Hukum Agraria
Hukum Agraria
INDONESIA
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Agraria
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
III/HKI-A
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Sejarah Pelaksanaan Hukum Agraria Di Indonesia”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi
upaya penyusun dalam memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang sedang
penyusun pelajari.
Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Abdul Gofur, S.H., M.H., selaku dosen pengampu mata kuliah
Hukum Agraria.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................II
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hukum Agraria di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan
kompleks, dengan karakteristik khas yang mencerminkan kondisi geografis,
budaya, dan sejarah negara ini. Salah satu karakteristik yang mencolok dalam
sejarah pelaksanaan Hukum Agraria di Indonesia adalah sifat dualisme hak
atas tanah, beragam jenis hak atas tanah, serta azas dan dasar hukum yang
telah berlaku sejak masa lama. Maka dari itu, makalah ini akan membahas
mengenai sifat dualisme hak atas tanah, jenis hak atas tanah, serta azas dan
dasar hukum hak atas tanah yang telah berlaku dalam sejarah hukum agraria
Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sifat dualisme hak atas tanah tercermin dalam sejarah
pelaksanaan hukum agraria di Indonesia?
b. Apa saja jenis-jenis hak atas tanah yang ada dalam sistem hukum agraria
Indonesia?
c. Bagaimana azas-azas yang mendasari hukum hak atas tanah?
1.3. Tujuan Masalah
a. Memahami bagaimana sistem hukum agraria di Indonesia menciptakan
dualisme hak atas tanah.
b. Mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai jenis hak atas tanah yang ada
dalam hukum agraria Indonesia.
c. Menganalisis azas-azas hukum yang mendasari hukum hak atas tanah.
1.4. Metode Penelitian
Penulisan makalah ini didasarkan pada penelitian pustaka yang
melibatkan studi literatur, peraturan perundang-undangan terkait, serta
sumber-sumber primer dan sekunder yang relevan. Data dan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber ini akan digunakan untuk menyusun
gambaran yang komprehensif tentang sifat dualisme hak atas tanah, jenis hak
atas tanah, azas, dan dasar hukum hak atas tanah lama di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wongso, Steven (2020) "KEABSAHAN TUKAR MENUKAR DENGAN OBJEK HAK ATAS TANAH
SECARA LISAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK NOMOR
211/PDT.G/2018/PN.DPK)," Indonesian Notary: Vol. 2, Article 1. Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/notary/vol2/iss1/1
2
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG RANCANGAN
UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1960/5TAHUN~1960UUPENJEL.htm
2
Tanah memiliki status dan kedudukan hukum yang terpisah dari
status hukum subjek yang memilikinya.3 Artinya, tanah memiliki
eksistensi hukumnya sendiri, terlepas dari status hukum pemiliknya.
3. Perbedaan Hukum yang Berlaku terhadap Tanah
Dualisme dalam hukum tanah bukan disebabkan oleh para
pemegang hak atas tanah, melainkan oleh perbedaan hukum yang berlaku
terhadap tanah.4 Hal ini mengakibatkan berbagai masalah hukum antar
golongan yang sulit diatasi, terutama karena adanya dualisme dalam
hukum perdata.
3
Soska Zone. (2011). Dualisme Hukum Agraria. Hasyimsoska.
https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/04/dualisme-hukum-agraria.html?m=1
4
Ibid.
3
4. Kombinasi Hukum Adat dan Hukum Agraria
Hukum agraria di Indonesia memiliki sifat dualisme dengan
berlakunya hukum adat, selain hukum agraria yang didasarkan pada
hukum barat.5 Kedua jenis hukum ini saling berinteraksi dan
mempengaruhi penerapan hak tanah di Indonesia.
5. Pengaruh Penjajahan Belanda terhadap Sistem Pengusahaan Tanah
Selama masa penjajahan Belanda, sistem pengusahaan tanah oleh
masyarakat diubah sesuai dengan kepentingan penjajah. 6 Hal ini
menyebabkan perubahan dalam penerapan hak tanah dan konsep
kepemilikan tanah di Indonesia.
6. Pengaruh Hukum Adat dalam Masyarakat Hukum Jawa
Sejarah agraria Indonesia mengenal adanya kepemilikan tanah baik
oleh raja maupun individu, jauh sebelum datangnya penjajah oleh Inggris
ataupun Belanda.7 Dalam masyarakat hukum Jawa, hubungan hukum
antara masyarakat adat dengan tanahnya menciptakan hak yang
memberikan masyarakat sebagai suatu kelompok hukum, hak untuk
menggunakan tanah bagi keuntungan masyarakat.
2.2. Jenis Hak Atas Tanah
Konsep hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional
membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk yaitu pertama, hak-hak atas
tanah yang bersifat primer. Kedua, hak-hak atas tanah yang bersifat skunder.
Hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak atas tanah yang dapat dimiliki
atau dikuasai secara langsung oleh seseorang atau badan hukum yang
mempunyai waktu lama dan dapat dialihkan kepada orang lain atau ahli
warisnya. Adapun hak atas tanah yang bersifat primer dalam Pasal 16 ayat (1)
UUPA yaitu :
5
Hukum Agraria.
