Anda di halaman 1dari 20

Ekonomi Politik Pemberitaan Konflik Persepakbolaan

Indonesia

Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan


Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281
Email: afdalmakkuraga@gmail.com

Abstract: This study reveals the interests behind football conflicts news in three newspapers in
Indonesia: Kompas, Bola, and Seputar Indonesia. The analysis is based on the political economy
of media theory developed by Vincent Mosco, Graham Murdock, and Peter Golding. Using critical
paradigm with Norman Fairclough’s model of Critical Discourse Analysis (CDA) method, the
findings show that the conflicts in Indonesian football have been produced as issues that legitimate
the strategic position of the football elite power. The media and journalists were drag into the
creation or the legitimation of football elite domination.

Keywords: critical discourse analysis, football, political economy of media

Abstrak: Penelitian ini mengungkap kepentingan di balik pemberitaan konflik persepakbolaan


Indonesia di tiga media cetak, yakni Kompas, Bola dan Seputar Indonesia. Analisis didasarkan
pada teori ekonomi politik media yang dikembangkan oleh Vincent Mosco, Graham Murdock, dan
Peter Golding. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan metode Critical Discourse
Analysis (CDA) model Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa konflik
persepakbolaan Indonesia diproduksi menjadi isu yang melegitimasi posisi strategis kekuasaan
elit persepakbolaan. Media dan wartawan terseret dalam penciptaan atau pengukuhan kekuasaan
dominasi elit persepakbolaan tersebut.

Kata Kunci: analisis wacana kritis, ekonomi politik media, sepak bola

Konflik antara Persatuan Sepak Bola anggota Komek tersebut selalu membantah
Seluruh Indonesia (PSSI) dengan Komite dan menanggapi miring keputusan Djohar
Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) Arifin (Yosia, 2012).
bermula saat Ketua Umum PSSI, Djohar Akibat perlawanan itu, PSSI menindak
Arifin, memutuskan LPI sebagai kompetisi tegas keempat anggota Komek tersebut.
resmi PSSI menggantikan Indonesia Super Mereka dinyatakan melanggar Kode Etik
League (ISL) pada tahun 2012. Keputusan PSSI dan dipecat sebagai anggota Komek
itu tidak didukung bulat oleh semua PSSI. Pelanggaran mereka antara lain,
anggota Komite Eksekutif (Komek) PSSI. memprovokasi klub dan Pengurus Provinsi
Empat dari sembilan anggota Komek yang (Pengprov) PSSI untuk melakukan
menolak keputusan itu, yakni La Nyalla pertemuan di Surabaya, berkirim surat ke
Mattalitti, Toni Apriliani, Erwin Dwi Asian Football Confederation (AFC) dan
Budiawan, dan Roberto Rouw. Keempat Fédération Internationale de Football

213
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Association (FIFA) terkait kepemilikan 99% pembinaan, serta kursus-kursus lainnya,


saham PSSI di PT Liga Indonesia (PT LI) yang mengakibatkan setiap anggota Komek
tanpa izin dari Ketua Umum PSSI, Djohar mengambil langkah masing-masing.
Arifin, dan menyelenggarakan forum KPSI terus menyuarakan tuntutan
Pengprov PSSI yang mereka sebut sebagai KLB. Sebagai langkah menuju KLB, KPSI
Rapat Akbar Sepak Bola Nasional pada 18 menggalang gerakan mosi tidak percaya ke
Desember 2011 di Hotel Pullman Jakarta. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. Gerakan
Rapat itu sekaligus deklarasi pembentukan mosi tidak percaya itu ditandatangani 452
KPSI dan memilih Toni Apriliani sebagai anggota PSSI. Pada saat itu KPSI berencana
ketua sementara (Jasri, 2012). menggelar KLB paling lambat 30 Maret
Setelah terbentuk, KPSI segera 2012.
mendesak PSSI menggelar Kongres Luar Selain KLB, KPSI juga berambisi
Biasa (KLB) guna melengserkan Ketua mengambil alih peran PSSI. Ambisi itu
Umum PSSI Djohar Arifin. Menurut KPSI, membuat KPSI membentuk Komite Disiplin
Djohar Arifin telah mengambil kebijakan dan Komite Banding. Tak hanya itu, KPSI
yang bertentangan dengan keputusan juga bermaksud merebut kantor PSSI yang
Kongres Tahunan PSSI di Denpansar, Bali, berlokasi di Kompleks Gelora Bung Karno,
pada Januari 2011. Senayan, Jakarta. Pengambilalihan kantor
Pelanggaran Djohar Arifin di mata tersebut bertujuan untuk memperlancar
KPSI antara lain, pertama, melakukan kegiatan administrasi KPSI.
perubahan format kompetisi. Kedua, tidak Menanggapi usulan KLB itu, PSSI
taat asas kepada keputusan Kongres Bali membentuk tim verifikasi yang bertugas
yang menunjuk PT LI sebagai penyelenggara meneliti keabsahan berkas-berkas KLB
kompetisi. Ketiga, Ketua Umum PSSI yang diterima PSSI. Ketua verifikasi
Djohar Arifin selalu mengambil keputusan sekaligus Sekretaris Jenderal PSSI, Tri
tanpa melalui mekanisme organisasi, yaitu Goetoro, mengumumkan hasil verifikasi
rapat Komek, seperti pemecatan Alfred pada 10 Januari 2012. Hasilnya, 11 dari 460
Riedel dari jabatan pelatih Tim Nasional surat yang masuk isinya ganda dan tersisa
(Timnas) senior, mengangkat manajemen tinggal 449 suara. Setelah dicocokkan
Timnas, yaitu Bernhard Limbong dan Arya dengan jumlah anggota PSSI, dari 449
Abhiseka, serta merehabilitasi hukuman suara tersebut, 80 di antaranya berstatus
klub (Persema Malang, PSM Makassar, dan bukan anggota dan masih calon anggota,
Persibo Bojonegoro) yang dihukum turun sehingga jumlahnya menjadi 369 suara.
ke Divisi Utama karena pindah ke LPI, pada Menurut Tri Goetoro, PSSI memiliki surat
Januari 2011. Keempat, ketidakmampuan pakta integritas dari klub Divisi I dan II
tata kelola organisasi PSSI dengan indikator berjumlah 49 klub. Oleh karenanya jumlah
tidak adanya kepastian implementasi dukungan yang sah untuk KLB hanya 320
terhadap kompetisi profesional, amatir, dan suara atau hanya 54,5% jumlah anggota

214
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

PSSI. Jumlah tersebut belum memenuhi Sementara itu, PSSI pimpinan Djohar
kuorum untuk menggelar KLB (Kongres Arifin juga menggelar Kongres PSSI di
Tahunan PSSI, 2012). Palangkaraya, bersamaan dengan kongres
Upaya KPSI merebut kantor PSSI KPSI. Hasil kongres itu antara lain
tidak terlaksana. Sekretariat Negara, selaku menyepakati penguatan skorsing bagi 32
pengelola kompleks olah raga Gelora klub yang mengikuti kompetisi di bawah
Bung Karno, Senayan, Jakarta, menolak PT LI. Namun klub-klub tersebut tetap
permohonan KPSI. Usaha melaksanakan berkesempatan untuk kembali ke pangkuan
KLB juga tidak disetujui oleh Menteri PSSI melalui pengajuan permohonan
Pemuda dan Olahraga (Menpora) waktu kepada PSSI dan terpublikasi di media
itu, Andi Mallarangeng. Menurut Andi massa. Langkah masing-masing kubu yang
Mallarangeng, KLB yang diajukan KPSI berseteru tersebut memperkeruh suasana
terlalu prematur untuk menyelesaikan konflik.
permasalahan. Andi Mallarangeng Perhatian media massa terhadap konflik
mengusulkan masing-masing pihak yang PSSI dan KPSI itu, pada kurun waktu 2011-
berkonflik menyelesaikan masalahnya di 2012, cukup serius. Hampir semua media
arbitrase olahraga. memberitakan persoalan-persoalan tersebut
melalui perspektif masing-masing. Kompas,
Perseteruan makin panjang dan berliku
misalnya, setiap hari, antara Januari-
karena masing-masing pihak menyatakan
Desember 2011, menurunkan berita terkait
diri sebagai organisasi sah federasi sepak
PSSI dan KPSI (Tabel 1). Demikian pula
bola Indonesia. KPSI mengaku didukung
dengan Bola dan Sindo.
oleh 452 anggota PSSI. Sebaliknya, kubu
Djohar Arifin mengaku masih sah karena Konflik sepak bola di Indonesia
dipilih oleh kongres PSSI di Solo pada memang sarat kepentingan ekonomi dan
Juli 2011. Pemerintah juga tetap mengakui politik, serta tali-temali dengan industri
Djohar Arifin sebagai Ketua Umum PSSI. media. Keinginan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) menyelenggarakan
Pada 18 Maret 2012, KPSI
Kongres Sepak Bola Nasional (KSN)
menyelenggarakan kongres di Hotel
pada Maret 2010, misalnya, pertama kali
Mercure Ancol, Jakarta. Kongres ini bagi
diungkapkan saat bertemu dengan pengurus
KPSI disebut sebagai KLB PSSI versi
KPSI. Pada spanduk yang dipasang di Tabel 1 Pemberitaan Konflik Kepengurusan Sepak
Bola Indonesia Januari-Juni 2011
belakang panggung utama kongres tertulis
Media Jumlah Berita
“PSSI-KPSI Extraordinary Congress”. Hasil
Kompas 136
kongres tersebut menetapkan La Nyalla
Sindo 118
Mattalitti sebagai Ketua KPSI, Rahim Bola 479
Soekasah sebagai wakil ketua, dan Hinca Sumber: Diolah dari Kumpulan Kliping Berita PSSI dan
Panjaitan sebagai sekretaris jenderal. LPI di Kompas, Sindo, dan Bola

215
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Oktavianus, seorang wartawan Kompas,


di Istana Negara, 27 Januari 2010. Pada adalah pengurus LPI. PSSI menilai Bola
pertemuan tersebut, SBY meminta PWI memiliki konflik kepentingan dengan
membantu pemerintah menggelar KSN pemberitaan LPI (Detik.com, 2011).
pada 29-30 Maret 2010. Pendukung Nurdin Sampai konflik ini berakhir, Dewan Pers
Halid menilai PWI memiliki kepentingan belum pernah mengklarifikasi kasus
dengan KSN karena sejatinya organisasi tersebut.
para wartawan itu tidak mengurusi sepak MNC Group, korporasi yang menaungi
bola. Pendukung Nurdin Halid menilai Sindo, dinilai memiliki konflik kepentingan
PWI berkeinginan menjatuhkan Nurdin terkait hak siar LPI pada 2011-2012.
Halid (Bangun, 2010). Sindo dinilai mendiskreditkan ISL dan
Konflik kepentingan lain terkait laga mencitrapositifkan LPI. Demikian juga
Timnas senior PSSI di Piala AFF 2010. TV dengan Viva Group, salah satu anak
One berkesempatan satu pesawat dengan perusahaan Bakrie yang menaungi TV One,
Timnas yang akan bertanding pada putaran ANTV, dan Vivanews.com. Berita-berita di
final laga pertama melawan Malaysia. Kru kelompok Viva dianggap mendiskreditkan
TV One secara eksklusif mewawancarai LPI dan mencitrapositifkan ISL karena hak
sejumlah pemain di dalam pesawat. siar ISL dipegang oleh TV One dan ANTV.
Perlakuan istimewa itu ternyata diperoleh Di samping itu, Nirwan D. Bakrie, pengurus
dengan melalui koneksi Nirwan D. Bakrie, PSSI periode 2007-2011, adalah salah satu
Wakil Ketua Umum PSSI periode 2007- pemilik usaha Bakrie Group. Viva Group
2011, adik kandung Aburizal Bakrie, memiliki kepentingan komersial dengan
salah satu pemilik TV One yang juga ISL.
Ketua Umum Partai Golkar. Tak hanya Konflik kepentingan terjadi bila
itu, saat Timnas Indonesia maju ke final media memiliki kepentingan dengan
AFF, setelah mengalahkan Filipina di semi peristiwa yang diberitakannya.
final, Timnas PSSI menghadiri undangan Kepentingan itu berupa ekonomi atau
Aburizal Bakrie guna bersantap malam. politik. Kepentingan ekonomi bisa
Peristiwa itu menjadi sorotan kritik karena diterjemahkan dalam rangka meraih
dianggap sebagai ajang pencitraan Partai keuntungan di balik pemberitaan
Golkar dan Nurdin Halid. tersebut. Sedangkan kepentingan politik
Gejala konflik kepentingan pada dapat bermakna bila ada kepentingan
pemberitaan isu tersebut pernah yang berelasi dengan kekuasaan (Black,
dituduhkan PSSI kepada Bola. Direktur 1993, h. 79). Satu hal yang menjadi
Media PSSI, Barry Sihotang, mengadu perhatian penting di balik konflik itu
ke Dewan Pers pada 9 Februari 2011. adalah perebutan hak siar liga sepak
Sihotang menilai pemberitaan Bola bola di Indonesia. Sejak 2008, hak
bias LPI. PSSI juga menuduh Yesayas siar pertandingan ISL dimonopoli oleh

216
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Viva Group melalui ANTV dan TV One. informasi yang salah, maka opini publik
Dualisme liga sepak bola, yakni ISL dan yang timbul adalah opini yang salah
LPI, membuka kesempatan bagi media pula.
lain, selain ANTV dan TV One, untuk Berangkat dari persoalan di atas,
mendapatkan hak siar pula. tulisan ini mendiskusikan konstruksi
Menurut kaidah jurnalistik, konflik ketiga media cetak, yakni Kompas, Bola,
kepentingan sering kali memicu lahirnya dan Sindo dalam konflik PSSI dan KPSI,
bias pemberitaan. Bentuk bias tersebut termasuk di dalamnya kepentingan ekonomi
bisa terwujud pada berita yang memihak politik yang diperjuangkan masing-masing
kelompok tertentu yang berkonflik media dalam memberitakan konflik PSSI
(imbalance), melakukan stigmatisasi dan KPSI. Tulisan ini dibuat berdasarkan
(prejudice), dan memperoleh keuntungan pada penelitian yang mengelaborasikan
pribadi/kelompok atas pemberitaan teori-teori ekonomi politik media dengan
yang dibuatnya. Konflik kepentingan Critical Discourse Analysis (CDA).
pemilik media terkadang membuatnya Gee (1999, h. 95) menjelaskan wacana
mengintervensi kebijakan redaksional (discourse) melalui dua aspek. Pertama,
dan menghilangkan independensi para discourse dengan ‘d’ kecil yang merujuk
redaktur (Wilson, 1996, h. 166). pada bahasa yang digunakan dalam
Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers berkomunikasi. Kedua, discourse dengan
dengan tegas menyebutkan larangan konflik “D” besar yang diartikan sebagai praktik
kepentingan. Larangan itu tercantum pada penggunaan bahasa yang digabungkan
Pasal 1 yang menyatakan “Wartawan dengan praktik sosial keseharian, seperti
Indonesia bersikap independen, menghasilkan cara perpikir, tingkah laku, sikap, nilai-
berita yang akurat, berimbang, dan tidak nilai, dan kebiasaan sang pengguna bahasa.
beritikad buruk”. Tafsir Dewan Pers atas Oleh karena itu, menurut Gee (1999, h.
pasal ini menyatakan “Independen berarti 95), wacana bukan persoalan linguistik
memberitakan peristiwa atau fakta sesuai semata, tetapi juga menggabungkan unsur-
dengan suara hati nurani tanpa campur unsur non-linguistik. Teori-teori wacana
tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain yang berkembang tidak bisa dilepaskan
termasuk pemilik perusahaan pers”. dari pengaruh Michel Foucault. Menurut
Dilema yang timbul dari praktik Foucault (dalam Aur, 2005, h. 145), wacana
konflik kepentingan tersebut yakni dipahami sebagai penjelasan, pendefinisian,
terabaikannya hak publik untuk pengklarifikasian, dan pemikiran tentang
mengetahui infomasi yang benar orang, pengetahuan, serta sistem-sistem
(neglecting the public interest) dan abstrak. Wacana tidak lepas dari relasi
mencederai keberagaman (Croteau & kekuasaan.
Hoynes, 2006, h. 156). Bila informasi Penelitian tentang topik sepak bola
yang diterima oleh publik adalah pernah dilakukan oleh David Kennedy dan

