NURHILALIATI
perbincangan yang tiada akhir. Selama manusia dan peradaban masih ada, maka topik
tentang ini tidak akan pernah basi. Kekayaan khazanah intelektual yang terus bermunculan,
merupakan respons terhadap persoalan manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri,
lingkungan masyarakat, alam semesta, dan dengan sang pencipta.
Karya yang ada di hadapan pembaca ini menghadirkan wacana tentang potensi
manusia yang disoroti dari perspektif Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik. Kedua
disiplin ilmu ini memiliki perbedaan sekaligus persamaan dalam mewacanakan potensi
manusia sebagai subjek pendidikan. Pendidikan Islam yang konsep pendidikannya
didasarkan pada nilai-nilai yang diadopsi dari al-Qur'an berkeyakinan bahwa manusia
9 7 8 6 2 3 9 0 1 6 5 5 5
PENDIDIKAN ISLAM
DAN PSIKOLOGI HUMANISME:
RELASI ATAU NEGASI?
PENDIDIKAN ISLAM DAN
PSIKOLOGI HUMANISME:
RELASI ATAU NEGASI?
Penulis:
Nurhilaliati
ALAMTARA
INSTITUTE
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Penulis:
Nurhilaliati
Editor:
Muh. Salahuddin
Mukhlis Muma Leon
Penyunting Akhir:
Iskandar Dinata
Diterbitkan Oleh:
Alam Tara Institute
Jln. Patut No. 14 Pejeruk Mataram, NTB
Telp. 0370-621497
Kerjasama dengan
Insan Madani Institute
ISBN 978-623-90165-5-5
Halaman Persembahan
Dengan penuh cinta…
karya ini dipersembahkan
untuk anak-anakku: Syujja‟ dan Javid.
Semoga tiada potensi baik yang tak terasah
dalam dekapan kasih Mama dan Bapak…
PENGANTAR PENULIS
vii
Nurhilaliati
viii
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
ix
Nurhilaliati
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Persembahan ~ v
Pengantar Penulis ~ vii
Daftar Isi ~ xi
Bab I
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanisme:
Rasionalisasi Kajian ~ 1
Bab II
Pendidikan Islam ~ 18
A. Permasalahan Seputar Pendidikan Islam ~ 18
1. Hakekat Pendidikan Islam 18
2. Tujuan Pendidikan Islam 26
3. Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan
Islam ~ 31
B. Teori tentang Manusia dan Potensinya ~ 38
1. Konsep Manusia dalam Pandangan
Pendidikan Islam ~ 38
xi
Nurhilaliati
Bab III
Psikologi Humanistik ~ 83
A. Tinjauan Historis ~ 83
B. Teori tentang Manusia dan Potensinya
1. Hakekat Potensi Dasar dan Kemampuan
Manusia - 100
2. Potensi Dasar Manusia dalam Pandangan
Psikologi Humanistik ~ 104
a. Cinta ~ 104
b. Kebebasan dan Tanggungjawab
Transendensi Manusia ~ 116
d. Kesadaran (Consciousness) Manusia ~ 120
C. Pendidikan Model Psikologi Humanistik ~ 123
xii
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
Bab IV
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik: Dialog
dan Aplikasi ~ 136
A. Koherensi dan Inkoherensi ~ 136
1. Hakekat Potensi Dasar Manusia ~ 137
2. Model Pendidikan untuk Aktualisasi Potensi
Manusia ~ 148
3. Orientasi dan Sasaran ~ 152
B. Aplikasi Dialog dalam Pengembangan Pendidikan
Islam ~ 157
xiii
BAB I
Pendidikan Islam
dan Psikologi Humanisme:
Rasionalisasi Kajian
1
Nurhilaliati
2
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
3
Nurhilaliati
4
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
5
Nurhilaliati
6
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
7
Nurhilaliati
8
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
9
Nurhilaliati
10
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
12 Ibid.
11
Nurhilaliati
12
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
13
Nurhilaliati
14
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
15
Nurhilaliati
16
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
17
BAВ II
Pendidikan Islam
18
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
19
Nurhilaliati
20
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
21
Nurhilaliati
22
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
23
Nurhilaliati
enables a man to leate his live according to the Islamic ideology, so that he may easily
moudd his life in accordance with tenets of Islam. And thus peace and prosperity may
24
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
prevail in bis own life as well as in thewhole world. This islamic scheme of education
is, of necessity and all embaracing sistem, for Islamic encompasses the entire gamut
of a Muslim life. It can justly beside that all branches of learning wich are not
Islamic are included in the Islamic education. The scopes of Islam ic education has
been changing at different time. In view of the demands of the age and the development of
science and technology, its scope has else widened.
