Anda di halaman 1dari 21

Fisioterapi Pada Ensefalitis

Stase Neuromuscular
Oleh
Winda Fahiratunnisa (2210306102)
Apa itu Encephalitis?
LATAR BELAKANG
Virus Japanese Ensefalitis pertama kali dikenal pada tahun 1871 di
Jepang. Diketahui menginfeksi sekitar 6000 orang pada tahun
1924, kemudian terjadi KLB besar pada tahun 1935 hampir setiap
tahun terjadi KLB dari tahun 1946-1950.
LATAR BELAKANG
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak (Ensefalitis) yang
disebabkan oleh virus JE. Berbagai macam mikroorganisme dapat
menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, dan virus.

Ensefalitis adalah suatu infeksi dan inflamasi akut jaringan parenkim otak yang
biasanya disebabkan oleh virus. Ensefalitis artinya jaringan otak yang
terinflamasi sehingga menyebabkan masalah pada fungsi otak.

Ensefalitis terdiri dari dua tipe yaitu ensefalitis primer (acute viral ensefalitis)
disebabkan oleh infeksi virus langsung ke otak dan medula spinalis, dan
ensefalitis sekunder (post infeksi ensefalitis) dapat disebabkan hasil dari
komplikasi saat itu.
Faktor resiko
Kelompok yang paling berisiko terkena ensefalitis adalah :

1.Orang tua
2.Anak dibawah usia 1 tahun
3.Orang dengan sistem kekebalan yang lemah
4.Tinggal di daerah yang banyak ditemui nyamuk atau kutu.
Nyamuk dan kutu dapat membawa virus yang menyebabkan
ensefalitis. Paling sering terkena ensefalitis di musim panas atau
musim gugur saat serangga ini paling aktif.
PREVALENSI ENSEFALITIS
Virus Japanese Ensefalitis pertama di isolasi pada tahun 1934 dari jaringan otak
penderita Ensefalitis yang meninggal. Penyakit ini endemik di daerah Asia,
mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, Korea, China, Indo-China, Thailand,
Malaysia, sampai ke Indonesia serta India. Diperkirakan ada 35.000 kasus
Japanese Ensefalitis di Asia setiap tahun. Angka kematian berkisar 20-30%.

Di Indonesia, kasus Japanese Ensefalitis pertama kali dilaporkan pada tahun


1960 dan pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, didaerah Bekasi.
Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47 kasus
Ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese Ensefalitis.

Di Indonesia, Meningitis/Ensefalitis merupakan penyebab kematian pada semua


umur dengan urutan ke-17 dengan persentase 0,8% setelah malaria.
KLASIFIKASI CEDERA ENSEFALITIS
Ensefalitis ini disebabkan antara lain oleh virus, bakteri, jamur, ricketsia (masuk
melalui gigitan kutu), dan parasit. Kelimanya dapat diklasifikasi sebagai berikut :

1.a.) Ensefalitis Supurativa


Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : Staphylococcus aureus,
Streptococcus, E. Coli dan M. Tuberculosa.

Manifestasi klinis
Secara umum gejala berupa trias Ensefalitis : demam, kejang dan penurunan
kesadaran. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala
infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu : nyeri kepala
yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun,
pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis
tergantung pada lokasi dan luas abses.
KLASIFIKASI CEDERA ENSEFALITIS
b. Ensefalitis Sifilis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Gejala Ensefalitis sifilis terdiri dari dua
bagian :

1)Gejala-gejala neurologis, kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan,


afasia, apraksia, hemianopsia, penurunan kesadaran, sering dijumpai pupil Agryll-
Robertson, nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul
gangguanan gangguan motorik yang progresif.

2.Gejala-gejala mental, timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang


mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya
konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu.
KLASIFIKASI CEDERA ENSEFALITIS
2. Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

A. Virus RNA
• Paramikso virus : virus yang menyebabkan parotitis, morbili
• Rabdovirus : virus rabies
• Tugavirus : virus rubella flavivirus (virus Ensefalitis Jepang B, virus dengue)
• Picornavirus : enterovirus (virus polio, cockscakie A dan B, echovirus)
• Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoriab.
B. Virus DNA
• Herpes virus : herpes zoster - varisella, herpes simpleks, sitomegali virus, virus
Epstein - barr
• Poxvirus : variola, vaksinia
• Retrovirus : AIDS
Manifestasi klinis : Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan,
nausea, penurunan kesadaran, timbul serangan kejang-kejang, kaku kuduk,
hemiparesis dan paralysis bulbaris.
KLASIFIKASI CEDERA ENSEFALITIS
3. Ensefalitis Karena Parasit :

a. Malaria Serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria


serebral. Gejala-gejala yang timbul : demam tinggi. kesadaran menurun hingga
koma. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak
menimbulkan gejala- gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas
menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk
kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung
ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan Meningo
Ensefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri
kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi
kerusakan.
KLASIFIKASI CEDERA ENSEFALITIS
4. Ensefalitis Karena Fungus (Jamur)
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : Candida albicans,
Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor
mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat
ialah Meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya
infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan
Ensefalitis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar
tidur, kemudian kesadaran menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi
yang tersebar.
PENYEBAB ENSEFALITIS

Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, ataupun parasit


atau terkadang tidak diketahui penyebabnya. Gejala awal radang
otak umumnya menyerupai gejala flu ringan, seperti demam, nyeri
kepala, rasa lelah, dan nyeri sendi atau tulang.
PATOFISIOLOGI ENSEFALITIS

Virus Bakteri

Mengenai CNS

Ensefalitis

TIK meningkat Kerusakan susunan saraf pusat Panas, sakit kepala.

