Anda di halaman 1dari 14

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

“ CORUNDUM “

OLEH :

RAMOS FRANS SWAMITRAN SITANGGANG

DBD 114 073

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat saya rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kristalografidan Mineralogi. Adapun yang saya bahas dalam makalah sederhana ini
mengenai batuan Corundum.
Dalam penulisan makalah ini saya menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan saya mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya saya berterima kasih kepada dosen pembimbing saya
yakni yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada saya.
Saya menyadari akan kemampuan saya yang masih amatir. Dalam makalah ini saya
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi saya yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
Harap saya, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi saya
dalam mengarungi masa depan. Saya juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

Palangkaraya, Mei 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................2

2.1 Pengertian Mineral

2.2 Ruby atau corondum salah satu contoh mineral

2.3 Karakteristik fisik

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

2.5 Pengolahan dan peningkatan

BAB IV PENUTUP ................................................................................10

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar lebih besar
dari bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamti
langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas.
Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh berbagai jenis
mineral yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materipenyusun serta berbeda-beda
pula dalam proses terbentuknya. Salah satu mineral tersebut adalah corundum atau ruby.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mineral ?
2. Apakah Ruby atau corondum salah satu contoh mineral ?
3. Bagaimana karakteristik dari batu ruby atau corundum ?
4. Apa saja yang mempengaruhi nilai tambah dari batu tersebut ?
5. Bagaimana cara mengolah batu tersebut ?

3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui apa itu batu Ruby atau corundum
2. Berusaha membuka wawasan mengenai batu Ruby atau corundum
3. Memenuhi tugas Mata Kuliah Kristalografi dan Mineralogi

4. Manfaat
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat mempumyai manfaat bagi penulis dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan umum tentang
corundum atau batu ruby
2. Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian atau
referensi tambahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mineral


Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk
teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.

2.2 Ruby atau corondum salah satu contoh mineral

Korundum adalah mineral yang sangat keras, tangguh, dan stabil. Untuk semua tujuan
praktis, itu adalah mineral yang paling sulit setelah Diamond, menjadikannya mineral yang
paling sulit kedua. Hal ini juga dipengaruhi oleh asam dan kebanyakan lingkungan.
Korundum cokelat tembus dan Emery adalah bentuk yang paling umum dari korundum. Ini
adalah bentuk yang cukup umum, dan karena kekerasan yang besar dan prevalensi adalah
abrasive yang paling menguntungkan. Istilah industri "ampelas" menggambarkan Korundum
abrasive berasal dari berbagai Emery yang ditambang secara khusus untuk digunakan sebagai
abrasif. Erosi dapat menyebabkan Emery runtuh dan bentuk pasir, yang dapat disebut "pasir
hitam".

Korundum mudah disintesis, dan banyak abrasive Korundum sintetis. Permata sintetis
juga mudah dibuat dengan menambahkan jejak elemen warna tertentu untuk menghasilkan
solusi Korundum, dan membiarkan solusi memantapkan ke Boule, atau sintetis, diproses
"mineral" dengan bentuk tertentu. Proses ini disebut proses Verneuil.

Ruby dan Sapphire batu permata alami mungkin memiliki warna artifisial
ditingkatkan atau diperdalam melalui perlakuan panas bila digunakan sebagai permata.
Beberapa batu biru tua dari daerah tertentu juga dapat membuat warna yang diinginkan biru
terang.Ruby adalah batu permata berwarna merah muda hingga merah darah, sebuah variasi
dari mineral korundum (aluminium oksida). Warna merah disebabkan terutama oleh
kehadiran elemen kromium. Nama ruby berasal dari kata ruber, nama Latin untuk merah.
Variasi korundum berkualitas permata lainnya disebut safir. Ruby dianggap sebagai salah
satu dari empat batu berharga, bersama-sama dengan safir, zamrud, dan berlian.

Harga batu ruby utamanya ditentukan oleh warna. Ruby merah yang disebut merah
darah, yang paling terang dan paling berharga, dianggap sebagai yang terbaik dari ruby-ruby
lain yang berkualitas serupa. Setelah warna adalah kejernihan: mirip dengan berlian, batu
yang jernih memiliki kualitas premium, tapi ruby tanpa kandungan rutil seperti jarum,
kemungkinan menunjukkan bahwa batu tersebut telah diolah. Potongan dan karat (berat) juga
merupakan faktor penting dalam menentukan harga. Ruby adalah birthstone (batu kelahiran)
tradisional untuk bulan Juli dan selalu berwarna merah terang atau merah muda dibandingkan
garnet.

