TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
1.1. Pendahuluan
Dalam menganalisa dan mendisain sistem kendali diperlukan pengetahuan
mengenai karakteristik sistem. Karakteristik sistem merupakan ciri-ciri khusus
yang dimiliki respon /keluaran sistem, yang disebut juga dengan spesifikasi
performansi (kinerja) sistem. Performansi sistem berumpan balik dapat dilihat dari
respon sistem tersebut terhadap sinyal masukannya. Pada umumnya sinyal masukan
sistem kendali tidak dapat diketahui karena mempunyai sifat acak sehingga tidak
dapat dinyatakan secara analisis. Hanya pada kasus khusus sinyal masukan dapat
diketahui terlebih dahulu sehingga dapat dinyatakan secara analisis atau kurva.
Dalam menganalisis dan disain sistem kendali berumpan balik, harus mempunyai
suatu dasar perbandingan performansi dari berbagai sistem kendali. Dasar ini
didapat dengan membandingkan respon berbagai sistem terhadap sinyal-sinyal uji
tertentu yang diberikan pada masukan sistem, sehingga karakteristik respon dapat
diketahui.
Karakteristik sistem dapat dilihat dari respon keluaran sistem disamping secara
matematis dapat dilihat dari fungsi alih sistem. Karakteristik ini terdiri dari dua,
yaitu:
Ruang lingkup pembahasan hanya terbatas pada ruang lingkup karakteristik respon
waktu saja. Untuk mendapatkan karakteristik respon waktu dari sistem, sinyal uji
yang lazim digunakan adalah sinyal step (tangga), ramp (lereng) dan impulsa.
Tetapi biasanya sinyal uji yang akan di berikan kepada sistem adalah sinyal uji
yang mengikuti perilaku masukan sistem pada umumnya, seperti jika masukan
sistem berangsur-angsur berubah terhadap waktu, maka sinyal ujinya adalah berupa
sinyal fungsi Ramp. Jika masukan sistem berubah secara tiba-tiba maka sinyal uji
fungsi step lebih mendekati, dan untuk sistem yang dikenai masukan-masukan
kejut maka sinyal uji impulsa lebih cocok(K. Ogata, jilid 1)).
Karakteristik respon waktu sistem kendali terdiri dari respon transien dan respon
steady state (keadaan mantap) seperti terlihat pada gambar 1. beberapa parameter
perlu diperhatikan dalam respon ini yang berbentuk kurva karakteristik.
Gambar 1. Kurva Karakteristik Respon Transien dan Steady State
Respon transien sistem kendali adalah respon yang menunjukkan osilasi teredam
sebelum mencapai keadaan steady state (stabil). Dalam menentukan karakteristik
respon transien sistem kendali, maka pada masukan sistem diberikan sinyal uji
tangga satuan (unit step). Gambar 2 memperlihatkan respon transien sistem
terhadap masukan unit step yang dijalankan menggunakan program MATLAB.
a. Waktu tunda 𝑡𝑑 (delay time), adalah waktu yang diperlukan respon untuk
mencapai setengah nilai akhir yang pertama kali.
b. Waktu naik 𝑡𝑟 (rise time), adalah waktu yang diperlukan respon untuk naik
dari 10 sampai 90%, 5 sampai 95%, atau 0 sampai 100% dari nilai akhirnya.
Untuk sistem orde 2 sistem redaman kurang (underdamp) biasanya
digunakan waktu naik 0 – 100%. Untuk sistem redaman lebih (overdamp),
biasanya digunakan waktu naik 10 – 90%.
Gambar 2. Respon Transien Sistem Kendali terhadap masukan unit step
c. Waktu puncak 𝑡𝑝 (peak time), adalah waktu yang diperlukan respon untuk
mencapai puncak lewatan pertamakali. Puncak lewatan pertama kali ini
belum dinamakan osilasi. Biasanya untuk peralatan listrik tertentu ini
dinamakan nilai start atau arus starting.
𝑐(𝑡𝑝 ) − 𝑐(∞)
%𝑀𝑝 = 𝑥 100%
𝑐(∞)
Tidak semua spesifikasi ini diperlukan pada setiap kasus, contohnya untuk sistem
redaman lebih (overdamp), persyaratan waktu puncak dan lewatan maksimum tidak
digunakan. Untuk sistem yang menghasilkan kesalahan keadaan tunak (steady state
error) terhadap masukan tangga (step), kesalahan harus dijaga dalam persentase
yang sudah ditetapkan.
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa waktu delay 𝑡𝑑 adalah 0,08 detik, waktu naik 𝑡𝑟
dihitung dari 10% sampai 90% nilai akhir yaitu 0,106 detik karena respon sistem
adalah redaman lebih, sedang waktu naik 𝑡𝑝 adalah 0,24 detik dan waktu penetapan
diambil 2% dari nilai akhir adalah 0,59 detik. Nilai- nilai parameter ini ditentukan
berdasarkan disain yang diinginkan untuk sistem.
