Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

MENINGITIS
ENCEPHALITIS
FIQRI NURUL FIRDAUS-1102019240

PEMBIMBING :
DR Dr ELSYE SOUVRIYANTI Sp.A.,M.Kes.
DEFINISI
● Meningitis adalah terjadinya suatu proses peradangan atau
inflamasi pada selaput otak (meninges), meliputi dura mater,
araknoid mater, dan pia mater yang berfungsi sebagai
pelapis otak dan medulla spinalis.
● Gabungan antara lapisan arachnoid dan pia mater disebut
leptomeninges. Ruang-ruang pada meninges dilewati oleh
banyak pembuluh darah yang berperan penting dalam
penyebaran infeksi pada meninges.

(IDAI,2009)
ANATOMI
ETIOLOGI
● Klasifikasi meningitis berdasarkan etiologi menurut jenis patogennya
mencakup sekaligus kausa meningitis, yaitu :
○ Meningtis virus: Mumpsvirus, Echovirus, Coxsackie virus, Herpes
simplex, Herpes zoster , dan enterovirus
○ Meningitis bakteri:
■ Neonatal: Escherichia Coli, Streptococcus beta haemolyticus dan
Listeria monocytogenes
■ Balita: H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus
■ 5-20 Tahun: Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis,
Streptococcus, Pneumococcus
○ Meningitis fungus: Cryptococcus dan Candida

(IDAI,2009)
EPIDEMIOLOGI
● Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya
meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada
bayi.
● Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan
sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat, dan penyakit ISPA.
● Insiden meningitis tertinggi di seluruh dunia ada di daerah Afrika
● Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana
kasus- kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat
● Penderita meningitis yang meninggal di Indonesia pada 2016
mencapai 4.313 orang dari 78.018 kasus.
(PusparisaI,2020)
PATO
FISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
● Gejala klasik berupa trias meningitis tersebut sebagai berikut :
○ Demam
○ Nyeri kepala
○ Kaku kuduk
● Selain itu meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala
seperti panas, letargi, mual muntah, penurunan nafsu makan,
nyeri otot, fotofobia, mudah mengantuk, bingung, gelisah, parese
nervus kranialis dan kejang
DIAGNOSIS
● Anamnesis
○ Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias meningitis seperti
demam, nyeri kepala dan kaku kuduk.
○ Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu makan, mudah
mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang dan penurunan kesadaran.
● Pemeriksaan Fisik
○ Pemeriksaan fisik yang dapat mendukung diagnosis meningitis
biasanya dilakukan pemeriksaan rangsang meningeal yaitu
Pemeriksaan Kaku Kuduk, Kernig, Brudzinski I dan II, dan Lasegue.
● Pemeriksaan Penunjang
○ Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan yaitu Pemeriksaan
Pungsi Lumbal, Darah lengkap, Kultur, dan radiologis
DIAGNOSIS BANDING
● Meningitis dapat didiagnosis banding dengan penyakit dibawah ini:
○ Abses serebral
○ Ensefalitis
○ Neoplasma serebral
○ Perdarahan Subarachnoid

