Anda di halaman 1dari 1

1. Perjanjian hak asasi manusia yang diadopsi oleh PBB.

Dalam ICCPR,
hukuman mati diatur dalam pasal 6 (1) ICCPR menyatakan bahwa”setiap orang
berhak atas hak untuk hidup”, dan pasal tersebut melarang pengahapusan hak
ini kecuali dalam situasi-situasi tertentu.

2. “Daya bangun hukuman mati”

Hukuman mati sering dianggap memiliki potensi daya bangun sebagai hukuman
ekstrim yang dapat menbintimidasi dan mempengaruhi potensi pelaku tindakan
kriminal untuk tidak melakukan kejahatan serius. Beberapa pendapat bahwa
hukuman mati dapat memberikan rasa keadilan kepada korban dan masyarakat
dengan memberikan balasan sepadan atas kejahatan yang telah dilakukan.

“Daya rusak hukuman mati”

Disisi lain, banyak yang berpendapat bahwa hukuman mati memiliki daya rusak
yang signifikan. Ini termasuk resiko menjatuhakn hukuman mati kepada
seseorang yang tidak bersalah, pelanggaran HAM, dan masalah etika terkait
eksekusi manusia. Selain itu, hukuman mati diberikan pelaku kesempatan untuk
berobat atau memperbaiki kesalahannya.

3. Terpidana yang dijatuhi hukuman mati tetap meiliki beberapa hak, meskioun
hukuma tersebut adalah yang paling ekstrim. Ini termasuk hak pengadilan yang
adil, hak untuk memiliki perwakilan hukum, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
mengajukan banding. Terpidana juga berhak mendapatkan perlakuan manusiawi
selam proses eksekusi.

4.Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2-3/PUU-V/2007 mengenai hukuman


mati di Indonesia mengangkat beberapa pertimbangan penting. MK menyatakan
bahwa hukuman mati hanya dapat digunakan sebagai upaya terakhir dan dalam
situasi tertentu, yaitu untuk kejahatan terberat.

Anda mungkin juga menyukai