13 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran ..h. 134-135.
14 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
h. 22.
25
Nurhilaliati
15
Mujayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat:
suatu Pendekatan Filosofis, Paedagogis, Psikososial dan Kultural, (tt.: Golden
Trayon Press; t.), h. 8.
26
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
16
Ahmad Tafsir, llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung
Remaja Rosda Karya, 1994), h 34.
17
Abuddin Nata, Filafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), h. 49.
27
Nurhilaliati
28
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
29
Nurhilaliati
30
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
31
Nurhilaliati
32
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
33
Nurhilaliati
34
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
35
Nurhilaliati
29
Syaibani, Falsafatut Tarbiyah…, h. 13
30
Nata, Filsafat Pendidikan…, h. 13
31
Marimba, Pengantar Filsafat… h. 24.
36
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
37
Nurhilaliati
38
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
32
Djamaluddin Darwis, "Manusia menurut Pandangan al-Qur'an",
dalam H.M. Chabib Thoha, Priyono, dan F. Syukur, ed., Reformulasi Pendadikan
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan FT. IAIN Walisongo, 1996), h. 966.
33
Unas disebut lima kali dalam al-Qur'an (2: 60, 7: 82, 70: 160, 17: 71,
21: 56). Dalam al-Qur'an Surah 2:60, misalnya unas digunakan untuk
menunjukkan 12 golongan dalam Bani Israil. Q.S. 17: 21 dengan jelas
menunjukkan makna ini pada Hari Kiamat Kami memanggil setiap unas dengan imam
39
Nurhilaliati
mereka. Anasi hanya disebut satu kali (25: 49), Anasi dalam bentuk jarmak dari
insan, dengan mengganti nun atau ya atau bisa juga bentuk jamak dari insi. Ins
disebut 18 kali dalam al-Qur'an, dan selalu dihubungkan dengan jinn sebagai
pasangan makhluk manusia yang mukallaf (6: 112, 128, 130; 7: 38, 179; 17: 88;
27: 17 dan lain-lain).
40
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
34
Jalaluddin Rahmat, “Konsep-konsep Antropologis", dalam Budhy
Munawar Rahman, ed., Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta:
Paramadina, 1995), h. 77.
41
Nurhilaliati
35
Fazlur Rahman, "The Qur'anic oncept of God, the Universe, and
Man", dalam Islamic Studies, Maret 1967, VI: 1, Lihat juga bukunya Islam,
(Chicago: University of Chicago press, 1979), h. 30-42.
42
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
manusia itu cenderung zalim dan kafir (14: 34; 26: 66; 43:
15), tergesa-gesa (17: 11; 21: 37), bakhil (17: 100), bodoh
33: 72), banyak membantah atau mendebat (18: 54; 16:
14; 36: 77), resah gelisah dan segan membantu (70: 19;
20: 21), ditakdirkan untuk bersusah payah dan menderita
(84: 6; 90: 4), tidak berterima kasih (100: 6), berbuat dosa
(96: 6; 75: 5).
Bila dihubungkan dengan sifat-sifat manusia pada
kategori pertama, insan menjadi makhluk paradoksal, yang
berjuang mengatasi konflik dua kekuatan yang saling ber-
tentangan, yaitu kekuatan mengikuti fitrah (memikul
amanah Allah) dan kekuatan mengikuti predisposisi
negatif.36
Beberapa pengertian di atas menunjukan bahwa
manusia dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup
dan lingkungan yang ada. Manusia memiliki kemampuan
yang tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial
maupun perubahan alamiah. Manusia menghargai tata
aturan etik, sopan, santun dan sebagai makhluk yang
berbudaya. Manusia tidak liar, baik secara sosial maupun
secara alamiah.
Secara menarik proses penciptaan manusia atau asal
kejadian manusia dinisbatkan pada konsep insan dan bashar
sekaligus. Sebagai insan, manusia diciptakan dari tanah liat,
36
Jalaluddin Rahmat, Konsep-konsep ..., h. 102.
43
Nurhilaliati
saripati tanah, tanah (15: 26; 55: 14; 23: 12; 32: 7).
Demikian pula bashar berasal dari tanah liat (15: 28; 38:
71; 30: 20) dan air (25: 54).37 Proses penciptaan manusia
menggambarkan secara simbolis karakteristik bashari dan
karakteristik insani, karena manusia adalah gabungan
kekuatan tanah dan hembusan ilahi. Tanah mengandung
unsur materi dan ruh mengandung unsure non-materi,
Keduanya harus bergabung dalam keseimbangan. Tidak
boleh mengurangi hak salah satunya untuk memenuhi hak
yang lain.
An-Nás adalah konsep yang mengacu kepada
manusia sebagai makhluk sosial. Berkaitan dengan hal ini
banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok
sosial dengan karakteristiknya. Ayat-ayat ini lazimnya di-
kenal dengan ungkapan wa min an-nâs. Dengan mem-
perhatikan ungkapan ini, maka akan ditemukan kelompok
manusia yang menyatakan beriman, tetapi sebetulnya tidak
beriman (2: 8), yang mengambil sekutu terhadap Allah
(2: 165),yang memikirkan kehidupan dunia (2: 200), yang
berdebat dengan Allah tanpa ilmu, petunjuk dan al-kitab
(22: 3, 8; 31: 20); di samping ada sebagian orang yang rela
mengorbankan dirinya untuk keridhoan Allah.
Ungkapan kedua adalah akhtar an-nâs yang menunjuk-
kan bahwa sebagian besar manusia mempunyai kualitas
37
Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Iskam, terjemahan H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 102.
44
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
38
Jalaluddin Rahman, Konsep-konsep..., h. 80.
45
Nurhilaliati
39
Ibid.
46
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
47
Nurhilaliati
40
Q.S. 7: 172.
41
Q.S. 15: 29; 36: 72.
48
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
42
Dalam hal ini Nurcholish berkomentar, "Nilai kemanusiaan tidak
mungkin bertentangan dengan nilai keagamaan, demikian pula nilai
keagamaan mustahil berlawanan dengan nilai kemanusiaan. Agar tidak
dibuat sebagai penghalang bagi kemanusiaan (Q.S. 22: 78). Maka sesuatu
yang sejalan dengan nilai kemanusiaan (bermanfaat untuk manusia) tentu
akan bertahan lama di bumi, sedangkan yang tidak sejalan (tidak berguna
untuk manusia) tentu akan sirna (QS. 13: 17). Agama berasal dari Tuhan
tetapi untuk kepentingan manusia sendiri. Manusia harus berbuat baik
demi memperoleh perkenan Tuhan, dan justru dengan berusaha
memperoleh perkenan dan ridha Tuhan itu, manusia berbuat sebaik-
baiknya untuk dirinya sendiri (Q.S. 41: 46)". Nurcholish Madjid, Iskam
Daktrim dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h.xvi.
43
Hanna Djumhana Bastaman, "Corak Filosofis Psikologi yang
Islami", dalam Ulumul Qur'an, Vol. III, No. 4, TH. 1992.
49
Nurhilaliati
44
Langgulung, Manusia ..., h. 57.
45
Abdurrahman Salch Abdullah, Teori Pendidikan Menurut al-Qur'an,
terjemahan H.M. Arifin & Zaenuddin, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 20
46
M. Quraish Shihab, "Manusia dalam Pandangan al-Qur'an”. Makalah
pada Simposium Nasional Psikologi Islami pada Fakultas Psikologi UMS
Surakarta, 1994.
50
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
51
Nurhilaliati
52
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
53
Nurhilaliati
48
"Dalam pandangan al-Ghazali, watak manusia terbagi atas empat,
yaitu: (1) manusia bodoh, tidak dapat membedakan yang benar dan yang
salah. Manusia model ini mudah sekali dirubah watak dan tabiatnya la
hanya membutuhkan seorang pendidik yang mau memberi petunjuk dan
memimpinnya; (2) manusia yang mengetahui akan keburukan sesuatu yang
buruk, tetapi tidak melaksanakan suatu kebaikan bahkan kadang-kadang
melakukan keburukan dengan dorongan nafsunya. Watak manusia model
ini dapat diubah dengan melatih diri untuk menghindari perbuatan yang
buruk dan membiasakan diri untuk berbuat sesuatu kebaikan; (3) manusia
yang telah mempunyai keyakinan bahwa buruk itu baik dan indah baginya.
