Oleh
LATIFAH WIDYA NINGRUM
PROPOSAL TESIS
Pada
Ilmu Lingkungan
Pascasarjana Universitas Lampung
MOTTO
Assalamu’alaikum, wr.wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Tesis dengan judul
“Identifikasi Hubungan Faktor Perilaku dan Kesehatan Lingkungan terhadap
Kejadian COVID-19 Studi Kasus di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Universitas Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Lingkungan (M.Ling) pada program studi Magister Ilmu Lingkungan di
Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr.Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.,I.P.M., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Prof. Dr. .. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung;
3. Prof. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Direktur Bidang Akademik,
Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Lampung;
4. Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP. selaku Wakil Direktur Bidang Umum
Universitas Lampung;
5. Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Lampung dan selaku penguji kedua pada ujian tesis.
Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya;
6. Dr.dr. Evi Kurniawaty, M.Sc., selaku Pembimbing Utama pada ujian tesis.
Terimakasih atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik
dalam proses penyelesaian tesis ini;
7. Dr.dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas
kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian tesis ini;
8. Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., I.P.M selaku Pembimbing Tiga atas
kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian tesis ini;
9. Prof.Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes., sebagai Penguji Utama pada ujian
tesis;
10. Seluruh Dosen Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung yang telah
banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan telah mendidik penulis;
11. Bapak dan Ibu Staf administrasi Magister Ilmu Lingkungan Universitas
Lampung Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah di berikan
kepada penulis. Aamin.
Wassalam wr wb , .
Halaman
JUDUL…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
I.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1
I.2 Rumusan Masalah………………………………………………... 5
I.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 6
I.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………. 6
I.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 7
2.1 Definisi Corona Virus SARS (COVID-19……………………….. 7
2.1.1 Etiologi………….……………………………………………….. 8
2.1.2 Gejala Klinis………….………………………………………….. 9
2.1.3 Penegakan Diagnosa………….………………………………..… 9
2.1.4 Pencegahan………….………………………………………..….. 10
2.2 Perilaku………….…………………………………………….….. 11
2.2.1 Faktor Terbentuk Perilaku………….…..………………………... 12
2.3 Pengetahuan………….…………………………………………… 13
2.4 Sikap ………….…………………………………………………... 14
2.5 Kesehatan Lingkungan………….………………………………… 16
2.5.1 Definisi Kesehatan Lingkungan………….……………………… 16
2.6 Kualitas Suhu Ruangan………….………………………………... 19
2.7 Sirkulasi Udara………….………………………………………… 20
2.8 Tempat Tinggal………….………………………………………… 23
2.9 Profil Universitas Lampung………….…………………………… 24
2.10 Kerangka teori………….…………………………………………. 26
2.11 Kerangka Konsep………….……………………………………... 26
2.12 Hipotesis ………….……………………………………………… 27
III METODELOGI PENELITIAN………….…………………………. 28
3.1 Jenis Penelitian ………….……………………………………….. 28
3.2 Tempat Dan Waktu ………….…………………………………… 28
3.3 Variabel Penelitian………….………………………………….… 28
3.4 Populasi Dan Sampel ………….…………………………….…… 29
3.4.1 Populasi………….………………………………….…………… 29
3.4.2 Sampel………….………………………………….……………. 29
3.5 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi………….………………………… 29
3.5.1 Kriteria Inklusi………….………………………………….…… 29
3.5.2 Kriteria Eksklusi………….………………………………….…. 29
3.6 Besar Sampel………….………………………………….…….. 30
3.7 Definisi Operasional………….………………………………… 31
3.8 Pengumpulan Data………….………………………………….. 34
3.8.1 Alat Pengumpulan Data………….…………………………….. 34
3.8.2 Uji Validitas Dan Reabilitas………….………………………… 34
3.8.3 Prosedur Pengumpulan Data………….…………………………. 36
3.8.4 Pengolahan Data………….……………………………………... 37
3.9 Analisis Data………….…………………………………………. 38
IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 40
4.1 Hasil Penelitian………….…………………………………………. 40
4.1.1 Analisis Univariat………….……………………………………. 40
4.1.2 Analisis Bivariat………….…………………………..…………. 43
4.1.3 Analisis Multivariat………….…….……………………………. 49
4.2 Pembahasan………….…………………………………………… 50
4.2.1 Hasil uji resresi logistik variabel Usia……………………..……. 52
4.2.2 Hasil uji resresi logistik variabel Riwayat Komorbid ……..……. 54
4.2.3 Hasil uji resresi logistik variabel Pengetahuan………………..... 56
4.2.4 Hasil uji regresi logistik variabel Sikap…………………………. 57
4.2.5 Hasil uji regresi logistik variabel Sirkulasi udara……………….. 58
4.2.6 Hasil Uji regresi logistik variabel Temperature Ruangan……….. 59
4.2.7 6 Hasil Uji regresi logistik variabel Tempat Tinggal…………….. 60
Tabel Halaman
1 Definisi Operasional …………………………………………………………………... 31
2 Uji Statistik Univariat………………………………………………………………….. 38
3 Uji Statistik Bivariat……………………………………………………………………. 39
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kampus Universitas Lampung……………………………………………………….. 24
2 Gambar kerangka teori………………………………………………………………….. 26
3 Gambar kerangka konsep ……………………………………………………………… 27
I. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Sehat
dalam pengertian atau kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Sehat
diartikan keadaan seseorang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan,
dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya (Slamet, 2011).
Menurut lembaga organisasi kesehatan dunia (WHO, 2021) kesehatan adalah
keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya
bebas dari penyakit dan cacat. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya
diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktifitasnya, di mana seluruh aspek kehidupan sangat mendukung
kondisi kesehatan manusia ( Notoatmodjo, 2014).
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar baik berupa benda
hidup, benda mati, benda nyata, atau manusia lainnya. Lingkungan
merupakan komponen penting dalam mendukung kehidupan di bumi ini,
pengelolaan lingkungan perlu dikehendaki agar tetap sehat sehingga dapat
menopang kehidupan serta generasi-generasi yang akan datang. Kualitas
lingkungan dapat dipengaruhi dari manusia bagaimana dia memodifikasi dan
mengubah lingkungannya. Lingkungan terdiri dari atmosfir yaitu iklim,
temperature, udara, partikulat dll, hidrosfir yaitu air,litosfir yaitu tanah dan
sosiofir yaitu sosial (Slamet, 2011).
5
Corona virus adalah virus RNA untai positif tidak tersegmentasi tunggal,
Corona virus merupakan virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan, pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan mulai flu biasa hingga penyakit serius seperti Middle East
respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom pernafasan akut atau berat /
Severe Acute Respiratory Syinrome (SARS). Virus corona memiliki amplop
yang membentuk genom (RNA), dan virion (seluruh virus). Virus pada
umumnya dapat bertahan selama beberapa jam di permukaan yang halus. Jika
suhu dan kelembapan memunginkan, mereka dapat bertahan selama beberapa
hari. Coronavirus (COVID-19) sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas.
Panas yang berkelanjutan pada 1150C selama 20 menit, eter, alkohol 75%,
disinfektan yang mengadung klorin, dan pelarut lipid lainnya yang dapat
secara efektif menonaktifkan virus (Daud et al., 2020).
II.1.1 Etiologi
II.1.3Penegakan Diagnosa
II.1.4 Pencegahan
II.2 Perilaku
a. Perilaku pasif atau reaksi internal timbul pada individu serta tidak bias
dilihat nyata bagi orang lain. (Tidak melakukan tindakan: berpikir
berdebat, berperilaku) mengacu pada mereka yang punya pikiran positif
yang mendorong hidup sehat tetapi tidak benar-benar menerapkannya.
b. Perilaku positif adalah seseorang sebenarnya bisa melihat (melakukan
tindakan) informasi, seperti: orang yang tahu bahwa menjaga kebersihan
itu penting untuk kesehatannya juga bermanfaat.
2.3 Pengetahuan
2.4 Sikap
Sikap adalah cerminan pertama yang terlihat dari seorang manusia ketika
bertingkah laku. Sikap merupakan suatu adopsi dari gelaja di dalam diri
masyarakat yang memiliki dimensi afektif yang merupakan kecenderungan
untuk dapat mereaksi atau melakukan respon melalui cara yang relatif
terhadap objek barang dan manusia baik secara baik maupun tidak baik
(Kurniawan, 2018). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 2014).
16
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar baik berupa benda
hidup, benda mati, benda nyata, atau manusia lainnya. Lingkungan
merupakan komponen penting dalam mendukung kehidupan di bumi ini,
pengelolaan lingkungan perlu dikehendaki agar tetap sehat sehingga
secara berlanjut dapat menopang kehidupan serta generasi-generasi yang
akan datang. Kualitas lingkungan dapat dipengaruhi dari manusia
bagaimana dia memodifikasi dan mengubah lingkungannya. Lingkungan
tidak mengenal batas yang jelas semua elemen mempunyai fungsi
ekologis masing-masing, saling berinteraksi, dan saaling ketergantungan,
sehingga suatu wilayah itu mempunyai daya dukung. Pengetahuan
tentang hubungan antar jenis lingkungan sangat penting untuk
menanggulangi permasalahan yang terjadi dilingkungan (Slamet, 2011).
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Sehat dalam pengertian atau kondisi mempunyai batasan yang berbeda-
beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang dalam kondisi
tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari,
dan sebagainya (Slamet, 2011). Menurut lembaga organisasi kesehatan
dunia (WHO, 2021) kesehatan adalah keadaan yang sempurna baik fisik,
mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Hal
ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktifitasnya, di mana
seluruh aspek kehidupan sangat mendukung kondisi kesehatan manusia
(Notoatmodjo, 2014).
Efisiensi ventilasi memiliki dua prinsip utama untuk solusi ventilasi ruangan
yaitu mixing ventilation dan displacement ventilation. Pada dasarnya,
displacement ventilation adalah bentuk ventilasi yang lebih efisien. Artinya
22
dengan jumlah yang sama pencemar udara dihilangkan dengan lebih efisien,
sehingga konsentrasinya di dalam ruangan lebih rendah (Loomans et al.,
2020). Studi terbaru menunjukkan bahwa transmisi aerosol yang
dikombinasikan dengan kondisi ventilasi yang buruk dapat menyebabkan
penularan SARS-CoV-2. Mengingat data yang tersedia hingga saat ini, para
ilmuwan secara tegas memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh
transmisi aerosol dengan SARS-CoV-2. Tindakan yang mungkin dilakukan
untuk menahan transmisi aerosol di dalam ruangan adalah tindakan ventilasi
yang mengahasilkan nilai tukar udara luar ruangan yang tinggi, sirkulasi
udara yang rendah dan pembuangan udara agar dapat bernapas dengan cepat.
Untuk mengukur efektivitas langkah-langkah ini dengan lebih tepat, efek
ventilasi pada kontaminasi udara dalam ruangan dengan virus harus diselidiki
secara lebih rinci (Miller et al., 2020).
Efek ventilasi udara luar ruangan pada konsentrasi virus di udara Mixing
ventilation mengurangi konsentrasi yang sangat tinggi di dekat sumber ke
tingkat konstan didalam ruangan dari jarak sekitar 1,5 m dari sumber.
Pengurangan konsentrasi virus dengan ventilasi yang efektif memungkinkan
untuk mengontrol pemaparan, yaitu dosis yang terkait erat dengan
kemungkinan infeksi dan tergantung pada kecepatan pernapasan, konsentrasi
dan waktu (Kurnitski, 2020).
Sistem ventilasi yang ada, biasanya tidak mungkin meningkatkan kipas secara
signifikan, sehingga system dapat memberikan kinerja yang sesuai dengan
ukurannya (Kurnitski, 2020). Jika emisi dan penyebaran virusdi udara
dianggap penting, ada beberapa rancangan dan ukuran operasional yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui udara
diruang tertutup bangunan yaitu (Kurnitski, 2020):
1. Tingkat ventilasi harus ditingkatkan sesuai dengan kenyamanan dan
masalah energi.
2. Udara dalam ruangan dan udara yang diektraksi tidak boleh disirkulasi
ulang.
23
Salah satu penelitian menunjukkan peran ventilasi di dalam bus yang sedang
dalam perjalanan menuju ke kuil, kasus ini terjadi di Tiongkok. Salah satu
penumpang bussebelumnya telah mengunjungi Wuhan telah menunjukkan
gejala sebelum kejadian.Tingkat serangan wabah tertinggi di antara mereka
terjadi pada bus yang berbagi perjalanan dengan pasien (23 dari 67
penumpang; 34%). Penumpang yang duduk lebih dekat dengan pasien secara
statistik memiliki risiko lebih tinggi dari pada mereka yang duduk lebih jauh.
Namun, semua penumpang yang duduk di dekat jendela tetap sehat, kecuali
penumpang yang duduk di sebelah pasien. Ini mendukung hipotesis bahwa
aliran udara di sepanjang bus memfasilitasi penyebaran virus. Sebaliknya, ada
tujuh kasus Covid-19 di antara 172 orang lainnya yang menghadiri kuil
memiliki kontak dengan pasien (Shen et al., 2020).
Definisi tempat tinggal adalah tempat seseorang harus dianggap selalu hadir
dalam hubungannya dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban.
Banyaknya jumlah penduduk dalam suatu daerah merupakan sebagai dasar
kebijakan pemerataan penduduk pada program transmigrasi. Kepadatan
penduduk kasar atau crude population density (CPD) menggambarkan jumlah
penduduk buat setiap kilometer persegi luas wilayah. Luas daerah yg
dimaksud ialah luas seluruh daratan pada suatu wilayah administrasi.
Agent, host dan factor lingkungan saling berhubungan dalam berbagai cara
yang rumit untuk menghasilkan penyakit. Epidemiologic triangel biasa
digunakan untuk menganalisis terjadinya infeksi (Pandhita, 2021).
Berdasarkan hal tersebut kerangka teori di deskripsikan pada Gambar 2.
AGENT
Virus SARS-COV 2
Kejadian
Covid-19
HOST ENVIRONMENT
Faktor perilaku : Faktor lingkungan :
- Usia - Sirkulasi udara
- Jenis kelamin - Suhu ruangan
- Pendidikan - Tempat tinggal
- Kondisi kesehatan
- Penyakit komorbid
- Pengetahuan
- Sikap
Usia
28
Jenis Kelamin
Pendidikan
Kondisi Kesehatan
Kejadian COVID - 19
Penyakit Komorbid
Pengetahuan
Sikap
Sirkulasi udara
Suhu ruangan
Tempat tinggal
Gambar 3. Kerangka Konsep
2.12 Hipotesis
III.4.2 Sampel
Sampel ialah sebagian yang didapat dari seluruh obyek yang diteliti serta
dirasa dapat mewakili populasi (Notoadmodjo, 2014). Sampel dalam riset
ini ialah separuh dari populasi civitas akademik dan non akademik
Universitas Lampung pada saat penelitian berlangsung yang memiliki
kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Purposive Sampling (Sugiyono, 2013) adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu yang dilakukan ialah kepada responden yang sudah memiliki
kriteria dalam penelitian, dengan memfokuskan pada teknik pengambilan
sampel pada tingkat elemen populasi. Populasi sebanyak 400 civitas
akademik dan non akademik yang terkonfirmasi Covid-19 dan tidak
terkonfirmasi pada tahun 2022 melalui rapid antigen test, dipilih sampel
sebanyak 186 responden menggunakan cara perhitungan dengan rumus
Isaac dan Michael.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai
berikut :
31
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak sapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Kriteria ekslusi sampel dalam
penelitian yaitu :
1. Tidak menyelesaikan prosedur penelitian
3. Pengetahuan Kemampuan responden dalam memahami Responden mengisi 0. Baik jika skor Ordinal
COVID-19 kuisioner pengetahuan yang didapatkan
> t mean 27-36
1. Kurang baik
jika skor yang
didapatkan < t
mean 9-26
(Azwar,2019)
4. Sikap Sikap responden terhadap pencegahan dan Responden mengisi 0. Baik jika skor Ordinal
penularan COVID-19 kuisioner tentang sikap yang didapatkan
34
Uji reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Pertanyaan
dikatakan realiabel bila jawaban seseorang terhadap pertanyaan tersebut
konsistensi atau stabil dari waktu ke waktu (Nursalam, 2014). Metode uji
reliabilitas ini adalah metode Coronbach’s Alpha.0-1. Nilai 0.800-1,00
menunjukan reliabilitas yang tinggi, nilai 0,600-0,800 reabilitas yang
cukup dan dapat diterima nilai 0,400-0,600 menunjukan reabilitas agak
rendah, nilai 0,200-0,400 reabilitas rendah dan nilai 0,000-0,200
merupakan reabilitas yang sangat rendah. Hasil uji reabilitas intrumen
yang digunakan di dalam penelitian ini dilakukan pada penelitian
sebelumnya (Arikunto, 2013).
Tabel 3. Uji reabilitas kuisioner pada pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
kejadian COVID-19.
Coronbach’s Alpha N (jumlah pertanyaan)
0,984 25
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari
kuisioner yang diisi oleh responden secara offline, langkah-langkah yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mempersiapkan kuisioner yang aka digunakan sebagai tempat
pengisian kuisioner bagi responden untuk menjamin privasi selama
proses pengambilan data
b. Peneliti mendatangi kampus Universitas Lampung lalu
mengidentifikasi calon responden sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah di tetapkan
38
Setelah pengumpulan data lalu data diolah menjadi suatu informasi yang
menjawab pertanyaan penelitian. Ada 4 tahap pengolahan data yakni
editing, coding,processing dan cleaning ( Hidayat, 2011) :
1. Editing
Editing ialah Usaha mengecek lagi keakuratan bukti yang didapatkan
atau dikumpulkan dengan melakukan pengecekan kembali isi kuesioner
apakah jawaban yang Kuesionernya jelas, lengkap, konsisten, serta
releven.
2. Coding
Coding ialah pemberian kode angka pada bukti yang terdapat dari
beberapa kategori. Manfaat coding ialah sebagai permudah analisis
bukti serta mempercepat ketika bukti di entry.
3. Processing (entry data)
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Riwayat komorbid N %
Diabetes Melistus
Diabetes 25 12,4
Lain 161 86,6
Jantung
Jantung 3 1,6
Lain 183 98,4
Asma
Asma 3 1,6
Lain 183 98,4
Hipertensi
Hipertensi 18 9,7
Lain 168 90,3
Autoimun
Autoimun 2 1,1
Lain 184 98,9
DM hipertensi
DM hipertensi 7 3,8
Lain 179 96,2
Sirkulasi udara N %
Baik 114 61,3
Kurang Baik 72 39,7
Analisis bivariat pada riset ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) Analisis bivariat pada
riset ini menggunakan uji Chi-square.
Tabel 12. Hubungan Usia terhadap Kejadian Covid 19
USIA KEJADIAN COVID 19 TOTAL P VALUE
NEGATIF POSITIF
N % N % N %
< 35 50 26,88 37 19,92 87 46,80 0,021
>35 39 20,96 60 32,24 99 53,20
JUMLAH 89 47,85 97 52,15 186 100
usia dan kejadian COVID-19 pada rentan usia < 35 tahun didapatkan 37 (19,92%)
responden positif COVID-19 dan 50 (26,88%) responden negatif, rentan usia > 35
tahun didapatkan 60 (32,24%) responden positif COVID-19 dan 39 (20,96%)
responden negatif COVID-19 dengan pemeriksaan menggunakan antigen rapid
test. Hasil uji chi square antara usia dengan kejadian COVID-19 diperoleh nilai
p-value = 0,021 yaitu lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat hubungan antara usia
terhadap kejadian COVID-19 dikarenakan rentang usia dapat bersiko terhadap
kejadian COVID-19.
Berdasarkan data (Tabel 16) menunjukan bahwa terdapat beberapa komorbid yang
memiliki hubungan terhadap kejadian COVID-19, pengujian yang dilakukan
menggunakan uji chi-square dan didapatkan dua hasil yang memiliki nilai p-
value < 0,00 yaitu pada riwayat komorbid diabetes dengan nilai p-value = 0,00
dan riwayat komorbid hipertensi dengan p-value 0,041. Hal tersebut menunjukan
adanya hubungan komorbid hipertensi dan diabetes terhadap kejadian COVID-19.
