Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

MATA KULIAH ADMINISTRASI PERTAHANAN

Dosen : Andi Hamniza Kastury S.H.,M.Kn

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
1. Jelaskan pengertian administrasi dilihat dari sudut pandang proses,
fungsional, dan institusional serta sebutkan catur tertib pertanahan!

1. Sudut Pandang Proses:

Administrasi dari sudut pandang proses melibatkan serangkaian kegiatan yang


dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ini mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dalam konteks ini,
administrasi dilihat sebagai serangkaian langkah atau tindakan yang dilakukan untuk
mengelola sumber daya dan mencapai tujuan organisasi.

2. Sudut Pandang Fungsional:

Dari sudut pandang fungsional, administrasi didefinisikan oleh fungsi-fungsi atau


peran-peran khusus yang dijalankan oleh manajer atau administrator. Ini mungkin
mencakup fungsi-fungsi seperti perencanaan strategis, pengorganisasian struktur
organisasi, pengarahan sumber daya manusia, pengawasan, dan evaluasi kinerja.

3. Sudut Pandang Institusional:

Sudut pandang institusional melihat administrasi sebagai suatu sistem atau lembaga
yang melibatkan norma-norma, aturan, dan kebijakan tertentu. Ini mencakup elemen-
elemen seperti kelembagaan pemerintah, peraturan, dan budaya organisasi.
Administrasi institusional terkait dengan bagaimana suatu organisasi beroperasi dalam
konteks lebih luas dari lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.

Catur Tertib Pertanahan:

Catur tertib pertanahan adalah istilah yang berkaitan dengan tata kelola dan
penyelenggaraan pertanahan. Catur tertib pertanahan terdiri dari empat komponen
utama, yaitu:
1. Tertib Kepemilikan:

Melibatkan aspek hukum dan administratif terkait kepemilikan tanah. Ini mencakup
pembuktian hak-hak tanah, pemilikan, dan peralihan hak-hak tersebut.

2. Tertib Pemanfaatan:

Berkaitan dengan aturan dan regulasi terkait cara tanah digunakan, baik untuk tujuan
pertanian, perumahan, industri, atau tujuan lainnya. Ini termasuk perencanaan tata
ruang dan zonasi.

3. Tertib Penggunaan dan Pemanfaatan:

Menyangkut pengelolaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas yang terkait dengan


tanah, termasuk kegiatan pembangunan, perubahan penggunaan lahan, dan lingkungan.

4. Tertib Pengawasan dan Penertiban:

Melibatkan aspek pengawasan dan penegakan aturan serta hukuman terhadap


pelanggaran terhadap tata kelola pertanahan. Ini mencakup penegakan hukum terkait
kepemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan tanah.

Jadi catur tertib pertanahan itu dirancang untuk menciptakan keadilan, ketertiban, dan
efisiensi dalam pengelolaan sumber daya tanah agar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan nasional.
2. Sebutkan 3 kategori penyebab timbulnya permasalahan pertanahan!

Terdapat berbagai penyebab permasalahan pertanahan, namun di antara yang


umum ditemui, tiga kategori penyebab utama melibatkan aspek hukum, konflik
kepentingan, dan faktor lingkungan. Berikut adalah penjelasan singkat untuk
masing-masing kategori:
1. Aspek Hukum:
- Sertifikat Tanah dan Legalitas: Seringkali, permasalahan muncul akibat
kepemilikan tanah yang tidak jelas atau sertifikat tanah yang tidak sah secara
hukum.
- Ketidakjelasan Peraturan: Kebijakan pertanahan yang ambigu atau kurang
jelas dapat menjadi sumber konflik antara pihak-pihak yang terlibat.
2. Konflik Kepentingan:
- Sengketa Kepemilikan: Persoalan kepemilikan tanah antarindividu atau
kelompok dapat menghasilkan konflik, terutama jika klaim-klaim tersebut
saling tumpang tindih.
- Konflik Penggunaan Lahan: Pertikaian dapat muncul ketika ada perbedaan
pendapat mengenai penggunaan tanah, seperti antara pertanian dan
pembangunan.
3. Faktor Lingkungan:
- Degradasi Tanah: Proses degradasi tanah akibat eksploitasi yang berlebihan
atau praktik-praktik pertanian yang merugikan lingkungan dapat
menciptakan permasalahan pertanahan.
- Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi pola cuaca dan
keberlanjutan pertanian, menyebabkan ketidakpastian dan konflik atas
sumber daya tanah.

