat situasi krisis ini sedang terjadi agar krisis yang
terjadi dapat dikendalikan.
Langkah ini menjadi tugas untuk PSSI dan jajarannya dalam menanggulangi krisis. Pada
kejadian tragedi Kanjuruhan tersebut yang “menyebabkan” kegagalan Indonesia menjadi tuan
rumah, langkah penanggulangan krisis tidak dapat dibendung lagi, pasalnya media sosial
menjadi perangkat online untuk membangun jaringan masyarakat lebih luas ini seperti menutup
penanganan.
Kembali lagi pada konteks kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20,
pihak PSSI dan pemerintah sebenarnya sudah sigap. Presiden Joko Widodo turun langsung
pada insiden bersejarah kemarin, juga kejadian pembatalan Piala Dunia ini, beliau
menginstruksikan langsung kepada Erick Thohir untuk segera menyelesaikan permasalahan
sepak bola pada FIFA. Ketua umum Erick Thohir langsung melakukan press conference
setelah pulangnya dari Qatar dan menjelaskan pembatalan.
Untuk mengkoordinasikan sebuah sistem penanganan isu & krisis yang terjadi dibutuhkan
para stakeholder yang berhubungan dengan isu atau situasi ini sebagai high interest mereka.
Terbagi 2 kelompok stakeholder internal dan eksternal, seperti halnya 2 kelompok tersebut
dibagi menjadi primary stakeholder yang berarti sebagai kelompok yang memiliki dampak
langsung oleh krisis, seperti, PSSI dan jajarannya, pemerintah, investor dan secondary
stakeholder yang secara tidak langsung terpengaruh oleh krisis diantaranya seperti, media, dan
masyarakat.
Hal tersebut penulis mengidentifikasi bahwa pihak PSSI hendaknya memiliki kelompok
mapping Manajemen Krisis, dimana membuat pengelompokan siapa saja yang menjadi fokus
utama mereka untuk menyelesaikan permasalahan krisis ini.
No. Internal Eksternal
1. Ketua Umum PSSI, PSSI dan Jajarannya
2. Pemerintah
3. Media
4. Suporter Fanatik
5. Masyarakat/Pelaku UMKM
6. Investor

• Ketua umum PSSI maupun jajarannya (internal) menjadi fokus pertama dalam
penyelesaian masalah, karena dalam setiap isu maupun kasus ketua umum ataupun
internal organisasi memiliki tanggung jawab besar terhadap sesuatu yang dialami
perusahaan. Pimpinan menjadi kunci dalam memutuskan klarifikasi. Pada kriteria ini
baris pimpinan dan internal perusahaan menjadi Primary Secondary terhadap
pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 maupun tragedi
Kanjuruhan
• Pemerintah kondisi ini tentu tercampur pada politik, pasalnya industri sepakbola ini
sudah menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti yang dijelaskan diatas bahwa
industri sepak bola ini menjadi lahan politik maupun pemerintah. Pada kasus ini
pemerintah menjadi kelompok Primary Stakeholder yang terkena langsung dampak
pada kegagalan PSSI di piala Dunia FIFA ini. Kelompok ini memiliki tanggung jawab
tinggi terhadap eksternal dan internal PSSI.
• Media. Kelompok media disini memang bukan stakeholder utama yang langsung
terkena dampak oleh krisis. Namun media mampu menjadi kunci utama dalam
mempengaruhi krisis. Krisis bisa lebih buruk atau berkurang tergantung dengan
intensitas isu dan pemberitaan di media. Dalam kriteria media menjadi secondary
stakeholder karena tidak memiliki dampak langsung pada pembatalan Indonesia
menjadi tuan rumah Piala Dunia. Akan tetapi, disini PSSI harus terus menjaga
komunikasi dengan media, dan memberikan perkembangan informasi yang
komprehensif. Karena disini PSSI mampu memanfaatkan power media untuk
membantu melepaskan krisis dan membangun image baik.
• Suporter fanatik, suporter yang agresif ini menimbulkan banyak kerugian, banyak
dalam portal berita, penelitian, dan diskusi pada sosial media yang menyatakan suporter
ini lama-lama menjadi racun bagi Timnas Indonesia, perilaku suporter ini berdampak
negatif seperti kerusuhan, perusakan fasilitasi. Maka dari itu, suporter harus diberi
sosialisasi kembali bagaimana mendukung tim satu sama lain apapun keadaanya, dan
perlu memberikan semangat kepada para pemain yang sudah bertanding dilapangan dan
bisa ikut ambil peran dalam evaluasi tim kesayangan dengan cara memberikan masukan
bukan kekerasan
• Masyarakat atau pelaku UMKM, bahwasanya setengah masyarakat di Indonesia ini
pasti berpartisipasi dan mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia maka hal
tersebut masyarakat bisa dalam dua kelompok tertentu, jika dalam isu pembatalan tuan
rumah ini masyarakat menjadi secondary stakeholder karena mereka tidak terkena
dampak besarnya langsung namun pasti semua kecewa dengan keputusan tersebut.
