Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

MAKALAH
REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI
“PERLITE”

OLEH:
MUHAMMAD ASH-SHIDDIQ
F1B214092

KENDARI
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tersusunnya makalah ini berkat adanya kerja sama,
bimbingan, dorongan serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menghaturkan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis.
Teriring pula ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga
penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta atas segala doa, nasihat
serta kasih sayangnya yang tak akan pernah bisa terbalas. Tak ada kata yang dapat
menggambarkan cinta dan pengorbanannya yang begitu besar dalam mengasuh,
membimbing dan membesarkan penulis hingga saat ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Tidak sedikit kesulitan yang penulis
hadapi baik dari segi waktu maupun tenaga, tetapi penulis menyadari juga bahwa setiap
ikhtiar yang baik harus diiringi dengan doa yang tulus sehingga kesulitan dapat teratasi.
Sumbangsih yang membangun demi kesempurnaan naskah ini tetap penulis harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala keikhlasan hati
dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kendari, Maret 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

1.2 TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 1

1.3 MANFAAT PENULISAN ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 GENESA PERLITE ................................................................................... 3

2.2 KANDUNGAN KIMIAWI PERLITE ............................................................ 4

2.3 PEMANFAATAN PERLITE ....................................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 9

3.2 SARAN ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlit (perlite) berasal dari kata perlstein didefinisikan sebagai “certain glassy
rocks (hyaloliparites, hyalorhiolities) with numerous concentric cracks, from the fancied
resemblance of broken out fragment to pearls”. Sesungguhnya definisi mengenai perlit
masih simpang siur antara definisi keilmuan dengan definisi komersial. Walaupun
masih simpang siur beberapa ahli geologi telah mendefinisikan perlit secara keilmuan.
Bateman (1958), seorang ahli geologi ekonomi mendefinisikan perlit sebagai gelas
volkanik yang bersifat asam. Barnes (1962), mendefinisikan perlit secara petrologi
sebagai gelas volkanik tertentu yang mempunyai struktur retakan konsentris (mengulit
bawang) sebagai akibat dalam proses pendinginannya. Carmichael, et all (1974),
mendefinisikan perlit sebagai gelas volkanik dengan struktur perlitis, terutama jika gelas
tersebut berasal dari batuan rhyolitis (bersifat asam) dan kaya akan kandungan air
karena pada waktu batuan tersebut membeku berada pada lingkungan basah.
Klinefelter (1960), memberikan definisi perlit sebagai gelas volkanik yang mempunyai
struktur konsentris (mengulit bawang) dan berkilap mutiara, berbeda dengan gelas
volkanik lainnya karena mengandung lebih banyak ”air terikat” (combined water).
Sedangkan secara komersial perlit dapat didefinisikan sebagai batuan gelas silikat
yang mengandung sekitar 70 % SiO2 dan jika dipanaskan pada suhu tertentu bisa
mengembang 4 hingga 20 kali volume semula.

Penggunaan perlit di Indonesia masih terbatas sebagai bahan industri bangunan


khususnya sebagai agregat untuk beton ringan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengembangan pemanfaatan perlit sebagai bahan baku pendukung industri lainnya.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah pengetahuan tentang batuan perlit
2. Untuk mengetahui pemanfaatan batuan perlit
3. Untuk mengetahui seberapa besar sumberdaya batuan perlit di Indonesia
2

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui makalah ini yakni sebagai berikut :

1. Masyarakat dapat mengetahui kegunaan batuan perlit


2. Lebih meningkatkan lagi hasrat masyarakat dalam mengolah dan
memanfaatkan batuan perlit
3. Membantu pemerintah dalam melaksanakan peningkatan perekonomian
masyarakat melalui usaha mandiri
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Genesa Perlite


Perlit terdapat pada hasil letusan atau lelehan dibagian bawah atau tengah. Hal ini
di interpretasikan bahwa terjadinya perlit disebabkan oleh proses pertilisasi selama
atau pada waktu pembekuan. Proses tersebut berlangsung pada temperatur tertentu
yang disebabkan oleh berat lapisan diatasnya.
Selama pertilisasi berlangsung terjadi penambahan air yang berasal dari batuan
sekitarnya atau post magmatic hydration. Pecahan-pecahan perlit berbentuk kulit
bawang (union skin fracture), mungkin disebabkan oleh gaya tarikan (strain) pada
waktu proses pendinginan.
Tebal lapisannya mencapai ratusan meter. Umumnya batuan pengandung
tersebut adalah batuan piroklastik, sediment tufaan yang kadang-kadang mengandung
kerakal (pebbles) tersisipkan bersama-sama dengan anglomerat amygdaloidal. Perlit
yang terdapat pada batuan intrusi didekat permukaan umumnya berbentuk kubah
(dome), retas (dike), dan sill.