(IDAI,2009)
TATALAKSANA
● Penatalaksanaan meningitis mencakup penatalaksanaan kausatif, komplikatif dan suportif.
● Pada Meningitis Bakterial
○ Usia 0-7 hari
■ Injeksi ampisilin 150 mg/kg BB/hari, setiap 8 jam + injeksi cefotaxim 100mg/ kg bb/ hari,
setiap 12 jam; atau
■ Injeksi ampisilin 150 mg/kg bb/hari, setiap 8 jam + injeksi gentamycin 5 mg/kg bb/ hari,
setiap 12 jam; atau
■ Injeksi ceftriaxon 50 mg/kg bb/hari, setiap 24 jam (tidak direkomendasikan)
○ Usia >7 hari
■ Injeksi ampisilin 200 mg/kg bb/ hari, setiap 6 jam + injeksi gentamycin 7,5 mg/kg bb/
hari, setiap 12 jam; atau
■ Injeksi ceftriaxone 100 mg/kg bb/hari, dalam 2 dosis
■ Injeksi Cefotaxime 200 mg/kg bb/hari, dalam 3-4 dosis
● Pada Meningitis Viral
○ Tirah baring
○ Pengobatan simptomatik untuk meredakan nyeri seperti paracetamol
○ Manajemen cairan untuk menghindari dehidrasi (IDAI,2009), (slane, 2022), (cantu,2022)
● Pada Meningitis Fungal
○ terapi awal pilihannya adalah amfoterisin B IV 0.5-1.5
mg/kg/hari; atau
○ Fluconazole IV 3-12 mg/kg/hari
● Pada Meningitis TB
○ 2 bulan fase intensif dengan 4 OAT (RHZE atau S), dilanjutkan
dengan 12 bulan selanjutnya RH
○ 4 minggu pertama dapat diberikan prednisone atau
dexamethasone
● Terapi kejang diberikan jika terjadi kejang pada pasien
KOMPLIKASI
● Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan
status mental, edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial,
kejang, empiema atau efusi subdural, parese nervus kranialis,
hidrosefalus, defisit sensorineural, hemiparesis, dan kebutaan.

● Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia, abnormalitas


serebrovaskular, intelektual yang menurun dll.

● Komplikasi sistemik dari meningitis adalah syok septik,


disseminated intravascular coagulaton (DIC), gangguan fungsi
hipotalamus atau disfungsi endokrin, kolaps vasomotor dan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
PENCEGAHAN
● Pencegahan meningitis ini terdiri dari tiga pencegahan yaitu,
sebagai berikut :
○ Pencegahan Primer: Imunisasi, menjaga pola hidup
sehat, menghindari kontak langsung dengan penderita
○ Pencegahan Sekunder: Mendeteksi penyakit sedini
mungkin
○ Pencegahan tersier: aktivitas klinis yang mencegah
kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah
penyakit berhenti.

(Zainel ,2021)
PROGNOSIS
● Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan
mengalami sequelle
● 50% meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,
keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, serta 5 – 10%
penderita mengalami kematian
● Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya
tinggi
● Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita
sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan yang tepat
penyembuhan total bisa terjadi.
ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah suatu proses inflamasi jaringan parenkim
otak, dapat menimbulkan gangguan kesadaran, tanda
neurologik fokal dan kejang.

(IDAI,1999)
ETIOLOGI

Ensefalitis dapat disebabkan berbagai mikrorganisme seperti


bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus.

Beberapa mikroorganisme yang menybabkan ensefalitis


terbanyak adalah: herpes simpleks, arbovirus. Penyebab yang
jarang adalah enterovirus, adenoovirus, CMV.

(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


PATOGENESIS
Virus masuk kedalam tubuh melalui kulit, saluran pernafasan dan saluran
penecernaan

Menyebar melalui hematogen atau melalui saraf

Pada keadaan awal akan timbul demam tetapi belum ada kelainan neurologis.
Virus akan berkembang biak kemudian menyerang SSP dan akhirnya diikuti oleh
kelainan neurologis.

Kelainan neurologi pada ensefalitis di sebabkan oleh invasi dan pengerusakan


langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak

Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang berakibat mielinisasi
kerusakan vaskular dan para vaskular.
(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)
MANIFESTASI KLINIS
Masa prodormal :
Berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah,
nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat
Kemudian diikuti oleh tanda encephalitis berupa gelisah, irittabel, perubahan
perilaku, screaming attack, gangguan kesadaran dan kejang.
Disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia.

