Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ellena

NIM : 1910128220004

Kelas : A1

Bentuk Kesenjangan Sosial di Masyarakat

Oleh Ellena

Artikel ini termasuk ke dalam bentuk kesenjangan antara desa dan kota, kesenjangan
sosial antara desa di pedalaman dan permukiman, atau kesenjangan sosial antara dua suku.
Judul artikel yang dibahas: Pengaruh Digitalisasi Terhadap Kesenjangan Sosial Suku Baduy
oleh Shafa Ramadhani Shabina Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut
Teknologi Purwokerto. Disimpulkan secara analitis oleh Ellena Mahasiswa Jurusan Pendidikan
IPS Banjarmasin.
Penulis menulis mengenai suku baduy di pedalaman Lebak Banten atau lebih tepatnya
Kecamatan Ciboleger Desa Kanekes, suku ini masih erat dengan norma-norma sosial. Adapun
masalah yang dibahas mengenai kesenjangan sosial diantara suku baduy dalam dan suku baduy
luar. Dimana kawasan suku baduy dalam berada di pedalaman yang jauh dari permukiman
sedangkan baduy luar memiliki akses pintu masuk langsung dari Ciboleger dan merupakan
destinasi wisata budaya yang mudah dijangkau.

Perbedaan kedua suku ini diakibatkan dari arus globalisasi, dimana suku baduy luar
terkontaminasi oleh perkembangan teknologi sehingga mengubah tatanan sosial dan norma
yang ada pada suku baduy luar. Berbeda dengan suku baduy dalam melarang masuknya budaya
modern dan perkembangan teknologi karena dianggap akan mengacaukan tatanan budaya nenek
moyang yang ada. Oleh karena itu, sanksi berupa pengeluaran dari suku baduy dalam yang juga
menyebabkan terbentuknya kawasan Baduy Luar.
Kesenjangan terjadi ketika suku baduy luar sudah akrab dengan teknologi pada media
dan platform digital sebagai sumber pendapatan sehingga mereka dapat dengan mudah
menawarkan kain tenun khas baduy. Karenanya banyak generasi muda dari suku baduy keluar
dari desa untuk memutuskan hidup modern. Selain itu, tidak terlepas juga dari destinasi wisata
suku baduy yang ramai pengunjung dari luar sehingga memungkinkan teknologi mudah masuk
dari adanya masyarakat suku baduy berinteraksi dengan pengunjung.
Kesenjangan antara baduy luar dan dalam dapat dilihat dari visualisasi pakaian mereka,
baduy luar terlihat dengan pakaian berwarna gelap sedangkan baduy dalam lebih terang.

1
Kesenjangan sosial dapat dilihat dari kedua suku ini sehingga kita dapat mengetahui bahwa
budaya tidak hanya selalu sama, selalu tetap, dan pastinya seiring dengan perubahan secara
kecil terlebih dahulu sehingga ketika perubahan itu besar baru terlihat karena perkembangannya
secara perlahan.
Kesenjangan sosial ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya perbedaan sumber daya
alam. Tingkat ekonomi masyarakat suku baduy luar dapat meningkat apabila dapat dikelola
dengan cara yang tepat seperti halnya kain tenun akan mudah dikenali melalui sosial media dan
masyarakatnya terbuka untuk bekerja sama dengan pemerintah dan badan usaha lainnya.
Keterampilan sosial yang dimiliki suku baduy ini dapat dilihat dari kerja sama.

Faktor lainnya dari kebijakan pemerintah kesenjangan di bidang program transmigrasi.


Dimana masyarakat pendatang akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan masyarakat
asli daerah tersebut. Sehingga berpeluang lebih besar untuk perekonomian masyarakat baduy
luar dibanding masyarakat baduy dalam. Begitupun pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi
dalam kemajuan ekonomi dapat dilihat dari masyarakat baduy dalam yang tidak mudah
beradaptasi dengan globalisasi sehingga tidak mendapatkan apa yang suku baduy luar dapatkan.

Kesenjangan sosial dapat berdampak buruk pada masyarakat seperti pengangguran dan
kemiskinan. Sehingga perlunya adaptasi dari masyarakat mengenai teknologi dan jika
masyarakat khawatir akan norma atau aturan yang berlaku bisa memudar maka diperlukannya
pembatasan penggunaan teknologi. Kesenjangan sosial bisa berdampak buruk pada
keterampilan sosial, artinya kurangnya keterampilan yang dimiliki seperti keterampilan kerja
sama dan komunikasi membuat masyarakat tidak dapat beradaptasi dengan arus globalisasi.