Fungsi Alih (Transfer Function) orde kedua secara umum ditunjukkan oleh
persamaan 1.
𝐶(𝑠) 𝜔𝑛 2
= ............................................................. (1)
𝑅(𝑠) 𝑠 +2𝜁𝜔𝑛 𝑠+ 𝜔𝑛 2
2
Dimana, 𝜔𝑛 adalah frekuensi alami (tak teredam) dan 𝜁 (baca: zeta) adalah rasio
redaman.
Pada sistem orde kedua, rasio redaman harus terletak antara 0,4 dan 0,8. Harga 𝜁
yang kecil dari 0,4 menghasilkan lewatan berlebih pada respon transien, dan sistem
dengan harga 𝜁 yang besar dari 0,8 akan berakibat respon sistem akan lambat.
Tetapi waktu naik 𝑡𝑟 dan lewatan maksimum 𝑀𝑝 tidak dapat diperkecil secara
serentak, karena jika salah satu diperkecil, maka yang lain akan membesar,
sehingga desain parameter sistem harus betul-betul diperhatikan.
𝜎⁄ )𝜋
𝑀𝑝 = 𝑒 −( 𝜔𝑑 ................................................................................ (2)
4 3
𝑡𝑠 = 𝜎 untuk kriteria 2% dan 𝑡𝑠 = 𝜎 untuk kriteria 5% ...................... (3)
Salah satu penyebab dasar penggunaan sistem berumpan balik terlepas dari
kerugiannya adalah peningkatan penciutan terhadap kesalahan keadaan mantapnya
dibandingkan sistem lup terbuka. Sehingga respon sistem pada keadaan mantap
perlu jadi perhatian, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam respon keadaan
mantap ini, yaitu :
Tinjau sebuah sistem lup tertutup sederhana seperti gambar 3. Fungsi alih sistem
ini adalah :
𝐶(𝑠) 𝐺(𝑠)
= ................................................................... (3)
𝑅(𝑠) 1+𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
H(s)
Dari gambar 3 dan persamaan (3) dapat kita ketahui besarnya galat atau sinyal
kesalahan sistem e(t) dalam laplace adalah,
1
𝐸 (𝑠 ) = 𝑅(𝑠) .....................................................................................(4)
1+𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
Besar kesalahan keadaan mantap sistem dilambangkan sebagai 𝑒𝑠𝑠 dan dihitung
sebagai berikut,
𝑠 𝑅(𝑠)
lim 𝑒(𝑡) = 𝑒𝑠𝑠 = lim ............................................................. (5)
𝑡−∼ 𝑠−0 1+𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
Dari persamaan (4) dapat dilihat bahwa kesalahan keadaan mantap sistem
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
Sehingga dalam desain sistem kendali perlu diperhatikan jenis sinyal masukan pada
sistem dan tipe fungsi alih lup terbuka sistem yang dapat dilihat sebagai berikut,
𝐾 (𝑠+𝑧1)(𝑠+𝑧2 )…(𝑠+𝑧𝑚)
𝐺 (𝑠 )𝐻 (𝑠 ) = ............................................................. (6)
𝑠 𝑙 (𝑠+𝑝1 )(𝑠+𝑝2 )…(𝑠+𝑝𝑛 )
𝑠 𝑙 menyatakan kutub rangkap l pada titik asal, yang mana jika l = 0 maka
sistem disebut tipe 0, l = 1 disebut tipe 1, l = 2 disebut tipe 2 danseterusnya.
Masukan fungsi step dinyatakan dengan nilai r(t) = A, untuk t ≥ 0, fungsi masukan
ini dapat dilihat pada gambar 4.
r(t)
A
t
0
Gambar 4. Sinyal Masukan Fungsi Step
Jika A = 1, maka masukan sistem dikatakan mempunyai masukan unit step (tangga
satuan). Laplace dari masukan fungsi step adalah R(s) = A/s, maka kesalahan
penggerak keadaan mantap ini adalah ,
𝑠 𝐴
𝑒𝑠𝑠 = lim
𝑠−0 1 + 𝐺 (𝑠 )𝐻 (𝑠 ) 𝑠
𝐴
=
1 + 𝐺 (0)𝐻(0)
Dimana, lim 𝐺 (𝑠)𝐻(𝑠) = 𝐺 (0)𝐻(0) = 𝐾𝑝
𝑠−0
𝐾𝑝 disebut juga koefisien kesalahan posisi statik, sehingga besar kesalahan keadaan
mantap dalam bentuk koefisien kesalahan posisi statik dinyatakan sebagai,
𝐴
𝑒𝑠𝑠 = ........................................................................................... (7)
1+ 𝐾𝑝
𝐾 (𝑠+𝑧1)(𝑠+𝑧2 )…(𝑠+𝑚𝑛 )
Untuk sistem tipe 0, maka 𝐾𝑝 = lim =𝐾
𝑠−0 𝑠 0(𝑠+𝑝1 )(𝑠+𝑝2 )…(𝑠+𝑝𝑛 )
Untuk sistem tipe 2, nilai 𝐾𝑝 dan 𝑒𝑠𝑠 adalah sama dengan tipe 1 yaitu ∞ dan
0.