(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


DIAGNOSIS
Nilai tanda-tanda neurologis
Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan abnormal peningkatan tekanan
manifestasi klinis, pemeriksaan EEG, intrakranial
pencitraan, dan biopsi otak
◦ peningkatan tekanan darah
Pemeriksaan fisik
◦ bradikardia
Tanda-tanda meningism
◦ respons pupil abnormal
◦ kekakuan leher
◦ fleksi abnormal atau ekstensi
◦ tanda Kernig positif pada anak yang terhadap nyeri
lebih tua
◦ pola napas terganggu

◦ papilloedema
Elektroensefalografi

Electroencephalography sangat membantu diagnosis bila ditemukan gambaran


periodic lateralising epileptiform discharge atau perlambatan fokal di daerah
temporal atau frontotemporal.

(ali et all, 2022) (IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


Neuroradiologi

Gambaran yang agak khas pada CT scan terlihat pada 50-75% kasus, yaitu gambaran
daerah hipodens di lobus temporalis atau frontalis, kadang-kadang meluas sampai
lobus oksipitalis.

Biopsi otak

Baku emas dalam diagnosis adalah biopsi otak dan isolasi virus dari jaringan otak.
Banyak pusat penelitian tidak ingin mengerjakan prosedur ini karena berbahaya dan
kurangnya fasilitas untuk isolasi virus. Kelemahan lain dari prosedur ini adalah
kemungkinan ditemukannya hasil negatif palsu karena biopsi dilakukan bukan pada
tempat yang tepat.

(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


TATALAKSANA
Semua pasien yang dicurigai ensefalitis harus di rawat di RS, penangananya tidak
spesifik tetapi tujuanya untuk mempertahankan fungsi organ, dengan cara
mengusahakan jalan napas terbuka, pemberian makanan secara enteral dan
parenteral menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Bila kejang berikan diazepam 0,3-0,5 mg/kg BB iv.

Paracetamol 10 mg/kgbb.
Jika ada tanda TIK berikan dexamethasone1 mg/kg BB/x

Pada pasien herpes encephalitis berikan adenosine arabinose 15 mg/ kgBB/Hari IV


selama 10 hari.

(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


KOMPLIKASI
Beberapa kelainan mungkin dapat dijumpai antara lain retardasi mental, iritabel,
emosi tidak stabil, sulit tidur, halusinasi, enuresis, anak jadi perusak dan tindakan
asosial lainya.

(IDAI,1999) , (Pusponegoro, 2000)


PROGNOSIS
Kebanyakkan anak sembuh sempurna

Prognosis bergantung pada

◦ tingkat keparahan klinis Gejala klinis berat dan terdapat keterlibatan parenkim
substansial prognosis lebih buruk defisit potensial pada intelektual, motorik,
psikiatrik, epileptik, visual, dan audiologi ◦ organisme penyebab spesifik

◦ status imunitas pasien

◦ gangguan neurologis sebelumnya


◦ usia anak <1 tahun prognosis lebih buruk
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantu RM, M Das J. Viral Meningitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; August 8, 2022. 2. Slane VH, Unakal CG. Tuberculous Meningitis. In:
StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; November 18, 2022. 3. Bundy
LM, Rajnik M, Noor A. Neonatal Meningitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; March 19, 2023. 4. Zainel A, Mitchell H, Sadarangani M.
Bacterial Meningitis in Children: Neurological Complications, Associated Risk Factors,
and Prevention. Microorganisms. 2021;9(3):535. Published 2021 Mar 5.
doi:10.3390/microorganisms9030535 5. Hersi K, Gonzalez FJ, Kondamudi NP.
Meningitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; August 14, 2022.
6. Pusparisa Y. Persebaran Penyakit Meningitis di Asia Tenggara. Databooks. 2020.
Availablefrom:https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/09/meningiti
s-danpersebarannya-di-asean 7. Swaiman KF. Swaiman's pediatric neurology :
principles and practice. Elsevier. 2018. ISBN 9780323371018 8. Pudjiadi AH, Hegar B,
Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Buku Ajar
Neurologi anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1999

Anda mungkin juga menyukai