Anda di halaman 1dari 10

Global village

Terhadap Desa

Nurdin Ardalepa, S.Psi

Badko Kalimantan Selatan dan Tengah, HMI Cabang Banjarmasin

Nurdinsyapruddin@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini menghasilkan definisi global informasi maupun pembangunan, tidak


village dalam konteks pembangunan Desa, semua Desa dari pulau jawa, bali,
bagian pertama akan menjelaskan tentang sumatera sampai kalimantan memiliki
definisi global village serta konsep awal akses globalisasi yang cepat.
global village oleh para ahli, bagian kedua
Kejadian tersebut tentu mengakibatkan
akan merespon bagaimana global village
kesenjangan digital seperti yang terjadi di
berpengaruh akan pembangunan desa-
beberapa daerah di Kalimantan dan
desa di Indonesia. Serta bagian ketika akan
wiliyah Timur Indonesia, kesenjangan ini
menjelaskan bagaimana contoh
membuat informasi antar pulau terhambat,
menciptakan global village sebagai hal
serta informasi antar pusat kota dan
yang positif bagi pembangunan Desa
wiliyah pinggiran juga terinbas, sehingga
Masuknya era globalisasi ditandai dengan tentu pembangunan desa akan sulit di
keterbukan akses informasi dan transfer ciptakan. Selain karena kesenjangan
teknologi yang sangat cepat dari negara digital yang terjadi, pembangunan di
maju kepada negara yang sedang wilayah pedesaan (rural development) juga
berkembang seperti Indonesia bagi terkendala dengan adanya aturan-aturan
Indonesia sendiri tidak selama nya dampak adat yang mengikat suatu desa serta
globalisasi memberikan dampak yang budaya-budaya tradisional yang menolak
positif karena disebabkan oleh tidak diterimanya paham-paham atau teknologi-
meratanya informasi di setiap daerah yang teknologi baru hasil dari globalisasi
disebabkan oleh keterbatasan akses
.

Kata Kunci : Global Village, Pembangunan Desa, Dampak Globalisasi

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
PENDAHULUAN sebagainya sehingga hal ini bisa menorobos
batas-batas informasi dengan cepat di antar
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
negara
dimasa sekarang ini telah mengubah wajah
dunia dari jaman konvensional kearah Kutipan (Simarmata 2005) mengatakan
komersil berbasi teknologi dan jaringan revoulusi sistem informasi ini menjadi
internet, di sebuah perubahan yang besar wajib bagi seluruh negara di dunia sehingga
yang secara cepat tentunya akan mengubah setiap negara harus meninggalkan gaya
arah kehidupan masyarakat khususnya informasi konvensional menjadi gaya
desa-desa yang ada di Indonesia, dimana komeril (internet), di masa sekarang juga
perubahan tersebut akan mengubah begitu tentu kita melihat bagaimana masyarakat
banyak aspek kemasyarakatan baik itu tidak bisa meninggalkan diri dari kegiatan
sosial, ekonomi, dan juga pendidikan akan komunikasi berbasi internet, pernyataan
menyesuaikan sesuai dengan kehendak nya bagaimana nasib warga terpencil di
perubahan tersebut (Nasution 2015) pesisir pedesaan apakah akan tertinggal
perkembangan ilmu pengatahuan dan akan hal ini?, sejak pemerintah Indonesia
teknologi adalah tanda besar sebuah Negara mengembangkan infrastruktur internet
memasuki massa yang disebut dengan era pada tahun 1980-an jumlah pengguna
Global Village. internet terus meningkat hingga tahun
mencapai angka 210 juta orang atau
Penyebab utama terjadinya Global Village
sebesar 77,02 persen dari penduduk
adalah karena pesatnya perkembangan
Indonesia. Walaupun angka ini terus
teknologi informasi dan komunikasi yang
meningkat adanya kita lupa akan hal ini?
membuat hidup manusia lebih mudah dan
Yakni tentang pemerataan kemajuan
cepat. Penggabungan antara teknologi dan
teknologi tersebut, secara geografis
akses tanpa batas membuat manusia dengan
pengguna internet atau yang mengalami era
manusia lain akan cepat terhubung, berbagi
globalisasi tidak lah merata secara
informasi serta mendapatkan informasi,
geografis, pengguna internet di Indonesia
pada era globalisasi ini telah tercipta sebuah
paling banyak di dominasi di kota-kota
revolusi besar-besar-an dibidang sistem
besar saja.
informasi, seperti ecommerce, berita, dan

