Anda di halaman 1dari 7

MATERI NASKAH POLEMIK

JOKOWI: JANGAN CAMPUR ADUKAN URUSAN OLAHRAGA & POLITIK


Oleh: Emir Yanwardhana
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kaifiyat Mujadalah)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Aep Kusnawan, M. Ag.
Hj. Yuyun Yuningsih, S.Sos.I, M. Ag.

Disusun Oleh:
JAMALUDIN RASYD
1224040056
PMI 3B

PENGEMBANGAN MASYRAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
MATERI NASKAH POLEMIK
JOKOWI: JANGAN CAMPUR ADUKAN URUSAN OLAHRAGA & POLITIK
Oleh: Emir Yanwardhana
(Sebagai Materi atau Sumber yang Akan Ditanggapi di Dalam Naskah Polemik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo sudah memastikan keikutsertaan Israel di
Piala Dunia U20 yang berlangsung di Indonesia. Pada kesempatan itu, Jokowi menegaskan jangan
campur adukan urusan olahraga dan politik.

"Dalam urusan Piala Dunia U20 ini kita sependapat dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia
bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya. Jadi jangan mencampur adukan
urusan olahraga dan politik," tegas Jokowi dalam keterangannya, Selasa (28/3/2023).

Menurut Jokowi, saat ini FIFA sudah mengetahui adanya penolakan-penolakan terhadap
keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U20. Tetapi pemerintah maupun PSSI masih terus
berusaha agar ada solusi terbaik.
Foto: Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun bertemu Presiden Jokowi Widodo pada
Jumat, 24/3/2023 kemarin. (Sekretariat Kabinet)
Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun bertemu Presiden Jokowi Widodo pada
Jumat, 24/3/2023 kemarin. (Sekretariat Kabinet)

"Untuk itu saya telah mengutus Ketum PSSI Erick Thohir untuk bertemu dengan tim FIFA untuk
mencari penyelesaian yang terbaik, mencari solusi yang terbaik," sebutnya.

Meskipun menjamin Timnas Israel bisa bermain di Piala Dunia U20 di Indonesia, Jokowi
menegaskan sikap politik Indonesia tetap mendukung kemerdekaan Palestina.

"Saya menjamin keikutsertaan Israel tidak ada kaitannya dengan konsistensi posisi politik luar
negeri kita terhadap Palestina, karena dukungan kita kepada Palestina selalu kokoh dan kuat,"
jelasnya.
NASKAH POLEMIK
SEPAKBOLA ADALAH POLITIK
(Tanggapan Terhadap Artikel Emir Yanwardhana)
Oleh: Jamaludin Rasyd

A. PENDAHULUAN
Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh banyak orang. Olahraga
yang satu ini dulunya hanya digemari oleh kalangan pria saja, namun saat ini sepakbola
digemari oleh seluruh kalangan masyarakat. Tidak mengenal usia ataupun jenis kelamin
semua senang dengan permainan yang satu ini. Bahkan di negara kita tercinta ini Indonesia
merupakan salah satu satu negara yang memiliki antusias masyarakat atau bahkan basis
suporter terbesar pada sepakbola. Saat ini sepakbola menjadi salah satu pekerjaan. Banyak
orang yang tertarik akannya yang mana orang-orang mendapatkan materi yang tidak sedikit,
contohnya di liga propesional para atlet mendapatkan penghasilan melalui olahraga ini.
Sehingga saat ini yang kita lihat tidak sedikit orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya ke
sekolah sepakbola atau akademi sepakbola dengan maksud ingin anaknya bisa bermain bola
dan menjadi pemain sepakbola propesional.
Setiap hari sepakbola selalu menjadi perbincangan di mana-mana tidak mengenal waktu
dan tempat. Seperti pertandingan yang diselenggarakan, skor akhir pertandingan, transfer
pemain, manajemen suatu klub, federasi sepakbola itu sendiri bahkan wasit dilapangan
menjadi perbincangan yang begitu menarik untuk dibahas. Itu tidak terlepas dari peran media
massa, dimana saat ini media dengan berbagai kemampuannya dalam mengemas berita
sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat luas.
Di Indonesia ada PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang mana ini merupakan
sebuah federasi yang dibentuk pada tanggal 19 april 1930 di Yogyakarta, adalah suatu
organisasi olahraga yang dilahirkan di zaman penjajahan Belanda.
Berdirinya PSSI terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika dilihat
kembali sebelum dan sudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir karena dibidani politisi
bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajah dengan strategis
menyemai benih-benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia. Yang mana
Kepopuleran tersebutlah yang menjadi tolak ukur sebuah negara menginginkan sebuah
pengakuan atau ingin dikenal oleh negara lain. Kita baru saja melihat kemarin di akhir tahun
2022 perhelatan Piala dunia yang digelar sangat meriah di Qatar. Ini juga tidak terlepas dari
suatu negara yang ingin negara yang dimiliki lebih dikenal oleh negara lain mau itu dari segi
ekonomi pariwisata dan lain sebaginya. Yang mana ini tidak terlepas dari unsur politik.
B. PEMBAHASAN
Tepat pada bulan Oktober 2019, Indonesia resmi terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia
U-20 2021 dalam rapat Dewan FIFA di Shanghai. Kala itu Indonesia mengalahkan dua
kandidat lain yakni Peru dan Brazil.
Kemudian pada bulan Desember 2020, pandemi Covid-19 membuat Piala dunia U-20 yang
harusnya digelar pada tahun 2021 menjadi diundur. Namun, FIFA tetap memilih Indonesia
sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, yang diundur paada tahun 2023. Kemudian, jadwal
baru turnamen kelompok umur itu sudah ditentukan menjadi 20 Mei 2023 hingga 11 Juni
2023. Saat itu, Indonesia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tetap
optimis menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Pasalnya, kala itu Timnas Israel U-20
belum diketahui lolos ke Piala Dunia U-20 2023 yang digelar di Tanah Air. Namun, kabar
yang kurang sedap mulai terdengar di sepakbola indonesia yang mana pada bulan juli 2022.
Di mana, Timnas Israel U-20 menjadi runner-up Piala Dunia U-19 2022, Israel U-20 berhak
tampil di Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia. Di sisi lain, ada sejumlah pihak yang cemas
akan kehadiran Timnas Israel U-20 di Indonesia. Namun, Kabar ini belum begitu gencar.
Kemudian pada awal Oktober 2022, telah terjadi Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan
135 orang. Meski sempat terancam, namun status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia
U-20 2023 tidak berubah.
Berlanjut pada Februari 2023, Erick Thohir terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam
Kongres Luar Biasa (KLB). Setelah terpilih, Piala Dunia U-20 2023 menjadi fokus utama
Erick Thohir diawal kepengurusan PSSI. Namun, kabar mengejutkan hadir pada 14 Maret
2023. Di mana, Gubernur Bali I Wayan Koster menolak kehadiran Israel U-20 di wilayahnya.
Penolakan serupa juga diserukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pernyataan kedua
tokoh ini diamplikasikan oleh sejumlah partai politik dan organisasi masyarakat sehingga
menimbulkan sebuah perdebatan. Narasi-narasi tersebut terus bergulir di media sosial dengan
mencampuradukkan persoalan politik dan sepkbola berikut pro dan kontanya. Gelombang
narasi mulai membesar pada 25 Maret 2023 saat tersiar kabar pembatalan acara undian peserta
Piala Dunia U-20 2023 yang semestinya diselenggarakan FIFA pada 31 Maret 2023 di Bali.
Sejak itu, banyak pihak yang menghawatirkan Piala Dunia U-20 2023 juga akan batal
digelar di Indonesia. Kecemasan itu jadi kenyataan. Pada 29 Maret 2023, FIFA resmi
membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan tersebut
dibuat FIFA setelah gejolak penolakan terhadap Israel U-20 yang merupakan salah satu
peserta turnamen tersebut.
Pada akhirnya federasi FIFA mencabut Indonesia dari status tuan Rumah Piala Dunia U-
20. Dan di gantikan oleh pemenang Piala Dunia 2022 yaitu Argentina. Dan saat ini Argentina
lah yang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Eskalasi isu di media sosial meningkat
tajam pada 29 Maret 2023 saat FIFA resmi mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah
Piala Dunia U-20.
Dari mulai Isu bahwa gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah dikarena kan ada unsur
