Disusun Oleh
S1 Terapan
A. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan job P, PI and PID Controls of the Speed of DC Motor using the
CHR Method (Kontrol P, PI, dan PID dari Kecepatan Motor DC dengan menggunakan
Metoda CHR) adalah sebagai berikut:
Mendefinisikan P, PI and PID Controls of the Speed of DC Motor using the CHR
Method (Kontrol P, PI, dari PID dari Kecepatan Motor DC dengan menggunakan
Metoda CHR)
Mendefinisikan kontrol P, PI, dan PID dari kecepatan motor DC dengan
menggunakan metoda CHR
Menjelaskan hubungan antara output dengan input dalam suatu sistem kontrol P,
PI, dan PID dari kecepatan motor DC dengan menggunakan metoda CHR.
B. Dasar Teori
Sistem kontrol pada motor DC dikendalikan melalui armatur dengan cara mengatur
tegangan jangkar Va untuk menghasilkan kecepatan sudut ω(t) pada poros (shaft) seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 8.1, di mana sekaligus untuk mengurangi sensitivitas ω
terhadap berbagai variasi beban seperti misalnya pada perubahan torsi beban. Parameter
lainnya pada motor dc seperti tahanan belitan (resistance coil, R), induktansi belitan
(inductance coil, L), konstanta torsi (torque constants, T(t)), konstanta emf dari (back emf
constants, Kb), tegangan emf (Vemf), kelekatan gesek (viscous friction, Kf), dan beban
inersia pada motor (inertial load, J).
1
Dalam Gambar 8.2 memperlihatkan model torsi Td yang dianggap sebagai gangguan
beban yang mempengaruhi kecepatan motor. Dalam Gambar 8.2 memperlihatkan sistem
kontrol motor dc yang sedang mengalami gangguan torsi Ꚍd pada beban motor.
(c) feedback
control
Gambar 8.2.
Diagram blok model sistem kontrol motor DC yang mengalami gangguan torsi Td
2
Variasi kecepatan putar motor dc yang dipengaruhi oleh gangguan torsi T d tersebut dapat
diminimalkan dengan variasi kecepatan tertentu dan dibuat model simulasi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 8.3 berikut.
3
(b) clearly feedforward control handles load disturbances poorly
4
(d) the root locus design is better at rejecting load disturbances
Gambar 8.3.
Grafik f(t) model simulasi sistem kontrol motor DC
Tachometer pada servomekanisme
Tachometer pada prinsipnya merupakan suatu generator yang menghasilkan tegangan
yang sebanding dengan kecepatan putarnya. Perangkat ini digunakan sebagai transduser
yang mengubah kecepatan putar poros menjadi tegangan DC yang sebanding seperti
ditunjukkan dalam Gambar 8.3 berikut ini.
Gambar 8.3.
Prinsip penggunaan tachometer pada motor DC
di mana (s) adalah transformasi Laplace dari posisi poros, dan (s) adalah transformasi
Laplace dari kecepatan putar poros.
5
Performa sistem loop tertutup dengan elemen umpan balik ber-orde satu
Suatu motor DC pada loop tertutup yang diberi masukan tegangan DC, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 8.4 di bawah ini diinginkan untuk melihat performansi respon
keluaran yang berupa posisi poros motor.
Gambar 8.4.
Diagram blok sistem kontrol motor DC menggunakan tachometer sebagai transducer
Dengan menganggap motor DC memiliki model matematis 1/(T m.s + 1) dengan Tm adalah
konstanta waktu motor, dan K adalah konstanta penguatan motor DC, serta tachometer
memiliki konstanta penguatan KT, maka dari Gambar 8.5 berikut ini
Gambar 8.5.
