Anda di halaman 1dari 3

1.

Secara etimologis, hermeneutika meruapakan padanan kata dari bahasa inggris


yaitu “hermeneutics” dan dari bahasa yunani “ hermeneuein” yang berarti
menerjemahkan atau bertindak sebagai penafsir. Dalam konteks menerjemahkan
sebuah teks berhasa asing kedalam bahasa sendiri, maka perlu dipahami terlebih
dahulu teks tersebut, selanjutnya mencoba memahami kata-kata rangkain
terjemahan. Kegiatan penerjemah bukanlah sekedar menukar kata-kata asing ke
dalam kata-kata kita, melainkan memberi penafsiran. Dengan demikian
hermeneutika diartikan sebagai kegiatan yang menyingkapmakna sebuah teks.
Selanjutnya teks yang dimaksud adalah bukan hanya dalam bentuk tulisan kata-
kata saja melainkan teks adalah perilaku, tindakan, norma, mimik, tata nilai, isi
pikiran, percakapan, dan sebagainya atau dapat dikatakan bahwa apapum yang
dapat dimaknai oleh manusia maka itu juga dapat disebut teks sehingga
memerlukan heemeneutika untuk memenuhi semua itu.

Kajian hermeneutika hukum mempeunyai dua makna sekaligus: pertama,


hermeneutika hukum dapat dipahami sebagai metode interpretasi stas teks
hukum. Dimana interpretasi yang benar terhadap teks hukum itu harus selalu
berhubungan dengan isi (kaidah hukumnya), baik yang tersurat maupun yang
tersirat, atau antara bunyi hukum dan semangat hukum. Menurut gadamer ada
tiga syarat yang harus dipenuhi oleh seorang penafsir yaitu:subtilitas explicandi
(ketepatan penjabaran), subtilitas applicandi (ketetapan penerapan), subtilitas
inelegendi (ketetapan pemahaman). Maka tidak berlebihan jika para pakar hukum
merupakam alternatif yang tepat dan praktis untuk memahami naskah normatif.

Kedua, heermeneutika hukum juga mempunyai pengaruh besar dengan teori


penumuan hukum. Hal ini ditunjukan dalam kerangka lingkaran spiral
hermeneutika, yaiitu proses timbal balik antara kaidah-kaidah dan fakta-fakta.
Karena dalil hermeneutika menjelaskan bahwa orang harus mengkukalifikasikan
fakta-fakta dalambingkai kaidah-kaidah dan menginterpretasikan kaidah-kaidah
dalam bingkai fakta-fakta.

Hermeneutika sebagai metode penemuan hukum melalui interpretas teks hukum


selalu menjadi diskursus utama dalam setiap kajian hermeneutika hukum. Hal ini
tidak telepaskan dari substansi filsafat hermeneutika adalah tentang hakikat hal
mengerti atau memahami sesuatu, yakni refleksi kefilsafatan yang menganalisis
syarat-syarat kemungkinan bagi semua, pengalaman dan pergaulan manusiawi
dengan kenyataan, termasuk peristiwa mengerti atau interpretasi.

2. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani


hermeneuin yang berarti menafsirkan dan kata benda hermeneia yang berarti
interpretasi atau penafsiran. Tetapi kedua kata kedua kata tersebut pun memiliki
arti: menerjemahkan dan bertindak sebagai penafsir. Palmer lebih jauh
menunjukan tiga maka dasar dan istilah hermeneuin dan hermeneia yakni : 1)
mengungkapkan dengan kata-kata “to say”; 2)menjelaskan seperti menjelaskan
sebah situasi; 3)menerjemahkan, seperti menerjemahkan bahasa asing, ketiga
makna istilah dapat diapadatkan dengan kata menginterpretasi “to interpret”.
Interpretasi melibatkan pemahaman dan menjelaskan yang masuk akal,
pengucapan dengan kata-kata sehingga dapat dipahami, dan penerjemahan dari
satu bahasa ke bahasa lain.

Tetapi secara historis, istilah hermeneutika selalu diakaitka dengan tokoh Hermes
dan mitoligi Yunani kuno yang bertugas menafsirkan kehendak dewa (orakel)
dengan bantuan kata-kata manusia. Hermes dianggap sebagai pembawa pesan,
atau tepatnya mengungkapkan pesan dewata dalam bentuk kata-kata sehingga
dapat dipahami. Dalam perkembanagan kemudian, istilah itu dikaitkan dengan
penafsiran kehendak tuhan sbagaimana terkandung dalam ayat-ayat kitab suci.
Maka dalam konteks itu istilah hermeneutika lalu memiliki pengertian : pedoman
atau kaidah dalam memehami penafsiran teks-teks yang bersifat otoritatif seperti
dogma da kita suci. Maka menurut palmer, hermeneutika berkembang dalam
enam tahap, yakni : 1) hermeneutika sebagai teori eksegesis bilbel, 2) metodologi
filsafat, 3) ilmu pemahan fiologis, 4) fondasi metodologi bagi
Geisteswissenschaften, 5) eksistemsial, 6) sistem interpretasi.

Model hermeneutika pertama adlah hermeneutika ekesegese. Dengan


hermeneutika sebagao teori eksegese bibel, yang dimaksud adalah prinsip-
prinsip, kaidah-kaidah, atau metode yang digunakan dalam menghimpun, menata
atau mengelola segala informasi yang berkaitan dengan bibel. Buku karya J.C.
Dannhaver, Hermautica secara sive methodus exponendaru, secrarum literatum
yang diterbitka tahun 1654 menjelaskan tentang perlunya kaidah atau metode
tertentu bagi interpretasi teks-teks suci. Teks-teks suci mesti ditafsirkan menurut
kaidah tertentu dan tidak sekedar mengikuti komentar tertentu.

3. Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani


hermeneuin yang berarti menafsirkan dan kata benda hermeneia yang berarti
interpretasi atau penafsiran. Tetapi kedua kata kedua kata tersebut pun memiliki
arti: menerjemahkan dan bertindak sebagai penafsir. Palmer lebih jauh
menunjukan tiga maka dasar dan istilah hermeneuin dan hermeneia yakni : 1)
mengungkapkan dengan kata-kata “to say”; 2)menjelaskan seperti menjelaskan
sebah situasi; 3)menerjemahkan, seperti menerjemahkan bahasa asing, ketiga
makna istilah dapat diapadatkan dengan kata menginterpretasi “to interpret”.
Namun masing-masing dari ketiga makna tersebut membentuk sebuah makna
yang independen dan signifikan bagi interpretasi.

Pada mitologi Yunani kuno, kata hermeneutika selalu diakaitka dengan tokoh
Hermes dan mitoligi Yunani kuno yang bertugas menafsirkan kehendak dewa
(orakel) dengan bantuan kata-kata manusia. Hermes dianggap sebagai pembawa
pesan, atau tepatnya mengungkapkan pesan dewata dalam bentuk kata-kata
sehingga dapat dipahami. Dalam perkembanagan kemudian, istilah itu dikaitkan
dengan penafsiran kehendak tuhan sbagaimana terkandung dalam ayat-ayat kitab
suci. Yaitu ayat-ayat kitab suci. Secara teologis peran Hermes tersebut dapat
dinisbahkan sebagai mana peran nabi, bahkan Sayyed Hossein Nashr menyatak
bahawa Hermes tersebut tidak lain adalah nabi idris a.s. Jadi disini dapat
disimpulkan bahwa hermaneutika adalah ilmu dan seni menginterpretasikan (the
art interpretation) suatu teks atau kitab suci. Sedanglan dalam perspektif fisiologis,
heremeutika merupakan aliran filsafat yang mempelajari hakikat hal mengerti atau
memahami sesuatu. Sesuatu yang dimaksud disini dapat berupa teks, naskah-
naskah kuno, peristiwa, pemikiran dan kitab suci, yanng semua hal ini adalah
merupakan objek penafsiran hermeneutika.

Anda mungkin juga menyukai