2
Referensi Artikel

https://kumparan.com/shafa-ramadhani-sabina/pengaruh-digitalisasi-terhadap-kesenjangan-
sosial-suku-baduy-1y9mHWNfrfj

Pengaruh Digitalisasi Terhadap Kesenjangan Sosial Suku Baduy

oleh SHAFA RAMADHANI SABINA

Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Purwokerto

Baduy merupakan suku di pedalaman Lebak Banten, atau lebih tepatnya Kecamatan
Ciboleger Desa Kanekes yang masih kental dengan adat istiadat dan kepercayaan terhadap roh
nenek moyang. Suku ini dikenal sebagai suku yang patuh dan terikat erat dengan norma –
norma sosial yang telah diterapkan secara turun – temurun oleh para pendahulunya. Norma
tersebut menjadi pedoman kehidupan mereka hingga terus melekat dan menjadi sebuah
keunikan tersendiri yang dikagumi oleh dunia luar karena pada penerapannya, mereka
berpegang teguh terhadap prinsip naturalisme dan tidak terpengaruh oleh arus globalisasi
maupun digitalisasi dunia yang masif.

Suku Baduy dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam dengan
tatanan sosial dan norma yang cukup berlawanan. Kawasan Baduy Dalam jauh dari pemukiman
dengan akses jalur perjalanan yang sulit ditempuh karena harus melewati medan daki yang
cukup melelahkan setelah melewati kawasan baduy luar. Sedangkan, Baduy Luar memiliki
akses pintu masuk langsung dari Ciboleger dan merupakan destinasi wisata budaya yang mudah
dijangkau. Perbedaan kedua kawasan disebabkan oleh arus globalisasi, sehingga terkontaminasi
oleh perkembangan teknologi hingga mengubah tatanan sosial dan norma di suku tersebut.
Ketika salah seorang penduduk suku menggunakan media digital atau didapati mengenakan
atribut modern, maka akan dikenakan sanksi berupa pengeluaran dari suku, dan menyebabkan
terbentuknya kawasan Baduy Luar. Baduy Dalam sendiri melarang masuknya budaya modern
dan perkembangan teknologi karena dianggap akan mengacaukan tatanan budaya nenek
moyang yang ada sedari dulu dengan basis naturalismenya “Semesta tercipta untuk seluruh
makhluk-Nya dan akan kembali pada-Nya.”

3
Kedua ciri suku yang memiliki dismilaritas ini tetap berpegang teguh terhadap
pelestarian budayanya, namun terdapat kesenjangan sosial yang cukup jauh antara Baduy Luar
dan Baduy Dalam. Baduy Luar sudah berbaur dengan teknologi dan akrab dengan media atau
platform digital hingga dijadikan sumber mata pencaharian dalam menjajakan hasil jasanya
yang berupa kain batik baduy atau tenun, baik merchandise yang mencirikan culture asli
mereka. Hal ini berdampak pada prinsip semula suku mereka yang berorientasi pada alam
terpapar dengan modernisasi, hingga diperkirakan warga suku Baduy Luar sudah seperti
masyarakat pada umumnya yang tak lepas dari teknologi. Berdasarkan realita dari warga Baduy
yang mengayom pendidikan di Kota Rangkasbitung, dampak modernisasi ini menyebabkan
generasi muda suku baduy berikutnya memutuskan untuk keluar dari desa mereka dan mencari
penghidupan baru yang lebih modern.

Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena sebagai destinasi wisata budaya yang ramai,
pengunjung menjadi media arus digital yang menuntun warga Suku Baduy Luar terbiasa dengan
teknologi, dan bukan lagi menjadi hal tabu. Ini juga demi mengenalkan masyarakat Indonesia
terhadap budaya Suku Baduy, warga setempat menggunakan gawai sebagai media promosi dan
pembuatan konten – konten selaras lainnya.

