Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN INFEKSI


PERSARAFAN: MENINGITIS
DAN ENSEFALITIS

OLEH: N. NINA P, S.KEP.,NERS.,M.KEP


PENDAHULUAN
• Meningitis  infeksi meninges.
• Meninges : membran yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang.
• Meningitis adalah infeksi yang menular.
• Dapat disebabkan oleh
– mikroorganisme (seperti virus, bakteri, jamur, atau
parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak),
– luka fisik,
– kanker, atau obat-obatan tertentu.

• Dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,


pikiran, bahkan kematian.
DEFINISI...
 Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan
arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord.
Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna
D.,1999).
 Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
EPIDEMIOLOGI
• Di Amerika Serikat, meningitis bakteri mempengaruhi sekitar 3
dalam 100.000 orang setiap tahun, dan meningitis virus
mempengaruhi sekitar 10 di 100.000.
• Pada tahun 1996 di Afrika terjadi wabah meningitis dimana
250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa.
• Di Eropa, penyebab terbesar meningitis adalah bakteri N.
Meningitides groups Bdan C, sedangkan group A meningococci
lebih sering terjadi di Cina dan para peziarah Haji.
• Di Indonesia, pada tahun 1987, tercatat 99 jamaah haji Indonesia
yang meninggal akibat meningitis.
• Sementara sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi dilaporkan
jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan vaksin.
• Sebagian besar (sekitar 70%) kasus meningitis terjadi pada anak-
anak di bawah usia 5 atau pada orang yang berusia di atas 60.
ETIOLOGI
• Bakteri penyebab meningitis terbanyak
disebabkan oleh:
– Hemophilus influenzae,
– Streptococcus pneumoniae dan
– Neisseria meningitidis.
• Penyebab meningitis terbagi atas beberapa
golongan umur:
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta
hemolitikus, Listeria monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza,
meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa :
Meningococcus, Pneumococcus,
LANJUTAN...
• Faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis:
– Infeksi jalan napas bagian atas,
– Otitis media,
– Mastoiditis,
– Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
– Prosedur bedah saraf baru,
– Trauma kepala, dan
– Pengaruh immunologis.
FAKTOR PREDISPOSISI
 Luka / fraktur terbuka pada kepala
 Infeksi pada telinga

 Radang paru

 Perdaeahan otak dan spinal

 Sepsis

 Lumbal fungsi dan anestesi lumbal


MANIFESTASI KLINIK
 Anak dan Remaja
 Demam
 Mengigil
 Sakit kepala
 Muntah
 Perubahan pada sensorium
 Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
 Peka rangsang
 Agitasi
 Bayi dan Anak Kecil
 Demam
 Muntah
 Peka rangsang yang nyata
 Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada
tinggi)
 Fontanel menonjol.
PATOGENESIS
 Jenis Meningitis :
 Viral meningitis (meningitis virus)
 Bakteri meningitis
MENINGITIS VIRUS
 Virus penyebab infeksi pada meningitis masuk
melalui sistem respirasi, mulut, genitalia atau
melalui gigitan binatang.
 Jenis penyakit virus yang dapat menyebabkan
meningitis adalah measles, mumps, herpes
simplex, dah herpes zoster.
 Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri
kepala, nyeri sekitar muka dan mata, photofobia,
dan adanya kaku kuduk. Adanya kelemahan,
rash dan nyeri pada ekstremitas mungkiin
terjadi. Demam dan tanda-tanda iritasi
meningeal juga dapat dijumpai seperti kaku
kuduk.
MENINGITIS BAKTERI
 Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
 Bakteri infeksi masuk susunan saraf pusat
melalui peredaran darah atau langsung dari luar
pada fraktur atau luka terbuka.
 Faktor predisposisi dari meningitis bakteri
diantara:
Trauma kepala
Infeksi sistemik/sepsis
Infeksi post pembedahan
Penyakit sistemik
KETIKA ORGANISME PATOGEN MASUK KE
RUANG SUBARAKHNOID, MAKA REAKSI
PERADANGAN TERJADI DAN MENGAKIBATKAN:

 Bedungan cairan serebrospinalis.


 Penumpukan eksudat

 Perubahan arteri pada subarakhnoid,


pembesaran pembuluh darah, ruptur dan
trombosis
 Perubahan jaringan disekitarnya (edema)
LANJUTAN...
Agen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan
ventrikuler

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf
spinal

Kerusakan neurologist
GEJALA & TANDA KLINIK
 Gejala awal meningitis bakteri mirip dengan kondisi
penyakit lain, dan meliputi:
 sakit kepala berat
 demam
 mual (rasa sakit)
 muntah (yang sakit)
 umumnya merasa tidak sehat
TANDA KLINIK

Jenis meningitis Glukosa protein Sel

PMNs,
Bakteri akut Rendah tinggi
sering> 300/mm ³
mononuklear
Virus akut Normal normal atau tinggi
<300/mm ³
Berkenaan dgn mononuklear dan
Rendah tinggi
penyakit TBC PMNs, <300/mm ³

Jamur Rendah tinggi <300/mm ³

biasanya
Ganas Rendah tinggi
mononuklear
KOMPLIKASI
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Hydrosephalus