Akan tetapi, untuk para nasib UMKM yang terkena langsung pada kerugian materil
sebagai kelompok Primary Secondary, yang sudah siap menyelenggarakan piala Dunia.
Menurut (MediaIndonesia, 2023) Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI dan
pemerintah tidak akan melepaskan tanggung jawab untuk mendukung UMKM secara
aktif dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, juga tidak akan lepas tangan pada
ganti rugi khususnya kepada lisensi merchandise.
• Investor. PSSI sudah memiliki reputasi yang buruk sejak jabatan Nurdin Halid namun
setelah pergantian ketua umum beberapa kali pun drama PSSI ini tak kunjung selesai
hingga tidak dipercaya oleh banyak pihak, ditambah tragedi Kanjuruhan menjadi
dampak yang sangat buruk pada reputasi dan kredibilitas yang juga dihadapkan pada
investor. Investor dan menjadi kriteria primary stakeholder karena menanggung
langsung kerugian secara materil. PSSI harus manggaet secara hati-hati pada investor
yang bekerja sama, karena PSSI sendiri sudah mendapat kerugian besar karena kejadian
ini, investor disini memiliki kekuasaan dalam baik buruknya keberlangsungan reputasi
dan ekonomi perusahaan.
3. Pengendalian (damage control) saat sudah terjadi kerusakan langkah pengendalian
pada kerusakan seperti bagaimana identifikasi, isolasi, membatasi, menekan, dan
pemulihannya.
• Identifikasi Krisis yaitu memahami situasi yang terjadi secara lebih mendata, disini
praktisi public relation melakukan penelitian untuk mendapatkan data dan informasi
valid sebelum melakukan tindakan.
Pada kasus pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dilakukan
analisis dan penyidikan mengapa hal ini bisa terjadi, seperti penjelasan di atas penulis
mengemukakan akar dari permasalahan ini hingga campur tangan politik yang semakin
transparan atau permainan isu yang menjadi konflik.
Namun yang sesungguhnya terjadi dan dijelaskan secara general oleh pihak FIFA
memang diarahkan kepada tragedi Oktober 2022, yaitu tragedi Kanjuruhan. Ketua
umum yang saat itu adalah Mochamad Irawan menegaskan akan bertanggung jawab
penuh atas tragedi tersebut, dengan membentuk Satgas transformasi sepak bola, atas
turunnya Irawan, dipecatnya 10 polisi juga tidak cukup menggantikan ratusan korban
jiwa yang tidak bersalah. Atas insiden tersebut, sangat jelas permukaan dalam
identifikasi kasus ini adalah tragedi Kanjuruhan.
• Isolasi krisis yaitu untuk mencegah krisis menyebar luas, harus diisolasi atau di
karantina sebelum tindakan serius dilakukan.
PSSI perlu mendinginkan kasusnya terlebih dahulu. Setelah tragedi tersebut, sangat
wajar bila FIFA menyimpan kartu AS tersebut, tragedi itu bukti yang sahih bahwa
Indonesia memang tidak mampu menjamin keamanan penyelenggaraan pertandingan
sepak bola. Ditambah lagi saat AFF kemarin, dalam (Arifin, 2022) Bus Timnas
Thailand mendapat teror saat masuk GBK. suporter Indonesia memang tidak pernah
bisa belajar dari kesalahan-kesalahan dan tragedi mereka. Oleh sebab itu, sebaiknya
memang PSSI mengisolasi terlebih dahulu agar tidak terjadi kerusuhan lagi, dibenahi
lagi manajemen kerja dan sosialisasi pada petugas keamanan pertandingan dan suporter
fanatik.
• Membatasi & Menekan Krisis merupakan pembatasan PSSI terlebih dahulu kepada
media dan khalayak luar. FIFA ini memiliki kekuasaan yang besar, selaras dengan
penelitian (Prastya, 2017) Kekuasaan FIFA melampaui kedaulatan Negara, bahkan
menurut Natakusumah (2005) Besarnya kekuasaan FIFA ini membuat peta dunia
kacau, otonomi yang tinggi mampu mempertahankan semua kelompok. Hal tersebut
seharusnya bisa membuat PSSI dan suporternya belajar membatasi untuk mengikuti
pertandingan-pertandingan internasional. Fokus menekan perbaikan industri
sepakbola.
