Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk

emas dan perak. Pada tahun 2018, Indonesia merupakan negara produsen terbesar

ke enam dalam produksi pertambangan emas di dunia dan juga negara produsen

terbesar ke lima belas dalam produksi pertambangan perak di dunia. Produksi

pertambangan emas dan perak Indonesia berkontribusi sebesar 4,66 persen dari

total produksi pertambangan emas dunia dan 1,39 persen dari total produksi

pertambangan perak dunia (Refinitiv dan The Silver Institute, 2019).

Negara China
lainnya 12,00% Negara Mexico
51,10% lainnya 22,98%
35,28%
Australia
9,37%

Russia
8,45%

United
States
7,60% Indonesia Peru
1,39% 16,93%
Canada
5,79% Chile
Indonesia 4,92% Russia China
4,66% 5,07% 13,43%

(a) Emas (b) Perak


Sumber: Refinitiv dan The Silver Institute, 2019 (diolah)
Gambar 1. Kontribusi produksi pertambangan emas dan pertambangan perak dunia
tahun 2018

Emas dan perak adalah dua logam mulia yang sering dijadikan simbol dari

kekayaan. Emas dan perak disebut logam mulia karena tahan terhadap korosi atau

1
tidak berkarat dan tidak mengalami oksidasi. Karena sifatnya dan pasokan yang

terbatas diseluruh dunia, logam mulia ini pun dihargai tinggi, lebih mahal dari

logam-logam kebanyakan (Syafputri, 2012).

Emas dan perak adalah komoditas yang dapat berfungsi sebagai barang

pengganti (substitusi) dalam konsumsi maupun pelengkap (komplementer) dalam

produksi (Chevallier dan Ielpo, 2013). Sebagai barang substitusi, perak dapat

menggantikan fungsi emas sebagai perhiasan maupun investasi, begitu pula

sebaliknya. Sehingga, apabila harga emas meningkat maka permintaan terhadap

perak akan meningkat, dan harga perak juga akan meningkat. Sedangkan sebagai

barang komplementer, perak merupakan salah satu logam yang sering dijadikan

paduan dalam pembuatan perhiasan emas. Sehingga, apabila harga perak meningkat

maka permintaan terhadap perhiasan emas akan menurun, dan harga emaspun akan

cenderung menurun.

Harga sebagian besar barang sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu,

bahkan fluktuasinya bisa sangat cepat, terutama berlaku untuk barang yang dijual

di pasar kompetitif seperti pasar komoditas emas dan perak (Pindyck dan

Rubinfeld, 2018). Hal ini disebabkan karena emas dan perak diperdagangkan secara

internasional dan melibatkan banyak commodity trader, sehingga setiap detik harga

emas dan perak pun dapat naik atau turun secara substansial.

Di Indonesia sejak awal tahun 2018, pergerakan harga perak berbanding

terbalik dengan pergerakan harga emas. Pada awal tahun, harga perak sudah anjlok

2,16 persen, sedangkan harga emas justru naik 1,26 persen. Begitu pula pada

September 2018, harga perak turun 4,18 persen, sedangkan harga emas naik 1,47

persen. Kondisi ini dianggap tidak biasa, karena menurut Syafputri (2012), harga

2
emas dan perak memiliki korelasi positif. Hal ini berarti apabila harga emas naik,

sangat besar kemungkinan harga perak juga ikut naik, bahkan harga perak dapat

naik lebih tinggi daripada harga emas. Gumiwang (2018) dalam tirto.id mengatakan

bahwa pola pergerakan yang berbeda dari harga emas dan harga perak ini

disebabkan oleh kekhawatiran ekonomi global yang melambat akan berdampak

buruk terhadap perak dan diperparah oleh kebijakan perdagangan proteksionis.

Sedangkan harga emas yang meningkat disebabkan oleh tingginya permintaan

investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai ditengah ketidakpastian ekonomi

global karena harga emas lebih mudah diprediksi.

Pergerakan harga emas dan perak dipelajari secara luas. Escribano dan

Granger (1998) menemukan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara harga

emas dan harga perak, lalu hubungan tersebut menjadi lebih lemah pada akhir

periode penelitian yang menunjukkan bahwa pasar harus dipisahkan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Ciner (2001), selama periode 1992 sampai 1998

tidak ditemukan bukti adanya kointegrasi antara harga emas dan perak di pasar

berjangka. Sehingga diduga bahwa meskipun terdapat hubungan yang stabil pada

waktu tertentu, namun hubungan ini telah hilang pada tahun 1992 sampai 1998.

Sebaliknya, Adrangi, et al. (2003) pada periode 1968 sampai 1999 menemukan

bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang stabil tidak hanya antara harga emas

dan perak tetapi juga antara kedua logam ini dengan variabel ekonomi makro.