Gencarnya pemerintah Lebak Banten dalam meningkatkan pelaku UMKM dengan


memanfaatkan media digital juga berdampak terhadap pelaku usaha di Suku Baduy Luar karena
dengan itu, menjadi dalih penggunaan internet dengan tujuan memasarkan produk. Walaupun
muncul kekhawatiran tersendiri bagi mereka karena masih ada pembatasan penggunaan media
digital dari tetua adat, dan masih melekatnya norma sosial, sehingga perlu dipertimbangkan
bagaimana penggunaan teknologi yang efektif agar tidak mengancam tatanan sosial suku.

Tidak hanya Baduy Luar, kekhawatiran terhadap perubahan norma dan tatanan sosial
Baduy Dalam akibat digitalisasi dapat terjadi. Meskipun penduduk Suku Baduy Dalam tertutup
dan diperkirakan tidak begitu terpengaruh, tetapi dapat diasumsikan salah satu aspek sosial atau
habit suku tersebut tergoyahkan.

Sebagai suku yang konservatif terhadap perkembangan dunia luar, Baduy Dalam
memiliki peraturan ketat terhadap mobilitas pengunjung. Peraturan tersebut berupa norma yang
harus dipatuhi dan seleksi teknologi atau benda digital yang dilarang, serta pembatasan lapisan
kain khusus yang harus dikenakan. Hal ini masih diterapkan hingga sekarang, tetapi dengan
realita Baduy Luar saat ini, dikhawatirkan penduduk Baduy Dalam terbawa arus digitalisasi
yang serupa. Namun, dengan pemantauan yang dilakukan oleh pihak pemerintah, Baduy Dalam

4
masih asri dengan keteraturan budayanya. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
perubahan yang terjadi pada aspek sosial.

Kesenjangan Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam dapat dicirikan dengan visualisasi
pakaian yang mereka kenakan. Baduy luar identik dengan warna gelap, yaitu hitam dan biru
pekat, sebaliknya Baduy Dalam mengenakan pakaian dengan warna terang, yaitu setelan putih,
putih tulang, atau warna putih yang dipadukan dengan celana hitam. Mereka juga menggunakan
ikat kepala yang selaras dengan warna pakaian masing – masing. Melalui ciri visual tersebut,
terdapat makna warna yang menerangkan arti dari pemakaiannya, yaitu warna putih sebagai
kemurnian dan hitam yang dianggap sudah tertoreh. Dari hal itu, dapat terlihat kesenjangan
antara kedua suku yang dipisahkan untuk mencirikan wilayahnya.

Budaya Baduy Luar dan Baduy Dalam masih memiliki kesamaan, meskipun Baduy
Luar kehilangan sedikit ciri khas yang dibawa dari Baduy Dalam, tetapi kesenjangan antar
keduanya dapat menjadi pandangan baru dan bahan edukasi yang dapat dikaji lebih dalam lagi.
Melalui kesenjangan ini kita mengetahui, bahwa budaya tidaklah selalu statis, selalu ada
perubahan-perubahan kecil namun pasti, meskipun tidak dapat dilihat oleh kasat mata atau
dirasakan secara langsung.

Budaya Baduy yang mulai terkikis dari lapisan luar ini menjadi tantangan bagi
pemerintah untuk membina program yang dapat melestarikan budaya mereka, atau gerakan
tertentu yang dapat membimbing penduduk Baduy atau wisatawan untuk lebih aware terhadap
pelestarian budaya.

Salah satu peraturan yang patut dicoba untuk menjaga Suku Baduy dari putaran
digitalisasi adalah dengan membatasi penggunaan gawai atau media digital terhadap wisatawan
atau pengunjung yang akan masuk ke wilayah Baduy Luar, dan juga pembatasan penggunaan
gawai itu sendiri bagi penduduk asli Suku Baduy. Selain itu, dengan pengendalian tersebut
diperkirakan akan berkurangnya mobilitas penggunaan gawai di Kawasan Baduy Luar.

Di masa perkembangan zaman ini, memang sulit untuk melestarikan keontetikan sebuah
budaya dan konsisten dalam menjaganya. Meskipun begitu, sebagai warga negara Indonesia kita
harus peka dan aware terhadap ancaman terkini yang sedang merambat dan menarik perhatian
dunia. Kesenjangan yang ada terhadap Baduy Luar dan Baduy Dalam merupakan hal normal
dan bagian dari tantangan untuk menjaga kearifan lokal warga setempat. Sehingga kita harus
melakukan pemecahan masalah, langkah apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
kebocoran dari budaya Desa Kanekes, dan Langkah apa yang dapat dilakukan untuk

5
meringankan kebocoran tersebut, sehingga kesenjangan yang ada tidak begitu jauh dan
meninggalkan kebudayaan aslinya.