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah terjadi yang dimana merujuk kepada hasil-
metode deskriptif, yang dimana metode ini hasil bacaan dan pengamatan sekitar baik
merupakan metode memberikan penjelasan melalui media ataupun secara langsung
secara menyeluruh tentang penomena yang

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
KAJIAN TEORI

Global village yang datang dari luar. Sebagai akibatnya


ketika batasbatas kebudayaan secara fisik
Era Global Village merupakan isu penting
dan persepsi memudar,
yang selalu jadi perbincangan tentang
pandanganpandangan budaya dan nilai-
bagaimana masuknya? Kapan serta dimana
nilai yang bersifat spesifik menjadi ikut
dimulai langkah era Global Village ini, kita
menghilang. Warisan local (local heritage),
sebagai generasi yang mungkin lahir di
ikatan-ikatan persaudaraan, dan tradisi-
tahun 2000an tentu tidak terlalu merasakan
tradisi yang unik menjadi terlupakan atau
transisi bagaimana zaman internet hanya
menghilang secara gradual dari waktu ke
bisa di akses di warung-warung internet
waktu. Dengan demikian, filsafat
yang pada zaman sekarang sudah bisa di
liberationist menjadi semakin sulit untuk
akses melalui genggaman kita yakni
diwujudkan.
Gadget kita.
Fenomena global village itu dapat diamati
Global village mengakomodasi filsafat
pada beberapa realitas sebagai berikut.
asimilasionis, sebuah pandangan filsafat
Hubungan virtual yang semakin meningkat
dan paradigma pemikiran yang menerima
dimana interaksi langsung tatap muka
satu atau sedikit ideide kebudayaan,
berubah menjadi interaksi virtual melalui
mendorong orang untuk melekat atau setia
internet. Ketika interaksi tatap muka
pada sekelompok nilai yang dominan.
menjadi kurang frekuensinya dilakukan
Dengan demikian, perbedaanperbedaan
oleh masyarakat, muncul mekanisme pasar
antarbudaya dan individu menjadi terhapus
untuk mengisi kekosongan ruang-ruang ini
atau memudar. Sebagai contohnya adalah
seperti bisnis kafe yang dilakukan oleh
upaya untuk menjadikan bahasa Inggris
Starbuck. Fenomena global village juga
sebagai bahasa utama, sementara bahasa
didukung oleh semakin berkembangnya
negaranya sendiri menjadi bahasa nomor
teknologi satelit dan GPS (global
dua. Pandangan ini dapat terwujud jika
positioning system). Teknologi ini
didukung oleh teknologi informasi dan
menyebabkan memudarnya disiplin ilmu
komunikasi seperti televisi, film, dan
yang berbasis pada geografis dan ruang
internet. Perkembangan teknologi
material (anthropology, sociology,
informasi, komunikasi, dan transportasi
geography). Ilmu-ilmu tersebut
menyebabkan masyarakat menjadi semakin
didefinisikan kembali terutama berkaitan
terbuka untuk mempelajari hal-hal inovatif
dengan terminologi globalisasi,