Manusia model ini sulit diperbaiki, kalaupun dapat, hanya sebagian kecil
saja; (4) manusia yang berkeyakinan bahwa mengerjakan sesuatu kejahatan
merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Manusia model ini hampir tidak
dapat dididik dan diperbaiki wataknya.
49
Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia menjadi dua macam: (1)
Fitrah al-Munárallah, yaitu fitrah luar yang masuk pada diri manusia, fitrah
ini berupa petunjuk al-Qur'an dan as-Sunnah, yang digunakan sebagai
kendali dan pembimbing bagi fitrah al-Gharizah; (2) Fitrah al-Gharizah,
yaitu fitrah inheren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang
berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia.
54
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
55
Nurhilaliati
56
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
57
Nurhilaliati
52
58
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
55 Al- Ghazali, Ibyâ Uhum ad-Din, terjemahan Ismail Yakub (Ihya al-
Ghazali), (tk. : Faizan, 1984), h. 6-12. Berkaitan dengan potensi rohaniah
yang dimiliki manusia, memang sangat menarik pembagian yang dilakukan
oleh al-Ghazali, yang mengawali kajiannya dari pemahamannya tentang
penciptaan manusia dan memberi tekanan pada aspek rohaniah dan
jasmaniah. Kalbu dalam artian fisik adalah jantung, berupa segumpal
daging berbentuk lonjong, terletak dalam rongga dada kiri. Sedangkan
dalam artian non-fisik adalah sebagian karunia Tuhan yang halus (lathifah),
bersifat ketuhanan (rabbaniah), yang ada hubungannya dengan jantung.
Kalbu yang halus dan indah inilah hakekat kemanusiaan manusia mengenal
dan mengetahui segalanya, serta menjadi sasaran perintah, cela, hukum dan
tuntutan dari Tuhan. Ruh diartikan sebagai nyawa atau "sumber" hidup.
Dan diartikan juga sebagai sesuatu yang halus dan indah dalam diri
manusia yang mengetahui dan mengenal segalanya seperti halnya kalbu
dalam pengertian non-fisik. Nafsu yang memiliki dua arti, Pertama yaitu
dorongan agresif (ganas) dan dorongan erotik (birahi), yang dapat menjadi
sumber malapetaka dan kekacauan bila tidak dikendalikan diadabkan.
Adapun pengertian kedua yaitu al-nafs al-mutmainnah yang lembut dan
tenang seperti pengertian kalbu dan roh dalam segi non-fisik. Akal dapat
diartikan sebagai daya fikir atau potensi intelegensi. Dan dapat juga
dimaknai seperti ketiga unsur tersebut di atas dalam pengertian non-fisik.
56
Musa Asy'arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur'an,
(Yogyakarta: LSFI, 1992), h. 72.
59
Nurhilaliati
60
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
57
Abbas Mahjub, Usûl al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islâm, (Beirut: Dar al-
Ibnu Katsir, 1987), h.18. Unsur lain yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan fokus pendidikan adalah pendidikan yang mengacu kepada
pengembangan aspek-aspek yang memungkinkan pelaksanaan tugas
kekhalifahan manusia.
61
Nurhilaliati
62
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
63
Nurhilaliati
64 Q.S. 6: 51.
64
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
65
Nurhilaliati
66
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
67
Nurhilaliati
68
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
69
Nurhilaliati
70
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
71
Nurhilaliati
72
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
73
Nurhilaliati
74
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
75
Nurhilaliati
76
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
77
Nurhilaliati
78
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
79
Nurhilaliati
80
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
81
Nurhilaliati
82
BAB III
Psikologi Humanistik
A. Tinjauan Historis
Sebelum abad XIX, studi tentang tingkah laku
manusia hampir seluruhnya merupakan dacrah wewenang
para ahli filsafat. Berkat penemuan-penemuan Galileo,
Isaac Newton, dan para ilmuwan lain sesudah mereka, per-
hatian tentang manusia serta tingkah lakunya sedikit demi
sedikit mulai bergeser dari tangan para teolog ke tangan
para ilmuan. Wilhelm Wundt (1832-1920) umumnya diakui
sebagai pendiri psikologi ilmiah. Ia menerbitkan sebuah
buku pegangan umum tentang ilmu baru ini, dan pada
tahun 1879 ia mendirikan laboratorium psikologi resmi
yang pertama di kota Leipzig Jerman. Pada tahun 1881 ia
83
Nurhilaliati
84
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
85
Nurhilaliati
86
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
87
Nurhilaliati
88
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
89
Nurhilaliati
90
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
ed., Encyclopedia of Psichology, (New York: John Wiley & Sons, 1994), vol. II.
91
Nurhilaliati
92
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
93
Nurhilaliati
94
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
95
Nurhilaliati
96
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
97
Nurhilaliati
1978), h. 18.
98
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
99
Nurhilaliati
100
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
101
Nurhilaliati
102
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
103
Nurhilaliati
104
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
105
Nurhilaliati
106
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
107
Nurhilaliati
108
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
109
Nurhilaliati
110
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
111
Nurhilaliati
112
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
113
Nurhilaliati
114
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
115
Nurhilaliati
116
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
117
Nurhilaliati
118
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
119
Nurhilaliati
120
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
121
Nurhilaliati
122
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
123
Nurhilaliati
124
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
125
Nurhilaliati
126
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
35 Ibid., h. 387-388
127
Nurhilaliati
36 Ibid, h. 392.
128
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
129
Nurhilaliati
130
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
131
Nurhilaliati
132
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
133
Nurhilaliati
134
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
135
BAB IV
Pendidikan Islam dan
Psikologi Humanistik:
Dialog dan Aplikasi
136
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
137
Nurhilaliati
138
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
139
Nurhilaliati
Brothers, 1947), h. 23. Dalam hal ini Emanucl Kant mengemukakan bahwa
manusia dapat menjadi manusia karena pendidikan. Sementara itu John
Dewey, dalam Democracy and Education, berpendapat bahwa pendidikan
adalah salah satu fungsi sosial (a sosial junction), sebagai pengarah (as drecion)
dan sebagai alat yang mengantarkan ke tahapan pertumbuhan dan
perkembangan (as means of growth), sehingga mengantarkan manusia
menjadi lebih bertanggungjawab.
140
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
141
Nurhilaliati
142
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
143
Nurhilaliati
144
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
145
Nurhilaliati
146
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
hanya merupakan materi belaka telah terjadi reduksi bagi eksistensi manusia
itu sendiri, atau manusia hanya dijadikan objek saja. Berangkat dari
perbedaan pandangan kedua aliran tersebut, maka Eksistensialisme
mencoba mengakomodasi kedua pandangan tersebut, yaitu bahwa hakekat
manusia sesungguhnya merupakan kesatuan unit dan totalitas fisik maupun
non-fisik.
12 Bastaman, Dari Antbroposentris…, h. 80.
147
Nurhilaliati
148
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
149
Nurhilaliati
150
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
151
Nurhilaliati
152
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
153
Nurhilaliati
154
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
14 Ibid., h. 85.
15 Tentang relasi antara Tuhan dan manusia ini, sangat menarik
pembahasan yang dilakukan oleh Izutsu yang membagi relasi tersebut
dalam empat macam relasi, yaitu: (1) Relasi Ontologis: antara Tuhan sebagai
sumber eksistensi manusia yang utama dan manusia sebagai representasi
dunia wujud yang eksistensinya berasal dari Tuhan, (2) Relasi Komunikatif:
di sini Tuhan dan manusia dibawa ke dalam korelasi yang dekat satu sama
lain, tuhan tentu saja mengambil inisiatif, melalui komunikasi timbal
balik, (3) Relasi Tuan-Hamba: relasi ini melibatkan Tuhan sebagai Tuan
(Rabb) dan pihak manusia sebagai hamba-Nya ('abd), (4) Relasi Etik: relasi
155
Nurhilaliati
ini didasarkan kepada perbedaan yang paling mendasar antara dua aspek
yang berbeda, yang dapat dibedakan dengan konsep tuhan itu sendiri dengan
segala kebaikannya dan “ketidakbaikannya”, demikian juga dengan konsep
manusia yang selalun memiliki dua sifat yang berlawanan. Untuk
pembahasan yang lebih jelas lagi baca Toshihiko Izutsu, God and Man in the
Koran: Semantics of the Koranic Weltanshcaung, terjemahan Agus Fachri Husein
dkk (Relasi Tuhan dan Manusia), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), h.79.