217
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Peter Kennedy pada 2011. Penelitian yang Sementara itu, Grant (2007) melakukan
berjudul “Toward a Marxist Political Economy kajian ekonomi politik sepak bola Inggris
of Football Supporters” tersebut mengamati dengan judul “An Analytical Framework
kasus pendukung klub sepak bola Liga for a Political Economy of Football”.
Inggris, Everton, melalui pendekatan ekonomi Grant menemukan bahwa ekonomi politik
politik Marxis. Kedua peneliti menyoroti sepak bola menjadi lebih esensial semenjak
rencana perpindahan markas Everton dari terkooptasi oleh elemem-elemen bisnis.
Goodison Park ke stadion Kirkby yang Muncul perdebatan antara paradigma yang
digulirkan sejak 2006. Pewujudan rencana memahami sepak bola sebagai sebuah
tersebut dilakukan manajemen Everton institusi bisnis dan paradigma sepak bola
dengan menggandeng pengembang Tesco sebagai gerakan kultural dan aktivitas
Plc. Di dalam proposalnya, Tesco berencana demokrasi. Perdebatan tersebut diwakili
membangun supermarket raksasa yang buka oleh industri media yang melihat sepak bola
24 jam, restoran, bar, taman bermain, dan sebagai komoditas, suporter yang melihat
hotel berbintang dalam kompleks stadion sepak bola sebagai kegiatan kesenangan
Kirkby. Rencana itu menuai pro dan kontra (pleasure) dan praktik identitas, serta
dari pendukung fanatik Everton. pemerintah yang berusaha menciptakan
Pendukung yang setuju kepindahan ruang regulasi tentang sepak bola dan
itu dianggap telah terjebak propaganda dijadikan ajang promosi gaya hidup sehat.
komersialisasi klub. Suporter Everton Grant (2007) menyimpulkan bahwa sepak
dijadikan sebagai “komoditas palsu” bola membutuhkan kebijakan politik yang
(fictitious commodity) oleh pengembang. lebih “canggih” untuk memastikan bahwa
Sebaliknya, mereka yang menolak sepak bola bukan sekadar komoditas.
kepindahan tersebut dianggap sebagai kaum Meskipun peran pemerintah diperlukan,
tradisional. Kaum tradisional berargumen namun tetap berhati-hati agar tidak
bahwa antara pendukung dan klub terdapat mencederai semangat kompetisi.
ikatan emosional. Kepindahan stadion Penelitian Gustavo Madeiro (2007)
seakan-akan memisahkan jiwa klub dengan yang berjudul “Sport and Power:
pendukungnya. Meskipun Goodison Park Globalization and Merchandizing in the
merupakan stadion tua, mulai digunakan Soccer World” menemukan bahwa pola
sejak tahun 1892, tetapi di stadion itulah transfer pemain tak berbeda dengan teori
klub jatuh bangun untuk menegakkan center-periphery. Klub-klub kaya Eropa
reputasi di kancah persepakbolaan Inggris. membeli pemain bertalenta dari klub-
Kedua peneliti tidak mengingkari bahwa klub miskin Amerika Latin dengan harga
sepak bola Inggris saat ini bersifat sangat murah. Setelah pemain tersebut mengantar
kapitalistik, sehingga suporter dijadikan klubnya berjaya di liga masing-masing,
ladang pemujaan komoditas (fetishism of mereka dijual dengan harga selangit.
commodity) (Kennedy & Kennedy, 2007). Fenomena ini, menurut Madeiro, sesuai

218
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

dengan model center-periphery. Teori Sementara itu, Vincet Mosco (2010)


center-periphery diperkenalkan oleh melihat ekonomi politik media dari dua
Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin sudut pandang, yakni yang khusus (sempit)
dan Karibia (CEPAL) pada 1960. Teori ini dan yang luas (general). Menurut sudut
menyatakan bahwa Negara-negara Utara pandang sempit, ekonomi politik media
yang kaya dianggap sebagai pusat atau Inti diartikan sebagai studi tentang relasi
Kapitalisme dan negara-negara Selatan sosial, khususnya relasi kekuasaan yang
yang miskin merupakan pinggiran. Melalui saling berkaitan dalam sistem produksi,
penaklukan imperial, berbagai tatanan distribusi, dan konsumsi sumber daya
perekonomian pinggiran disedot ke dalam komunikasi. Sedangkan menurut sudut
kapitalisme di atas pijakan yang tidak adil. pandang yang lebih luas, ekonomi
Madeiro (2007) juga mengkritik FIFA politik adalah studi tentang kontrol dan
yang terlalu mengakomodasi kepentingan kelangsungan hidup dalam kehidupan
kapitalisme sepak bola, sehingga posisi sosial. Makna kontrol tersebut adalah
manajemen klub (pemilik media), pemain, pengaturan individu dalam sebuah
dan penonton tidak setara. organisasi sebagai anggota kelompok.
Menggunakan konsep ekonomi politik Kelangsungan hidup berhubungan dengan
Dennis McQuail (2005, h. 99-100), tulisan cara orang memproduksi dan menghasilkan
ini berfokus pada hubungan antara struktur kebutuhannya. Maknanya secara
ekonomi, dinamika industri media, dan khusus mengacu pada cara masyarakat
konten ideologi media. Mengikuti sudut mengorganisasi diri, mengelola urusan, dan
pandang McQuail, lembaga media dianggap menyesuaikan atau gagal untuk beradaptasi
sebagai bagian dari sistem ekonomi yang dengan perubahan yang tak terelakkan.
berhubungan erat dengan sistem politik. Menurut Golding dan Murdock (1997),
Konsekuensinya terlihat dari berkurangnya pendekatan ekonomi politik mempunyai
sumber media yang independen, tiga karakteristik penting. Pertama, holistik,
konsentrasi kepada khalayak yang lebih yang melihat hubungan saling terkait antara
besar, menghindari risiko, dan mengurangi berbagai faktor sosial, ekonomi, politik, dan
penanaman modal pada media yang kurang budaya di sekitar media dan berusaha melihat
menguntungkan. Menurut McQuail (2005, berbagai pengaruh dari beragam faktor.
h. 99-100), karakteristik ekonomi politik Kedua, historis, yang mengaitkan posisi media
media adalah sebagai berikut:
dengan lingkungan global dan kapitalisme, di
First, economic control and logic are
determinant. Second, media structure
mana proses perubahan dan perkembangan
tends towards concentration. Third, global konstelasi ekonomi merupakan hal terpenting
integration of media develops. Fourth,
contents and audience are comodified.
untuk diamati. Ketiga, studi ekonomi politik
Fifth, diversity decreases. Sixth, position juga berpegang pada falsafah materialisme
and alternative voices are marginalized.
Seventh, public interest in communication is
yang mengacu pada hal-hal nyata dalam
subordinated to private interest. realitas kehidupan media.

219
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Golding dan Murdock (1997) kebebasan bagi para konsumen media


berpendapat bahwa perspektif ekonomi untuk memilih dan menyaring informasi.
politik media berbeda dengan arus Konsepsi komunikasi, dalam terminologi
utama ilmu ekonomi dalam hal holisme, ekonomi politik menurut Mosco (2010),
keseimbangan antara usaha kapitalis dengan ialah desentralisasi komunikasi oleh media
intervensi publik, dan keterkaitan dengan (decentering of media communication).
persoalan-persoalan moralitas, seperti Artinya, media dilihat sebagai bagian integral
masalah keadilan, kesamaan, dan barang- mendasar dari proses ekonomi, politik, sosial,
barang publik (public goods). Golding & dan budaya dalam masyarakat. Hal tersebut
Murdock (1997, h. xvi) menyatakannya menempatkan media dalam kerangka proses
demikian “The political economy approach produksi dan reproduksi. Oleh karena itu,
was holistic: it did not abstract the economic media dilihat sebagai sarana akumulasi
or the political from social relations, but modal. Menurut pandangan ini, media sebagai
examined in full interrelation of social and unit ekonomi, politik, sosial, dan budaya juga
cultural dynamics”. selaras dengan aspek pendidikan, keluarga,
Holistik berarti menunjukkan adanya dan agama.
saling pengaruh antara organisasi ekonomi Intinya, menurut Mosco (2010),
dan kehidupan politik, sosial, dan kultural. pendekatan ekonomi politik menempatkan
Analisisnya bersifat historis dan secara subjek komunikasi dalam totalitas sosial
moral menunjukkan keterkaitan dengan yang lebih luas dan cenderung menghindari
persoalan public goods. Aspek historis esensialisme dalam penelitian komunikasi.
dalam sifat holisme dalam perspektif Mosco (2010) juga menambahkan bahwa
ekonomi politik media berpusat pada komunikasi diartikan sebagai suatu proses
analisis pertumbuhan media, perluasan pertukaran sosial yang produknya adalah
jaringan dan jangkauan perusahaan media, tanda atau perwujudannya dari hubungan
komodifikasi, serta peran negara. sosial (communication is a social process
Analisis ekonomi politik media of exchange, whose product is the mark
memerhatikan perluasan “dominasi” or embodiment of a social relationship).
perusahaan media melalui peningkatan Maknanya, ekonomi politik merupakan
kuantitas dan kualitas produksi budaya analisis kelembagaan. Titik fokusnya,
yang langsung dilindungi oleh pemilik misalnya, berkonsentrasi pada bagaimana
modal. Ekstensifikasi dominasi media komunikasi dikonstruksi secara sosial,
dikontrol melalui dominasi produksi isi bagaimana kekuatan sosial berkontribusi
media yang sejalan dengan preferensi terhadap pembentukan saluran komunikasi,
pemilik modal. Proses komodifikasi dan rangkaian pesan apa yang ditransmisikan
media massa memperlihatkan dominasi melalui saluran tertentu. Komunikasi bukan
peran kekuatan pasar. Proses komodifikasi hanya transmisi informasi, melainkan juga
justru menunjukkan menyempitnya ruang konstruksi sosial makna.

220
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Hal ini telah memberikan kontribusi Wacana, dalam CDA, tidak dipahami
penting pada bangunan penelitian sebagai studi bahasa semata. Bahasa
ekonomi politik tentang bagaimana bisnis digunakan untuk melihat ketimpangan
(produsen), pemerintah, dan aspek lainnya kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat.
sebagai kekuatan struktural, berpengaruh Menurut Faiclough (2010, h. 28), dalam setiap
pada praktik komunikasi. wacana terdapat power relation (relasi kuasa),
class relation (relasi kelas), social struggle
METODE (perjuangan sosial), dan hidden agendas
Metode penelitian studi ini adalah (agenda tersembunyi).
Critical Discourse Analysis (CDA) model
HASIL
Norman Fairclough yang didukung
dengan wawancara mendalam dan studi Analisis Teks
kepustakaan. Fairclough membangun suatu Pada isu perseteruan KPSI dan
model yang mengintegrasikan analisis PSSI, Sindo menyikapi langkah-langkah
wacana yang didasarkan pada linguistik KPSI dengan nada sinis. Sindo juga
dan pemikiran sosial dan politik, serta menilai kehadiran KPSI hanya membawa
pada perubahan sosial. Penulis berasumsi kepentingan barisan status quo yang
bahwa pemberitaan media seputar konflik sebelumnya tersingkir dari PSSI. Sindo
persepakbolaan di Indonesia sarat konflik setidaknya melibatkan dua elemen
kepentingan dan kekuasaan. Oleh karena narasumber, yakni KPSI yang direlasikan
itu, CDA model Fairclough tepat untuk sebagai kelompok ilegal serta pengacau, dan
digunakan. Salah satu kelebihan CDA PSSI yang direlasikan sebagai konfederasi
model Fairclough adalah kontribusinya sepak bola yang legal serta diakui oleh
dalam analisis sosial dan budaya, serta pemerintah dan FIFA. Pilihan kata dan
mengombinasikan tradisi analisis teks dalam kalimat yang digunakan Sindo antara lain,
konteks masyarakat yang lebih luas. Fokus “Niat KPSI hanya untuk mengganggu
utama Fairclough adalah bahasa sebagai kinerja kepengurusan PSSI”, “Ancaman
praktik kekuasaan. Fairclough membagi KPSI diabaikan”, “KPSI bukan anggota
analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu dari PSSI”, dan “KPSI tidak dikenal FIFA
teks, praktik wacana, dan praktik sosial- dan AFC maupun lembaga sepak bola
kultural (Fairclough, 2001). Analisis Wacana manapun”.
Kritis yang diperkenalkan Fairclough adalah Ketika memberitakan isu KPSI dan
suatu pendekatan interdisipliner untuk PSSI, Sindo mengidentikkan diri ke PSSI
mempelajari wacana yang memandang (identitas). Hal tersebut bisa dilihat dari
bahasa sebagai bentuk praktik sosial dan cara Sindo menyusun teks-teks beritanya
berfokus pada cara dominasi sosial dan yang selalu mendahulukan kutipan dari
politik yang direproduksi secara tekstual kelompok PSSI. Di samping itu, pendapat-
maupun lisan. pendapat KPSI juga senantiasa diminorkan.

221
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Pendapat KPSI selalu ditempatkan dalam Bola memosisikan narasumber berita