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
postkolonialitas, transnational, diaspora, mengisyaratkan adanya sebuah utopia, jika
dan studi indigenous people. dimaknai secara literar. Pada kenyataannya
dalam membangun
Pemaknaan kampung itu sendiri pada
akhirnya dirasakan sebagai sesuatu
komunikasi dengan kalangan yang berbeda manakala sesorang tinggal di sebuah
negara memang amat mungkin untuk wilayah yang jauh dari tempat ia dibesarkan
dilakukan, namun mendapatkan atau dilahirkan. Tetap saja ada khalayan
kepercayaan dan rasa persaudaraan dan perasaan berbeda atau yang khas yang
layaknya sesorang yang tinggal sekampung tidak dapat mudah ditumbuhkan di sebuah
tidaklah mudah untuk diperoleh atau tempat yang dia tidak familiar atau terikat
dibangun. Begitupula adanya perasaan “at secara budaya setempat.
home” tidaklah mudah tercipta begitu saja
Kesenjangan Digital di Indonesia masih membutuhkan menara pemancar
jaringan telekomunikasi atau Base
Kesenjangan digital masih menjadi
Transceiver Station (BTS
tantangan yang harus dihadapi masyarakat
Indonesia. Lemahnya infrastruktur layanan Dilansir dari laman resmi Kominfo, untuk
informasi dan kurangnya literasi digital mendukung akselerasi infrastruktur internet
masyarakat jadi PR besar yang belum di Indonesia, pemerintah akan
terselesaikan. Kondisi geografis Indonesia menyediakan 150 ribu titik internet
yang berupa kepulauan juga menjadi salah berteknologi satelit di seluruh penjuru
satu penyebab sulitnya mencapai Tanah Air. Pemerintah juga sedang
kesetaraan digital. mempersiapkan peluncuran satelit
SATRIA untuk memenuhi kebutuhan
Menurut data Badan Pusat Statistik,
koneksi internet yang rencananya akan
pengguna internet di Indonesia terus
dilakukan pada 2023. Satelit SATRIA akan
merangkak naik. Pada 2021, pengguna
mendukung kebutuhan internet di 93.900
internet di Indonesia mencapai lebih dari
sekolah, 47.900 kantor pemerintahan
158 juta pengguna atau 58,3 persen. Akan
daerah, 3.700 puskesmas, dan 3.900 markas
tetapi, tingginya angka pengguna ini belum
polisi dan TNI yang sulit dijangkau kabel
dibarengi dengan jumlah dan kualitas
optik
jaringan yang merata di seluruh wilayah.
Data BPS menunjukkan, di tahun 2020 ada Menurut Bambang Prakoso,
sebanyak 46.485 desa di Indonesia yang kecenderungan stigma yang melekat pada

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
masyarakat pedesaan adalah identik dengan 3. Sikap kurang bertanggung jawab dalam
sikap yang kolot dan tradisional. Terjadinya tugas pekerjaan serta mudah untuk tidak
keterbelakangan sosial masyarakat desa menepati janji dalam hubungan-hubungan
dalam pembangunan dinisbatkan karena ekonomi.
sulitnya masyarakat desa menerima budaya
Menurut Wilbert Moore, konsep
modernisasi, sulitnya untuk menerima
modernisasi ialah suatu transformasi secara
teknologi baru, malas, tidak memiliki
menyeluruh masyarakat tradisional atau
motivasi yang kuat untuk berubah, merasa
masyarakat pramodern menjadi masyarakat
cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan
yang corak teknologi serta organisasi
subsistem, serta budaya shared provety
sosialnya akan mengikuti negara-negara
(berbagi kemiskinan bersama).
yang maju dari segi ekonomi dan stabil dari
(Mahardhani 2014, 42-43) Masih kakunya
segi politik. (Long 1987, 12-13) Di
penduduk desa dengan aturan-aturan adat
Indonesia sendiri terdapat tiga tingkat
serta sulitnya menerima modernisasi ini
kematangan masyarakat Desa yaitu:
maka menjadi penghambat utama sebuah
(Mulyadi 2009, 117)
desa untuk bisa menjadi maju dalam
pembangunan. Kamaluddin (1983) 1. Masyarakat dengan kematangan rendah.

menyebutkan beberapa sikap tradisional Ciri kelompok ini adalah mereka tidak mau

dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan mengerjakan sesuatu karena tidak

keperluan pembangunan dan modernisasi. mengetahui apa yang akan mereka

Di antaranya adalah : (Alhada 2012) kerjakan. Menghadapi situasi seperti ini,


tipe kepemimpinan yang lebih berhasil
1. Sikap lambat menerima perubahan atau
adalah gaya kepemimpinan otoriter
hal-hal yang baru sungguhpun akan
(bersifat memberi arahan atau pedoman
menguntungkan mereka.
agar orang yang dipimpin menjadi tahu dan
2. Sikap lebih suka mencari jalan yang mau bekerja)
paling mudah dan cepat mendatangkan
2. Masyarakat dengan tingkat kematangan
hasil sungguhpun tidak begitu besar,
menengah. Cirinya adalah masyarakat mau
sebaliknya kurang berani memikul resiko
mengerjakan sesuatu tetapi tidak
pada usaha-usaha yang kemungkinan
mengetahui cara mengerjakannya. Tipe
keuntungannya lebih besar dan sifatnya
kepemimpinan yang cocok dengan kondisi
jangka panjang.
seperti ini adalah menggabungkan unsur
otoriter dengan demokratis, artinya seorang