2.3 Karakteristik fisik

Ruby memiliki tingkat kekerasan 9,0 pada Skala Mohs. Di antara semua permata alam
hanya moissanite dan berlian yang lebih keras, dan berlian mempunyai tingkat kekerasan
10,0 Mohs dan tingkat kekerasan moissonite ada di antara korundum (ruby) dan berlian.
Ruby adalah α-alumina (bentuk paling stabil dari Al2O3) di mana sebagian kecil dari ion
aluminium3+ diganti dengan ion chromium3+. Setiap Cr3+ dikelilingi secara oktahedral oleh
enam ion O2−.

Konfigurasi kristalografi ini sangat mempengaruhi setiap Cr3+, menyebabkan adanya


penyerapan cahaya di wilayah kuning-hijau dari spektrum dan juga dalam warnamerah dari
permata. Ketika cahaya kuning-hijau diserap oleh Cr3+, cahaya akan dipancarkan kembali
sebagai pendaran merah. Pancaran merah ini menambah warna merah yang dihasilkan oleh
pengurangan cahaya hijau dan ungu dari cahaya putih, dan menambah kilau untuk
penampilan permata.

Jika susunan optik berbentuk seperti itu sehingga emisi dirangsang oleh foton 694-
nanometer yang merefleksi bolak-balik di antara dua cermin, intensitas pancaran akan
tumbuh kuat. Efek ini digunakan oleh Theodore Maiman pada tahun 1960 untuk membuat
laser pertama yang berhasil, berdasarkan ruby.

Semua batu ruby alam memiliki ketidaksempurnaan di dalamnya, termasuk kotoran


warna dan inklusi jarum rutil yang dikenal sebagai “sutra”. Gemologis menggunakan inklusi
jarum tersebut yang ditemukan di batu ruby alam untuk membedakannya dari ruby sintetis,
simulan, atau pengganti. Biasanya batu mentah dipanaskan sebelum dipotong. Hampir semua
ruby saat ini diolah dalam beberapa bentuk, dan pengolahan panas menjadi praktek yang
paling umum. Namun, ruby yang benar-benar tidak diolah tetapi masih berkualitas sangat
baik memiliki nilai yang paling tinggi.

Beberapa ruby menunjukkan tiga atau enam titik asterism atau ‘bintang’. Ruby ini
dipotong menjadi cabochon untuk menampilkan efeknya dengan benar. Asterism paling baik
akan terlihat dengan satu sumber cahaya, dan bergerak melintasi batu saat cahaya bergerak
atau ketika batu diputar. Efek seperti itu terjadi ketika cahaya dipantulkan dari “sutra”
(inklusi jarum rutil yang berorientasi struktural) dengan cara tertentu. Ini adalah salah satu
contoh di mana inklusi bisa meningkatkan nilai batu permata. Selanjutnya, ruby dapat
menunjukkan perubahan warna -meskipun ini sangat jarang terjadi- serta chatoyancy atau
efek “mata kucing”.

Warna

Umumnya, korundum berkualitas permata yang ada dalam semua tingkat warna
merah, termasuk merah muda, disebut ruby. Namun, di Amerika Serikat, saturasi warna
minimal harus dipenuhi agar bisa disebut ruby, jika tidak batu tersebut akan disebut safir
merah muda. Perbedaan antara batu ruby dan safir merah muda ini relatif baru, muncul di
abad ke-20-an. Jika perbedaan tersebut dibuat, garis yang memisahkan ruby dari safir merah
muda menjadi tidak jelas dan sangat diperdebatkan. Sebagai akibat dari adanya kesulitan dan
subjektifitas dari perbedaan tersebut, organisasi perdagangan seperti International Colored
Gemstone Association (ICGA) mengadopsi definisi yang lebih luas untuk ruby yang
mencakup tingkat warna yang lebih terang, termasuk merah muda.

Munculnya ruby di alam

Lembah Mogok di Myanmar atas (Burma) selama berabad-abad menjadi sumber batu
ruby utama di dunia. Wilayah ini telah menghasilkan beberapa batu ruby terbaik yang pernah
ditambang, tetapi dalam beberapa tahun terakhir sangat sedikit ruby berkualitas baik yang
ditemukan di sana. Warna terbaik ruby di Myanmar kadang-kadang digambarkan sebagai
“darah merpati” atau pigeon blood.
Di Myanmar tengah, daerah Mong Hsu mulai memproduksi batu ruby pada era 1990-an dan
dengan cepat menjadi wilayah pertambangan ruby utama dunia. Cadangan ruby terbaru yang
ditemukan di Myanmar berada di daerah Namya (Namyazeik) yang terletak di negara bagian
Kachin.