• Pemulihan yaitu proses tahap kekuatan agar kembali seperti semula dan dapat
melanjutkan aktivitas manajemen yang normal dan lancar atau disebut dengan tahap
penyembuhan dan lakukannya evaluasi. Namun harus tetap hati-hati akan siklus
perbaikannya untuk membentuk manajemen yang baik.
Penjelasan diatas menjadi sorotan penting bagi stakeholder internal dalam menyelesaikan
isu dan krisis yang tak kunjung usai, harus dibenahi sistem manajemen kerja serta koordinasi
dan komunikasi yang kurang baik. Stadion, infrastruktur, keamanan diperbaiki kembali.
Seperti yang dinyatakan dalam (Ferianto, 2023) terdapat beberapa evaluasi yang harus
dikerjakan PSSI agar tragedi Kanjuruhan tidak terulang lagi, dengan mensosialisasikan kepada
perangkat pertandingan terkait penanganan-penanganan dalam satu laga tanpa melibatkan
kekerasan sedikit pun apalagi sampai korban jiwa, kemudian penting bagi federasi melakukan
edukasi untuk pengelolaan klub dan masing-masing suporter hingga setiap laga dapat
berkompetisi baik dan dapat berjalan lancar tanpa indikasi kejadian yang tidak diinginkan
tersebut terulang. PSSI lakukan terobosan baru guna menyatukan solidaritas para suporter
masing-masing klub.

Menurut Penulis
Pada studi kasus ini, adanya penggiringan opini yang gencar mengenai penolakan Israel,
maka publik menganggap bahwa itu adalah alasan utama FIFA membatalkan status Indonesia
menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini. Yang menarik dari kalimat FIFA pada media
release resminya, menyampaikan FIFA untuk mendukung transformasi sepakbola di Indonesia
pasca tragedi Oktober 2022, dari situ FIFA sebenarnya bisa merilis statement yang lebih tegas,
seperti membatalkan status tuan rumah bagi Indonesia dan sanksi apa yang akan diberikan
kepada indonesia.
Disini FIFA, seperti ingin memainkan emosi publik. Maka sanksi memang tidak
disebutkan untuk Indonesia, walaupun Indonesia bisa lolos dari sanksi berat pada tragedi
Kanjuruhan, tidak menutup kemungkinan juga bisa lolos dari sanksi berat. Walaupun saya juga
memprediksi bahwa PSSI tidak akan kena sanksi yang berat oleh FIFA. Namun, jika Indonesia
tidak dihukum maka tidak akan ada perubahan dalam persepakbolaan Indonesia, maka jika
Indonesia diberi hukuman mungkin akan memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan
yang revolusioner pada industri sepak bola.

Kesimpulan
Untuk membenahi PSSI pemerintah dalam hal ini dibawah Kemeporan berupaya
membantu peran PSSI membenah organisasi dalam pengurusannya, namun hal tersebut
terciptanya mafia dan kepentingan politik pada PSSI. karena hal tersebut manajemen tubuh
PSSI tidak terkoordinasi baik, harus memiliki manajemen perubahan untuk membangun
reputasi PSSI membaik, langkah yang dilakukan PSSI maupun pemerintah adalah bertanggung
jawab atas kerugian yang menimpa Timnas U-20, UMKM, juga masyarakat yang kecewa
karena komunikasi yang tidak baik.
FIFA memiliki institusi yang memiliki kekuasaan yang besar, yang menerapkan pola
komunikasi top down. Jika mengacu pada kasus yang terjadi di Indonesia, memang negara
anggota FIFA bisa memberikan informasi apapun kepada semua terkait masalah yang dihadapi.
Namun itu tetap tak mengubah keputusan dan ketetapan FIFA. Maka dari itu, penetapan yang
diberikan FIFA diambil ke hal yang positifnya yaitu PSSI dan jajarannya harus memperbaiki
sistem internalnya serta sosialisasi dan emosi suporternya. Seperti yang dikatakan oleh
(Ananda, Hafiizh, & Akmal, 2022) bahwa tidak ada satu kemenangan pun yang sebanding
dengan nyawa.
