Oleh :
1
I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Mengenal karakteristik sistem
Mampu memodelkan sistem dengan melihat karakteristik respon
2
II. DASAR TEORI
3
PID Kontroler
Adalah tipe kontroler analog yang analisanya dapat mengguanakanmetode
frekuensi respon yaitu bode plot, polar plot dengan metode Zieglar Nichols.
Implementasi PID kontroler dari analisa perancangan kontroler PID
menggunakan Zieglar Nichols / stabilizer margin diperoleh parameter kontroler
Kp (konstanta proporsional), Ti (time integral), Td (time integral). Parameter –
parameter tersebut dapat diimplementasikan menggunakan kontrol pneumatic
dengan mengatur katup, dengan mengatur membran diafragma yang terdapat
pegas dan gaspot (shock yang ada minyaknya) sama halnya dengan dengan
kontrol hidrolik cuma berbeda pneumatik medianya udara, hidrolik medianya
zat cair.
Ditinjau dari adanya gangguan dari output ke input, system control dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Sistem kontrol loop tertutup / feedback controller
Yaitu suatu system kontrol yang diterapkan pada suatu plan apabilaplan
tersebut terdapat gangguan. Pengertian gangguan adalah noise yang
mempengaruhi kerja sistem kontrol yang mana gangguan tersebut adalah
sesuatu yang tidak dapat diprediksi / dimodelkan.
Contoh : Kapal autopilot
Input --> jalur/lintasan plant --> kemudi&badan kapal
Sensor --> GPS/radar output --> jalur/lintasan kapal
Aktuator --> Stearing gear kontroller --> PID, fuzzy, JST
2. Sistem kontrol loop terbuka
Yaitu sistem kontrol yang diterapkan pada suatu plan yang mana plan
tersebut tidak ada gangguan.
Elemen – elemen dasar sistem kontrol
1. Input / Referensi : yaitu nilai yang diinginkan dari suatu system control
untuk mengatur nilai output dari sebuah plan atau objek yang dikendalikan.
2. Output : yaitu nilai yang dihasilkan dari suatu plan / objek.
3. Sensor : yaitu device untuk memonitor nilai output
4
4. Aktuator : yaitu penggerak yang digunakan untuk mengoreksi atau
meniadakan eror.
5. Kontaktor : yaitu pemikir / otak sistem control kontrolermengolah sinyal
eror dan komparator untuk diolah /dihitung guna mendapatkan sinyal
kontrol. Sinyal control memiliki kekuatan yang terbatas sehingga actuator
untuk memperbaiki nilai kesalahan.
6. Plan : yaitu komponen atau objek yang dikendalikan.
Langkah lengkap desain sistem kontrol:
a. Identifikasi sistem, tujuannya untuk memilih tipe kontroler yang tepat yaitu
kontrol loop terbuka / tertutup.
b. Menentukan device / elemen sistem kontrol dan menggambar atau
merencanakan skematik diagram sistem fisiknya.
c. Merancang dan membuat implementasi sistem kendali.
d. Identifikasi model matematik sistem (modelling).
e. Analisa respon system dan analisa kestabilan.
f. Desain kontroller menggunakan simulasi.
g. Implementasi kontroller menggunakan sistem pneumatik, hidrolik, elektrik/
digital.
h. Uji coba kontroller untuk pengendalian plant validasi.