Ruby olahan

Ruby secara historis telah ditambang di Thailand, Distrik Pailin dan Samlout
Kamboja, Burma, India, Afghanistan, Australia, Namibia, Kolombia, Jepang, Skotlandia,
Brasil, dan Pakistan. Di Sri Lanka, batu ruby dengan tingkat warna yang lebih terang (sering
disebut “safir merah muda”) lebih umum ditemukan. Setelah Perang Dunia Kedua, cadangan
ruby ditemukan di Tanzania, Madagaskar, Vietnam, Nepal, Tajikistan, dan Pakistan.

Beberapa ruby telah ditemukan di negara bagian AS, yaitu Montana, North Carolina,
South Carolina, dan Wyoming. Ketika mencari sekis alumina di Wyoming, ahli geologi Dan
Hausel mencatat hubungan antara vermikulit dengan ruby dan safir serta menemukan enam
cadangan yang sebelumnya tak terdokumentasikan. Baru-baru ini, cadangan ruby besar telah
ditemukan di bawah lapisan es yang surut di Greenland.

Republik Makedonia adalah satu-satunya negara di daratan Eropa yang memiliki batu
ruby alami, yang utamanya dapat ditemukan di sekitar kota Prilep. Ruby Makedonia memiliki
warna raspberry yang unik. Ruby ini juga disertakan pada lambang negara Makedonia.

Pada tahun 2002, ruby ditemukan di daerah Sungai Waseges, Kenya. Ada laporan
penemuan cadangan besar batu ruby pada tahun 2009 di Mozambik, di Nanhumbir di distrik
Cabo Delgado, Montepuez.

Spinel, batu permata merah lain, kadang-kadang ditemukan bersama dengan batu ruby
dalam batuan permata yang sama. Spinel merah dapat salah dianggap sebagai ruby oleh
mereka yang kurang berpengalaman dengan permata. Namun, spinel merah terbaik dapat
memiliki nilai mendekati ruby biasa.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

Berlian dinilai menggunakan kriteria yang dikenal sebagai empat C, yaitu color
(warna), cut (potongan), clarity (kejernihan), dan carat (karat/berat). Demikian pula ruby
alam dapat dinilai dengan menggunakan empat C bersamaan dengan ukuran dan asal
geografisnya.

Warna: Dalam penilaian batu permata berwarna, warna adalah faktor yang paling penting.
Warna terbagi menjadi tiga komponen: hue, saturation, dan tone. Hue mengacu pada
“warna” sebagaimana biasanya kita menggunakan istilah tersebut. Batu permata transparan
muncul dalam hue atau warna primer berikut: merah, oranye, kuning, hijau, biru, violet. Ini
dikenal sebagai warna spektral murni.

Di alam, jarang ada warna murni, jadi ketika berbicara tentang warna batu permata,
kita berbicara tentang warna primer dan sekunder dan kadang-kadang tersier. Dalam ruby,
warna utama harus merah. Semua warna lain dari korundum jenis permata disebut safir. Ruby
bisa saja menunjukkan berbagai warna sekunder, seperti oranye, ungu, violet, dan merah
muda.

Warna ruby terbaik paling tepat digambarkan sebagai merah bercorak gelap menyala.
Warna sekunder menambahkan kerumitan lain. Merah muda, oranye, dan ungu adalah warna
sekunder normal pada ruby. Dari tiga warna itu, ungu lebih disukai karena, pertama, ungu
memperkuat merah, sehingga tampak lebih kaya. Kedua, ungu menempati posisi tengah
antara merah dan biru pada lingkaran warna. Di Burma di mana istilah ‘darah merpati’
(pigeon blood) berasal, ruby dipasang dalam emas murni. Emas murni sendiri merupakan
warna kuning yang sangat jenuh. Ketika ruby merah keunguan dipasang dalam kuning, warna
kuning menetralkan warna biru pelengkapnya, membuat batu nampak merah murni dalam
pemasangannya.

2.5 Pengolahan dan peningkatan

Meningkatkan kualitas batu permata dengan cara mengolahnya adalah praktek umum.
Beberapa pengolahan digunakan dalam hampir semua kasus dan oleh karena itu dianggap
bisa diterima. Selama era 1990-an, pasokan besar bahan murah menyebabkan lonjakan tiba-
tiba pasokan batu ruby yang sudah diolah dengan panas, sehingga berakibat adanya tekanan
penurunan pada harga ruby.