 Infark serebral

 Defisit saraf kranial

 Ensepalitis

 Kejang

 Endikarditis
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik
 leher kaku, sakit kepala parah, dan demam.
 pembengkakan di mata, yang menunjukkan tekanan
intrakranial meningkat, dan ruam kulit.
 Tes darah
 Computed tomography (CT scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI scan) dari otak
 Spinal tap
 Pemeriksaan laboratorium yang khas pada
meningitis adalah analisa cairan otak.
 Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan
keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur posistif terhadap
beberapa jenis bakteri.
 Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF
jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal,
kultur biasanya negative.
TUJUAN TERAPI
 Menghilangkan infeksi dengan menurunkan
tanda-tanda dan gejala
 Mencegah kerusakan neurologik seperti kejang,
tuli, koma, dan kematian
PENATALAKSANAAN
 Farmakologis
Obat anti inflamasi
Pengobatan simtomatis
 Pengobatan suportif :
Perawatan
 Pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
 Pemantauan ketat.
1) TTV
2) Produksi air kemih
3) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
TERAPI MENINGITIS
Terapi meningitis bacterial
 Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus
sawar darah otak, contohnya rifampicin, chloramphenicol,
dan quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
 Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan
hasil kultur.
 Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2
juta unit diberikan secara intravena setiap 2 jam.
 Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta
unit/hari, anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 juta unit/hari.
 Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk
anak-anak.
 Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin, dapat
diberikan sampai 5 hari bebas panas.
Terapi meningitis TB
 diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian
penurunan dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian
prednison keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.
Terapi meningitis viral
 diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam,
dosis pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap
12 jam
 diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis
herpetic meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
Terapi meningitis jamur
 Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan :
 Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus
 Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan
amfoterisin B dan kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada
amfoterisin B, dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen setengah jam
sebelum amfoterisin B dipakai.
Terapi suportive
 memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit
dan oksigenasi
 Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit
diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan
dipertahankan pada dosis yang cukup untuk
memperpanjang clotting time dan partial thromboplastin
time menjadi 2 atau 3 kali harga normal.
 Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan,
contohnya Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
 Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau
salisilat 10 mg/kg/dosis
 Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, tetapi hanya bila didapatkan tanda awal
dari impending herniasi.
REKOMENDASI UNTUK TERAPI ANTIMIKROBA EMPIRIS UNTUK
MENINGITIS PURULEN BERDASARKAN USIA PASIEN DAN KONDISI
SPESIFIK PREDISPOSISI
DOSIS YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK TERAPI ANTIMIKROBA DENGAN
BAKTERI MENINGITIS
MONITORING
 Tekanan darah
 Glukosa

 Respirasi

 RR dan HR

 Volume output urin


OUTCOME TERAPI
 Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
 Mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
 Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera
lain.
 Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan
menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
 Tampak rileks, ansietas berkurang
ENSEPALITIS

 Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan


otak dan meningen, yang disebabkan karena
virus, bakteri, jamur dan parasit.
 Ensefalitis karena bakteri dapat masuk melalui
fraktur tengkorak.
ETIOLOGI
 Ensefalitis Supurativa
 Ensefalitis Siphylis

 Ensefalitis Virus

 Ensefalitis Karena Parasit

 Ensefalitis Karena Fungus

 Riketsiosis Serebri

 Arbovirus

 Enterovirus (polio virus)


PATOFISIOLOGI

 Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke


susunan saraf pusat melalui peredaran darah,
saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan
berkembang biak menimbulkan proses
peradangan.
 Kerusakan pada myelin pada akson dan white
matter dapat pula terjadi.
 Reaksi peradangan juga mengakibatkan
perdarahan, edema, nekrosis yang selanjutnya
dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi
dan peningkatan tekanan intrakranial.
MANIFESTASI KLINIK
 Meskipun penyebabnya berbeda-beda, Secara
umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang
terdiri dari demam, kejang dan kesadaran
menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan
gejala Ensefalitis sebagai berikut:
 Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan
hiperpireksia
 Kesadaran dengan cepat menurun

 Muntah

 Kejang-kejang,bingung, koma, hemiparesis,


gerakan involunter, kelemahan otot-otot wajah.
KOMPLIKASI

 Retardasi mental
 Kejang

 Demensia

 Paralisis

 Kebutaan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan serologis
 Pemeriksaan darah

 EEG/ Electroencephalography

 CT scan
PENANGANAN
 Terapi antimikroba :
 Ensefalitis virus

 Pengobatan simptomatis:

 Pengobatan antivirus

 Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial,


management edema otak :
a) Mempertahankan hidrasi, monitor balance
cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
b) Pemberian Glukosa 20%, 10ml intravena
PERBEDAAN ANTARA ENSEFALITIS
DAN MENINGITIS
ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS DAN ENSEFALITIS
ANALISA DATA
DIAGNOSA 1 : GANGGUAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL B.D EDEMA SEREBRAL
YANG MENGUBAH/ MENGHENTIKAN DARAH ARTERI/VIRUS
TUJUAN : PERFUSI JARINGAN MENJADI ADEKUAT
KRITERI HASIL : KESADARAN KOMPOS MENTIS
 GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN
KERUSAKAN NEUROMUSKULAR, PENURUNAN AKEKUATAN.
TUJUAN : KLIEN DAPAT BERAKTIFITAS KEMBALI DENGAN
NORMAL
KRITERIA HASIL :KLIEN TIDAK MERASA LEMAH
RISIKO TINGGI TERHADAP CEDERA BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG
UMUM/LOKAL, KELEMAHAN UMUM.
TUJUAN : MENGURANGI RISIKO CIDERA AKIBAT KEJANG
KRITERIA HASIL : TIDAK DITEMUKAN CIDERA SELAMA KEJANG
EVALUASI
 Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
 Mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
tanda-tanda vital stabil.
 Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera
lain.
 Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan
menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
EVALUASI
 Mencapai kembali atau mempertahankan posisi
fungsional optimal dan kekuatan.
 Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan
fungsi persepsi.
 Tampak rileks dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

Anda mungkin juga menyukai