Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ESAI REQUIREMENT GATHERING (PROTOTYPE)

Mata Kuliah Analisa dan Perancangan Perangkat Lunak

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik


Dalam Penyelesaian Tugas Mata Kuliah Analisa dan Perancangan Perangkat
Lunak

Oleh Kelompok :

Fathan Nur Sidiq (2015061039)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2023/2024
BAB I

Pendahuluan

1.1 Pembuka
Salah satu proses penting dalam pengembangan suatu proyek berbasis
perancangan perangkat lunak adalah requirement gathering. Terdapat
banyak metode yang dapat digunakan, metode yang baik adalah metode
yang sesuai dan efektif serta cepat dalam mendapatkan informasi
requirement dari user terkait. Dalam konteks ini, metode prototyping telah
muncul sebagai alat yang efektif dalam membantu tim pengembangan untuk
menggali, mengklarifikasi, dan mengkomunikasikan kebutuhan dengan
lebih baik. Esai ini akan menjelajahi peran penting metode prototyping
dalam proses pengumpulan kebutuhan, dan mengapa pendekatan ini telah
menjadi langkah penting dalam mencapai kesuksesan dalam
pengembangan perangkat lunak.

1.2 Hipotesis
Metode prototyping dalam proses pengumpulan kebutuhan merupakan
pendekatan yang efektif untuk mengidentifikasi, memahami, dan
mengkomunikasikan kebutuhan pengguna dengan lebih baik, yang pada
akhirnya mengarah pada pengembangan produk atau sistem yang lebih
sesuai dengan harapan mereka. Selain itu prototype memungkinkan
pengguna dan tim pengembangan berkomunikasi lebih baik. Seringkali,
pengguna mungkin memiliki harapan yang berbeda dari yang dimaksudkan
oleh tim pengembangan. Dengan prototype, kesalahpahaman dapat diatasi
lebih awal dalam proses pengembangan.
BAB 2

Badan

2.1 Opini
Menurut saya metode prototype dalam requirement gathering pada
perancanga perangkat lunak adalah pendekatan yang sangat berguna dan
efektif dalam pengembangan perangkat lunak karena melibatkan
pembuatan versi awal atau model kasar dari sistem yang akan
dikembangkan, yang digunakan untuk menggali dan mengklarifikasi
persyaratan kebutuhan dan tampilan dengan stakeholder dan user terkait.

Prototype membantu para stakeholder dan user terkait untuk lebih mudah
memahami konsep dan fungsi yang diharapkan dari sistem yang akan
dikembangkan. Ini dapat menghindari ketidaksepahaman dan
ketidakcocokan dalam pemahaman persyaratan. Dengan adanya prototype,
dapat mendekati solusi yang diinginkan sejak awal proyek. Ini mengurangi
risiko pengembangan produk yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan
kebutuhan pengguna.

Selain itu menurut saya prototype dapat membantu pengguna akhir merasa
lebih terlibat dalam pengembangan sistem, karena mereka dapat melihat dan
menguji konsep awal. Hal ini dapat meningkatkan akseptabilitas sistem.
Langkah yang dilakukan juga cukup mudah, diawali dengan wawancara
dengan user terkait, dan dilanjutkan dengan perancangan cepat prototype,
lalu evalusai bersama dengan user terkait, dan diulangi lagi dengan
perancangan jika terdapat revisi, dilakukan terus menerus hingga mencapai
kesepakatan atau tidak ada revisi lagi.

Meskipun dapat diperoleh nya detil kebutuhan yang tinggi, metode ini
memiliki resiko meingkatnya biaya dan waktu project, maka dari itu metode
ini cocok digunakan pada project besar yang membutuhkan detil yang
sangat diharapkan dan sesuai dengan ekspektasi user namun memilki biaya
dan waktu yang cukup besar, meskipun hanya sebatas resiko.
2.2 Fakta
Metode prototype adalah salah satu metode pengembangan perangkat
lunak, Pembuatan prototype adalah proses untuk membuat model realistis
untuk antar muka produk, Prototype user interface mudah untuk diubah dan
menyebabkan pengguna bisa terlibat dalam desain awal produk. Untuk
membangun prototype yang sukses, membutuhkan tools yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan feedback pengguna dan melakukan iterasi hingga
pengguna puas dengan user interface yang dibangun [1].

Metode prototype diawali dengan mengumpulkan kebutuhan dari klien,


Setelah itu pengembang dan klien bertemu guna mendefinisikan tujuan dari
perangkat lunak, mengidentifikasikan segala kebutuhan dari segi input dan
format output serta gambaran interface, kemudian dilakukan perancangan
cepat, dari hasil perancangan cepat tersebut nantinya akan dilakukan
pengujian dan evaluasi [2].

Tahapan pengembangan model prototype yaitu:


1) Mendengarkan pelanggan, pada tahap ini dilakukan pengumpulan
kebutuhan dari system dengan cara mendengar keluhan dari
pelanggan. Untuk membuat suatu system yang sesuai kebutuhan,
maka harus diketahui terlebih dahulu bagaimana system yang
sedang berjalan untuk kemudian mengetahui masalah yang terjadi
[3].
2) Merancang dan Membuat Prototype, pada tahap ini, dilakukan
perancangan dan pembuatan prototype system. Prototype yang
dibuat disesuaikan dengan kebutuhan system yang telah
didefinisikan sebelumnya dari keluhan pelanggan atau pengguna
[3].
3) Uji coba Pada tahap ini, Prototype dari system di uji coba oleh
pelanggan atau pengguna. Kemudian dilakukan evaluasi
kekurangan-kekurangan dari kebutuhan pelanggan. Pengembangan
kemudian kembali mendengarkan keluhan dari pelanggan untuk
memperbaiki Prototype yang ada [3].

Kelebihan model prototype, Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan
pelanggan. Pengembangan dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan
pelanggan. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan system. Penerapan
menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Pelanggan ikut dalam pengembangan sistem yang akan memudahkan pengembang
mengetahui produk yang diharapkan pelanggan [3].

Kekurangan model prototype diantaranya Resiko tinggi yaitu untuk masalah-


masalah yang tidak terstruktur dengan baik, ada perubahan yang besar dari waktu
ke waktu, dan adanya persyaratan data yang tidak menentu. Interaksi pemakai
penting. Sistem harus menyediakan dialog on-line antara pelanggan dan komputer.
Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak
mencerminkan teknik perancangan yang baik. Kurang fleksibel jika terjadi
perubahan. Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi
prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat
tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang [3].

Model prototype sesuai jika diterapkan untuk menggali spesifikasi kebutuhan


pelanggan secara lebih detal tetapi beresiko tinggi terhadap membengkaknya biaya
dan waktu proyek [3].

Untuk dokumentasi pada metode prototyping dapat menggunakan berbagai format,


seperti teks, gambar, video, atau audio. Dapat menggunakan kombinasi format
untuk menangkap berbagai aspek perubahan. Misalnya, dapat menggunakan teks
untuk menjelaskan alasan dan tujuan perubahan, gambar untuk menunjukkan
perbedaan visual, dan video untuk menunjukkan fungsionalitas dan umpan balik
pengguna [4].

Selain itu dapat digunakan tools seperti figma, Alat-alat ini memungkinkan untuk
membuat, mengedit, dan berbagi prototipe Anda, serta mendokumentasikan
perubahan Anda dengan anotasi, komentar, atau riwayat versi [4].
BAB 3

Kesimpulan

Berdasarkan fakta yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa hipotesis yang saya berikan sesuai, bahwa metode prototype
dengan langkah-langkah dan proses yang dilkaukan pada requirement gathering
dapat menjadi metode yang efektif untuk pengumpulan kebutuhan yang detil dan
sesuai dengan keinginan user.

Proses yang dilakukan seperti sebuah cycle yang berulang, seperti proses
requirement gathering seperti wawancara untuk mendapatkan gambaran awal
kebutuhan, proses prototypeing, dan evaluasi yang diguanakan sebagai bahan
prototyping selanjutnya, hingga tidak ada lagi revisi yang diberikan pada evaluasi

Terdapat berbagai cara dokumentasi yang dapat dilakukan dengan metode ini,
seperti menggunakan prototype document, gambar, vidio, ataupun dengan
menggunakan tools yang diberikan anotasi untuk memudahkan menemukan
perubahan yang terjadi pada proses prototyping.

Namun terdapat informasi yang baru saya ketahui, bahwa metode ini memiliki
resiko membengkak nya biaya dan waktu proyek, maka dari itu diperlukan
pemahaman yang lebih terkait proyek, apakah kebutuhan yang detil ini berbanding
lurus dengan biaya dan waktu yang dimiliki.
Daftar Pustaka

[1] SADABADI, A. T., & TABATABAEI, N. M. (2009). Rapid Prototyping for


Software Projects With User Interfaces. Electronics And Computers Science,
Scientific Bulletin, 9, 85–90.

[2] Pressman, Roger S. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

[3] Hasanah, Fitria Nur & Rahmania Sri Untari. (2020). REKAYASA
PERANGKAT LUNAK. Umsida Press

[4] Product Engineering. (2023). How do you document product prototype change?.
linkedin.com. https://www.linkedin.com/advice/1/how-do-you-document-product-
prototype-changes

Anda mungkin juga menyukai