Daftar Pustaka

Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021). Social
Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The Innovation of Social
Studies Journal, 2(2), 151-158.

Sari, L., Putro, H. P. N., Putra, M. A. H., Syaharuddin, S., & Rusmaniah, R. (2022). Culinary
Distribution in Minggu Raya Banjarbaru as a Learning Resource on Social Studies. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 128-134.

Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., Jumriani, J., Handy, M. R. N., & Mutiani, M. (2021). Business
Development Strategies for Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in Kampung
Purun. The Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 23-32.

Riswan, R., Rajiani, I., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022). The Role of
Economic in Social Studies Education. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 144-151.

Abbas, E. W., Jumriani, J., Syaharuddin, S., Subiyakto, B., & Rusmaniah, R. (2021). Portrait of
Tourism Based on River Tourism in Banjarmasin. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(1),
18-26.

Istika, M., Subiyakto, B., Rusmaniah, R., Handy, M. R. N., & Ilhami, M. R. (2022). Economic
Activities of Tanggui Craftsmen on the Riverbanks of South Alalak Village. The Kalimantan
Social Studies Journal, 3(2), 101-109.

Niliyani, N., Subiyakto, B., Mutiani, M., Rusmaniah, R., & Ilhami, M. R. (2022). River
Utilization for Communities in Kampung Hijau in Fulfilling Primary Needs. The Kalimantan
Social Studies Journal, 3(2), 126-133.

6
Abbas, E. W., Rusmaniah, R., Rival, M., Yusup, Y., & Maulana, M. (2021). Training in Making
Learning Media in The Form of Attractive Photos for Teachers to Increase Student Learning
Motivation At SMPN 7 Banjarmasin. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(1), 27-35.

Lasdya, D., Pebriana, P. H., Rizal, M. S., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022). Improving
Beginning Reading Skills Using Word Card Media for Grade 1 Students at SDN 004 SALO.
The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 83-91.

Rusmaniah, R. (2017). PEMBINAAN MORAL REMAJA PUTUS SEKOLAH PADA PSBR


BUDI SATRIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Socius, 6(02).

Nadia, N., Syaharuddin, S., Jumriani, J., Putra, M. A. H., & Rusmaniah, R. (2022).
Identification of The Process for Establishing Tourism Awareness Group (Pokdarwis) Kampung
Banjar. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 116-125.

Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., Mutiani, M., Abbas, E. W., Jumriani, J., & Ilhami, M. R.
(2022). Social Capital of Micro, Small and Medium Enterprises in Kampung Purun for
Improving Entrepreneurship Education. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(2), 1669-1680.

Syaharuddin, S., Mutiani, M., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022).
Building Linking Capital Through Religious Activity to Improve Educational Character. AL-
ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(1), 367-374.

Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., & Mutiani, M. (2022). The Relevance of Social Capital in
Efforts to Develop Entrepreneurship Education. Journal of Education and Learning (EduLearn),
16(2).

Putro, H. P. N., Rusmaniah, E. W. A., Subiyakto, B., & Putra, M. A. H. (2022). PERAN
MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN UMKM KERAJINAN DI KAMPUNG
PURUN. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN LAHAN BASAH (Vol. 7,
No. 3).

Rusmaniah, R. SOCIAL CAPITAL CONTRIBUTION IN THE CONTINUOUS STRATEGY


OF JENGKOL MANUFACTURERS IN THE COVID-19 PANDEMIC. JURNAL SOCIUS,
11(1), 1-11.

Sabina, S. R. (2022). Pengaruh Digitalisasi Terhadap Kesenjangan Sosial Suku Baduy.


Kumparan: https://m.kumparan.com/ atau
https://kumparan.com/shafa-ramadhani-sabina/pengaruh-digitalisasi-terhadap-kesenjangan-
sosial-suku-baduy-1y9mHWNfrfj diakses pada tanggal 30 Juni 2022.

7
8

Anda mungkin juga menyukai