16 Bastaman, Dari Antbroposentris .., h. 86.
156
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
157
Nurhilaliati
158
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
159
Nurhilaliati
160
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
161
Nurhilaliati
162
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
163
Nurhilaliati
18 Ibid., h. 41.
164
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
165
Nurhilaliati
166
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
167
Nurhilaliati
168
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
169
Nurhilaliati
170
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
171
Nurhilaliati
172
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
173
Nurhilaliati
174
BAB V
Kesimpulan
175
Nurhilaliati
176
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
177
Nurhilaliati
178
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
179
DAFTAR PUSTAKA
180
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
181
Nurhilaliati
182
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
183
Nurhilaliati
184
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
185
Nurhilaliati
186
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
187
Nurhilaliati
188
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
189
Nurhilaliati
190
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
191
Nurhilaliati
Indeks
A B
„Abd, 138, 139, 141, 142, 150, 175 Al-Baldah, 20
Al-Aql, 14 Bashar, 39, 40, 43, 44, 45
Al-Abrasyi, 80 Bastaman, 144, 148, 157
Al-Abshar, 14 Al-Bayt, 20
Abstraksi, 152 Beauty, 99
Active-role, 122 Behaviorisme, 5, 85, 88, 91, 92,
Afektif, 129, 130, 133 96, 98, 99
Akal, 4, 14, 23, 30, 50, 54, 61, 62, Being-values 99
63, 64, 65, 71, 72, 82, 86, 88, Belajar, 23, 68, 89, 126, 127, 128,
139, 140, 154 129, 130, 131, 132, 133, 134,
Aliveness, 99 135, 152, 163, 167, 168, 169,
Amanah, 15, 41, 42, 43, 46, 48, 74, 170, 171
139 Bi-dimensional, 70, 139
Amerika, 84, 93
Antroposentris, 153, 154, 156, C
157, 178, 179 Client-Centered Therapy, 97, 103,
Al-Asma' al-Husna, 15, 75 126,
Attitude, 94 Completion, 100
Confluent education, 129
Culture shock, 76
192
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
193
Nurhilaliati
Meaningfulness, 100
Mikrokosmos, 142
Morally unfinished, 71
Mujbar, 65, 67
K Mukhayyar, 45
Kalam, 45, Multi-interest, 157
Kebebasan, 5, 6, 16, 50,65, 66, 67, Al-Munázallah, 54
68, 72, 78, 82, 92, 98, 102, Murphy, 90
104, 109, 110, 111, 112, 113, Murray, 90
114, 115,116, 131, 149, 177,
178, 179 N
Keluarga, 51, 163, 170 Al-Nafs, 58
Khalifah, 4, 27, 30, 41, 46, 52,67, Nazar, 41
73,138, 139, 142 Necessity, 100
Al-Khaliq, 75, 139, 152 Newton, 83
Kitab Injil, 59 Nomotheuc, 93
Kognitif, 129, 130, 132, 133 Non-directive, 133
Koheren, 137, 177 Normatif-teologis, 175, 178
Kurikulum, 31, 35, 79, 124, 125,
161 O
Order, 100
L Otonomi, 133, 144, 151
Langeleveld, 80
Langgulung, 12, 17, 28, 49, 50, 55, P
80 Pacdagogik, 2
Passive role, 122
M
Pavlov, 88
Ma'rifatullah, 54 Peak experience, 128
Al-Maghrib, 20 Pendidik, 20, 24, 36, 80, 123, 162
Makrokosmos, 142 Pendidikan Islam 1,3,4,7, 8, 9,
Maslow, 12, 17, 84, 90, 91, 98, 99, 10,11,12, 15, 16, 18, 19, 23,
100, 101, 103, 107, 108, 109, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 35,
113, 127, 134 36, 37,38, 67, 69, 80
Materialisme, 146
194
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
195
Nurhilaliati
Teolog, 83 Unas, 40
Teori al-Fadilah, 80, 81 Uniqueness, 99
Teosentris, 156, 157, 178, 179 Unity, 99
Teosentris-Humanistik, 178
The Growing Tip, 99 W
Transendensi, 104, 106, 1 16, 117, Watson, 84, 88
118, 119, 120, 138, 139 Wundt, 83
Truth, 99
Tut Wuri Handayani, 163, 171
196
Pendidikan Islam dan Psikologi Humanistik:...
BIODATA PENULIS
197
Nurhilaliati
198