Fiqih Jinayah
Fiqih Jinayah
Makalah Ini Diajuukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Jinayah
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
III/HKI-A
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Pengantar Fiqih Jarimah (Asas legalitas,Sumber Aturan Hukum Pidana
Islam)”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi
upaya penyusun dalam memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang sedang
penyusun pelajari.
Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakaria Syafe’I, M.Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Fiqih Jinayah.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah.................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................2
.2.1 Pengertian Asas legalitas...................................................................................2
2.2. Sumber Aturan Hukum Pidana Islam...............................................................2
BAB III. PENUTUP...............................................................................................7
3.1 . Simpulan..........................................................................................................7
3.2. Saran.................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
ii
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
5
tersebut juga diterapkan bagi kejahatan qishash dan diyat dengan diletakanya
prosedur khusus dan sanksi yang sesuai. Jadi, tidak diragukan bahwa prinsip ini
berlaku sepenuhnya bagi kedua katagori diatas.
Menurut Nagaty Sanad, asas legalitas dalam Islam yang berlaku bagi
kejahatan ta’zir adalah yang paling fleksibel, dibandingkan dengan kedua
katagori sebelumnya. Untuk menerapkan asas legalitas ini, dalam hukum pidana
Islam terdapat keseimbangan. Hukum Islam menjalankan asas legalitas, tetapi
juga melindungi kepentingan masyarakat. Ia menyeimbangkan hak-hak individu,
keluarga, dan masyarakat melalui katagorisasi kejahatan dan sanksinya.
Berdasarkan Asas legalitas dan kaidah “tidak ada hukuman bagi perbuatan
mukallaf sebelum adanya ketentuan nas34, maka perbuatan mukalaf tidak bisa
dikenai tuntutan atau pertanggung jawaban pidana. Dengan demikian nas-nas
dalam syari’at Islam belum berlaku sebelum diundangkan dan diketahui oleh
orang banyak. Ketentuan ini memberi pengertian hukum pidana Islam baru
berlaku setelah adanya nas yang mengundangkan. Hukum pidana Islam tidak
mengenal sistem berlaku surut yang dalam perkembangannya melahirkan
kaidah35 :
َ ً Hukum pidana Islam pada prinsipnya tidak berlaku surut, namun dalam
praktiknya ada beberapa jarimah yang diterapkan berlaku surut artinya perbuatan
itu dianggap jarimah walaupun belum ada nas yang melarangnya. Alasan
diterapakan pengecualiaan berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah yang berat
dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan maka akan menimbulkan
6
kekacauan dan kehebohan dikalangan umat muslim.Jarimah-jarimah yang
diberlakukan surut yaitu :
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat keru sakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka
dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat
mereka mendapat siksaan yang besar.
7
Akan tetapi untuk hukum pidana Islam materil yaitu yang berisi tentang
ketentuan-ketentuan macam-macam jarimah dan hukumnya hanya ada 4 sumber
diantaranya yang disepakati, yaitu Al-Quran, As- Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, masih
diperselisihkan. Perlu dicatat adanya perbedaan antara alquran dan sunnah di satu
pihak dengan kedua sumber lainnya di lain pihak.
Al-Quran dan sunnah merupakan dasar syariat Islam dan berisi aturan-aturan
syariat yang bersifat umum, sumber-sumber lain sebenarnya Urutan-urutan
penyebutan menunjukkan urutan-urutan kedudukan dan kepentingannya. Yakni
apabila tidak terdapat dalam hukum sesuatu peristiwa di dalam Al-Quran, baru
dicari dalam Sunnah, kalau tidak terdapat dalam sunnah maka dicari dalam Ijma’
dan kalau tidak terdapat didalam Ijma’ maka baru dicari dalam Qiyas. Dengan
demikian hukuman terdapat prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan itu efeknya adalah untuk kepentingan
masyarakat, sebab dengan tercegahnya pelaku dari perbuatan jarimah, maka
masyarakat akan tenang, aman tentram, dan damai. Meskipun demikian , tujuan
yang pertama juga terdapat efek terhadap pelaku, sebab dengan tidak
dilakukannya jarimah maka pelaku akan selamat dan ia terhindar dari penderitaan
akibat dari hukuman itu.
Menurut Ibnu Hammam dalam Fathul Qadir bahwa hukuman itu untuk
mencegah sebelum terjadinya perbuatan (preventif) dan menjerakan setelah
terjadinya perbuatan (represif).
Yaitu mendidik pelaku jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan
menyadari kesalahannya. Di sini terlihat bagaimana perhatian syari’at Islam
terhadap diri pelaku. Dengan adanya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam
diri pelaku suatu kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan
hukuman, melainkan karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah
8
serta dengan harapan mendapat ridha dari Allah SWT. Kesadaran yang demikian
merupakan alat yang sangat ampuh untuk memberantas jarimah, karna seseorang
sebelum melakukan jarimah, ia akanberkikir tuhan pasti mengetahui
perbuatannya dan hukuman akan menimp
Bab III
3.1 Kesimpulan
Asas legalitas dipoulerkan melalui ungkapan dalam bahasa latin: Nullum
Deliktum Nulla Poena Sine Pravia Lege Poenali (tiada delik tiada hukuman
sebelum ada ketentuan terlebih dahulu). Asas ini merupakan suatu jaminan dasar
bagi kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara
tepat dan jelas. Asas ini melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan atau ke-
seweenang-wenangan hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi
yang boleh dan yang dilarang. Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya
tentang perbuatan-perbuatan illegal dan hukumanya.
Jumhur ulama sepakat mengatakan bahwa sumber-sumber hukum Islam pada
umumnya ada empat yaitu, Al-Quran, As- Sunnah (Hadis), Ijma’ dan Qiyas.
Hukumhukum ini diambil dari sumber-sumber tersebut wajib diikuti.
3.2 Saran
Melalui makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai
“unsur formal jinayah ( asas legalitas,Sumber Aturan hukum pidana islam)”,
sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu kami sebagai
penyusun mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah kami ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamim, K. (2020). Fiqih Jinayah (1 ed.). (Abdullah, Ed.) Mataram: Sanabil.
Marsaid. (2020). AL-FIQH AL-JINAYAH (1 ed.). (Jauhari, Ed.) Palembang: CV. Amanah.
10