5
2.2 Model Persamaan Differensial
Model ini merupakan model sistem dinamik bentuk persamaan diferensial :
𝑎𝑛 𝑦 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑦 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎0 = 𝑏𝑚 𝑥 𝑚 + 𝑏𝑚−1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑏0
dengan
𝑑𝑛 𝑦⁄ 𝑑 𝑚 𝑥⁄ 𝑚
𝑦𝑛 = 𝑑𝑡 𝑛 dan 𝑥 𝑚
= 𝑑𝑡
y = output (respo)
x = input
6
2.4 Model Keadaan Ruang
State space adalah ruang berdimensi n yang sumbu koodinatnya terdiri dari
sumbu x1, sumbu x2, … , sumbu xn. Persamaan ruang keadaan :
𝑥̇ (𝑡) = 𝐴(𝑡) . 𝑥(𝑡) + 𝐵(𝑡) . 𝑈(𝑡)
𝑦(𝑡) = 𝐶(𝑡) . 𝑥(𝑡) + 𝐵(𝑡) . 𝑈(𝑡)
Dimana :
A(t) = state matriks C(t) = output matriks
B(t) = input matriks D(t) = direct transmission matriks
Persamaan keadaan input dan output sistem dinyatakan sebagai berikut :
𝑥̇ (𝑡) = 𝐴(𝑥) + 𝐵(𝑢)
𝑦(𝑡) = 𝐶(𝑥) + 𝐷(𝑢)
Jika pada persamaan dilakukan transformasi dengan kondisi awal x(0) adalah
nol, maka:
𝑠𝑋(𝑠) − 𝑥(0) = 𝐴𝑋(𝑠) + 𝐵𝑈(𝑠)
𝑌(𝑠) = 𝐶𝑋(𝑠) + 𝐷𝑈(𝑠)
Kondisi mula = 0, diperoleh :
𝑠𝑋(𝑠) − 𝐴𝑋(0) = 𝐵𝑈(𝑠)
atau,
(𝑠𝐼 − 𝐴)𝑋(𝑠) = 𝐵𝑈(𝑠)
diperoleh:
𝑋(𝑠) = (𝑠𝐼 − 𝐴)−1 𝐵𝑈(𝑠)
Persamaan output menjadi :
𝑌(𝑠) = [ 𝐶(𝑠𝐼 − 𝐴)−1 𝐵 + 𝐷] 𝑈(𝑠)
Dengan membandingkan fungsi alih dan persamaan output, diperoleh:
𝑌(𝑠) [𝐶(𝑠𝐼 − 𝐴)−1 𝐵(𝑢) + 𝐷](𝑢)
𝐺(𝑠) = =
𝑈(𝑠) 𝑈
𝐺(𝑠) = 𝐶(𝑠𝐼 − 𝐴)−1 𝐵 + 𝐷
Dalam beberapa literatur, A sering disebut sebagai matriks keadaan (state
matrix) atau matriks sistem, B disebut matriks input, C dinamai matriks output, D
7
adalah matriks transmisi langsung (direct transmission matrix). Kadang-kadang
sistem ruang keadaan dinyatakan dengan (A, B, C, D).
8
Gambar Pengaruh Damping Ratio terhadap Lokasi Pole pada Sistem Orde Dua
Kebutuhan tersebut ditentukan oleh sifat proses dan kualitas produk yang
dikehendaki. Sistem pengendalian tidak pernah menghendaki sistem yang tidak
stabil, seperti sustain oscillation, apalagi yang undamped. Pada respon sustain
oscillation, process variable tidak pernah sama dengan set point. Process variable
naik turun di sekitar set point seperti roda sepeda yang sedang berputar. Oleh karena
sifat inilah, sustain oscillation juga disebut cycling. Pada respon undamped, process
variable berisolasi dengan amplitudo yang semakin besar. Process variable semakin
lama semakin mendekati set point, dan pada keadaan itu control valve akan terbuka
tertutup secara bergantian. Akibatnya terciptalah keadaan yang sangat berbahaya
seperti yang terjadi pada feed back positif. Keadaan sustain oscillation dengan
amplitudo kecil di sebagian proses dapat ditolelir sebentar demi untuk penyetelan
control unit (tuning). Namun keadaan undamped tidak dapat ditolelir dalam
keadaan bagaimanapun juga. Kedua keadaan tidak stabil di atas adalah keadaan
yang paling tidak dikehendaki dalam sistem pengendalian.