1. Mineralogi Perlit
Struktur aliran ditandai dengan warna goresan merah atau coklat. Selain itu
terdapat pula mineral-mineral biotit yang berwarna coklat, yang yang dapat
menunjukkan arah aliran. Perlit merupakan batuan yang dihasilkan dari kegiatan
vulkanik, berkomposisi riolitik, berstruktur perlitik, dan umumnya mempunyai
kandungan air lebih besar dari obsidian (glossary of geology) pada endapan yang
berbentuk memancar (radier) atau sentripetal. Umur batuan pengandung umumnya
tersier sampai kwarter, jarang yang berumur lebih tua.

2. Potensi Perlit di Indonesia


Sesuai dengan keterjadiannya, perlit selalu berasosiasi dengan aktivitas gunung
berapi, sehingga banyak kemungkinan keterdapatannya di Indonesia yang kaya akan
gunung berapi. Dari berbagai studi dapat diinventarisasi keberadaan, potensi dan hasil
analisis kimia perlit di Indonesia adalah sebagai berikut :
4

a) Pansurnapitu, Sumatra Utara


Perlit ditemukan di daerah Pansurnapitu, kecamatan Silindung, kabupaten
Tapanuli Utara. Perlit berada dalam suatu endapan bersama dengan obsidian
sebagai bongkah-bongkah di dalam tufa, berwarna keabu-abuan, dan keputihan
agak lunak.
b) Bukit Sikaping, Sumatra Barat
Perlit di daerah ini ditemukan bersama dengan obsidian sebagai bongkah-
bongkah dalam tufa. Perlitnya agak keras, nerwarna keabu-abuan, dengan faktor
pengembangan 9,4% dari hasil crucible test.
c) Mutaralam, Lampung
Perlit ditemukan sebagai aliran riolit dan berlokasi di daerah Mutaralam,
Kecamatan SumberJaya, Kabupaten Lampung Utara. Hasil dari Laboratorium
(crubble test) menunjukkan bahwa pengembangannya sebesar 269%
d) Dan beberapa daerah lain yang terdapat di Indonesia.

Gambar 1. Lokasi sebaran batuan perlit di Indonesia.

2.2 Kandungan Kimiawi Perlite

Hasil analisis kimia dengan menggunakan AAS dari sejumlah bahan baku untuk
keperluan ekperimentasi. Batuan Perlit didominasi oleh oksida silika (SiO 2; 61,42 -
69,18 %) dan alumina (Al2O3; 10,89 – 13,09 %). Kandungan alkali berupa Na2O (1,35
– 2,66 %) dan K2O (3,44 – 4,38 %). Kandungan oksida lainnya relatif kecil atau < 1 %.
Meskipun relatif kecil, kandungan TiO2 (0,87 – 2,49 %) dan Fe2O3 (0,11 – 1,55 %)
merupakan oksida yang tidak diinginkan karena akan mengganggu dalam proses
sintesa. LOI berkisar antara 9,12 – 18, 1 %.
5

Kandungan Oksida Batuan


No. Jenis (% berat)
Oksida SA-01 SB-02 SC-03 SD-04
01 SiO2 61,42 68,97 69,18 68,85
02 TiO2 1,13 0,86 0,87 2,49
03 Al2O3 12,64 13,06 13,09 10,89
04 Fe2O3 0,11 0,12 0,11 1,55
05 MnO 0,09 0,12 0,08 0,06
06 MgO 0,13 0,12 0,13 0,12
07 CaO ttd ttd ttd 0,01
08 Na2O 1,74 2,51 2,66 1,35
09 K2 O 4,26 4,1 4,38 3,44
10 P2O5 0,33 0,32 0,33 0,45
11 H2O - 10,42 1,02 0,51 2,55
12 H2O + 6,98 8,44 8,43 7,06
13 LOI 18,1 9,68 9,12 10,54
Tabel 1. Kandungan Kimiawi Batuan Perlit