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
pemimpin harus bisa membedakan kapan Jika kita lihat lebih jauh dari berbagai
saatnya memberikan perintah dan kapan literatur teori pembangunan, didalamnya
saatnya untuk memberikan ruang terhadap terdapat istilah pembangunan desa atau
gagasan-gagasan yang muncul dari yang sering disebut sebagai rural
masyarakat. development (pembangunan pedesaan).
Perbedaan yang mencolok dari pola
3. Tipe masyarakat dengan tingkat
pembangunan desa yaitu pada paradigma
kematangan tinggi. Cirinya adalah mau
lama cenderung bersifat state centric
mengerjakan sesuatu dan tahu bagaimana
(otokratis, top down, sentralistik, hierarkis,
cara mengerjakannya. Terhadap situasi
dan juga sektoral) sedangkan pada
seperti ini, tipe kepemimpinan yang cocok
paradigma baru lebih condong kepada
adalah berifat demokratis.
rekognisi dan subsidiaritas yang bersifat 41
Perubahan Arah Paradigma Rural society centric. Jika kita lihat dari sisi
Development perkembangan teknologi informasi,

Cara pandang kita terhadap desa sebagai didalam paradigma lama masih cenderung

kampung halaman, pemukiman penduduk, mengandalkan terjadinya transfer teknologi

perkumpulan komunitas, pemerintahan dari negara maju sedangkan pada

terendah dan wilayah administrative paradigma baru cenderung menghargai

semata. Di desa, orang terikat secara kearifan dan teknologi lokal serta sudah

sesiometrik dengan masyarakat, institusi mulai melakukan upaya pengembangan

lokal dan pemerintahan desa. Selama ini teknologi secara partisipatoris

pemerintah menciptakan desa sebagai Tekologi informasi yang masuk ke dalam


pemerintahan semu (pseudo government) desa tidak selamanya berdampak positif
dimana posisi desa tidak jelas apakah bagi pembangunan desa, tetapi terkadang
sebagai pemerintahan atau sebagai masuknya teknologi informasi ini
komunitas masyarakat. Pemerintahan semu mengakibatkan banyaknya pertambahan
ini tergambar dari banyaknya kewajiban jumlah penduduk yang menganggur,
yang harus dilaksanakan oleh desa dan transformasi yang tidak jelas, dan pola
sedikit sekali kewenangan yang dimiliki. komunikasi yang sejalan dengan perubahan
Karena itu, pemerintahan desa bukanlah komunitas di desa. Kesemuanya itu
entitas yang menyatu secara kolektif seperti merupakan inovasi, baik itu hasil penemuan
kesatuan masyarakat hukum, tetapi sebagai dalam berpikir atau peniruan yang dapat
dua aktor yang saling berhadap-hadapan. menimbulkan difusi atau integrasi. Selain

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
itu, terjadi juga peristiwaperistiwa suatu komoditas yang secara ekonomi dapat
perubahan kultural yang meliputi meningkatkan nilai finansial bagi
Pergeseran nilai tradisional ke nilai modern kelompok tertentu, di mana produktivitas
masyarakat modern dengan nilai dan tujuan dalam rentang waktu tertentu merupakan
ekonomi yang lebih menonjol cenderung pertimbangan utama.
memandang sumberdaya pedesaan sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN satelit untuk daerah-daerah terpencil.


Dengan demikian, harapan kedepan adalah
Global Village merupakan keniscayaan
tidak terjadi lagi kesenjangan digital di
yang harus diterima oleh semua desa di
Indonesia sehingga pembangunan akan
Indonesia, hari ini tugas berat yang harus
lebih merata baik di pulau pusat
kita emban adalah bagaimana
pemerintahan atau pulau terpencil atau
memaksimalkan kecepatan informasi
antara kota dan pedesaan.
menjadi daya untuk membangun desa,
seperti mencipatkan bumdes, serta Sehingga di masa depan tidak ada lagi desa
memberikan stimulus bahwa masuknya tertinggal sehingga Globalisasi di desa akan
Globalisasi di desa tidak akan memudarkan merata dan memunculkan pembaharuan di
adat istiadat tetapi kita harus bisa desa terpencil, baik itu dalam segi
menjadikan semua gerakan-gerakan positif, pembangunan infrastruktur maupun
selain itu pemerintah juga harus teknologi, karena jika hal ini terjadi akan
memeratakan pembangunan di Indonesia, semakin banyak adik-adik kita yang tinggal
sebaiknya pemeritah segera menyiapkan di pinggiran desa terpencil tidak mengerti
langkah strategis yang berkaitan dengan bagaimana arti sebuah teknologi untuk diri
pemerataan teknologi informasi dan sendiri dan untuk bangsa dan negara ini.
komunikasi.