9
2.6 Model Kestabilan Sistem
Berangkat dari sistem linear di mana awal kondisi mantapnya memiliki
kesalahan nol dan akan tidak sarna dengan nol bila sistem mendapat sejumlah
gangguan dengan keluaran co(t). jika sistem tersebut terkena gangguan pada saat t
= - t 1 (t1>0), yang dapat beraksi sampai waktu tak terhingga dan selanjutnya
berhenti pada t = 0, maka muncul pertanyaan: "Apakah sistem dapat kembali ke
respon aslinya (sebelum terjadi gangguan), yaitu co(t)?" Sebagai jawaban atas hal
tersebut kembaJi pada masalah kestabilan.
Respon untuk sistem linear (superposisi):
𝑐(𝑡) = 𝑐𝑜(𝑡) + 𝑐𝑑(𝑡)
Disini cd(t) adalah respon dari sistem yang terkena gangguan, dengan demikian
persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai:
lim [𝑐(𝑡) − 𝑐𝑜(𝑡)] = lim 𝑐𝑑(𝑡) = ?
𝑡−> ~ 𝑡−> ~
10
Bagian lain dari konsep kestabilan adalah berupa sistem linear yang
dikarakteristikan sebagai berikut:
Stabil absolute: Apabila harga dari semua parameter sistem stabil.
Stabil kondisional: Apabila harga dari semua
Seandainya sinyal impulsa dikenakan pada sistem terse but (saat aktif), maka
respon yang terjadi dari sistem terse but adalah:
𝑐𝑑(𝑡) = 𝜁 −1 𝑇(𝑠); dimana T(s) = fungsi alih sistem.
Sistem dimaksud selengkapnya dapat ditulis sebagai berikut:
𝑝(𝑠) 𝑏0 𝑠 𝑚 + 𝑏−1 𝑠 𝑚−1 +. . . + 𝑏𝑚
𝑇(𝑠) = = ; 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑚 > 𝑛
𝑞 (𝑠) 𝑎0 𝑠 𝑛 + 𝑎−1 𝑠 𝑛−1 +. . . + 𝑎𝑛
Dengan demikian cd(t) yang terjadi akibat sinyal gangguan berupa impulsa
alami ini bergantung pada fungsi alih dari sistem, yang dalam hal ini berupa akar
kuadrat dari persamaan karakteristik sistem q(s) = O. Akar-akar ini bisa berharga
riil maupun conjugate kompleks dan bisa juga mempunyai banyak variasi orde.
Respon alami dari sistem akan dibantu melalui sejumlah tipe dari akar-akar
sebagaimana dimuat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Respon yang diberikan oleh beberapa tipe akar
11
Respon-respon (1) sampai dengan (8) sebagaimana dimuat pada Tabel 1
dapat pula diilustrasikan melalui kurva respon sebagaimana ditunjukan pada
gambar berikut ini:
12
Letak kedudukan akar dan respon step sistem
13
Sistem stabil
Sistem dikatakan tidak stabil apabila respon sistem tidak pernah mencapai
harga setpoint. Pada respon sustain oscillation (oscillatory), respon sistem akan
terus berosilasi dengan amplitudo tetap. Sedangkan pada respon undamped, respon
sistem akan terus berosilasi dengan amplitudo yang semakin membesar. Pada
sistem Control, kedua respon tersebut jelas tidak pernah dikehendaki. Pada kondisi
tersebut, control valve akan terus membuka dan menutup secara tidak beraturan
yang akan merusak sistem.
14
III. Hasil Percobaan
Tambah menjadi dua kolom klik kiri New atau ctrl + N dan ubah menjadi nama
15
Variables: table (excel) untuk memasukan input dan output dari data
percobaan.
sebagi berikut:
2. Masukkan data
16
Misal untuk data percobaan satu kemudian masukan kedalam variables - input
17
Pada pilihan Estimate, pilih transfer function model, state space model dan
process model untuk menentukan karakteristik sistem.
18
Untuk State Space Model :
Tentukan pole dan zero yang diinginkan dan pilih estimate.
19
Untuk Process Model :
Tentukan pole, zero, dan integrator yang diinginkan dan tentukan apakah
sistem underdamp atau All real. Kemudian pilih estimate.
20
Diperoleh grafik model output tf, sst dan p2d:
mungkin ( hingga 100 %) dan dengan orde (pole) yang sekecil - kecilnya.
21
IV. Analisa
4.2 Percobaan 1
Data percobaan
Sampling time 1 :
22
Untuk transfer function data :
23
Untuk state space model:
24
Untuk process model:
25
All real merupakan keadaan sebernarnya dari process model.
Grafik respon menunjukan sistem dapat lebih cepat untuk mencapai ke keadaan
stabil.
Perubahan dengan mengilangkan atau menambah dari keadaan yang ditetapkan
maka akan mengakibatkan sistem tidak stabil dan error.
26
Untuk grafik respon keseluruhan model :
27
4.3 Percobaan 2
Data percobaan
Sampling time 1 :
28
Untuk transfer function model :
29
Untuk state space model :
30
Perubahan specify value, yang lebih besar akan mengakibatkan sistem tidak
stabil dan error.
31
Untuk process model :
32
Zero dan delay digunakan untuk memperbaiki persamaan model sebelumnya
sehingga persamaan yang baru akan memperbaiki hasil akhir dari respon process
model.
Underdamp bertujuan untuk menghilangkan redaman dari model keadaan
sebelumnya dan mempercepat respon proses.
Perubahan dengan mengilangkan atau menambah dari keadaan yang ditetapkan
maka akan mengakibatkan sistem tidak stabil dan error.
33
Untuk grafik respon keseluruhan model :
34
4.4 Percobaan 3
Data percobaan
Sampling time 1 :
35
Untuk transfer function model :
36
Perubahan pole dan zero yang tidak sesuai (pole 3 zero 1) akan menyebabkan
respon akan menjadi rusak dan tidak stabil.
37
Untuk state space model :
38
Perubahan specify value, yang lebih besar akan mengakibatkan sistem tidak
stabil dan error.
39
Untuk process model :
40
Zero digunakan untuk memperbaiki persamaan model sebelumnya sehingga
persamaan yang baru akan memperbaiki hasil akhir dari respon process model.
Keadaan all real menunjukan keadaan proses yang sebenarnya.
Perubahan dengan mengilangkan atau menambah dari keadaan yang ditetapkan
maka akan mengakibatkan sistem tidak stabil dan error.
Dari respon sistem, model masih menunjukan keadaan critical damp meskipun
telah dilakukan pemodelan proses.
41
Sehingga untuk grafik respon keseluruhan respon :
42
43
4.5 Percobaan 4
Data percobaan
Sampling time 1 :
44
Untuk transfer function model :
45
Meskipun transfer function model data3 dan transfer function model data4 sama-
sama merupakan keadaan critical damp. Tetapi kecepatan respon sistem data4
untuk stabil jauh lebih cepat di banding data3.
46
Untuk state space model :
47
Perubahan specify value, yang lebih besar akan mengakibatkan sistem tidak
stabil dan error.
Respon grafik untuk data4 lebih cepat dibandingkan dengan data3.
48
Untuk process model :
49
Keadaan all real menunjukan keadaan proses yang sebenarnya.
Perubahan dengan mengilangkan atau menambah dari keadaan yang ditetapkan
maka akan mengakibatkan sistem tidak stabil dan error.
Dari respon sistem, data4 model masih menunjukan keadaan critical damp
meskipun telah dilakukan pemodelan proses dengan kecepatan untuk sabil
menjadi lebih cepat.
50
Sehingga untuk grafik keseluruhan respon model :
51
V. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Sebaiknya dilakukan banyak metode trial and error untuk mengetaui nilai
masukan mana yang sesuai dengan data dan keadaan model
Masukan data untuk mencari transfer function, state space dan process model
harus disesuaikan dengan hasil dari grafik respon yang diperoleh.
52