2.3 Pemanfaatan Perlite

Perlit digunakan untuk plester, agregat beton ringan, atap, isolator


temperatur rendah (insulation low temperature), isolator temperatur tinggi,
dempul tembok, pembawa pupuk, bahan pengisi dan bahan-bahan penyaring. Perlit
muai dapat bersaing dengan bahan lain untuk digunakan sebagai bahan agregat
konstruksi bangunan ringan, campuran plesteran atau campuran beton karena berst
jenis sangat ringan dan tahan panas. Untuk dipergunakan sebagai campuran plester
dan beton, perlit muai harus mempunyai berat jenis antara 7,15 - 15 pon (Ib) per kaki
kubik. Persyaratan lain yang diperlukan perlit muai untuk campuran bahan bangunan
(light weight concrete) adalah besar butiran yang homogen. Sifat-sifat lain yang
diperlukan perlit muai sebagai bahan bangunan adalah : tidak reaktif, pH = 7, bebas
dari bahan organik, dan tidak mempengaruhi setting time dari ikatanikatan semen
portland.
Apabila perlit dipanaskan, air yang terkandung sebanyak 2 - 6% akan berubah
menjadi uap, membentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak berhubungan satu
sama lainnya. Permukaan gelembung tersebut apabila pecah akan menambah luas
permukaan dan sifat absorbsi perlit muai tersebut. Oleh karena permukaan yang tidak
6

teratur dari partikel-partikel perlit muai, maka bahan tersebut akan menyerap suara
sehingga baik sekali sebagai bahan akustik.

Lebih dari 75% perlit muai digunakan sebagai campuran bahan bangunan
konstruksi ringan dan sisanya di bidang industri dan pertanian. Hal ini disebabkan
sifatnya yang sangat menguntungkan, yaitu mempunyai kepadatan yang sangat kecil
dan konduktivitas yang sangat rendah.

Sebagai beton ringan harus mempunyai kepadatan antara 7,5 - 15 per kaki kubik
dan besar butiran tertentu dalam beton sangat ringan ini biasanya perlit dicampur
dengan air dan semen portland atau bitumen. Hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai
langit-langit, pengisi lantai terutama pada bangunan bertingkat dan untuk sistem
dinding pembatas di bangunan tinggi.

Sebagai isolasi bangunan (building insulation), perlit muai biasanya dicampur


dengan bahan lain yang tahan api (nonflammable), misalnya senyawa silika, digunakan
sebagai plaster tembok atau mansonry wall. Untuk keperluan ini dianjurkan perlit muai
tersebut agar mempunyai kepadatan antara 3,25 - 5,2 kg/m3.

Penggunaan perlit yang terbesar hingga saat ini adalah untuk plesteran. Plesteran
dari perlit ini sering digunakan untuk konstruksi struktur beton tahan api, dan
mengurangi beban mati yang juga digunakan untuk atap langit-langit. Plester ini
berfungsi untuk menyerap panas dan akan mengeluarkan uap air. Berat plesteran perlit
ini 60% lebih ringan dari plesteran tradisional yang terbuat dari pasir dan dengan daya
tahan terhadap panas empat kali lebih baik.

Pada pengecoran besi atau logam lainnya, perlit muai digunakan sebagai lapisan
pada permukaan, maksudnya untuk mencegah panas yang hilang selama pengecoran,
sehingga tidak terjadi perlapisan. Pada pembuatan bahan tahan api, misalnya batu bata
tahan api, perlit muai digunakan sebagai campuran bahan baku. Untuk keperluan
penyimpanan cairan gas yang mempunyai titik didih sangat rendah diperlukan isolator
yang sangat baik dan rendah konduktivitasnya. Dalam hal ini perlit muai adalah bahan
isolator yang sangat baik dan dapat bersaing dengan bahan isolator lainnya karena
harganya lebih murah, mudah dibawa dan dipindahkan serta tidak menyerap air (non
higroskopis).
7

Di bidang industri perlit muai digunakan antara lain sebagai:

 Bahan penggosok (abrasive), yaitu sebagai campuran pada alat penggosok


atau pembersih, misalnya sabun dan bahan pembersih lainnya, pada gurinda
(grinding wheel), perlit muai direkat pada temperatur rendah. Perlit muai
mempunyai keuntungan tahan urai (disintegrasi).
 Bahan Saringan, karena sifatnya yang netral (non reaktif), perlit muai
digunakan sebagai bahan saringan, misalnya pada perusahaan minuman,
makanan, pabrik gula, pabrik sari buahbuahan, dan farmasi kimia.
 Bahan Pembawa, yaitu digunakan sebagai bahan pengandung atau pembawa
untuk insektisida, pestisida weedicida, pupuk dan lain-lain.
 Bahan Pengisi atau ekstender, misalnya pada cat,email, plastik, kertas, tekstil,
gandarukem, damar, genting, dan bahan pembersih. Selain digunakan
sebagai ekstender, juga untuk mengurangi kepadatan hasil akhir.

Mineral perlit dimanfaatkan dalam berbagai variasi untuk makanan ternak, sebagai
unsur tambahan, untuk meningkatkan pertumbuhan ternak. Meningkatkan
sifat fisik makanan ternak, mengurangi kadar air dan pencegah efek panas.
Keberadaan mineral perlit dan vermikulit akan bersaing dengan penggunaan sepiolit
dan zeolit. Penambahan perlit sebagai diluent pada makanan ternak penghasil susu
lemak dengan kadar yang rendah dan menjaga kandungan lemaknya. Ketika
ditambahkan ke dalam menu makanan ayam broiler ternyata ada pengurangan pada
kadar lemak. Untuk optimalnya dilakukan dengan takaran 1 - 3%. Perlit yang digunakan
untuk makanan ternak ini umumnya berukuran butir sangat halus. Mineral ini juga akan
dapat mengganti keberadaan pestisida dalam makanan ternak dengan mengadsorpsi
dan sebagian dieksresikan, sehingga mengurangi kadar polutan baik dalam tubuh
ternak maupun pada hasil susunya. Takaran yang dipertimbangkan dari hasil riset
tentang penggunaan perlit sebagai pemacu pertumbuhan, meniru seperti yang
diterapkan seperti pada zeolit dan sepiolit. Perlit selain dapat mengontrol masuknya
makanan pada susu ternak, juga dapat mengabsorpsi mikro-organisme dan komponen
lainnya selama proses permentasi dalam usus binatang memamah biak tersebut.
Sedangkan dalam akuakultur perlit dan vermikulit digunakan untuk menghilangkan
8

kandungan amoniak yang dihasilkan oleh ikan setelah dipakan. Pada prinsipnya perlit
digunakan sebagai unsur pembesar dan untuk memperkecil kandungan lemak.
Felspar digunakan di berbagai industri, banyak diperlukan sebagai bahan
pelebur/perekat pada suhu tinggi dalam pembuatan keramik halus seperti barang
pecah belah, saniter, isolator dan juga digunakan dalam industri gelas/kaca.

Keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan
tambang seperti lempung, felspar, pasirkuarsa dan kaolin melalui tahapan pembakaran
dengan suhu tinggi (sekitar 1.300 °C). Adapun karakteristik industri keramik: padat
energi, padat karya dan bahan baku tambang yang tidak dapat diperbaharui.
9

BAB III
PENUTUP

2.2 Kesimpulan
Berdasarkan pembahan di atas, hal-hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini
yakni sebagai berikut :
1. Batuan perlit secara kualitatif maupun kuantitatif di Indonesia sangat
menjanjikan bila dimanfaatkan secara efektif dan efisien
2. Batuan perlit memiliki banyak kegunaan seperti bahan baku pembuatan beton
ringan, isolator panas, agregat pembuatan keramik dan banyak manfaat
lainnya.
2.3 Saran
Melalui makalah ini, penulis dapat memberikan beberapa saran yakni :
a. Kepada pemerintah sekiranya dapat melakukan penelitian dan eksplorasi lebih
lanjut terhadap batuan perlit di Indonesia sehingga dapat dilakukan
pemanfaatan yang lebih efektif dan efisien.
b. Kepada masyarakat sekiranya lebih meningkatkan lagi kreatifitasnya dalam
memanfaatkan batuan perlit dalam berbagai bidang industry agar memiliki
daya jual yang lebih tinggi.
10

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, T.S.A. 2007. Sintesa Attapulgite Berbasis Batuan Perlit Sebagai


Bahan Alternatif Obat Diare, Laporan Penelitian, Program Insentif Riset
Terapan (IRT), Kementerian Negara Riset dan Teknologi

Barnes, R.E. 1962. Perlit Industry. AIME Transaction (Mining), Vol. 223.

Bateman, A.M. 1958. Economic Mineral Deposit. John Wiley & Sons Inc, New
York.

Carmichael, I.S.E., Turner F.J., Verhoogen, J. 1974. Igneous Petrology. Mcgraw.


Hill. Inc.

Geoservices, PT. 1975. Perlit dan Bahan-bahan Bersifat Lightweight Aggregate.


Laporan No. 5/71, Bandung. Johnstones, S.J. dan Johnstones, M.G. 1961.
Perlite in Mineral for The Chemical and Aplied Industries. 2nd edition,
John Wiley & Sons. Klinefelter, T.A. 1960. Perlit, Ligghtweight
Aggregate in Industrial Minerals and Rocks. AIME, p. 490-495.

Supriatna, S., Sarmili, L., Apandi, T., Koesoemadinata, S., Sudana,D., Koswara,
A. Monoarfa, M. 1992. Peta Geologi Regional Lembar Karangnungal,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral (ESDM), Bandung.

Teknologi (KNRT), Pusat Penelitian Geoteknologi - LIPI, Bandung,

Anda mungkin juga menyukai