politik didalamnya. Kegeraman publik bukan diarahkan kepada PSSI sebagai penyelenggara,
melainkan kepada salah satu partai sebut saja PDI Perjuangan, Khususnya I Wayan Koster
dan Ganjar Pranowo yang dianggap menjadi biang kerok pembatalan ini kerena menolak
Timnas Israel bermain di Indonesia.
Publik menilai politisi PDI Perjuangan telah mempolitisasi sepak bola demi kepentingan
politik sesaat. Padahal sepak bola harus dipisahkan dari politik. Timnas Israel datang ke
Indonesia bukan untuk berpolitik, melainkan untuk pertandingan olahraga semata. Yang mana
harus dibedakan antara Israel sebagai negara yang melakukan agresi dan kolonisasi Palestina
dengan tim sepak bola. Pernyataan ini pun di sampaikan oleh Presiden Jokowi yang mana
jangan campur adukan urusan olahraga dan urusan politik.
Semua Tata Kelola Itu Politis
Mereka yang menyerukan pemisahan antara sepak bola dan politik tidak menyadari bahwa
seruannya itu bentuk sekularisasi, sebagaimana seruan kalangan ihwal adanya pemisahan
antara kehidupan agama dengan negara. Bukankah sekularisasi adalah pandangan dan praktik
politik?
Lagi pula, kalangan yang berpandangan bahwa sepak bola harus disterilkan dari politik
adalah pandangan yang sungguh naif dan ahistoris. Bung Karno menolak keikustertaan Israel
justru kerena ia sadar timnas sepak bola adalah representasi negara, oleh karenanya sangat
politis. Kalau Bung Karno tidak melihat sepak bola atau olahraga lainnya sebagai praktik
politik tidak mungkin ia membentuk GANEFO (Games of the New Emerging Forces).
GANEFO sebuah bentuk perlawanan politik terhadap Komite Internasional Olimpiade (IOC)
yang pada masa itu melarang keikutsertaan Tiongkok dan Vietnam Utara yang berideologi
komunis. Bung Karno murka kepada IOC karena telah menjadikan dirinya sebagai instrumen
politik Perang Dingin.
Jika kita melihat sejarah timnas sepak bola Italia yang berhasil menyabet gelar piala dunia
empat kali. Ketika Italia meraih gelar pertama kali pada 1934, memangnya tidak ada campur
tangan Politik? Tentu saja ada yang di kenal dengan fasisme sepakbola (Benito Mussolini)
Menurut sejarawan sepak bola Bill Murray (1996), Mussolini adalah seorang fasis pertama
yang sangat menyadari dan menggunakan olah raga-termasuk sepak bola-sebagai bagian
integral dari politik pemerintahannya. Pandangan Mussolini ini yang kemudian ditiru oleh
Hitler (Jerman) dan Stalin (Soviet). Bahkan, menurut Murray, Stalin lebih cenderung
menggunakan olah raga sebagai perayaan kekuasaannya di ranah domestik nasional. Ia
cenderung enggan mengirimkan atlet Soviet di kompetisi internasional sebelum ia betul-betul
yakin akan menang. Bagi Stalin kemenangan para atletnya adalah kemenangan politik di
kancah internasional.
Di benua Amerika Selatan, kemenangan Argentina atas Peru dalam Piala Dunia 1978 bisa
disebut sebagai sejarah kemenangan yang paling kontroversial di dunia sepak bola.
Kemenangan Argentina kuat ditengarai karena ada campur tangan politik diktator sang
penguasa, Jorge Videla. Konon, situasi politik itulah yang membuat Johann Cruyff dan Franz
Beckenbauer mengambil langkah “politik”, menolak hadir bermain dalam ajang tersebut.
Ironis tetapi nyata, Italia dengan sejarah fasisme Mussolininya, Jerman dengan Hitlernya
dan Argentina dengan kediktatoran Videla adalah negara-negara yang sampai kini merajai
persepakbolaan dunia. Yang disebut terakhir, merajai Piala Dunia 2022 dengan Lionel Messi
sebagai sang raja.
Kita lihat di spanyol ada dua klub yang sangat besar basis penggemarnya siapa lagi kalau
bukan Barcelona dan Real Madrid, Bagi mereka penggila Barcelona dan Real Madrid,
mestinya paham betul bahwa laga el Clasico selalu berlangsung “panas” dan keras tetapi
sekaligus menarik, justru bukan karena semata dilihat sebagai peristiwa gocekan dan
bentrokan antarkaki atau benturan kepala untuk merebut bola lalu menjebloskannya ke
gawang lawan. Lebih dari itu, di balik pertarungan keduanya selalu diliputi getaran sejarah
politik perlawanan Catalunya terhadap Spanyol (Madrid) yang telah berlangsung berabad
lamanya. Tidak jarang kita menyaksikan dalam setiap el Clasico, terutama ketika berlangsung
di Camp Nou, terbentang bendera kuning bergaris merah dengan tulisan sloganistik:
Catalonia is not Spain!
Bercermin dari gambaran singkat perjalanan sejarah sepak bola dunia di atas, tidak usahlah
kita memperpanjang dramatisasi yang menguras emosi dan pikiran ini. Kita terlalu munafik
jika berkukuh memisahkan sepak bola dengan politik.
Yang mana ini sebangun dengan kepentingan politik PDI Perjuangan yang diwakili Ganjar
dan Koster yang menolak Timnas Israel. Semua sah adanya sejauh tidak dilakukan dengan
cara-cara kekerasan. Jangan-jangan kemunafikan untuk mengakui bahwa sepak bola sebagai
peristiwa politik itulah yang menghalangi kita untuk mengembangkan persepakbolaan di
negeri ini.
Oleh karenanya, kita perlu serius belajar dari negara-negara yang maju dalam sepak bola,
bukan hanya belajar tentang pengalaman, teknik permainan dan tata kelola organisasinya,
melainkan juga kejujuran pandangannya bahwa football is political.

C. PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa sepakbola bukan hanya olahraga semata yang mana di dalamnya
bermain bola dengan kedua kaki atau bahkan permainan tim yang dimainkan oleh 11 orang
saja. Akan tetapi di dalam sepakbola terdapat segala unsur baik sosial maupun budaya dari
mulai kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok bahkan kepentingan dari sebuah
negara. Oleh karena itu sepakbola dengan politik juga tidak dapat dipisahkan.

Sumber yang Dikomentari:


https://www.cnbcindonesia.com/news/20230328192827-4-425261/jokowi-jangan-
campur-adukan-urusan-olahraga-politik

Anda mungkin juga menyukai