Peningkatan yang digunakan meliputi pengubahan warna, peningkatan transparansi


dengan melarutkan inklusi rutil, memperbaiki retakan atau bahkan benar-benar mengisinya.
Pengolahan yang paling umum adalah penerapan panas. Kebanyakan, atau malah semua,
ruby di pasaran bawah diolah dengan panas pada batu mentah untuk meningkatkan warna,
menghilangkan semburat ungu, bercak biru, dan sutra. Pengolahan panas ini biasanya
dilakukan pada suhu sekitar 1800 °C (3300 °F). Beberapa ruby mengalami proses pemanasan
tabung rendah, yaitu ketika batu dipanaskan di atas arang dengan suhu sekitar 1.300 °C (2400
°F) selama 20 sampai 30 menit. Benang sutra hanya akan rusak sebagian ketika warna
ditingkatkan.

Pengolahan lain, yang menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir, adalah
pengisian kaca timah. Mengisi retakan di dalam ruby dengan kaca timah (atau bahan
sejenisnya) secara dramatis meningkatkan transparansi batu, membuat batu ruby yang
sebelumnya tidak cocok menjadi cocok untuk dipasang dalam perhiasan. Proses ini dilakukan
dalam empat langkah:

1. Batu-batu mentah dipoles dulu untuk menghilangkan semua kotoran permukaan yang
dapat mempengaruhi proses.
2. Batu mentah dibersihkan dengan hidrogen fluorida
3. Proses pemanasan pertama dilakukan tanpa penambahan isian. Proses pemanasan
akan menghilangkan kotoran di dalam retakan. Meskipun ini dapat dilakukan pada
suhu sampai 1400 °C (2500 °F), pemanasan ini bisanya dilakukan pada suhu sekitar
900 °C (1600 °F) karena sutra rutil masih utuh.
4. Proses pemanasan kedua dilakukan dalam oven listrik dengan aditif kimia yang
berbeda. Campuran lain terbukti sukses, namun sebagian besar kaca bubuk yang
mengandung timah umum digunakan saat ini. Ruby dicelupkan ke dalam minyak,
kemudian ditutupi dengan bubuk, ditanam pada ubin, dan ditempatkan dalam oven
dengan suhu sekitar 900 ° C (1600 ° F) selama satu jam dalam atmosfer oksidasi.
Bubuk berwarna oranye berubah pada saat pemanasan menjadi pasta transparan
hingga kuning, yang mengisi semua retakan. Setelah pendinginan, warna pasta
sepenuhnya menjadi transparan dan secara dramatis meningkatkan transparansi ruby
secara keseluruhan.

Jika sebuah warna perlu ditambahkan, bubuk kaca dapat “ditingkatkan” dengan tembaga
atau oksida logam lainnya serta unsur-unsur seperti natrium, kalsium, kalium dll
Proses pemanasan kedua dapat diulang 3-4 kali, bahkan dengan menerapkan campuran yang
berbeda. Ketika perhiasan yang mengandung batu ruby dipanaskan (untuk peningkatan), itu
tidak boleh dilapisi dengan asam borasik atau bahan lainnya, karena dapat menggores
permukaan; perhiasan ruby tersebut tidak harus “dilindungi” seperti berlian.

Pengolahan dapat dengan mudah ditentukan dengan menggunakan kaca pembesar 10x untuk
menemukan gelembung baik dalam rongga atau retakan yang diisi dengan kaca.

Ruby sintetis dan imitasi

Pada tahun 1837, Gaudin membuat batu ruby sintetis pertama dengan
menggabungkan kalium tawas pada suhu tinggi dengan sedikit kromium sebagai pigmen.
Pada tahun 1847, Ebelmen membuat safir putih dengan menggabungkan alumina dalam asam
borat. Pada tahun 1877 Frenic dan Freil membuat krisral korundum dari batu-batu kecil yang
dapat dipotong. Frimy dan Auguste Verneuil memproduksi ruby buatan dengan
menggabungkan BaF2 dan Al2O3 dengan kromium kecil pada pijaran api merah. Pada tahun
1903 Verneuil mengumumkan ia bisa menghasilkan batu ruby sintetis pada skala komersial
menggunakan proses fusi api ini. Pada tahun 1910, laboratorium Verneuil telah berkembang
menjadi fasilitas produksi dengan 30 tungku, dengan produksi batu permata tahunan
mencapai 1.000 kilogram (£ 2000) pada tahun 1907.