Jadi perlu diingat bahwa setiap konteks pertanahan dapat memiliki variabel tambahan
dan penyebab yang unik. Oleh karena itu, penanganan permasalahan pertanahan
seringkali memerlukan pendekatan yang holistik dan penerapan kebijakan yang baik.
3. Sebutkan dan jelaskan asas-asas pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun
1997!

Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 24


Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan tersebut mengatur asas-asas
pendaftaran tanah di Indonesia. Berikut adalah beberapa asas-asas pendaftaran tanah
yang diatur oleh PP No. 24 Tahun 1997:

1. Asas Terbuka (Open System): Asas ini mengacu pada prinsip bahwa sistem
pendaftaran tanah harus terbuka untuk umum. Informasi mengenai status dan
kepemilikan tanah harus dapat diakses oleh publik dengan mudah. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan mencegah sengketa tanah.

2. Asas Wajib (Mandatory System): Pendaftaran tanah diatur sebagai suatu


kewajiban yang harus dilakukan oleh pemilik tanah atau pihak yang memiliki
hak atas tanah. Pendaftaran ini bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan
kepastian hukum dalam kepemilikan tanah.

3. Asas Mutakadim (Priority System): Asas ini mengatur mengenai prioritas


pendaftaran. Pendaftaran tanah yang dilakukan lebih dahulu memiliki prioritas
dibandingkan dengan pendaftaran yang dilakukan kemudian. Hal ini untuk
menghindari sengketa kepemilikan tanah.

4. Asas Akurat (Accuracy System): Asas ini menekankan pada ketepatan dan
keakuratan informasi yang disajikan dalam pendaftaran tanah. Data yang terkait
dengan tanah harus mencerminkan kondisi sebenarnya untuk menghindari
kesalahan atau kekeliruan.
5. Asas Objektif (Objectivity System): Pendaftaran tanah harus bersifat objektif,
artinya informasi yang terkandung dalam pendaftaran harus dapat diverifikasi
dan diuji kebenarannya secara independen.
6. Asas Sederhana dan Cepat (Simple and Fast System): Asas ini menekankan
pentingnya menjalankan proses pendaftaran tanah dengan cara yang sederhana
dan cepat. Hal ini untuk memudahkan para pemilik tanah dalam melakukan
pendaftaran.

7. Asas Keberlanjutan (Continuity System): Pendaftaran tanah harus bersifat


kontinu, artinya harus selalu diperbaharui dan diperbarui agar mencerminkan
kondisi tanah yang terkini.

8. Asas Kebebasan (Freedom System): Asas ini menjamin kebebasan pemilik


tanah untuk menjual, menukar, atau memberikan hak atas tanahnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Itulah beberapa asas-asas pendaftaran tanah yang diatur oleh Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 di Indonesia. Perlu dicatat bahwa interpretasi dan implementasi
asas-asas ini dapat berubah sesuai dengan perubahan perundang-undangan dan
praktik hukum yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Administrasi Pertanahan ADPU4335

Murad, R. (1997). Administrasi Pertanahan: Pelaksanaannya dalam Praktik. Bandung:


Mandar Maju

Parlindungan, A.P. (1993) Komentar atas UU Penataan Ruang (UU No. 24 Tahun
1992). Bandung: Mandar Maju.

Soeprapto, R. (1986). Undang-undang Pokok Agraria dalam Praktik. Jakarta: UI Press.

Sumardjono, Maria S.W. (2001). Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi &


Implementasi. Jakarta: Kompas.

Handayaningrat. (1996). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta:


Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai