Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH MINERAL INDUSTRI


KELOMPOK III [TIGA]
MINERAL BIJIH

OLEH :
KELOMPOK 3 :
INDRA JAYA LAHARUDU ( R1C118008 )
WAHYU PIPI ( R1C118001 )
ANISA RAHMAWATI ( R1C118003 )
ARDILANG MAKNA PUTRI ( R1C118002 )
SISI NURFADILLAH MEDIKA S. ( R1C118004 )
OKTAVIANUS ( R1C118006 )
JUSMAN ( R1C118009 )

KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah dengan Tema Mineral Bijih ini dapat tersusun
hingga selesai. Sebagai salah satu syarat lulus pada Mata kuliah Mineral Industri,
Prodi S1 Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis dan para pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Kendari, 27 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB 1 “PENDAHUUAN”
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB 2 “PEMBAHASAN”
2.1 Pengertian Mineral Bijih............................................................................... 2
2.2 Klasiikasi Endapan Bijih .............................................................................. 2
2.3 Bentuk Endapan Bijih ................................................................................... 4
2.4 Keberadaan Mineral Bijih di Indonesia ........................................................ 7
BAB 3 “PENUTUP”
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi ........................ 4
Gambar 2.2 Kenampakan magnetite veinlets dan tekstur stockwork ................... 5
Gambar 2.3 tubuh bijih diskordan, yang dikontrol oleh stratigrafi dan struktur
geologi ................................................................................................................... 6
Gambar 2.4 Peta sumberdaya mineral di Iindonesia ............................................. 7

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Material Balance/Neraca Pengolahan Dan Pemurnian Mineral Di
Indonesia ............................................................................................................... 8

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya mineral,
minyak, dan gas bumi. Sektor pertambangan di Indonesia merupakan salah satu
sektor yang menjadi andalan pemerintah dalam menghasilkan devisa negara.
Dalam perkembangannya, sektor ini dituntut untuk dapat memberikan hasil yang
lebih optimal terutama yang berasal dari sumber daya mineral (Suryadi, 2007).
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia industri akan mineral bijih
(ore minerals) dan mineral industri (industrial minerals), maka institusi-institusi
yang berkaitan dengan hal ini, terutama institusi pendidikan, penelitian dan juga
industri mineral perlu mengupgrade pengetahuannya tentang mineral, batauan dan
endapan mineral bijih. Salah satu hal yang cukup penting adalah memahami
model geologi endapan mineral bijih, tipe, karakteristiknya khususnya endapan
mineral bijih hidrotermal.
Pengetahuan ini penting sebagai acuan dalam merancang kegiatan eksplrasi
dan kelak proses penambangan bahan galian tersebut, sehingga dapat dilakukan
dengan efektif, efesien dan cost-benefit.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
 Apa yang dimasksud dengan Mineral Bijih
 Klasifikasi Endapan Bijih
 Bentuk Endapan Bijih dan Keberadaan Mineral Bijih di Indonesia
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah :
 Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud degan mineral bijih
 Mengetahui Klasifikasi Endapan Bijih
 Mengetahui Bentuk dan Keberadaan Endapan Mineral Bijih di Indonesia

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mineral Bijih


Mineral bijih (ore minerals) adalah suatu mineral yang mengandung logam,
atau suatu agregat mineral logam, yang dari sisi penambang dapat diambil suatu
profit, atau dari sisi ahli metalurgi dapat diolah menjadi suatu profit, contohnya
kalkopirit dan galena yang dapat diekstrak menjadi tembaga dan timah hitam.
Walaupun suatu mineral mengandung unsur logam, tetapi kalau tidak dapat
diekstrak, maka tidak dikategorikan sebagai mineral bijih. Beberapa penulis
menggunakan istilah mineral bijih sebagai sinonim mineral opak, karena istilah
tersebut bisa mencakup mineral-mineral seperti pirit maupun pirhotit yang tidak
bermanfaat tetapi hampir selalu ada pada endapan bijih (Evans, 1993). Penamaan
mineral bijih terkait dengan keekonomian mineral, sedangkan penamaan mineral
opaque terkait dengan sifat mineral terhadap ketembusan cahaya.
Endapan bijih sendiri secara mudah dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang kita tambang. Pendekatannya lebih dilihat dari aspek ekonomis. Endapan
bijih itu sendiri terdiri dari bijih logam, bijih dari batu mulia, bijih dari mineral
yang digunakan untuk produk industri dan bahkan batubara dan oil shale (Ridley,
2013).

2.2. Klasifikasi Endapan Bijih


1. Berdasarkan Komoditi Endapan Logam (Evans, 1993)
a. Precious metals (logam mulia): emas (Au), perak (Ag), platina (Pt).
b. Non-ferrous metals (logam non-ferrous): tembaga (Cu), timbal
(Pb/lead), seng (Zn/zinc), timah (Sn/tin), dan aluminium (Al). Empat
pertama dikenal sebagai logam dasar (base metals).
c. Iron and ferroalloy metals (logam ferroalloy dan besi): besi (Fe),
Mangan (Mn), nikel (Ni), krom (Cr), molibdenum (Mo), wolfram
(W/tungsten), vanadium (V), kobal (Co).
d. Minor metals and related non-metals: antimon (Sb/antimony), arsen
(As), berilium (Be/beryllium), bismut (Bi), kadmium (Cd), magnesium

2
(Mg), air raksa (Hg/mercury), REE, selenium (Se), tantalium (Ta),
telurium (Te), titanium (Ti), Zirkonium (Zr), dsb.
e. Fissionable metals: uranium (U), torium (Th), radium (Ra).
2. Berdasarkan Proses Pembentukan Endapan Bijih (Pohl, 2013)
a. Endapan Bijih Magmatig
- Endapan liquidmagmatik (Cr pada ofiolit atau intrusi berlapis
dengan produk sampingan Pt, Fe/Ti dan Ni)
- Pegmatit (Sn, Nb/Ta, Li, Be, etc).
- Endapan hidrotermal: Cyprus-type (VMS); skarn (W, Sn, Cu, etc),
porfiri (Cu, Mo, Sn, etc); endapan urat (Sn, W, U); endapan
epitermal Au-Ag; BIF (Algoma type)
b. Endapan Hasil Pelapukan
- Endapan sisa: placer; bauksit dan Fe-laterit
- Sisa pelarutan: endapan Ni dan Au laterit; pengkayaan Mn, Fe, Cu,
Ag
c. Endapan Bijih Sedimenter
- Allochthone: endapan placer aluvial dan laut (Au, Sn, Ti, REE)
- Autochthone: BIF (superior type); nodul mangan
d. Endapan Hidrotermal – Diagenetik
- Tipe Kupferschiefer (Cu, Pb, Zn)
- Tipe Mississippi (MVT): Pb-Zn-Ba-F pada karbonat laut
- Endapan pada kubah garam: Pb-Zn-Ba-F
e. Endapan Hidrotermal – Metamorik
- Urat kuarsa pada batuan metamorf (Au) atau lode gold

3
2.3. Bentuk Endapan Bijih
Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock-nya,
dikenal istilah singenetik dan epigenetic. Singenetik diartikan bahwa bijih
terbentuk relative bersamaan dengan pembentukan batuan, sering merupakan
bagian rangkaian stratigrafi batuan, seperti endapan bijih besi pada batuan
sediment. Epigenetik, kebalikan dengan singenetik, merupakan bijih yang
terbentuk setelah host rock-nya terbentuk. Contoh endapan epigenetic adalah
endapan yang berbentuk urat (vein).
Seperti dalam terminology batuan beku, juga dikenal istilah tubuh bijih
diskordan dan konkordan. Tubuh bijih diskordan, jika memotong perlapisan
batuan, sedangkan tubuh bijih konkordan jika relaqtif sejajar dengan lapisan
batuan.
1. Tubuh Bijih Diskordan
a. Bentuk Beraturan
- Tubuh Bijih Tabular mempunyai ukuran pada dua sisi yang
memanjang, tetapi sisi ketiga relative pendek. Bentuk tubuh bijih
tabular, umumnya membentuk vein (urat) atau fissure -veins. Vein
pada umumnya mempunyai kedudukan miring, seperti pada sesar,
pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan bagian
atasnya dikenal sebagai hangingwall.

Gambar 2.1 Kiri, memperlihatkan urat yang terbentuk pada sesar normal, dengan struktur
pinch-and-swell. Kanan, memperlihakan stadia pembentukan urat yang relative vertical
dan horizontal. Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi (dari Evans, 1993).

4
Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell
yang membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar
normal, maka akan terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang
memungkinkan fluida pembawa bijih masuk ke rongga tersebut dan
membentuk urat. Vein pada umumnya terbentuk pada system rekahan
yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan.
- Tubuh Bijih Tubular, tubuh bijih ini, relative pendek pada dua
dimensi , tetapi panjang pada sisi ketiganya. Pada posisi vertical
atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes) atau
chimneys , sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan
istilah “mantos”. Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya
disebabkan oleh pelarutan batuan induknya (host rocks ), serta bijih
yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih seringkali tidak
menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod
(podshaped orebodies) .
b. Bentuk Tidak Beraturan
- Endapan Sebaran (Disseminated Deposit)
Pada endapan sebaran (diseminasi), bijih tersebar pada
tubuh batuan, seperti pada pembentukan mineral asesori pada
batuan beku.
Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada
sebagian besar perpotongan jaringan urat-urat halus (veinlets) ,
yang dikenal sebagai stockwork , juga di sepanjang urat halus atau
pada pori batuan. Stockwork sebagian besar terbentuk pada tubuh
intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat
menerus hingga pada batuan sampingnya.

5
Gambar 2.2 Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. Kanan
Kenampakan tekstur stockwork pada endapan Cu-porfiri Grasberg, Tembaga Pura.
- Endapan Replacement (penggantian)
Beberapa endapan bijih terbentuk oleh proses replacement
(penggantian) pada mineral atau batuan yang telah ada,
berlangsung pada temperature rendah hingga sedang. Replacement
yang berlangsung pada temperature tinggi, umum terbentuk
terutaman pada contak dengan intrusi yang berukuran besar hingga
menengah. Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai
endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan oleh pembentukan mineral-
mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradidgrosularit
garnet, maupun tremolit-aktinolit
2. Tubuh bijih Korkordan
Tubuh bijih konkordan dapat terbentuk secara singenetik ,
membentuk satu kesatuan stratigrafi dengan host rock-nya, tetapi juga
dapat terbentuk secara epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan
umumnya terbentuk pada batas batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu
dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir, batugamping, batuan
lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada batuan
plutonik atau metamorf. Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar
tubuh bijih relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa bagian
sering miring atau bahkan tegak lurus dengan bidang perlapisan.

6
Gambar 2.3 Memperlihatkan tubuh bijih diskordan, yang dikontrol oleh stratigrafi dan
struktur geologi (dari Evans, 1993).
Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler
pada tubuh lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada
endapan volcanogenic massive sulphide. Endapan massive sulphide
merupakan endapan yang penting dan lebih signifikan. Pada tubuh intrusi
plutonik, juga sering membentuk lapisan-lapisan mineral ekonomik
seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan ini disebabkan oleh
gravitational setting atau liquid immicibility.

2.4. Keberadaan Mineral Bijih Yang Paling Mendominasi di Indonesia

Gambar 2.4 Peta sumberdaya mineral di Iindonesia

7
Tabel 2.1. Material Balance/Neraca Pengolahan Dan Pemurnian Mineral Di Indonesia

8
9
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mineral bijih (ore minerals) adalah suatu mineral yang mengandung logam,
atau suatu agregat mineral logam, yang dari sisi penambang dapat diambil suatu
profit, atau dari sisi ahli metalurgi dapat diolah menjadi suatu profit.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia industri akan mineral bijih
(ore minerals) dan mineral industri (industrial minerals), maka institusi-institusi
yang berkaitan dengan hal ini, terutama institusi pendidikan, penelitian dan juga
industri mineral perlu mengupgrade pengetahuannya tentang mineral, batauan dan
endapan mineral bijih. Salah satu hal yang cukup penting adalah memahami
model geologi endapan mineral bijih, tipe, karakteristiknya khususnya endapan
mineral bijih hidrotermal.

10
DATAR PUSTAKA

- Hartosuwarno, Sutarto. Endapan Mineral, Universitas Pembangunan


Nasional “Veteran” Yogyakarta, Bab 3
- Evans, Anthony M. 1993. Ore Geology and Industrial Minerals: An
Introduction. Third edition. Blackwell Scientific Publications, Oxford. 389
pp.
- Prasetyo, Puguh. jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek “Sumber Daya
Mineral Di Indonesia Khususnya Bijih Nikel Laterit Dan Masalah
Pengolahannya Sehubungan Dengan Uu Minerba 2009”

Anda mungkin juga menyukai