Muntah-muntah/mual Rasa tidak nyaman

BB turun • Gangguan penglihatan Kejang spastik


• Gangguan Bicara
Nutrisic kurang • Gangguan •Resiko cedera
Pendengaran •Resiko kontraktur
• Kelemahan gerak

• Gangguan sensorik
• Gangguan motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG ENSEFALITIS
• Pemeriksaan cairan serobrospinal
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan feses
• Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)
• Pemeriksaan titer antibody
• EEG
• Foto thorax
• Foto roentgen kepala
• CT-Scan Arteriografi7
DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding untuk Ensefalitis meliputi kemungkinan
meningitis bakterial, tumor otak, abses ekstradural, abses subdural,
infiltrasi neoplasma trauma kepala pada daerah epidemik,
Ensefalopati, sindrom Reye. Pada kasus Ensefalitis supurativa
diagnosa bandingnya adalah neoplasma, hematoma subdural kronik,
tuberkuloma dan hematoma intraserebri.
PROGNOSIS ENSEFALITIS
Prognosis ensefalitis tergantung pada tingkat virulensi dari virus.
Penanganan lebih awal dan hasil ensefalogram yang normal dikaitkan
dengan tingkat harapan hidup yang lebih tinggi.

Prognosis juga tergantung pada virulensi virus dan status kesehatan


pasien. Usia ekstrem (<1 tahun atau >55 tahun), status kekebalan
tubuh terganggu, dan kondisi neurologis yang sudah ada sebelumnya
dikaitkan dengan luaran yang lebih buruk. Ensefalitis rabies dan
ensefalitis diseminata akut hampir 100% bersifat fatal.
Contoh kasus
Seorang pasien Wanita berusia 22 tahun didiagnosa menderita
ensefalitis 4 tahun yang lalu. Pasien memiliki Riwayat dirawat selama
3 bulan di RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono
karena mengalami kelemahan seluruh tubuh, demam 40C dan
decubitus pada area gluteus setelah perawatan di RS lain selama 1
bulan. Pasca perawatan pasien tidak rutin menjalani fisioterapi
dikarenakan kondisi psikologis pasien yang cenderung bersedih dan
rasa sakit pada area gluteus pasca operasi debridement akibat
decubitus, sehingga pasien lebih banyak berbaring. 2 tahun yang lalu,
pasien mengalami luka bakar pada knee kanan dan luka decubitus di
gluteus terbuka sehingga harus dilakukan operasi kembali.
Selama 4 tahun pasien tidak dapat mobilisasi mandiri, dan aktifitasnya
dilakukan di tempat tidur dan kursi roda, untuk berpindah pasien
dibantu oleh keluarga dengan diangkat/digendong. Kedua tungkat
bawah mengalami kelemahan sehingga pasien tidak dapat berdiri dan
berjalan, dan seringkali terjadi tremor, terutama saat merubah posisi
knee untuk diluruskan. Lengan kiri pasien dapat bergerak dengan aktif,
sedangkan lengan kanan mengalami sedikit kelemahan, namun jari-jari
tangan kanan sulit untuk digerakan secara aktif, tetapi masih bisa
digerakan dengan bantuan orang lain.

Kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg,


frekuensi denyut nadi 84x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit. m.
Pemeriksaan sensorik tidak ada gangguan. Hasil pemeriksaan MRI
tidak ditemukan kelainan dan hasil pemeriksaan EMG menyatakan
penurunan hantar saraf dikarenakan unfunction dalam waktu lama.
INTERVENSI ENSEFALITIS
Penatalaksanaan pasien ensefalitis memerlukan kerjasama dari Tim Rehabilitasi
untuk segera mengembalikan fungsi serta mengurangi kecacatan dan komplikasi, berupa
dekubitus, penurunan massa otot dan kekuatan otot, gangguan mobilitas, dan kontraktur
akibat spastisitas. Tujuan dari program rehabilitasi adalah untuk meningkatkan keterampilan
motorik, koordinasi, mobilisasi dan gangguan lain yang ada untuk mencapai kemandirian
dalam kehidupan sehari-hari (ADL).

-Program fisioterapi yang diberikan adalah strengthening exercise dengan tehnik fasilitasi
dan stimulasi aktif dan menggunakan beban tubuh pasien sebagai beban Latihan.
-Core muscle strengthening dilakukan atihan aktif dengan tehnik sit-up dan push-up untuk
meningkatkan kekuatan abdominal muscle dan trunk muscle.
-Program fisioterapi juga ditujukan untuk memperbaiki mobilitas dan kemandirian pasien.
Latihan yang diberikan adalah bertahap mulai dari Latihan rotasi di atas tempat tidur, tidur ke
duduk, duduk seimbang, latihan duduk ke berdiri dan berdiri seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Nawi, Nazri., Makhtar, Mokhairi., Afip, Zehan., Salikon, Mohd., Sukri, Khairul. 2020.
Parkinson disease classification: a comparative analysis on classification techniques.
Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science, Vol. 18, No. 3.

Trisha Indah Paramita et. al., 'PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK CARPAL


TUNNEL SYNDROME". Jurnal Medika Udayana, VOL. 10 NO.2, 2021
Irwanto, E. (2014). Carpal Tunnel Syndrome. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aroori, S., dan R.A.J. Spence. 2008. Carpal tunnel syndrome. The Ulster medical
journal.

Chammas, M., J. Boretto, L.M. Burmann, R.M. Ramos, F.C.S. Neto, dan J.B. Silva. 2014.

Carpal tunnel syndrome - part I (anatomy, physiology, etiology and diagnosis). Revista brasileira
de ortopedia

Sembiring, Nentimay. Legsyanto, eko,. 2022, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal
Tunnel Syndrome (Cts) Dengan Modalitas Ultrasound(us) Dan Terapi Latihan,
Physiomove Journal, Volume. 1; No. 1.

Anda mungkin juga menyukai