Berdasarkan data (Tabel 17) menunjukan bahwa hasil uji chi-square tingkat
pengetahuan terhadap kejadian COVID-19 didapatkan nilai p value yaitu 0,000
serta hasil positif COVID-19 pada tingkat pengetahuan baik yaitu 20 (10,75%)
dan didapatkan hasil positif COVID-19 dengan tingkat pengetahuan kurang baik
yaitu 77 (41,40%) responden. Pengetahuan baik didapatkan hasil negatif COVID-
19 yaitu 67 (36,02%) responden dan pengetahuan kurang baik didapatkan hasil
negatif COVID-19 22 (11,83%) responden.
Berdasarkan data (Tabel 18) menunjukan bahwa hasil uji chi-square sikap
terhadap kejadian COVID-19 didapatkan nilai p value yaitu 0,000 serta
didapatkan hasil positif COVID-19 pada sikap baik yaitu 8 (4,30%) responden
dan didapatkan hasil positif COVID-19 dengan sikap kurang baik yaitu 89
(47,85%) responden, hasil negatif COVID-19 sikap baik dapatkan yaitu 57
(30,64%) responden dan sikap kurang baik didapatkan 32 (17,21%) responden.
Tabel 19. Hubungan sirkulasi udara terhadap kejadian COVID-19
Sirkulasi udara KEJADIAN COVID 19 TOTAL
NEGATIF POSITIF P VALUE
N % N % N %
Baik 65 34,95 48 25,81 114 59,76
0,003
Kurang baik 24 12,90 49 26,34 72 39,24
JUMLAH 89 47,85 97 52,15 186 100
Berdasarkan data (Tabel 19) menunjukan bahwa hasil uji chi-square sirkulasi
udara terhadap kejadian COVID-19 didapatkan nilai p value yaitu 0,003 serta
didapatkan hasil positif COVID-19 pada sirkulasi udara yang baik yaitu 48
(25,81%) responden dan didapatkan hasil positif COVID-19 dengan sirkulasi
udara kurang baik yaitu 49 (26,34%) responden, hasil negatif COVID-19 sirkulasi
udara baik dapatkan yaitu 65 (34,95%) responden dan sirkulasi udara kurang baik
didapatkan 24 (12,90%) responden.
Berdasarkan data (tabel 20) menunjukan bahwa hasil uji chi-square temperature
ruangan terhadap kejadian COVID-19 terhadap kejadian COVID-19 didapatkan
nilai p value yaitu 0,000 serta didapatkan hasil positif COVID-19 pada
temperature ruangan yang memenuhi yaitu 26 (13,98%) responden dan
didapatkan hasil positif COVID-19 pada temperature ruangan yang tidak
memenuhi yaitu 71 (38,17%) responden, hasil negatif COVID-19 temperatur
ruangan yang memenuhi dapatkan yaitu 54 (29,03%) responden dan temperature
ruangan tidak memenuhi didapatkan 35 (18,82%) responden.
Lower Upper
Usia 1,025 3,867 ,049 2,787 1,003 7,738
Diabetes 3,370 7,054 ,008 29,069 2,418 349,417
Hipertensi 1,908 3,976 ,046 6,743 1,033 44,001
Pengetahuan 1,477 5,448 ,020 4,379 1,267 15,133
Sikap 3,175 14,530 ,000 23,919 4,675 122,367
Sirkulasi udara -1,361 4,868 ,027 ,256 ,076 ,859
Temperature
-1,413 6,499 ,011 ,244 ,082 ,721
ruangan
Tempat tinggal 1,009 4,240 ,039 2,742 1,050 7,163
Hasil analisis usia didapatkan nilai OR 2,787 dan nilai B = 1,025 (bentuk
positif) dengan nilai sig 0,049. Usia merupakan salah satu karateristik dari
responden, berdasarkan hasil uji regresi logistic diatas dapat diartikan
bahwa usia memiliki pengaruh terhadap kejadian COVID-19. Usia
merupakan salah satu faktor internal yang berkontribusi terhadap
timbulnya kepatuhan dalam prokokoler COVID-19. Usia lebih dari 35
tahun merupakan usia yang produktif dan kejadian COVID-19 pada usia
tersebut lebih banyak terjadi.
4.2 Pembahasan
4.2.1. Hasil Uji Regresi Logistik Biner Variabel Usia terhadap Kejadian
COVID-19
Berdasarkan tabel 24. Usia merupakan unsur yang berpengaruh terhadap kejadian
COVID-19 hal tersebut dilihat nilai p value 0,39 atau < 0,05 rentang usia lebih
dari 35 tahun memiliki tingkat resiko penularan yang signifikan. Nilai OR pada
usia didapatkan 2,057 artinya bahwa seseorang yang rentang usia > 35 tahun
memiliki resiko akan mengalami kajadian COVID-19 sebanyak 2.057 kali lebih
besar di bandingkan dengan seseorang yang usianya < 35 tahun. Sesuai dengan
data yang ditemukan yaitu sebanyak 60 orang atau 32,24% dengan rentang usia
lebih dari 35 tahun dinyatakan positif, hal tersebut menunjukan bahwa rentang
usia > 35 tahun merupakan usia yang produktif dan banyak melakukan kegiatan di
luar rumah untuk beraktifitas seperti bekerja. Usia merupakan salah satu faktor
internal yang berkontribusi terhadap timbulnya kepatuhan dalam prokokoler
covid-19. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin mampu
menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana dalam mengambil keputusan,
mampu berpikir rasional. Faktor umur erat kaitannya dengan covid-19 karena
orang yang lanjut usia adanya proses degeneratif anatomi dan fisiologi tubuh
sehingga rentan terhadap penyakit, imunitas yang menurun, ditambah seseorang
yang mengidap penyakit penyerta akan menyebabkan kondisi tubuhnya lemah
sehingga mudah terinfeksi covid-19 (Rosyanti & Hadi, 2020). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Covino et al., 2020 tentang Karakteristik
klinis dan faktor prognostik pada pasien COVID-19 usia dimana kelemahan
terkait usia dan penurunan kekebalan mungkin menjadi penyebab utama kematian
akibat COVID-19. Orang berusia > 40 tahun meskipun terdapat persentase yang
lebih tinggi dari pasien dengan beberapa komorbiditas, usia yang lebih tua dengan
jenis kelamin laki-laki adalah salah satu faktor yang terkait dengan kemungkinan
kematian yang lebih tinggi. Khususnya, komorbiditas yang sering terjadi, seperti
hipertensi dan diabetes tidak secara independen terkait dengan kematian pada
pasien lanjut usia di atas 80 tahun, seperti yang dicatat dalam penelitian
sebelumnya dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Selain itu Sirota et al.,
(2021) menunjukkan bahwa usia secara signifikan terkait dengan pengambilan
risiko virus COVID-19 dengan orang dewasa yang lebih muda mengambil lebih
banyak risiko, dan ini sebagian dimediasi oleh angka yang lebih tinggi, tetapi
bukan risiko objektif atau sikap berisiko. Analisis eksplorasi menunjukkan bahwa
persepsi risiko untuk diri sendiri dan orang lain sebagian memediasi perbedaan
usia dalam pengambilan risiko virus corona. Starke et al.,(2021) dalam risetnya
mengatakan bahwa usia merupakan salah satu kualisifikasi penyebab terjadinya
keparahan penyakit COVID-19, selain usia kondisi kesehatan seseorang
merupakan komponen pendukung terjadinya penularan COVID-19. Sejalan
dengan CDC (2021) yang menyebutkan kondisi medis tertentu meningkatkan
resiko COVID-19. Usia lebih dari 35 tahun merupakan usia yang produktif
dimana kejadian COVID-19 pada usia tersebut lebih mendominasi dibandingkan
dengan rentang usia kurang dari 35 tahun. Orang dewasa aktif bekerja dan terlibat
dalam banyak kegiatan sehari-hari. Akibatnya meraka rentan tertular virus
COVID-19 apabila mereka tidak menjaga kondisi kesehatannya.
Riwayat penyakit penyerta tertinggi dalam riset ini yaitu hipertensi dan diabetes,
berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai sig/ p value 0,008 < 0,05 pada
riwayat komorbid diabetes artinya riwayat penyakit penyerta diabetes memiliki
tingkat resiko yang signifikan terhadap kejadian COVID-19. Didapatkan nilai OR
yaitu 29,069 dimana orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta diabetes
memiliki peluang sebanyak 29.069 kali lebih besar dibandingkan dengan
seseorang yang tidak memiliki riwayat penyakit komorbid diabetes, hal tersebut
sejalan dengan data yang ditemukan yaitu sebanyak 23 atau 12,37% kasus positif
dengan riwayat penyerta diabetes. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan
daya tahan tubuh melemah. Diabetes juga berhubungan dengan seluruh organ
tubuh dimana tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak kinerja organ
tubuh. Diabetes juga memudahkan stroke, penyakit jantung, ginjal, dan mata
Infeksi Covid-19 bakal mempercepat kerusakan organ pada penderita diabetes.
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak
ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin
(Rifiana et al.,2020). Fenomena ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Singh et al., (2020) pasien diabetes telah meningkatkan angka morbiditas dan
mortilitas yang dikaitkan dengan lebih banyak rawat inap. Diabetes merupakan
penyakit terganggunya hormon insulin pada seseorang sehingga menyebabkan
kadar gula dalam darah menjadi lebih tinggi dari normal, selain itu diabetes dapat
memberikan penurunan pada pada sistem kekebalan tubuh, pasien riwayat
penyerta diabetes memiliki resiko 2 kali lebih besar terinfeksi COVID-19
(Rashadi et al., 2020). Roncon et al., 2020 mengatakan bahwa kontrol glikemik
yang buruk akan menyebabkan tingkat keparahan pada penderita COVID-19.
Riwayat penyerta yang berpengaruh signifikan selanjutnya yaitu Penyerta
hipertensi pada riset ini dengan nilai sig atau p value 0,046 artinya memiliki
tingkat resiko yang signifikan terhadap kejadian COVID-19. Didapatkan nilai OR
yaitu 6,743 dimana orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta hipertensi
memiliki peluang sebanyak 6.743 kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang
yang tidak memiliki riwayat penyakit komorbid hipertensi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah atas normal. Volume darah meningkat dan saluran
darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk
menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam tubuh. Seseorang dengan
masalah jantung dan pembuluh darah disebut memiliki daya tahan tubuh yang rendah
sehingga infeksi virus bisa lebih mematikan. Sebaliknya, infeksi pada saluran pernapasan
juga menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah jadi lebih berat karena suplai
oksigen berkurang (Rifiana et al.,2020). Hal ini serupa dengan laporan sebelumnya
di China dan Inggris pada penelitian yang dilakukan oleh Wu et al.,(2021) dimana
hipertensi lebih mendominasi dibandingkan dengan diabetes. Pasien dengan
Riwayat penyerta hipertensi memiliki resiko kematian dua kali lebih tinggi karena
studi mengatakan bahwa hipertensi dapat memperburuk kondisi pasien yang
terinfeksi COVID-19, virus ini mengikat Enzim pengubah angiotensin (ACE2),
suatu enzim yang menempel pada permukaan luar bagian organ dalam tubuh
(Huang et al., 2020). Hal ini serupa dengan riset yang dilakukan pada faskes
tingkat pertama Universitas Lampung dimana Riwayat komorbid diabetes dan
hipertensi merupakan riwayat penyakit penyerta yang mendominasi terhadap
kejadian COVID-19. Penderita penyakit penyerta harus menerapkan pencegahan
yang diperlukan untuk menghindari infeksi SARS-CoV2 atau COVID-19 karena
mereka memiliki prognosis yang kurang baik. Tindakan yang harus dilakukan
yaitu seperti rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan
desinfektan untuk membersihkan tangan, membatasi kontak dari orang ke orang
serta memperhatikan jarak sosial, menggunakan masker wajah, selain itu juga
diperlukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran kesehatan untuk
mengurangi beban penularan terhadap orang yang memiliki riwayat penyakit
penyerta.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhong et al., (2020) tentang
pengetahuan sikap dan praktik terhadap COVID-19 dengan nilai uji regresi
logistik P 0,001 artinya bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi secara signifikan
berkaitan dengan angka negatif pada kejadian COVID-19. Sikap positif serta
perilaku proaktif dalam menghadapi wabah COVID-19 dapat mempengaruhi
seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang COVID-19 (Peng et al.,2020).
Berdasarkan artikel yang buat oleh Pertiwy et al., (2022) dimana ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku pencegahan infeksi COVID-19 tetapi pengetahuan
bukan faktor risiko yang mempengaruhi perilaku pencegahan infeksi COVID-19.
Pengetahuan tentang penyakit COVID-19 merupakan salah satu unsur penting
dalam membentuk perilaku seseorang untuk membantu mengurangi dan
mencegah risiko terjadinya penyebaran COVID-19. Penting bagi tenaga civitas
akademik dan non akademik untuk diberikan pemahaman tentang pengetahuan
dasar COVID-19 (Waryani et al., 2020). Seseorang yang memahami pengetahuan
tentang COVID-19, maka diharapkan mampu menentukan bagaimana dirinya
harus berperilaku untuk menghadapi pademi COVID-19. Semakin baik
pengetahuan seseorang tentang COVID-19 diharapkan semakin baik pula orang
tersebut untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan dalam
menghadapi wabah COVID-19.
4.2.4. Hasil Uji Regresi Logistik Biner Variabel Sikap terhadap Kejadian
COVID-19
Pada penelitian yang saya lakukan ini pengetahuan dan sikap memiliki hubungan
yang signifikan dengan kejadian COVID-19 yang terjadi di fasilitas kesehatan
tingkat pertama Universitas Lampung. Berdasarkan Theory of reasoned action
yang menempatkan sikap pada posisi sentral dalam kaitannya dengan tindakan
manusia. Sikap manusia salah satu komponen yang utama bagi perilaku atau
tindakan sehari-hari selain faktor lain seperti lingkungan serta keyakinan
seseorang. Sikap dan pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam perilaku
terutama dalam melakukan pencegahan penyakit, seseorang dapat mencegah suatu
penyakit ketika melakukan tindakan upaya pencegahan. Sikap juga dipengaruhi
oleh pengetahuan yang baik tentang pencegahan COVID-19.
4.2.5. Hasil Uji Regresi Logistik Biner Variabel Sirkulasi Udara terhadap
Kejadian COVID-19
4.2.7. Hasil Uji Regresi Logistik Biner Variabel Tempat Tinggal terhadap
Kejadian COVID-19
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahn D.G, Shin HJ, Kim MH, Lee S, Kim HS. 2020. Current status of
Epidemiology, Diagnosis, Therapeutics, and Vaccines for Novel
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Journal of Microbiology and
Biotechnology. 30 (3):314-324.
Ali, A., Tambunan, M.P., dan Tambunan, R.P. 2021.Kajian meteorologi transmisi
COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca ; 22(1): 1-8.
Al-Ashwal FY, Kubas M, Zawiah M, Bitar An. 2020. Healthcare Workers’
Knowledge, Preparedness, Counseling Practices, and Perceived Barriers
To Confront COVID-19: A Cross- Sectional Study From a war-torn
Country, Yemen. Journal of Plos One. 15 (12):1-16.
Alsoghair M, Almazyad M, Alburaykan T, Alsultan A. 2020 Lung Ultrasound
May Support Diagnosis and Monitoring Of COVID-19 Pneumonia.
Journal Of Medical and Biology. 46 (11) 8-17.
Azlan, A. A., Hamzah, M. R., Sern, T. J., Ayub, S. H., & Mohamad, E. (2020).
Public knowledge, attitudes and practices towards COVID-19: A
crosssectional study in Malaysia. PLOS ONE.
