a. Perambatan Gelombang
Pada gambar dibawah dapat dilihat sebuah antena yang memancarkan gelombang
radio pancaran gelombang radio ini menyebar kesegala penjuru secara merata untuk
antena vertikal sebagian gelombang yang bergerak pada permukaan bumi disebut
GELOMBANG BUMI, selain dari pada itu disebut GELOMBANG ANGKASA.
b. Pantulan
Pada daerah frekuensi sebagian dari gelombang angkasa kembali ke permukaan
bumi. Mereka dipantulkan oleh lapisan udara yang terhampar diketinggian 50 km
sampai 300 km. Lapisan udara pemantul ini disebut ionosphere. Lapisan udara
yang terionisasi kuat dinamakan lapisan heaviside.
c. Perambatan LW,MW,SW,VHF
Perambatan gelombang panjang, dimana ʎ = 1km - 10 km, dengan polarisasi
vertikal pada malam hari melalui interferensi antara gelombang bumi dan angkasa
dapat menimbulkan FADING DEKAT. Perambatan gelombang menengah, dimana ʎ
= 100m -10m, dengan polarisasi vertikal. Pada jarak yang jauh dapat timbul interfrensi
diantara gelombang bumi dan angkasa yang disebut FADING JAUH. Perambatan
gelombang menengah, dimana = 100m -10m, dengan polarisasi vertikal. Antara
gelombang bumi yang sangat pendek dan jatuhnya gelombang angkasa terjadi
DAERAH MATI. Jarak ini disebut jarak lompatan, yang bergantung pada frekuensi
hari dan tahun. Perambatan gelombang sangat pendek, = 1m - 10m, pada band 1
dengan polarisasi vertikal, band II dan III dengan polarisasi horisontal dalam daerah
frekuensi 30 MHz - 300 MHz dengan semakin pendeknya panjang gelombang akan
memisahkan diri dari permukaan bumi, merambat diatas bumi tanpa kerugian dan
LURUS seperti GELOMBANG CAHAYA. Jangkauannya dengan begitu sejauh
pandangan antara antena pemancar dan penerima (maksimum kira-kira
50 km).Perambatan gelombang desimeter dengan = 10 Cm - 100 Cm dengan
polarisasi horisontal. Dalam daerah frekuensi antara 300 MHZ - 3 GHz (televisi
band IV dan V) mempunyai jangkauan terbatas ( 50 km). Pada semua jangkauan
gelombang untuk menaikkan daya jangkauan dapat dengan menaikkan daya
pancar, menaikkan antena pemancar jauh dengan bumi.
d. Lapisan·lapisan lonosfir
Ionosfir tersusun dari 3 (tiga) lapisan, mulai dari yang terbawah yang disebut dengan
lapisan D, E dan F. Sedangkan lapisan F dibagi menjadi dua, yaitu lapisan F1 dan
F2 (yang lebih atas), seperti Gambar di bawah. Ada atau tidaknya lapisan-lapisan ini
dalam atmosfir dan ketinggiannya di atas permukaan bumi, berubah-ubah sesuai
dengan posisi matahari. Pada siang hari (tengah hari), radiasi dari matahari adalah
terbesar, sedangkan di malam hari adalah minimum.Saat radiasi matahari tidak ada,
banyak ionion yang bergabung kembali menjadi molekul-molekul. Keadaan ini
menetukan posisi dan banyaknya lapisan dalam ionosfir. Karena posisi matahari
berubah-ubah terhadap titik-titik tertentu di bumi, dimana perubahan itu bisa harian,
bulanan, dan tahunan, maka karakteristik yang pasti dari lapisan- lapisan tersebut sulit
untuk ditentukan/dipastikan.
e. Frekuensi Kritis
Jika frekuensi gelombang radio yang dipancarkan secara vertikal perlahan- lahan
dipertinggi, maka akan dicapai titik dimana gelombang tidak akan bisa dibiaskan untuk
kembali ke bumi. Gelombang ini tentu akan ke atas menuju lapisan berikutnya, dimana
proses pembiasan berlanjut. Bila frekuensinya cukup tinggi, gelombang tersebut
akan dapat menembus semua lapisan ionosfir dan terus menuju ruang angkasa.
Frekuensi tertinggi dimana gelombang masih bisa dipantulkan ke bumi bila
ditransmisikan secara vertikal pada kondisi atmosfir yang ada disebut dengan
frekuensi kritis. Sebagai ilustrasi tentang frekuensi kritis gelombang untuk frekuensi
25 MHz, ditunjukkan pada Gambar di bawah. Gelombang ditembakkan secara vertikal
oleh transmitter (pemancar dan sekaligus penerima), dengan frekuensi yang
bervariasi, mulai 24 MHz sampai 26 MHz. Untuk frekuensi kerja 25 MHz ke bawah,
gelombang yang dipancarkan ke atas, dapat diterima kembali di bumi. Tetapi
untuk gelombang yang dipancarkan dengan frekeunsi 26 MHz ke atas, gelombang
di tidak dapat diterima oleh transmitter di bumi.
f. Sudut Kritis
Sudut kritis adalah sudut yang dibentuk oleh lintasan gelombang yang menuju
dan masuk ionosfir dengan garis yang ditarik dari garis vertikal titik pemancar di bumi
ke pusat bumi. Gambar 6-6 menunjukkan sudut kritis untuk 20 MHz. Semua
gelombang yang mempunyai frekuensi di atas 20
MHz (misalnya 21 MHz) tidak dibiaskan kembali ke bumi, tetapi terus menembus
ionosfir menuju ruang angkasa.