Kalau kita lihat sekarang perluasan jaringan


teknologi informasi dan komunikasi masih
mengandalkan BTS (tower) pemancar 43
sebagai perluasan jaringan, mungkin
kedepan pemerintah harus membuka
langkah baru dengan memberikan akses
informasi komunikasi langsung melalui

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
PENUTUP membawa dampak yang baik bagi negara
Indonesia karena luasnya wilayah
Global village dapat didefinisikan sebagai
Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau
fenomena globalisasi pada masa kini yang
yang menyebabkan tidak terjadinya
dapat dikenali dari dampaknya yakni
pemerataan baik terhadap akses informasi
semakin memudarnya batas-batas identitas
maupun dalam pembangunan. Pemerataan
nasional, semakin hilangnya budaya dan
akses teknologi informasi dan komunikasi
identitas lokal, semakin terancamnya
ini selanjutnya berperan penting dalam
ekonomi nasional di tengah-tengah
mendorong perkembangan pembangunan
ekspansi kapital, dan semakin
di suatu negara. Kesenjangan digital yang
meningkatnya migrasi internasional.
terjadi di Indonesia dipicu dari luasnya
Dengan kata lain, global village merupakan
wilayah negara ini serta struktur negara
sebagai suatu tatanan kehidupan baru yang
Indonesia yang terbentuk dari
mengabaikan batas-batas geografis,
gugusangugusan pulau-pulau. Kondisi
ekonomi, politik, dan budaya masyarakat,
geografis negara Indonesia ini pulau pusat
dan menekankan pada arus informasi dalam
pemerintahan dengan pulau-pulau
suatu jalinan komunikasi dan komparasi.
pinggiran. Selain kesenjangan digital yang
Masuknya era Global Village ditandai terjadi antar pulau, kesenjangan digital di
dengan keterbukaan akses informasi dan Indonesia ini nyatanya juga terjadi antara
transfer teknologi dari negara maju kepada wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan
negara sedang berkembang seperti (pinggiran)
Indonesia. Tidak selamanya globalisasi

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Borni. Desa Mandiri, Desa Nasution, Robby Darwis.


Membangun. Jakarta: "MENEROPONG MASA DEPAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan (Penerapan Virtual Learning di
Transmigrasi Republik Indonesia, Indonesia)." PROSIDING
2015. SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN. Ponorogo: FKIP
Long, Norman. Sosiologi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah
Pedesaan. Jakarta: PT. Melton Putra, 1987.
Ponorogo, 2015. 489
Alter, Adam L., dan Virginia S.Y. Kwan,
Modul pokok bidang studi lingkungan
2009. “Cultural Sharing In A Global
strategi, Lemhannas tahun 2017 hal 49,
village:
https://www.lemhannas.go.id/imag
Evidence For Extracultural
es/Publikasi_Humas/Jurnal/Jurnal_
Cognition In European Americans.”
Edisi_32_Desember_2017.pdf , di
Journal of Personality and Social
akses pada 11 Februari 2023
Psychology, 96 (4): 742
Arief, Sitrua. 1998 Teori dan Kebijakan
Kutipan dari
Pembangunan. edisi pertama, Jakarta :
http://repository.uinsu.ac.id/664/1/Desa%2
CIDES
0global.pdf,
Suci, Stania C.. 2015. Pengaruh Tingkat
di akses pada 10 Februari 2023
Globalisasi terhadap Pertumbuhan
Kutipan dari Ekonomi di
https://www.kominfo.go.id/content/detail/
ASEAN. Jurnal Ilmu Administrasi
7390/menkominfo-ketimpangan-akses-
dan Organisasi UI. Vol. 22 No. 2.
internet-indonesia-masih-
jauh/0/berita_satker di akses pada 5 Todaro P, Smith S.C. 2011. Pembangunan
Februari 2023 Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jurnal LK III Badko Jabodatabeka – Banten (Nurdin Ardalepa), Badko Kalimantan Selatan dan Tengah

Anda mungkin juga menyukai