Masukan fungsi Ramp dinyatakan dengan nilai r(t) = At, untuk t > 0, fungsi
masukan ini dapat dilihat pada gambar 5.
r(t)
At
0 t
Jika A = 1, maka sistem dikatakan mempunyai masukan unit Ramp (lereng satuan).
𝐴
Laplace dari masukan fungsi ramp adalah 𝑅(𝑠) = 𝑠 2, maka kesalahan penggerak
𝐴
=
lim 𝑠 𝐺 (𝑠)𝐻(𝑠)
𝑠−0
𝐴
𝑒𝑠𝑠 = ................................................................................................ (8)
𝐾𝑣
𝐾 𝑧1𝑧2 …𝑧𝑚
= =𝐾
𝑝1 𝑝2 …𝑝𝑛
𝐾 𝑧1𝑧2 …𝑧𝑚
= = ∞
0
masukan ini dapat dilihat pada gambar 6. Laplace dari masukan fungsi parabolik
𝐴
adalah 𝑅(𝑠) = 𝑠 3 , jika A = 1, maka sistem dikatakan mempunyai masukan unit
r(t)
𝐴𝑡 2
2
t
0
𝑠 𝐴
𝑒𝑠𝑠 = lim
𝑠−0 1 + 𝐺 (𝑠 )𝐻 (𝑠 ) 𝑠 3
𝐴
=
lim 𝑠 2 𝐺 (𝑠)𝐻(𝑠)
𝑠−0
𝐴
𝑒𝑠𝑠 = .................................................................................................. (9)
𝐾𝑎
𝐾 𝑧1 𝑧2 …𝑧𝑚
= =𝐾
𝑝1 𝑝2 …𝑝𝑛
Untuk sistem bertipe tiga atau lebih, kesalahan keadaan mantap sistem akan sama
dengan nol.
Besar kesalahan mantap sistem yang dipengaruhi oleh jenis sinyal masukan dan
tipe sistem dapat dilihat pada Tabel 1.
sistem waktu&Laplace 0 1 2
𝑟(𝑡) = 𝐴 𝐴
Step 𝑒𝑠𝑠 = 𝑒𝑠𝑠 = 0 𝑒𝑠𝑠 = 0
1 + 𝐾𝑝
𝑅(𝑠) = 𝐴⁄𝑠
𝑟(𝑡) = 𝐴𝑡 𝐴
Ramp ∞ 0
𝑅(𝑠) = 𝐴⁄𝑠 2 𝐾𝑣
𝑟(𝑡) = 𝐴𝑡 2 /2 𝐴
Parabolik ∞ ∞
𝑅(𝑠) = 𝐴⁄𝑠 2 𝐾𝑎
1.4. Kesimpulan
1.5. Latihan
1. Karakteristik respon dalam sebuah sistem berumpan balik sangat
diperhatikan sebagai bentuk performansi sistem tersebut, tuliskan kegunaan
dari karakteristik respon.
Jawab :
jika masukan sistem adalah unit ramp (ramp satuan) dan jelaskan
maksudnya.
Jawab :
Kesalahan penggerak sistem adalah
𝑅(𝑠)
𝐸 (𝑠 ) =
1 + 𝐺 (𝑠)𝐻(𝑠)
Masukan sistem adalah unit ramp r(t) = 1 atau laplacenya 𝑅(𝑠) = 1⁄𝑠 2
1.6.Soal-soal
1. Jelaskan yang dimaksud dengan performansi sistem berumpan balik .
2. Apakah yang mempengaruhi bentuk respon keluaran sebuah sistem.
3. Jelaskan sinyal uji apa saja yang bisa diberikan kepada sistem berumpan
balik untuk mengetahui karakteristik performansi sistem tersebut.
4. Parameter-parameter apa saja yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan
dalam mendisain sebuah sistem kendali berumpan balik.
5. Carilah respon tangga satuan (unit step) untuk sistem berumpan balik satu
3
yang mempunyai fungsi alih lup terbuka sebesar 𝐺(𝑠) = 𝑠(𝑠+2)
Penguat Motor
R(s) 𝐾𝑎 𝐾𝑚 ω(s)
+
- 𝑇𝑚 𝑠 + 1
Tachometer
V(s) 𝐾𝑡