Selain itu, Lucey dan Tully (2006) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang

stabil dan jangka panjang antara harga emas dan harga perak yang berlaku secara

historis dan terus berlanjut selama periode yang diteliti, meskipun juga terdapat

periode-periode dimana hubungan kointegrasi melemah dan terputus. Hal ini

3
menunjukkan bahwa hasil penelitian Ciner (2001) dipengaruhi oleh periode yang

diteliti.

1.2 Identifikasi Masalah

Pergerakan naik turunnya harga emas dan harga perak diduga memiliki

keterkaitan dua arah atau simultan dan diikuti pula oleh perubahan yang berarti dari

variabel-variabel ekonomi lainnya dari waktu ke waktu. Sehingga penting untuk

menyelidiki hubungan-hubungan tersebut secara berkala. Selain itu, belum ada

penelitian empiris yang membahas hubungan simultan antara harga emas dan harga

perak di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian secara empiris yang

membahas keterkaitan dua arah atau simultan antara harga emas dan harga perak

serta faktor-faktor yang memengaruhinya di Indonesia.

Untuk menyelidiki hubungan ini, maka diperlukan suatu model yang

memuat hubungan dua arah atau simultan antara harga emas dan harga perak,

termasuk bagaimana faktor-faktor dari variabel ekonomi memengaruhi harga emas

dan harga perak tersebut. Hubungan ini bersifat dua arah, sehingga model

persamaan tunggal yang hanya menggambarkan pengaruh satu arah dari hubungan

ini belum dapat menggambarkan secara tepat model ekonometrik yang dibentuk.

Selain itu, metode Ordinary Least Squares (OLS) tidak dapat langsung digunakan

dalam estimasi parameter persamaaan ini karena akan menghasilkan estimasi

parameter yang bias dan tidak konsisten (Gujarati dan Porter, 2009). Sehingga,

diperlukan model lain yang mampu menggambarkan pengaruh dua arah atau

simultan serta memberikan estimasi parameter yang lebih baik, yaitu model

persamaan simultan.

4
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran pergerakan harga emas dan harga perak di Indonesia

2. Menganalisis hubungan simultan antara harga emas dan harga perak di

Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga emas di Indonesia

4. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga perak di Indonesia

1.4 Sistematika Penulisan

Skripsi ini disajikan dalam lima bab yang masing-masing terdiri dari

beberapa subbab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari empat subbab, yaitu

latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

Subbab latar belakang berisi uaraian permasalahan yang diteliti. Subbab identifikasi

masalah berisi penjelasan singkat ruang lingkup dan batasan masalah penelitian.

Subbab tujuan penelitian berisi sasaran dan solusi yang ingin didapat dari

permasalahan penelitian. Subbab sistematika penulisan berisi penjelasan struktur

isi dalam skripsi ini.

Bab II adalah kajian pustaka yang terdiri dari empat subbab, yaitu landasan

teori, penelitian terkait, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Subbab landasan

teori berisi teori-teori statistika dan ekonomi yang relevan dengan masalah

penelitian. Subbab kerangka pikir berisi uraian tentang keterkaitan anatar variabel

yang dicakup dalam penelitian dan digambarkan dalam bentuk diagram alur (flow

chart). Subbab hipotesis penelitian berisi pertanyaan awal yang menjadi dasar

dalam melakukan pengujian statistik.

5
Bab III adalah metodologi yang terdiri dari tiga subbab, yaitu ruang lingkup

penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis. Subbab ruang lingkup

penelitian berisi penjelasan variabel-variabel, tempat atau lingkup, dan periode

penelitian. Subbab metode pengumpulan data berisi penjelasan prosedur

pengumplan data, sumber-sumber data, dan definisi operasional dari variabel-

variabel penelitian. Subbab metode analisis berisi uraian analisis dan tahapan-

tahapan analisis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang berisi uraian hasil dari tahapan-

tahapan analisis yang diuraikan pada bab III. Uraian berupa hasil pengolahan data

yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta diulas secara sistematis dari sisi

ekonometrika, statistik dan ekonomi.

Bab V adalah kesimpulan dan saran. Subbab kesimpulan berisi ringkasan

temuan-temuan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian dan

verifikasi dari hipotesis-hipotesis penelitian berdasarkan hasil analisis data. Subbab

saran berisi saran yang dapat diimplementasikan pada masa mendatang dalam

mengatasi masalah yang serupa dengan masalah penelitian yang dikaji, serta

memberikan saran untuk peneliti selanjutnya dalam upaya penyempurnaan dan

pengembangan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai