Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GEOGRAFI SUMBER DAYA

DI BUAT OLEH:

NAMA: HAERUL

STAMBUK: A35119061

KELAS: B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, saya akan membahas
mengenai “Pertambangan”.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada ibu dosene mata kuliah geografi sumber
daya yang telah yang telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta
kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat saya harapkan guna
penyempurnaan pada makalah selanjutnya.

Harapan saya semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

PALU, 7 October 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1    Latar Belakang..................................................................................................4

1.2 Maksud dan Tujuan..............................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 Emas.....................................................................................................................6

2.1.1 Mineral-mineral pembawa emas.......................................................................7

2.1.2 Sifat Fisik Emas (Au)........................................................................................8

2.2 Metode penambangan emas.................................................................................8

2.3 Proses pengolahan emas....................................................................................11

1. Pengolahan Emas Secara Sianida........................................................................13

2. Pengolahan Emas Amalgamasi............................................................................14

3. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Alternatif Solusi.......................15

BAB III........................................................................................................................19

PENUTUP...................................................................................................................19

3.1  Kesimpulan.......................................................................................................19

3.2 Saran.................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang cukup luas dan memiliki sumber daya alam
yang berlimpah. Hal itu didasarkan pada letak Indonesia yang berada tepat digaris
yang dilalui khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan
hal itu juga berpengaruh terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara
geologis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng yang memungkinkan
munculnya deretan gunung api yang secara otomatis akan mendukung pertumbuhan
tanaman dan kaya akan barang tambang galian.
Kaitannya dengan barang tambang galian (emas, perak dan tembaga) atau yang
sumber daya mineral lainnya tentunya hal itu bukan hal yang tabu. Sebab,
sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa sumber daya mineral ini memiliki
peran yang cukup penting bagi kehidupan manusia sebab dalam hidupnya manusia
tidak pernah lepas dari sumber daya tersebut. Oleh karena itu, dengan semua
kecakapan yang dimiliki serta dengan semakin majunya IPTEK maka manusia sudah
sepatutnya untuk melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai guna
sehingga bisa lebih bermanfaat.
Dan dalam pengelolaannya, tentu harus memperhatikan keseimbangan antara
produksi dan proteksi artinya dalam pemanfaatannya manusia harus mampu
memperthatikan pelestarian. Akan tetapi, yang lebih penting dari itu semua kita harus
tetap mengedepankan prinsip sustainable development yaitu prinsip dimana apa yang
kita nikmati sekarang harus juga mampu untuk dinikmati oleh generasi yang akan
datang.
1.2 Maksud dan Tujuan
            Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk melengkapi tugas mata kuliah geografi sumber daya
2.      Untuk memberikan pembaca informasi mengenai cara penambangan dan pengolahan
bahan galian emas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Emas
                Emas adalah logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil dari
bahasa inggris kuno Geolu yang artinya kuning, symbol kimianya Au dari bahasa
latin Aurum. Berat jenisnya 19,32 g/cm3, titik bekunya 10640C dan titik didihnya
30810C. Sifatnya lembut dan lunak sehingga mudah dibentuk. Hingga sekarang emas
masih menjadi pilihan utama usaha pertambangan logam, terlebih karena harga
logamnya yang saat ini melonjak drastis higga mencapai lebih dari US$700/oz.
Metode pengolahan emaspun telah jauh berkembang, mulai dari amalgamasi hingga
bioleaching. Emas juga telah dikenal selama ribuan tahun sebelum kita lahir.
            Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum
menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas
adalah:
1. Mineral-mineral pembawa emas
2. Ukuran butiran mineral emas
3. Mineral-mineral induk
4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk
2.1.1 Mineral-mineral pembawa emas
Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam.
Mineral emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah
electrum. Mineral-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-
mineral pembawa emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid
Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd),
emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3),
roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au,
Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit
(AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit
(AuSb2), fisceserit (Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung
perak yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit
tembaga atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas,
kuning muda sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis
emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan
peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat
jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas
18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi
dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum
bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti
kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila perbandingannya 21/2:1 berarti
kandungan peraknya 18%.
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan.
Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya
berasosiasi denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk
em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai
bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik
lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral
sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon
serta pasir dan krikil (endapan plaser).
2.1.2 Sifat Fisik Emas (Au)
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung
pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa
emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral
non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon,
dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan
perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan
primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau
Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua.

2.2 Metode penambangan emas


            Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih
emas (ekstraksi). Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak
untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25
g/ton (25 ppm).
Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua
yaitu :
1. Endapan primer / Cebakan Primer
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di
dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari
proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.
2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing
rocks, Lucas, 1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan ( placer ).
Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan
emas primer atau sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan
yang akan dilakukan untuk meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut.
Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit )
maupun tambang bawah tanah ( underground minning ). Sementara cebakan
emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

Cebakan Primer
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses
pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada
penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan
dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di
Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah
(underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan
(tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam
tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti
pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selectif untuk memilih
bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar
tinggi.

Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau


penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe
penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau
amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.
Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada
batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan
samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit
diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang
umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.Cara penambangan ini umumnya tanpa
penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat
mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah
operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha,Pongkor-Bogor;
GunungPeti,Cisolok-Sukabumi;  Gunung Subang,Tanggeung-Cianjur; Cikajang-
Garut; Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-
Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado; BatuGelas,RataTotok-Minahasa; Bajuin-
TanahLaut; Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong;  dan lain-lain. 
Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan
langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan
bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak
teratur dari bagian-bagian yang miskin.

2.3 Proses pengolahan emas


Teknologi mengolah emas sendiri dikenal beberapa metode ekstraksi
diantaranya : grafitasi, aglomerasi, flotasi, cyanidasi, amalgamasi, elektrolitik, dll.
Namun dibandingkan dengan metode lainnya, mengolah emas dengan metode
amalgamasi (merkuri) relatif lebih mudah diterapkan dan tidak memerlukan investasi
besar. Disini akan disampaikan beberapa proses pengolahan emas dengan beberapa
metode :
1.      Pengolahan Emas dengan Sistem Perendaman
a. Bahan :
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
b.Formula Kimia :
1.NaCn = 40 kg
2.H2O2 = 5 liter
3.Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4.Ag NO3 =100 gram
5.Epox Cl = 1 liter
6.Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7.Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8.H2O (air) = 20.000 liter

c.Proses Perendaman
• Perlakuan di Bak I (Bak Kimia)
1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7
2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-12

• Perlakuan di Bak II (Bak Lumpur)


1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke
dalam bak
2. Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke
Bak II
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam
3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24
jam,dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic
soda secukupnya.
4. Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan
melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk
mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya.
5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir
selama 5 – 10 hari.
6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex.
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml
H2SO4 dan 3 liter air panas.
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion.
2. Pengolahan Emas Secara Sianida
a.       Cara dan Langkah Kerja
1.      Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2.       Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari
bahan).
3.      Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4.      Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85 derajat).
5.      Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga
(t= 48h), kemudian di saring.
6.      Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1).
7.      Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
8.      Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t
=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T =80 – 90 derajat).
9.       Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda.
(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 – 100o).
10.  Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda 3
% selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120 derajat).
11.  Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
12.  Lakukan proses Cooling.
13.  Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j).
b.      Proses Pemurnian (Dari Bullion)
Dapat dilakukan dengan beberpa metode yaitu :
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian
tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut
dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak
akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah
lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja
masingmasing.

3.      Pengolahan Emas Amalgamasi


Amalgamasi Merkury atau sistem penarikan emas dengan merkury adalah
sistem penarikan yang dipakai hampir 99% para penambang emas skala kecil baik
resmi ataupun illegal di Indonesia.
Adapun langkah sederhananya sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan
konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan
emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi )


dilakukan selama + 1 jam
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk
pemisahan merkuri dengan amalgam.
4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan
kegiatan pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk
memisahkan merkuri dari amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai
untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan
tergantung padaseberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan
pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam yang disaring
dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %.
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang
tertinggal berupa alloy emas.
4. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Alternatif Solusi
Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Dalam bentuk, pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah,
yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam)
dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.

Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya


Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat
diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan,
diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya, bukan
sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu


dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan
masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.[9]

No Dampak Lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan


1 Meningkatnya ancaman  Perlu dilakukan penggalian tanah
tanah longsor dan gerakan secara berjenjang (trap-trap)
massa tanah (mass
movement)
2 Erosi dan Sedimentasi  Perlu dibangun check-dam untuk
mencegah pelumpuran pada saluran pengairan
umum (drainase) maupun saluran induk, yakni
kali Anafre.
 Kali kecil yang digunakan airnya oleh
pendulang untuk memisahkan emas dengan
tanah harus dipasang bronjong kawat, guna
memperlambat erosi pada tebing sungai.

3. Pengupasan tanah pucuk  Perlu dilakukan upaya reklamasi,


dan menghilangnya seperti melakukan reboisasi di areal bekas
vegetasi akibat kegiatan penggalian.
penggalian tanah.  Setelah melakukan penggalian jangan
meninggalkan lubang penggalian begitu saja,
sebaiknya lubang penggalian ditimbun terlebih
dahulu sebelum pindah ke tempat lain.
PETA SUMBER DAYA TAMBANG
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang
ada pada lapisan bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang
berkompetensi dalam menghasilkan butiran emas yang dapat dijadikan bahan baku
untuk pembuatan aksesoris, lapisan logam, filament dan sebagai katalis untuk
berbagai reaksi kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat  dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan
teknologi sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua
metode tersebut dapat diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang
tinggi. sedangkan efek dari teknologi pengolahan bijih emas dengan kedua metode
tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang bersifat toksik yang dapat
membahayakan lingkungan sekitarnya.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan penambangan kita juga perlu memperhatikan
pengelolaan lingkungan agar tidak berdampak buruk. Dengan demikian tidak hanya
keuntungan finansial saja yang kita dapatkan tetap kesehatan kita juga tetap terjaga.
 
DAFTAR PUSTAKA

Ø  http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-
hidup/
Ø  http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/11/dampak-pertambangan-dan-solusi.html
Ø  http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-
pertambangan.html
Ø  http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9

Anda mungkin juga menyukai