paragraf-paragraf terakhir. Jumlah kutipan mereka saling berhadap-hadapan (diametral).
dari KPSI juga selalu lebih sedikit daripada KPSI diposisikan sebagai penyelamat sepak
kutipan dari PSSI. Hampir seluruh bola Indonesia, oposan PSSI. Sementara,
berita yang dibuat Sindo tentang KPSI PSSI sering diposisikan sebagai pelanggar
mendahulukan kutipan narasumber PSSI. statuta, pelaku politik balas budi ke Arifin
Sudut pandang berita (news angle) selalu Panigoro, dan organisasi yang tidak eligible.
berangkat dari sisi PSSI, sehingga semua Ketika memberitakan perseteruan
yang menyangkut KPSI selalu “salah” di KPSI dan PSSI, Bola senantiasa melibatkan
mata Sindo. elemen narasumber, antara lain pihak KPSI
Sindo memuji langkah MNC Group yang seringkali diwakili oleh Toni Apriliani,
membeli hak siar kompetisi LPI pada 2012. La Nyalla Mattalitti, dan Hinca Panjaitan
Sindo hanya memberitakan hasil-hasil serta pihak PSSI yang sering diwakili oleh
pertandingan LPI. Bagi Sindo, LPI adalah Djohar Arifin, Tri Goestoro, dan Farid
kompetisi masa depan Indonesia yang akan Rahman.
melahirkan talenta-talenta terbaik sepak KPSI direlasikan sebagai penyelamat
bola Indonesia. sepak bola Indonesia dari tangan-tangan
Sebaliknya, Bola menyikapi terbentuk­­ Arifin Panigoro dan kawan-kawannya
nya KPSI dengan positif. Bola menyebut yang dinilai melanggar statuta PSSI
KPSI terbentuk karena PSSI melakukan karena mengabaikan hasil Kongres PSSI
pelanggaran statuta dan peraturan di Denpasar, Januari 2011, yang menunjuk
organisasi, sehingga membuat mayoritas PT LI sebagai penyelenggara kompetisi
anggota PSSI jengah. Bola menempatkan dengan format kompetisi ISL. Selain
aktor-aktor (KPSI dan PSSI) pada posisi itu, PSSI, di mata KPSI, telah menodai
berhadap-hadapan. KPSI direlasikan semangat sportivitas karena memberikan
sebagai penyelamat sepak bola Indonesia promosi gratis kepada enam klub untuk
dari sergapan Arifin Panigoro dan kawan- berlaga di level tertinggi kompetisi, padahal
kawannya. PSSI direlasikan sebagai sebelumnya mereka terkena hukuman dan
organisasi pelanggar statuta dan Djohar terdegradasi ke Divisi Utama.
Arifin dianggap melakukan politik balas Bola menyikapi kehadiran LPI dengan
budi ke Arifin Panigoro. Pilihan kata nada sinis. Tabloid ini terus-menerus
dan kalimat yang digunakan Bola untuk mengkritik keberadaan LPI yang dinilai
merepresentasikan konflik KPSI dan LPI tidak profesional karena tidak mampu
antara lain, “KPSI menempuh jalan benar”, mempertahankan jumlah klub yang berlaga
“KPSI merupakan amanah 2/3 anggota di LPI. Selain mengkritik LPI, Bola juga
PSSI, amanah anggota untuk KLB” dan senantiasa kritis terhadap kebijakan-
“Mereka (PSSI Djohar) tidak eligible untuk kebijakan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin.
terus menjalankan roda organisasi”. Pilihan kata yang digunakan Bola untuk

222
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

merepresentasikan LPI antara lain, “Jadwal rekonsiliasi menunjukkan bahwa Kompas


LPI bermasalah”, “Klub mendapat jadwal lebih mendorong pencarian solusi atas
neraka”, “Kontestan LPI menyusut”, “LPI konflik tersebut daripada masuk menjadi
jalan tanpa sponsor”, dan “LPI semrawut”. bagian pusaran konflik. Meskipun
Sebaliknya, PSSI menilai KPSI demikian, Kompas lebih mengidentikkan
sebagai organisasi ilegal karena empat diri ke LPI dan PSSI daripada KPSI dan
orang pentolannya sudah terkena sanksi. ISL. Hal tersebut terlihat dari cara Kompas
Mereka memprovokasi klub-klub ISL untuk menyusun teks-teks berita berkenaan
dengan LPI. Pada minggu awal LPI bergulir,
tidak ikut bermain di LPI dan membentuk
Kompas senantiasa menempatkan laporan
forum Pengprov tanpa sepengetahuan Ketua
hasil pertandingan LPI dan ISL dalam satu
Umum PSSI.
berita. Namun, hasil pertandingan LPI
Bola mengembangkan strategi
selalu ditempatkan pada paragraf awal.
identitas dengan mengidentikkan diri ke
Jumlah paragraf LPI pun lebih banyak
kelompok KPSI. Hal tersebut terlihat dari
dibanding ISL.
cara Bola menyusun teks-teks beritanya.
Praktik Wacana
Bola menyusun teks berita dengan
Tiga media cetak tersebut
senantiasa menempatkan KPSI sebagai
menempatkan Nurdin Halid sebagai
point of view berita. Bola dengan senantiasa
biang konflik persepakbolaan Indonesia.
mendahulukan kutipan-kutipan KPSI
Penggambaran Nurdin Halid di tiga media
dengan posisi dominan dan menempatkan
tersebut pada umumnya bersifat negatif.
kutipan PSSI di akhir teks berita dengan
Pilihan kata yang digunakan mengandung
posisi subordinat.
nada mencemooh dan menyalahkan Nurdin
Sementara itu, Kompas tidak Halid. Oleh karena itu ketiga media cetak
mengumbar konflik-konflik tersebut. tersebut menjadikan Nurdin Halid sebagai
Kompas bahkan mendorong terwujudnya common enemy. Sikap media tersebut bisa
rekonsiliasi. Kompas nampaknya dipahami karena wacana dominan yang
menghindari pemberitaan masuk ke berkembang adalah kuatnya keinginan
pusaran konflik. Oleh karena itu, berita- publik untuk memberantas korupsi.
berita Kompas tentang PSSI dan KPSI, Pemberantasan korupsi menjadi grand
serta ISL dan LPI, lebih fokus pada hasil- narrative (narasi besar) sejak reformasi
hasil pertandingan liga LPI. Pilihan-pilihan digulirkan pada 1998. Narasi besar
kata yang digunakan Kompas antara lain, merupakan narasi utama yang menjadi
“Rekonsiliasi lebih memberikan harapan”, dasar dan berkarakter universal karena
“Surat FIFA momentum rekonsiliasi”, dan dapat dipakai sebagai standar untuk
“Segera memulai proses rekonsiliasi”. mengukur dan menilai narasi yang lain.
Cara Kompas mengambil sudut Narasi besar berada pada posisi determinan
pandang (news angel) berita pada terhadap narasi-narasi lain.

223
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Tiga media cetak tersebut menjadikan Salah satu sintesis dari kuasa
dirinya sebagai “arena pertarungan” wacana simbolik itu adalah instrumen pengetahuan
sekaligus ikut bertarung dalam arena konflik. dan komunikasi, kekuasaan simbolik
Kelompok status quo (PSSI Nurdin Halid) menstrukturkan dan distrukturkan
mendefinisikan kelompoknya sebagai kekuasaan. Kekuasaan simbolik merupakan
kelompok paling sah di mata FIFA dan berhak kuasa untuk mengonstruksi realitas.
mengurus sepak bola di Indonesia. Sedangkan Media nampaknya tidak menyadari bahwa
kelompok reformis (LPI Arifin Panigoro) cara mereka menempatkan subjek yang
dianggap sebagai kelompok yang bersifat lain berkonflik secara binary melahirkan
(the other) karena ditentang oleh FIFA. FIFA kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik
dijadikan sebagai senjata untuk melegitimasi merupakan bentuk kekerasan halus dan
kelompok dominan. Kompas dan Bola tak tampak serta tersembunyi di balik
menunjukkan warna pemberitaan berbeda, pemaksaan dominasi.
meskipun berada pada induk korporasi Kompas, Bola, dan Sindo, sebagai
yang sama, Kompas-Gramedia. Mereka industri media, berusaha memproduksi
seolah-olah “bermusuhan” karena kebijakan teks-teks pemberitaan konflik sepak bola di
redaksional yang berbeda. Indonesia dalam rangka menjaga institusi
Kedua media tersebut menggambarkan bisnis mereka. Ketiga media tersebut
aktor-aktor yang berkonflik dalam struktur terlihat tunduk pada kepentingan pasar
oposisi biner, seperti Nurdin Halid (koruptor) dan kepentingan elit sepak bola nasional.
>< Arifin Panigoro (pembaru), LPI (kompetisi Oleh karena itu, ketiga media tersebut
menjanjikan) >< ISL (pengekang), dan KPSI menyajikan berita konflik persepakbolaan
(Penyelamat Sepak Bola) >< PSSI (tidak di Indonesia dalam metafora pertarungan.
eligible). Praktik oposisi biner yang dilakukan Dua kelompok yang berbeda kepentingan
oleh Kompas dan Bola menunjukkan tersebut dibingkai dalam tajuk pertarungan.
bekerjanya kuasa simbolik sebagaimana Satu kelompok dilabeli status quo, yaitu
digambarkan oleh Bourdieu, yakni bahasa/ mereka yang berada dalam gerbong
wacana merupakan bagian dari aktivitas di kepengurusan PSSI Nurdin Halid, dan
mana sebagian orang mendominasi yang lain. kelompok lain dijuluki reformis, yaitu bagi
Pelaku sosial yang mampu mengakumulasi mereka yang berada dalam kubu George
modal linguistiknya mempunyai kendali atas Toisuta dan Arifin Panigoro.
mereka yang terbatas modal linguistiknya. Ketiga media tersebut, pada tingkatan
Oleh karena itu, bahasa/wacana berperan bisnis, berusaha untuk tetap bertahan. Oleh
penting untuk mendefenisikan suatu karena itu, masing-masing media berusaha
kelompok, memberikan otoritas bagi pelaku mengemas berita konflik persepakbolaan
sosial, serta menghadirkan kekuasaan untuk dengan mengungkapkan commonsense
berbicara atas nama kelompok itu (Bourdieu, publik yang bisa dipahami oleh imaji
1991, h. 166). khalayak, misalnya commonsense publik

224
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

tentang wacana LPI versus Nurdin Halid liput. Fakta menunjukkan bahwa masing-
dan KPSI versus PSSI yang dibuat dalam masing media tidak mengindahkan rambu
nuansa dikotomi salah dan benar. Masing- tersebut. Wartawan dari masing-masing
masing media terjebak dalam perdebatan media menjadi bagian dari konflik tersebut.
dikotomi, sesuai atau tidaknya kedua pihak Misalnya, Yesayas Octavianus (Kompas)
dengan statuta FIFA dan Undang-Undang yang memiliki kedekatan khusus dengan
Sistem Keolahragaan Nasional. Arifin Panigoro (Inisiator LPI), dan Sindo,
Di dalam dimensi ekonomi dan secara institusi, dekat dengan pengurus
politik, peristiwa konflik persepakbolaan PSSI, Djohar Arifin, karena membeli hak
Indonesia diproduksi menjadi isu yang siar LPI. Inilah yang mendorong munculnya
melegitimasi posisi strategis kekuasaan konflik kepentingan pada pemberitaan
elit persepakbolaan. Media dan wartawan konflik persepakbolaan tersebut.
terhanyut dalam penciptaan atau Di balik cara pemberitaan media
pengukuhan kekuasaan dominasi elit yang berbeda-beda itu, tampaknya muara
persepakbolaan. Peristiwa itu dikemas dari itu semua adalah perebutan hak siar
dalam teks sedemikian rupa, sehingga pertandingan sepak bola di Indonesia.
menarik bagi publik. Salah satu hal yang Hak siar adalah kepentingan tersembunyi
sering dilakukan oleh media adalah memberi yang dipendam oleh Kompas-Gramedia
kesan dramatis atas suatu peristiwa. dan MNC Group. Hal tersebut terlihat
Media dan wartawan sering terhanyut saat Kompas TV, bersama MNC Group,
dalam praktik pemberian kesan bombastis menyiarkan pertandingan play off LPI pada
kepada khalayak dengan pemberitaan Oktober 2013. Pada 2014, K-Vision (divisi
yang mengarah pada penciptaan atau TV berbayar Kompas-Gramedia) dan MNC
pengukuhan stereotip. Group menjadi pemegang hak siar ISL.
Cara media memberitakan konflik Untuk memuluskan langkah-langkah
tersebut menunjukkan rapuhnya meraih keuntungan dari sepak bola, CEO
independensi media. Untuk menjaga MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, “rela”
netralitas, media dituntut tidak memihak menjadi Ketua Umum Asosiasi Futsal
kepada salah satu kelompok yang bertikai. Indonesia (AFI). AFI adalah salah satu
Namun, dalam kasus konflik kepengurusan divisi di bawah naungan PSSI. Padahal,
sepak bola Indonesia, media menabrak dalam rekam jejaknya, Hari Tanoesoedibjo
rambu-rambu tersebut. Media membela belum pernah bersinggungan dengan sepak
mati-matian suatu isu bila hal itu menyangkut bola.
kepentingannya dan membiarkannya bila MNC Group menempuh strategi
tidak berkenaan dengan kepentingannya. sinergi antarmedia. Strategi ini menciptakan
Semua ditentukan berdasarkan prinsip efisiensi yang membawa pengaruh pada
pragmatisme. Wartawan dituntut tidak biaya yang dikeluarkan dan profit yang
menjadi bagian dari peristiwa yang mereka diperoleh. Guna mendongkrak keuntungan,

225
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Sindo tanpa segan-segan melakukan praktik LPI. Sementara yang ada di ISL tidak ditulis.
diskriminatif terhadap ISL. Kompetisi Padahal, Persija LPI itu tidak bermarkas di
tandingan dari LPI ini tidak diberitakan Jakarta. Mereka keliling, kadang-kadang
sama sekali. di Madiun” (Wawancara dengan Decky
Menurut Decky Irawan Jasri, Irawan Jasri, 14 Desember 2014).
wartawan Sindo, sejak saat itu warna Konflik tersebut juga menjadi
pemberitaan Sindo mengenai konflik momentum untuk mengakhiri dominasi
PSSI berubah drastis. Sindo yang awalnya kelompok Bakrie (ANTV & TV One) terhadap
bersikap netral berubah menjadi pembela pengelolaan hak siar pertandingan ISL
PSSI dan LPI. KPSI dan ISL dikecilkan, sejak 2008. Hal ini menunjukkan bahwa
bahkan tidak diberitakan. Produksi teks pertarungan memperebutkan tayangan ISL
selalu mengutamakan narasumber PSSI memasuki babak baru dengan munculnya
dan LPI. Pendapat narasumber dari pihak Kompas-Gramedia (K-Vision). Namun, pada
KPSI, seperti La Nyalla dan Toni Apriliani, sisi lain, sekaligus menunjukkan terjadinya
jarang dikutip. “Keputusan induk usaha praktik oligopoli dalam penentuan hak siar
membeli hak siar LPI membuat semua tersebut. Komisi Pengawasan Persaingan
media di bawah MNC Group mendukung Usaha (KPPU) menengarai terjadi persaingan
keputusan induk. Kita yang di koran juga usaha tidak sehat pada penayangan kompetisi
harus seirama dengan grup” (Wawancara sepak bola nasional itu.
dengan Decky Irawan Jasri, 14 Desember Tingginya animo masyarakat untuk
2014). menonton pertandingan sepak bola
Hattrick, halaman olahraga Sindo, membuat semua yang berkaitan dengan
dipenuhi pemberitaan seputar LPI, seperti sepak bola menjadi objek komodifikasi.
prediksi pertandingan LPI, ulasan hasil Hak siar memiliki nilai jual yang tinggi.
pertandingan LPI dan profil klub atau Oleh karena itu, pemilik media berusaha
pemain LPI. Sindo tidak memberitakan memperolehnya. Keberpihakan MNC
prediksi atau hasil pertandingan di ISL. terhadap LPI tidak lepas dari kebijakan
Menurut Decky, keputusan MNC grup media tersebut membeli hak siar
membeli hak siar LPI menjadi dilema bagi LPI. Pembelian hak siar LPI tersebut
Sindo karena kenyataannya kompetisi ISL melancarkan jalan memiliki hak siar seluruh
jauh lebih baik daripada LPI. Klub-klub pertandingan tim nasional Indonesia.
yang berlaga di ISL adalah klub-klub papan Praktik Sosial Kultural
atas Indonesia. Pengelolaan PT LI juga Berita sepak bola tidak bisa lagi
lebih profesional dibanding PT Liga Primer dianggap sebagai wacana pinggiran yang
Indonesia Sportindo (PT LPIS). Basis bersifat remeh-temeh. Berita sepak bola
penonton ISL juga lebih banyak dibanding telah sejajar dengan berita-berita lain. Tahun
LPI. “Kita dilematis saat itu. Saya, selama 2005 menjadi titik balik industri media
satu musim, hanya menulis Persija yang di cetak di Indonesia. Industri ini mengalami

226
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

titik jenuh yang ditandai dengan terus membeli tabloid. Sedangkan pembaca
tergerusnya jumlah pembaca yang beralih tabloid berjenis kelamin perempuan
ke media online. Namun, pemain-pemain menjadikan berita sepak bola sebagai alasan
besar dan berpengalaman terus melakukan terbesar ketujuh untuk membeli tabloid.
konsentrasi kepemilikan, misalnya praktik Berita sepak bola di tabloid juga menjadi
yang dilakukan oleh dua perusahaan besar pilihan semua kalangan.
media, yakni Kompas-Gramedia dan Jawa Maka, media cetak umum kemudian
Pos. Kompas-Gramedia berkembang berbenah diri dengan cara menempatkan
melalui Tribun Media, sedangkan Jawa berita olahraga sebagai sajian utama mereka
Pos melalui Radar. dan memberi nama halaman olahraga
Permintaan pembaca tentang berita- mereka identik dengan sepak bola, seperti
berita olah raga justru berkembang Sindo yang menamakan halaman olahraga-
signifikan. Data Persatuan Perusahaan nya dengan Hattrick. Hattrick diambil
Periklanan Indonesia (PPPI), pada 2010, dari istilah dalam sepak bola yang berarti
menunjukkan bahwa minat mengikuti seorang pemain mencetak tiga gol dalam
berita sepak bola menjadi alasan kelima satu laga. Berita sepak bola menempati 80%
terbesar konsumen laki-laki dan perempuan sajian olahraga dalam Hattrick, termasuk
pembaca surat kabar. berita mengenai sepak bola Eropa, yakni
Jika dilihat dari sisi status sosial Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Italia.
ekonomi (SES), golongan AB menempatkan Hattrick menyediakan satu halaman penuh
berita sepak bola pada urutan ketujuh untuk laporan sepak bola nasional. Pada
alasan mereka membaca koran, golongan awal Sindo terbit, 2010, Hattrick muncul
C kelima, dan DE keenam. Umur 20-29 delapan halaman. Namun, kemudian turun
tahun adalah kelompok usia yang paling menjadi empat halaman.
menggemari berita sepak bola. Di Jakarta, Menurut Decky Irawan Jasri, berita
misalnya, pada 2010 harian olahraga Top olahraga identik dengan berita sepak bola,
Skor menempati peringkat ketiga koran sehingga hampir semua media olahraga,
harian terbesar dengan oplah 250 ribu baik yang terbit khusus sebagai koran
eksemplar setiap hari. Top Skor hanya harian olahraga maupun sisipan di media
kalah dari Pos Kota dan Kompas. Bahkan, induknya, menjadikan berita sepak bola
Top Skor mengalahkan media-media besar, sebagai sajian utama (Wawancara dengan
seperti Media Indonesia, Republika, dan Decky Irawan Jasri, 14 Desember 2014).
Suara Pembaruan. Top Skor adalah harian
olahraga pertama di Indonesia dengan berita PEMBAHASAN
sepak bola sebagai sajian berita terbanyak. Pengelola media menyadari bahwa
Sementara itu, pembaca tabloid berjenis sepak bola merupakan olahraga terpopuler
kelamin laki-laki menempatkan berita di Indonesia, sehingga berita-berita yang
sepak bola di urutan pertama alasan mereka berkaitan dengan sepak bola selalu menarik

227
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

bagi konsumen. Terlepas dari keberpihakan Kompas-Gramedia, tahu betul profit


masing-masing media kepada pihak-pihak bisnis media. Keduanya membuktikan
yang berkonflik, konflik tersebut telah bahwa bisnis media bisa menjadi industri
dikomodifikasi sedemikian rupa guna yang menguntungkan. Majalah The Globe
menghasilkan sejumlah profit. Asia, pada 2012, menempatkan Harry
Pengelola media menyusun berbagai Tanoesodibjo menjadi orang terkaya ke-26
macam strategi dalam mengemas teks- di Indonesia dengan akumulasi kekayaan
teks berita tersebut sehingga menarik bagi sebesar US$ 980 juta. Sedangkan Jakob
pembaca. Salah satu strategi yang ditempuh Oetama, orang terkaya urutan ke-48 dengan
media yakni objek-objek pemberitaan dikemas akumulasi kekayaan sebesar US$ 670 juta.
dalam posisi yang saling berhadap-hadapan, Menurut Douglas Kellner (2009),
sehingga menimbulkan kesan dramatis. pendekatan ekonomi politik melihat kaum
Dramatisasi ini diharapkan menimbulkan kapitalis bekerja melalui mode produksi
curiosity effect, sehingga pembaca tertarik yang dominan menurut logika komodifikasi
mengikuti pemberitaan-pemberitaan tersebut. dan akumulasi modal. Budaya produksi dan
Kemudian, teks-teks berita media tidak lagi distribusi diatur menurut sistem keuntungan
menjadi sarana penyadaran dan pencerahan dan orientasi pasar.
pemikiran publik, namun tak lebih sekadar Praktik penguasaan oligopoli ini,
sebagai hiburan. menurut Herbert Schiller, seperti dikutip oleh
Strategi Kompas-Gramedia dengan Downing (2011), disebut sebagai aparatus
membelah keberpihakan (Bola mendukung budaya informasional untuk memproduksi
KPSI dan Kompas memilih tidak kebudayaan seturut kehendak kapital. Media
memberitakan) menunjukkan bahwa strategi massa merupakan alat yang ampuh untuk
tersebut dipilih untuk melayani kepentingan membentuk, merawat, serta mereproduksi
konsumen mereka. Hal tersebut bukanlah kebudayaan dan selera masyarakat. Media
suatu kebetulan, namun sebuah grand design massa tidak memberikan pilihan-pilihan
yang dibuat supaya kepentingan profit tetap individual kepada penontonnya, namun
terjaga. melakukan distribusi informasi yang bersifat
Demikian pula dengan Sindo yang massal karena aspek massal itu membangun
memilih mendukung PSSI. Hal tersebut selera yang mendukung aktivitas jual beli
merupakan grand strategy korporasi MNC produk dalam kapitalisme.
dalam melipatgandakan keuntungan. Akumulasi keuntungan masyarakat
Keputusan MNC membeli hak siar LPI jilid satu produk dibeli oleh banyak
II membuat Sindo tidak memiliki pilihan konsumen. Publik tidak merasa bahwa
lain karena harus mengikuti kebijakan kesadaran mereka sedang direkayasa dan
induk usaha yang menaunginya. dibentuk preferensi estetikanya untuk
Hary Tanoesoedibjo, pemilik MNC melanggengkan kapitalisme. Efek lain
Group, dan Jakob Oetama, pemilik dari situasi ini adalah adanya cultural