Proses lain untuk memproduksi ruby sintetis adalah melalui proses Czochralski,
proses fluks, dan proses hidrotermal. Kebanyakan batu ruby sintetis berasal dari fusi api
karena biayanya yang rendah. Ruby sintetis mungkin tidak memiliki kekurangan jika dilihat
dengan mata telanjang, tetapi perbesaran dapat mengungkapkan kurva, stria, dan gelembung
gas. Semakin sedikit dan tidak nampak kekurangannya, semakin berharga ruby tersebut;
kecuali tidak ada ‘cacatnya’ (yaitu, ruby “sempurna”), ruby akan dicurigai sebagai buatan.
Dopan ditambahkan ke beberapa batu ruby yang diproduksi sehingga dapat diidentifikasi
sebagai sintetis, tetapi kebanyakan membutuhkan pengujian gemologikal untuk menentukan
asal-usulnya.

Ruby sintetis memiliki kegunaan teknologis maupun gemologikal. Batang ruby


sintetis digunakan untuk membuat laser dan maser ruby. Laser pertama yang bisa bekerja
dibuat oleh Theodore H. Maiman pada tahun 1960 di Hughes Research Laboratories di
Malibu, California, mengalahkan beberapa tim peneliti meliputi Charles H. Townes dari
Columbia University, Arthur Schawlow dari Bell Labs, dan Gould dari sebuah perusahaan
bernama TRG (Technical Research Group). Maiman menggunakan ruby sintetis solid yang
dipompa cahaya untuk menghasilkan cahaya laser merah pada panjang gelombang 694
nanometer (nm). Laser ruby masih digunakan. Ruby juga digunakan dalam aplikasi di mana
kekerasan tinggi diperlukan.

Ruby imitasi juga dipasarkan. Spinel merah, garnet merah, dan kaca berwarna secara
keliru diklaim sebagai batu ruby. Imitasi bisa ditelusuri hingga ke zaman Romawi dan sudah
ada pada abad ke-17 untuk mewarnai foil merah dengan membakar bulu merah di bagian
bawah tungku -yang kemudian ditempatkan di bawah batu imitasi. Istilah Perdagangan
seperti balas ruby untuk menyebut spinel merah dan rubellite untuk menyebut turmalin merah
dapat menyesatkan pembeli. Oleh karena itu, istilah tersebut tidak dianjurkan digunakan oleh
banyak asosiasi seperti Laboratory Manual Harmonisation Committee (LMHC).

BAB III

3.1 KESIMPULAN
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Korundum adalah
mineral yang sangat keras, tangguh, dan stabil. Untuk semua tujuan praktis, itu adalah
mineral yang paling sulit setelah Diamond, menjadikannya mineral yang paling sulit kedua.
Hal ini juga dipengaruhi oleh asam dan kebanyakan lingkungan.

Ruby memiliki tingkat kekerasan 9,0 pada Skala Mohs. Di antara semua permata alam
hanya moissanite dan berlian yang lebih keras, dan berlian mempunyai tingkat kekerasan
10,0 Mohs dan tingkat kekerasan moissonite ada di antara korundum (ruby) dan berlian.

Umumnya, korundum berkualitas permata yang ada dalam semua tingkat warna
merah, termasuk merah muda, disebut ruby. Namun, di Amerika Serikat, saturasi warna
minimal harus dipenuhi agar bisa disebut ruby, jika tidak batu tersebut akan disebut safir
merah muda.

Lembah Mogok di Myanmar atas (Burma) selama berabad-abad menjadi sumber batu ruby
utama di dunia. Berlian dinilai menggunakan kriteria yang dikenal sebagai empat C, yaitu
color (warna), cut (potongan), clarity (kejernihan), dan carat (karat/berat). Demikian pula
ruby alam dapat dinilai dengan menggunakan empat C bersamaan dengan ukuran dan asal
geografisnya.

Peningkatan yang digunakan meliputi pengubahan warna, peningkatan transparansi


dengan melarutkan inklusi rutil, memperbaiki retakan atau bahkan benar-benar mengisinya.

3.2 SARAN
Untuk memperluas pengetahuan tentang batu corundum kita harus mempelajari dan
memahami maksud dari batu tersebut, bagaimana batu tersebut terbentuk, klasifikasi batu dan
determinasinya di kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/search?q=makalah+tentang+ruby&oq=makalah+tentang+ruby&aqs
=chrome..69i57j0l5.8336j0j8&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-
8#q=mineral+corundum

http://en.wikipedia.org/wiki/Corundum

http://id.wikipedia.org/wiki/Korundum

https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=corundum+salah+satu+contoh+mineral

https://www.facebook.com/InfoSeputarBatuMuliaAkik/posts/342151949258271

Anda mungkin juga menyukai