Diagram blok model sistem kontrol motor DC
Maka persamaan fungsi alih (transfer function, TF) dari sistem di atas adalah
𝐾𝑚
𝛩(𝑠) 𝑇 𝑚𝐾. 𝑚𝑠 + 1 𝐾𝑚 = 𝐾𝑚
= =
𝑅(𝑠) 1 + .𝐾 .𝑠 .𝑠+1+ .𝐾 . 𝑠 + . 𝐾 ). 𝑠 + 1
𝑇 𝐾 (𝑇 𝐾
𝑚 𝑚 𝑚 𝑚 𝑇
𝑇
𝑇𝑚. 𝑠 + 1 𝑇
Bila masukan berupa sinyal step R(s) = 1/s, maka dengan menggunakan Teorema Harga
Akhir, maka error steady state (ess) diperoleh
(𝑇 + 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + (1 − 𝐾𝑚) 1
𝑒𝑠𝑠 = 𝑙𝑖𝑚𝑠. 𝐸(𝑠) = 𝑙𝑖𝑚𝑠. 𝑚 . = 1 − 𝐾𝑚
𝑠→0 𝑠→0 (𝑇𝑚 + 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + 1 𝑠
6
Jika pada sistem di atas diberi kontroler P seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 8.6 di
bawah ini
Gambar 8.6.
Diagram blok model sistem kontrol motor DC diberi kontroler P
Maka persamaan fungsi alih (transfer function, TF) dari sistem di atas adalah
𝐾𝑝. 𝐾𝑚
𝛩(𝑠) 𝑇𝑚. 𝑠 + 1
= 𝐾𝑝. 𝐾𝑚
𝑅(𝑠) =𝑇 .𝑠+1+𝐾 .𝐾 .𝐾 .𝑠
𝐾𝑝. 𝐾𝑚 𝑚 𝑝 𝑚 𝑇
1+ .𝐾 .
𝑠
𝑇𝑚. 𝑠 + 1 𝑇
= 𝐾𝑝. 𝐾𝑚
(𝑇𝑚 + 𝐾𝑝. 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + 1
Tampak bahwa konstanta waktu sistem di atas adalah
T’ = Tm + Kp.Km.KT
Dalam hal ini penambahan kontroler P mengakibatkan tanggapan (response) sistem
bertambah lambat.
Bila sinyal kesalahan penggerak E(s) dibandingkan terhadap masukan R(s), maka
diperoleh
𝐸(𝑠) 𝑅(𝑠) − 𝐶(𝑠) 𝐶(𝑠) 𝐾𝑝. 𝐾𝑚
𝑅(𝑠) = 𝑅(𝑠 = 1 − 𝑅(𝑠) = 1 − (𝑇𝑚 + 𝐾𝑝. 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + 1
)
Bila masukan berupa sinyal step R(s) = 1/s, maka dengan menggunakan Teorema Harga
Akhir, error steady state (ess) diperoleh
(𝑇𝑚 + 𝐾𝑝. 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + (1 − 𝐾𝑝. 𝐾𝑚) 1
𝑒 𝑠𝑠 = 𝑙𝑖𝑚𝑠. 𝐸(𝑠) = 𝑙𝑖𝑚𝑠. . = 1 − 𝐾 𝑝. 𝐾𝑚
Maka persamaan fungsi alih (transfer function, TF) dari sistem di atas adalah
𝐾𝑚
𝛩(𝑠) 𝑇 𝑚𝐾. 𝑚𝑠 + 1 𝐾𝑚 = 𝐾𝑚
=
𝑅(𝑠) = 1 − .𝐾 .𝑠 .𝑠+1− .𝐾 . 𝑠 − . 𝐾 ). 𝑠 + 1
𝑇 𝐾 (𝑇 𝐾
𝑚 𝑚 𝑚 𝑚 𝑇
𝑇
𝑇𝑚. 𝑠 + 1 𝑇
Bila masukan berupa sinyal step R(s) = 1/s maka dengan menggunakan Teorema Harga
Akhir, error steady state (ess) diperoleh
(𝑇 + 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + (1 + 𝐾𝑚) 1
𝑒𝑠𝑠 = 𝑙𝑖𝑚𝑠. 𝐸(𝑠) = 𝑙𝑖𝑚𝑠. 𝑚 . = 1 + 𝐾𝑚
𝑠→0 𝑠→0 (𝑇𝑚 + 𝐾𝑚. 𝐾𝑇). 𝑠 + 1 𝑠
Tampak di sini bahwa ess lebih besar dibandingkan dengan pemberian umpan balik negatif.
Sistem servo yang ditunjukkan dalam Gambar 8.8(a) terdiri dari pengontrol proporsional
dan elemen beban (inersia dan elemen kelekatan gesek/ inertia and viscous friction
elements). Misalkan diinginkan untuk mengontrol posisi keluaran c sesuai dengan posisi
input r.
8
(a) servo system; (b) block diagram; (c) simplified block diagram
Gambar 8.8. Pengontrol proporsional dan elemen beban dari speed of DC
motor
Dengan menggunakan fungsi alih (transfer function) ini. Gambar 8.8(a) dapat digambar
ulang seperti dalam Gambar 8.8(b), di mana dapat dimodifikasi menjadi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 8.8(c). Fungsi alih kalang tertutup (closed-loop transfer
function) kemudian akan diperoleh sebagai
𝐶(𝑠) 𝐾 𝐾/𝐽
= =
𝑅(𝑠) 𝐽𝑠2 + 𝐵𝑠 + 𝐾 𝑠2 + (𝐵/𝐽)𝑠 + (𝐾/𝐽)
dengan sistem seperti itu, di mana fungsi alih kalang tertutup (closed-loop transfer
function) memiliki dua kutub yang disebut sebagai sistem orde kedua. (Beberapa sistem
orde kedua mungkin melibatkan satu atau dua nol).
9
C. Peralatan dan Komponen
Modul peralatan, sebagai berikut:
Modul DL 2613 DC Power Supply (Catu Daya)
Modul DL 2614 Voltage Reference Generator
Modul DL 2622 PID Controller (PI, PD, PID Action Element); Alternatif: Modul
LB 734-061 PID Controller (PI, PD, PID Action Element)
Modul LB 734-13 Amplifier
Modul DL 2681 Motor - Generator Set
Oscilloscope (Digital Storage Oscilloscope); GDS-2000A / 2104A Series
Kabel Penghubung.
Modul peralatan (modifikasi) Aliran/ Debit Air menggunakan Pompa - Motor DC,
sebagai berikut:
Arduino Uno
Motor DC
Mosfet IRFZ48N
Resistor
Water Flow Sensor
Optocoupler TIL111
LED (Light Emitting Diode)
Bahan pendukung: Mika akrilik
Kabel Penghubung.
10
Rangkaian Driver Pengendalian Kecepatan Motor DC
11
Rangkaian Driver Pengendalian Aliran Air menggunakan Pompa - Motor DC
Gambar 8.9.
Rangkaian peralatan P, PI and PID controls of the speed of DC motor
using the CHR method
12
Rangkaian Pengendalian Aliran Air menggunakan Pompa - Motor DC
Gambar 8.10.
Proses percobaan job P, PI and PID controls of the speed of DC
motor using the CHR method
D. Langkah Kerja:
1. Siapkan dan pasang modul peralatan sesuai petunjuk job praktikum seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 8.10.
2. Aturlah osiloskop / Oscilloscope (Digital Storage Oscilloscope) GDS-2000A
Series); sesuai dengan kebutuhan percobaan menggunakan mode gelombang
(waveform) y = f(t) dengan ketentuan sebagai berikut:
Trace 1 (probe 1) untuk sinyal U1 / terminal Y1 (channel 1); pada skala
Amplitudo dalam volt/div.
Trace 2 (probe 2) untuk sinyal U2 / terminal Y2 (channel 2); pada skala Waktu
dalam time/div.
3. Rangkailah perlengkapan dan hidupkan (switch on) osiloskop hingga siap
diopeasikan secara normal
4. Prosedur Percobaan. Switch / saklar pada modul peralatan catu daya pada posisi on,
atur (setting) parameter variabel / konstanta untuk V 1 (Volt); kp, ki(s-1), kd(s); kp-
fb (kp-feedback); p-fb (faktor pengali-feedback). Selanjutnya ukur dan gambarkan
dengan baik dan benar sinyal masukan U1 (terminal Y1) dan sinyal keluaran U2
(terminal Y2) dengan mengatur garis / line pada osiloskop yang relevan sesuai
dengan tujuan dan sasaran percobaan sehingga didapatkan besaran dan gambar
dengan baik / tepat.
13
Contoh data/ setting:
Job 8: P, PI and PID controls of the speed of DC motor using the CHR method
Percobaan V1 (Volt) kp ki (s-1) kd (s) kp-fb p-fb
A 5 0,10 0,01 0,10 1 1
B 5 0,10 0,01 0,10 1 1
kp-fb: kp-feedback
p-fb: faktor pengali-feedback
E. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian P, PI and PID Controls of the Speed of DC Motor using the
CHR Method (Kontrol P, PI, dari PID dari Kecepatan Motor DC dengan
menggunakan Metoda CHR) !
2. Jelaskan pengertian kontrol P, PI, dan PID dari kecepatan motor DC dengan
menggunakan metoda CHR !
3. Jelaskan hubungan antara output dengan input dalam sistem kontrol P, PI, dan PID
dari kecepatan motor DC dengan menggunakan metoda CHR !
4. Berapakah besar sinyal error e(t), jika besar c(t) 60% yang dialami sistem pada
saat keadaan peralihan (transient) hingga mencapai keadaan tunak (steady state)
untuk suatu variabel / konstanta tertentu unutk masing-masing kontrol P, PI, dan
PID ?
14
Gambar percobaan Job 8
15
Gambar 8. 4. Nilai Kp= 0,5 Ki=0.5, Kd=1
F. Jawaban Pertanyaan
1. Pengertian P, PI and PID controls of the Speed of DC Motor using the CHR method. P
(Proportional/Gain)
Jawab :
Proportional atau Gain merupakan besaran nilai (%) yang menentukan perubahan
nilaiinput ke motor dc sesuai dengan selisih nilai (Error) proses value dengan set point
value. Besar kecilnya nilai Proportional mempengaruhi seberapa besar (%) respon motor
dc akan terpengaruh oleh perbedaan nilai proses dengan nilai set point.
16
2. Pengertian kontrol P, PI, dan PID dari proses pengaturan kecepatan Motor DC
dengan menggunakan metoda CHR
Jawab :
Kontrol P merupakan besaran nilai (%) yang menentukan perubahan nilai input
ke alat Motor DC sesuai dengan selisih nilai (Error) proses value dengan set point value.
Besar. kecilnya nilai Proportional mempengaruhi seberapa besar (%) respon Motor DC
akan terpengaruh oleh perbedaan nilai proses dengan nilai set point.
Kontrol PI merupakan gabungan antara kontrol proporsional dan kontrol integral.
Kontrol PI sangat tepat digunakan pada sistem yang tidak begitu membutuhkan
kestabilan sistem namun butuh akurasi pada saat kondisi mantap. Dengan parameter Kp
dan Ki yang tepat maka sistem akan memiliki repon yang sangat cepat dan error steady
state bisa dieliminasi. Kekurangan kontrol ini adalah ketika ada gangguan atau
perubahan set point atau pada saat kondisi awal akan sedikit membutuhkan waktu untuk
menuju kondisi mantapnya disebabkan osilasi.
Kontrol PID merupakan gabungan antara kontrol proporsional, kontrol Integral
dan Kontrol Derivatif. Kontrol PID sangat tepat digunakan pada sistem yang
membutuhkan akurasi pada saat kondisi mantap dan namun membutuhkan respon yang
cepat, kondisi mantap yang cepat dan sistem yang stabil. Setiap kekurangan dan
kelebihan dari masing- masing pengotrol dapat saling menutupi.
3. Jelaskan hubungan antara output dengan input dalam sistem kontrol P, PI, dan PID dari
kecepatan motor DC dengan menggunakan metoda CHR !
Jawab :
Dapat di ketahui dengan menggunakan kontroler P, PI dan PID (Proporsional
Intergral Diferensial) dari proses pengaturan kecepatan Motor DC dengan sistem kendali
Chien Hrones Reswick (CHR) maka akan menunjukkan hasil yang memiliki overshoot
dan error steady state yang cukup besar. Keluaran sistem untuk mencapai setpoint
memiliki error sistem nol, ini berarti nilai aktual dengan nilai yang di inginkan dapat
dicapai tanpa adanya penyimpangan. Karena kontroler P, PI, PID hanya mengandalkan
variabel proses terukur, bukan pengetahuan mengenai prosesnya, maka dapat secara luas
digunakan. Dengan penyesuaian (tuning) ketiga parameter model, kontroler P, PI, PID
dapat memenuhi kebutuhan proses. Respon kontroler dapat dijelaskan dengan bagaimana
responnya terhadap kesalahan,besarnya overshoot dari setpoint, dan derajat osilasi
sistem. penggunaan algoritme P, PI, PID tidak menjamin kontrol optimum sistem atau
bahkan kestabilannya.
17
4. Berapakah besar sinyal error e(t), jika besar c(t) 60% yang dialami sistem pada saat
keadaanperalihan (transient) hingga mencapai keadaan tunak (steady state) untuk suatu
variabel / konstanta tertentu unutk masing-masing kontrol P, PI, dan PID ?
Jawab :
Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi nol, sehingga
efek kontrol I ini akan semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus
menghilangkan respons steady- state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat
menyebabkan respons transien yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan
pada sistem. Maka, nilai error e(t) untuk mendapatkan keadaan tunak atau steady state
harus berada pada posisi 0% atau posisi nol.
G. Analisis Data
Berdasarkan data hasil percobaan P, PI and PID controls of DC motors using the
CHR Methode, didapatkan perubahan bentuk gelombang sinyal keluaran U2 yang berbeda
antara percobaan A dan percobaan B. Masing-masing pada percobaan A dan B diberikan
Kis-1 sebesar 0,01 dan Kds sebesar 0,10, sedangkan untuk Kp sendiri berbeda. Dimana pada
percobaan A diberikan Kp sebesar 1,0 dan pada percobaan B diberikan sebesar 0,1 atau 10
kali lebih kecil dari Kp percobaan A. Nilai RMS pada sinyal U1 untuk kedua percobaan
sedikit berbeda, namun masih dapat ditoleransi untuk melihat perbandingan antara
percobaan A dan B dari perubahan nilai Kp tersebut. Pada percobaan A, Nilai RMS U1
sebesar 5,52V menghasilkan nilai RMS pada sinyal U2 sebesar 6,84V. Pada percobaan B,
Nilai RMS U1 sebesar 5,88V menghasilkan nilai RMS pada sinyal U2 sebesar 2,02V.
Berdasarkan dari data yang ada, pengaruh dari perubahan nilai Kds ini membuat
waktu
rise time menjadi lebih lama, yang semula hanya 562ms menjadi 18,22s dengan
rata-rata nilai tegangan U2 yang semula 6,16V turun menjadi 1,92V. Dengan besaran
tegangan rata-rata tersebut didapatkan pula nilai tegangan max untuk percobaan A 7,40V dan
percobaan B 3,60V.
Hal ini dapat dikatakan bahwa peningkatan nilai Kp membuat waktu rise time
menjadi jauh lebih lama dan membuat tegangan RMS pada sinyal keluaran U2 semakin
kecil, dimana yang berimbas pada penurunan nilai tegangan rata-rata dan tegangan max juga.
18
Kesimpulan
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga
parameter P, I, dan D. Penyetelan konstanta Kp,Ki dan Kd akan mengakibatkan Penonjolan
sifat dari masingmasing elemen. satu atau Dua dari ketiga konstan tersebut dapat disetel
lebih menonjol di banding yang lain. konstanta yang menonjol itulah akan memberikan
Konstribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
19