228
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

domination karena hanya corak kebudayaan Fenomena konglomerasi membawa


yang sesuai dengan kehendak kapital lah potensi bahaya yang tidak dapat diremehkan.
yang diakomodasi dan dikembangkan Pertama, arus informasi ke publik menjadi
di media massa. Media massa tidak lagi monolitik. Terpusatnya kepemilikan
mengakomodasi kepentingan kebudayaan media tidak memenuhi kaidah keragaman
di luar corak tersebut. kepemilikan yang berakibat pada sedikitnya
Peristiwa konflik persepakbolaan keberagaman isi. Kedua, terabaikannya agenda
di Indonesia, dalam dimensi ekonomi publik. Sesuatu yang ditampilkan dalam
dan politik, diproduksi menjadi isu yang media disesuaikan dengan alur kepentingan
melegitimasi posisi strategis kekuasaan pemilik modal. Ketiga, terjadi migrasi peran
elit persepakbolaan. Media dan wartawan warga negara yang direduksi semata-mata
hanyut dalam penciptaan atau pengukuhan menjadi konsumen. Sebagai konsumen,
kekuasaan tersebut. Peristiwa itu dikemas masyarakat tidak memiliki hak berpartisipasi
menarik dalam teks untuk konsumsi dalam menentukan informasi yang
publik. Salah satu hal yang sering diberitakan di media. Keempat, merosotnya
dilakukan oleh media adalah memberi mutu jurnalisme yang dipraktikkan media.
kesan keliru atas suatu peristiwa. Media Kekuatan pasar mendominasi logika produksi
ataupun wartawan sering terhanyut dalam karena alokasi dana liputan dialihkan untuk
praktik pemberian kesan keliru tersebut strategi pemasaran. Kelima, konglomerasi
dengan pemberitaan yang mengarah pada membuat pemilik media menjadi tiran dalam
penciptaan atau pengukuhan stereotip. dirinya sendiri (Utomo, 2013).
Media mengukuhkan atau memperkuat Michel Foucault mengutarakan
kepercayaan, sikap, nilai, dan opini itu. bahwa kekuasaan tertentu ditegakkan dan
Pesan yang dianggap mengubah sikap, dilaksanakan melalui wacana dan sebuah
sering kali hanya merupakan pengukuhan kekuasaan jelas memiliki pengaruh. Suatu
sikap yang sudah ada. dominasi tertentu menggunakan wacana
Sindo adalah contoh betapa kepentingan sebagai elemen taktis untuk memengaruhi
pemilik media sangat menentukan isi media. pola pikir masyarakat. Hal ini terkait
Di awal konflik persepakbolaan, pada 2011, dengan pembangunan sebuah dominasi
Sindo bersikap netral terhadap konflik atau pelanggengan kekuasaan. Menurut
tersebut. Sindo seakan-akan tidak ingin Foucault, seperti yang dikutip Aditjondro
masuk dalam pusaran konflik. Namun, setelah (1994, h. 58-59), ciri utama diskursus
induk usaha yang menaunginya membeli adalah kemampuannya untuk menjadi suatu
hak siar LPI jilid II, netralitas itu lenyap. himpunan diskursus yang berbeda satu
Sindo memberikan ruang yang luas untuk sama lain. Namun, kekuasaan memilih dan
pemberitaan mengenai PSSI Djohar Arifin mendukung diskursus tertentu, sehingga
dan eksponen LPI. Bahkan, berita-berita diskursus tersebut menjadi dominan,
mengenai ISL sama sekali tidak diturunkan. sedangkan diskursus lainnya terpinggirkan.

229
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Menurut Foucault, seperti dikutip DAFTAR RUJUKAN


Barker (2004), pandangan kita tentang suatu Aditjondro, G. J. (1994). Pengetahuan-pengetahuan
objek dibentuk dalam batas-batas yang telah lokal yang tertindas: Menoropong gerakan
lingkungan di Indonesia melalui konsep kuasa/
ditentukan oleh struktur diskursif tersebut.
pengetahuan Faucault. Jurnal Kalam, No. 1.
Diskursus dicirikan oleh batas bidang
Aur, A. (2005). Pascastrukturalisme Michel Foucault
dari objek, yakni definisi dari perspektif dan gerbang menuju dialog antarperadaban.
yang paling dipercaya dan dipandang Dalam Mudji Sutrisno & Hendar Putranto
benar. Persepsi kita tentang suatu objek (eds.), Teori-teori kebudayaan. Yogyakarta,
dibentuk dan dibatasi oleh pandangan yang Indonesia: Penerbit Kanisius.

mendefinisikan sesuatu bahwa yang ini Bangun, H. Ch. (2010, Februari 4). PWI-
KONI lakukan kongres sepak bola.
benar dan yang lain tidak. Diskursus tertentu
Kompas.com. <http://tekno.kompas.com/
yang membatasi pandangan khalayak read/2010/02/04/04333971/pwi-koni.lakukan.
mengarahkan jalan pikiran tertentu dan kongres.sepak.bola>
menghayati itu sebagai sesuatu yang benar. Barker, C. (2004). Cultural studies: Teori & praktek
(terjemahan). Yogyakarta, Indonesia: Kreasi
SIMPULAN Wacana.
Black, J., at all. (1993). Doing ethic in journalism:
Kompas, Bola, dan Sindo adalah
A handbook with case studies. Birmingham,
media massa yang merupakan bagian UK: Greencastle.
dari dua rantai konglomerasi media di Bourdieu, P. (1991). Language and symbolic
Indonesia. Kompas dan Bola dikendalikan power. <https://monoskop.org/images/4/43/
oleh Kompas-Gramedia Group, sedangkan Bourdieu_Pierre_Language_and_Symbolic_
Power_1991.pdf>
Sindo di bawah payung usaha MNC Group.
Croteau, D. & Hoynes, W. (2006). The business
Ketiga media tersebut belum mampu
of media: Corporate media and the public
menjadi kekuatan kontrol atas proses
interest. California, USA: Pine Forge Press
politik yang berlangsung. Media-media (an Imprint Sage Publication Inc).
tersebut justru menjadi corong bagi elit- Detik.com (2011, Februari 9). PSSI tunggu dewan pers
elit yang berkonflik. Media massa nyaris panggil dua media massa. <http://sport.detik.
tak memiliki idealisme dan konsistensi atas com/sepakbola/liga-indonesia/1567609/pssi-
tunggu-dewan-pers-panggil-dua-media-massa>
misi penyampaian kebenaran. Kebebasan
Downing, J. D. H. (2011). Media ownership,
pers pun hanya dipahami sebagai bebas
concetration and control: The evolution
dari intervensi negara dan aparat militer,
debate. Dalam Janet Wasko, Graham Murdock
namun belum dipahami sebagai bebas dan Helena Sousa, The handbook of political
dari intervensi kepentingan pemilik dan economy of communication, (eds.). Oxford,
tekanan pasar. Sementara itu, para pekerja UK: Wiley-Blackwell.
media terjebak pada pelayanan terhadap Fairclough, N. (2001). Languange and power.
kepentingan pemodal dan pasar, sehingga Edinburgh, Scotland: Pearson Education Limited.

tidak dapat bebas mempraktikkan aturan- Gee, J. P. (1999). An introduction to discourse


analysis: Theory and method. New York,
aturan dan etika profesi.
USA: Routledge.

230
Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Golding, P. & Murdock, G. (1997). The political


economy of media. Cheltenham, UK: Edward
Elgar Publishing Ltd.
Grant, W. (2007). An analytical framework for
a political economy of football. Palgrave
Journal, Vol 2.
Jasri, D. I. (2012, Januari 1). PSSI Tidak Gentar
KPSI. Seputar Indonesia.
Kellner, D. (2009). Media industry, political
economy and media/cultural studies. Dalam
Jennifer Holt dan Alisa Perren (eds.), Media
industry: History, theory and method. West
Sussex, UK: Wiley Blackwell.
Kennedy, D. & Kennedy, P. (2007). Toward a marxist
political economy of football supporters.
Capital & Class Journal.
Kongres Tahunan PSSI, verifikasi diabaikan. (2012,
Januari 12-13). Tabloid Bola.
Madeiro, G. (2007). Sport and power: Globalization
and merchandizing in the soccer world.
Society and Business Review, Vol. No. 3, 287-
298.
McQuail, D. (2005). McQuails mass communication
theory. London, UK: Sage Publication.
Mosco, V. (2010). The political economy of
communication (2nd ed). London, UK: Sage
Publication.
Utomo, W. P. (2013, September 27). Media
kooperasi, alternatif di era konglomerasi
media?. Harian Indoprogres.
Wilson, J. (1996). Understanding journalism: A
guide to isuues. New York, USA: Routledge.
Yosia, A. (2011, Desember 15-16). Djohar Arifin
Husin: Saya tidak melanggar statuta! Tabloid
Bola.
Yosia, A. (2012, Maret 19-21). KLB KPSI
“penggulingan” di Ancol. Tabloid Bola.

231
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

232

Anda mungkin juga menyukai