Diharapkan kejadian Kanjuruhan tidak akan pernah terjadi lagi, dan Ketua Umum PSSI
Erick Thohir mampu mengelola PSSI menjadi organisasi yang baik. Karena Setiap organisasi
pasti ingin menjadi sukses, PSSI ingin sukses dengan industri sepakbola nya. Jalan tersebut
dibutuhkan perencanaan yang cermat, analisis yang dalam, target-target yang realistis dan
terukur.
Sumber

Ananda, I. M., Hafiizh, M., & Akmal, &. M. (2022). Pro Dan Kontra Pembatalan Sanksi FIFA Terhadap
PSSI. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) Vol. 1.
Djuyandi, Y., Husin, L. H., & Tjioediningrat, &. R. (2021). Indonesian Role In Palestine-Israel Security
Matters. Journal of Legal, Ethical, and Regulatory Issues Vol.2.
Ferianto, A. (2023). Tragedi Suporter Kanjuruhan Malang: Analisis Twitter Sebagai Alat Komunikasi
Digital Pemerintah dan Organisasi Sepakbola Indonesia . Journal of Society Bridge Vol 1 No
1, 1-16.
Kasali, R. (2008). Manajemen Public Relation. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Prastya, N. M. (2017). Kolonisasi FIFA terhadap Dunia: Analisis dengan Pendekatan Kritis dalam
Komunikasi Organisasi. Jurnal Ilmu Komunikasi AKRAB Vol. 2 No. 2, 211-229.
Preuss, H. (2007). FIFA World Cup 2006 and its Legacy on Tourism. Trens and Issues in Global
Tourism, 83-102.
Putra, I. P., Priadarsini, N. W., & Resen, &. P. (2017). Peran FIFA Dalam Upaya Penyelesaian Konflik
Dualisme PSSI di Indonesia Pada Tahun 2011-2013. DIKSHI (Diskusi Ilmiah Komunitas
Hubungan Internasional) Vol. 1 No. 1.
Pohan, H. M., & Oktaviany, &. S. (2018). Indonesia to Host the FIFA World Cup? A Cost-Benefit
Analysis. Journal of Economics & Business Vol. 02. No. 01, 022-034.
Veno, A. (2016). Analisi Manajemen Kepemimpinan Melalui Aplikasi SWOT pada Organisasi PSSI
(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). BENEFIT Jurnal Management dan Bisnis Vol 1 No.
1.

Website:
Arifin, Y. (2022). Bus Thailand Diserang, Indonesia Disentil Soal Tragedi Kanjuruhan. Diambil
kembali dari sport.detik: https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/d-6488871/bus-
thailand-diserang-indonesia-disentil-soal-tragedi-kanjuruhan
CNBCIndonesia. (2023). Kronologi RI Batal Tuan Rumah U-20 & Pernyataan Lengkap FIFA. Diambil
kembali dari CNBS Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230330033306-4-
425652/kronologi-ri-batal-tuan-rumah-u-20-pernyataan-lengkap-fifa diakses pada 16 April
2023
CNBCIndonesia. (2023). Apa Penyebab RI Batal Jadi Tuan Rumah U-20? Ini Kata FIFA . Diambil
kembali dari CNBC INDONESIA: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230330092601-4-
425726/apa-penyebab-ri-batal-jadi-tuan-rumah-u-20-ini-kata-fifa diakses pada 16 April 2023
Indrasari, T. M. (2022). Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023, Ini Harapan Menpora.
Diambil kembali dari liputan6.com: https://www.liputan6.com/bola/read/5073163/indonesia-
jadi-tuan-rumah-piala-dunia-u-20-2023-ini-harapan-menpora diakses pada 16 April 2023
MediaIndonesia. (2023). Erick Thohir Perhatikan Nasib UMKM Terpengaruh Batalnya Piala Dunia
U-20 Sumber: https://mediaindonesia.com/sepak-bola/574112/erick-thohir-perhatikan-nasib-
umkm-terpengaruh-batalnya-piala-dunia-u-20. Diambil kembali dari Media Indonesia Sepak
Bola: https://mediaindonesia.com/sepak-bola/574112/erick-thohir-perhatikan-nasib-umkm-
terpengaruh-batalnya-piala-dunia-u-20 diakses pada 16 April 2023
Saleh, N. (2023). FIFA Resmi Cabut Status Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023.
Diambil kembali dari bola.tempo.co: https://bola.tempo.co/read/1708705/fifa-resmi-cabut-
status-indonesia-sebagai-tuan-rumah-piala-dunia-u-20-2023 diakses pada 16 April 2023

Anda mungkin juga menyukai