Azhari Achmad R, Agustin Kusumayati. 2021. Studi Faktor Iklim dan Kasus
Covid-19. HIGEA Journal of Public Health Research and Development.
HIGEA 5 (3) : 365-375.
Azuma K, Yanagi U, Kagi N, Kim H, Ogata M, Hayashi M. Environmental
factors involved in SARS-CoV-2 transmission: effect and role of indoor
environmental quality in the strategy for COVID-19 infection control.
2020. Environ Health Prev Med. Nov 3;25(1):66. doi: 10.1186/s12199-
020-00904-2. PMID: 33143660; PMCID: PMC7607900.
Baig M, Jameel T, Alzahrani SH, Mirza AA, Gazzaz ZJ. 2020. Predictors Of
Misconceptions, Knowledge, Attitudes, and Practices of COVID-19
Pandemic Among a Sampel of Saudi Population. Journal of Plos One. 15
(12):1-13.
Covino, M., De Matteis, G., Santoro, M., Sabia, L., Simeoni, B., Candelli, M.,
Ojetti, V., & Franceschi, F. (2020). Clinical characteristics and prognostic
factors in COVID-19 patients aged ≥80 years. Geriatrics and Gerontology
International, 20(7), 704–708. https://doi.org/10.1111/ggi.13960
Daud A, Syam A, Arsin A, dan Hanafiah S.S. 2020. Penangan Coronavirus
(COVID-19) Ditinjau dari Prespektif Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Dewi, E. 2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam
Pencegahan Penularan Covid-19. Jurnal Keperawatan, 9(2), 21- 25.
Dobricic, S., Pisoni, E., Pozzoli, L., Dingenen, R. V., Lettieri, T., Wilson, J., &
Vignati, E. 2020. Do Environmental Factors Such As Weather Conditions
and Air Pollution Influence Covid-19 Outbreaks. Publication of JRC
European Commision; 1-41.
ECDC. 2020. Heating, Ventilation and Air-conditioning Systems in the Context
of Covid-19: First Update. 1-19.
Fahmi, Jauhar. 2021. Profil Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Akfara Yannas
Husada Bangkalan Terhadap Covid-19. Indonesian Journal
Pharmaceutical and Herbal Medicine. 1(1):39–43.
Gunthe S.S, Swain B, Patra S.S, Amte A. 2020. On the global trends and spread
of the COVID-19 outbreak: preliminary assessment of the potential
relation between location-specific temperature and UV index. Journal of
Public Health: From Theory to Practice. 30 (1): 219–228. 1-10.
Iderus, N. H., Lakha Singh, S. S., Mohd Ghazali, S., Yoon Ling, C., Cia Vei, T.,
Md Zamri, A. S. S., Ahmad Jaafar, N., Ruslan, Q., Ahmad Jaghfar, N. H., &
Gill, B. S. (2022). Correlation between Population Density and COVID-19
Cases during the Third Wave in Malaysia: Effect of the Delta Variant.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(12).
https://doi.org/10.3390/ijerph19127439
Waryani, R., Muhammad Zaini, F., Dian Pratiwi, S., Ival Tawakal, M. & Putri, A.
2020. Menanamkan Pengetahuan Tentang COVID-19 Melalui Bimbingan
Belajar di Rumah Bagis Siswa Sekolah Dasar. Universitas Negeri
Semarang, 7(1): 1–7. http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012.03.001.
World Health Organization. 2022. The Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Situation Report. World Heart Organization.
https://covid19.who.int/table
Wong DWS, Li Y.2020. Spreading of COVID-19: Density matters. PLoS One.
Dec 23;15(12). doi: 10.1371/journal.pone.0242398. PMID: 33362283;
PMCID: PMC7757878.
Wu Y, Leliveld M. C, Zhou, X. 2011. Social distance modulates recipient’s
fairness consideration in the dictator game: An ERP study. Biological
Psychology, 88(2–3), 253– 262.
Ye Shen, Changwei Li, Hongjun D, Wang Z, Martinez L, Sun Z, Handel A, Chen
Z, Chen E, Ebell M, Wang F, Yi Bo, Wang H, Wang X, Wang A, Chen
B, Qi Y, Liang L, Li Y, Ling F, Chen J, Xu G. 2020. Community
Outbreak Investigation of SARS-CoV-2 Transmission Among Bus
Riders in Eastern China. Journal Of JAMA Internal Medicine.
180(12):1665-1671
Zhou P, Yang X.L, Wang X.G, Hu B, Zhang L, Zhang W, Si H R, Zhu Y, Li B,
Huang C. L, Chen H D, Chen J, Luo Y, Guo H, Jiang R.D, Liu M.Q,
Chen Y, Shen X.R, Wang X, Zheng X.S, Zhao K, Chen Q.J, Deng F, Liu
L.L, Yan B, Zhan F. X, Wang Y.Y, Xiao G.F, and Shi Z. L. 2020. A
pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat
origin. Nature. Springer US, 579(7798), pp. 270-273. doi:
10.1038/s41586-020- 2012-7.
Zhong, B., Luo, W., Li, H., Zhang, Q., Liu, X., Li, W., & Li, Y. (2020).
Knowledge , attitudes , and practices towards COVID-19 among Chinese
residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak : a quick
online cross-sectional survey. 16. https://doi.org/10.7150/ijbs.45221