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+AGRARIA2.pdf
6
Soska Zone. (2011). Dualisme Hukum Agraria. Hasyimsoska.
https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/04/dualisme-hukum-agraria.html?m=1
7
Galih Bawono. (2007). PENGATURAN HAK-HAK ADAT ATAS TANAH DALAM HUKUM
PERTANAHAN NASIONAL. Tesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA. https://repository.unair.ac.id/34226/
4
1. Hak Milik Atas Tanah
Hak atas tanah yang paling kuat dan terpenuh.
Hak untuk melakukan atau memakai bidang tanah untuk kepentingan
apapun.
Hanya diperuntukkan bagi warga negara Indonesia.
Contoh kasus: Seseorang yang memiliki sertifikat hak milik atas
sebidang tanah dapat membangun rumah, usaha, atau menjual tanah
tersebut.
2. Hak Guna Usaha (HGU)
Hak untuk mengusahakan langsung tanah yang dikuasai oleh Negara
untuk usaha pertanian, perikanan, atau peternakan.
Dapat diperoleh oleh perorangan Indonesia atau perusahaan Indonesia.
Jangka waktu hak guna usaha adalah 25 tahun bagi perorangan dan 35
tahun bagi perusahaan, dapat diperpanjang 25 tahun.
Contoh kasus: Sebuah perusahaan mendapatkan izin hak guna usaha
untuk mengembangkan lahan pertanian selama 35 tahun.
3. Hak Guna Bangunan (HGB)
Hak untuk membangun dan memiliki bangunan di atas tanah yang
bukan hak milik.
Dapat diperoleh oleh perorangan Indonesia atau perusahaan Indonesia.
Jangka waktu hak guna bangunan adalah 30 tahun, dapat diperpanjang
20 tahun.
Contoh kasus: Seseorang memiliki hak guna bangunan atas sebidang
tanah dan membangun rumah di atasnya.
4. Hak Pakai
Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara atau milik orang lain
Muncul bukan karena perjanjian sewa atau perjanjian pengolahan tanah
Contoh kasus: Seorang petani memiliki hak pakai atas sebidang tanah
pertanian dan dapat menggarap serta memanen hasil tanah tersebut.
5
2.3. Azas dan Dasar Hukum Hak Atas Tanah Lama
Asas dan dasar hukum hak atas tanah lama di Indonesia didasarkan
pada Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang diberlakukan sejak tahun
1960. Berikut adalah asas dan dasar hukum hak atas tanah lama:
1. Asas Kebangsaan
Menentukan dan mengatur hak dan kewajiban yang dapat dimiliki
atas bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya yang ditimbulkan dari hubungan kepentingan orang dan unsur
agraria itu.
2. Asas Kemanfaatan
Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum terkait bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
3. Asas Nasionalitas
Hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik
atas tanah. Asas ini tidak mencakup warga negara Indonesia yang menikah
dengan orang asing, karena saat menikah terjadi percampuran harta,
sehingga pasangan warga negara Indonesia dan orang asing dapat
memiliki hak milik atas tanah.
4. Dasar Hukum
UUPA Pasal 16 Ayat (1) menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas
tanah antara lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak guna
bangunan; hak pakai. Selain itu, terdapat juga hak ulayat yang merupakan
hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat.
6
sedangkan dasar hukum UUPA Pasal 16 Ayat (1) menjelaskan jenis-jenis hak
atas tanah yang dapat dimiliki oleh individu atau badan hukum tertentu.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Hukum agraria di Indonesia memiliki sifat dualisme, yang mengakui
perbedaan antara hak-hak tanah menurut hukum adat dan hukum positif.
Terdapat beberapa jenis hak atas tanah yang diakui dalam hukum agraria di
Indonesia, seperti hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
dan hak ulayat.
Azas dan dasar hukum hak atas tanah lama di Indonesia didasarkan
pada UUPA yang diberlakukan sejak tahun 1960, yang menekankan pada
asas kebangsaan, kemanfaatan, dan nasionalitas. Dalam menjalankan hak atas
tanah, setiap orang harus memperhatikan asas-asas dan dasar hukum yang
berlaku, yang menunjukkan bahwa hak atas tanah harus diperuntukkan untuk
kepentingan nasional dan masyarakat luas, bukan hanya untuk kepentingan
individu atau kelompok tertentu.
3.2. Saran
Melalui makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai
“Sejarah Pelaksanaan Hukum Agraria Di Indonesia”, sedikit banyaknya dapat
dipahami oleh pembaca, selain itu kami sebagai penyusun mohon maaf
apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk
kesempurnaan dari makalah kami ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Amarrohman, F. J., & Witjaksono, O. F. (2021). Buku Ajar Hukum Agraria. Semarang:
UNDIP Press.
Asas-Asas Hukum Agraria. (2013, November 6). Retrieved September 2023, from
HUKUMPROPERTI.com: https://hukumproperti.com/asas-asas-hukum-agraria/
Wongso, S. (2020). KEABSAHAN TUKAR MENUKAR DENGAN OBJEK HAK ATAS TANAH
SECARA LISAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK NOMOR
211/PDT.G/2018/PN.DPK). Indonesian Notary, 2, 2-23.
Zone, S. (2011, April 19). Dualisme Hukum Agraria. Retrieved November 2023, from
hasyimsoska: https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/04/dualisme-hukum-
agraria.html?m=1