Anda di halaman 1dari 18

PATOFISIOLOGI, PENATALAKSANAA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS LUKA STOMA

KELOMPOK 1

1. Anggi Hidayat
2. Septiana Dewi
3. Lalu Putra Jaya Wira Agung
4. Zeadatul Azizah
5. Nizam Zarkasi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAZR
LOMBOK TIMUR
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

Tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat menambah lebih banyak wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikumwr.wb
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

A. ANATOMI COLON.......................................................................
B. STOMA.....................................................................................................
C. JENIS – JENIS STOMA.................................................................
D. PENATALAKSANAAN POST OPRASI STOMA.................................
E. KONSEP ASUHAN .................................................................................

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................

A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker usus umumnya terjadi pada usus besar (colon) dan relatif
berhubungan dengan rektal. Kanker usus dan rektal 95% berbentuk
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus), awalnya berupa polip usus
yang berubah menjadi sel kanker ganas yang menyusup dan merusak jaringan
normal dan meluas ke struktur jaringan sekitarnya (White dkk., 2012). Salahsatu
penatalaksanaan pada pasien kanker kolon adalah tindakan pembedahan.
Tindakan pembedahan kolostomi akan memberikan pengaruh besar pada klien.
Perubahan tersebut akan mempengaruhi respon fisik, respon psikososial dan
spiritual (Bulkley dkk., 2013). Klien dengan stoma akan mengalami kesulitan
dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan memerlukan adaptasi dengan stoma.
Kolostomi dapat menimbulkan respon fisik seperti rasa sakit post operasi
kolostomi (Rangki dkk., 2014). Pasien dengan stoma akan mengalami gangguan
seperti inkonteninsia serta flatulen yang tidak bisa dikontrol, sukar kembali ke
dunia kerja, penurunan aktivitas seksual, serta penurunan kesempatan rekreasi dan
wisata. Pasien merasa kurang nyaman dengan orang disekitarnya karena bau feses
dan kantong stoma yang menonjol (Krouse dkk, 2007).
Selain itu, pemasangan stoma dapat mempengaruhi respon psikososial
klien. Respon psikososial berupa malu memakai kantong stoma dan takut dijauhi
oleh orang disekitarnya karena bau yang dikeluarkan dari feses (Bulkley dkk.,
2013). Stoma mengganggu body image dan menurunkan kualitas hidup pasien
dengan kanker colon. Kolostomi akan menimbulkan bau yang kurang sedap dan
mengeluarkan cairan akan mempengaruhi cara beribadah dan cara berhubungan
dengan orang disekitarnya (Sales dkk., 2014). Respon psikologis yang sering
terjadi pada pasien kanker adalah sedih, berduka, takut akan kematian dan depresi
(Hamid, 2008).
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami Anatomi Colon
2. Memahami STOMA
3. Memahami Jenis – Jenis STOMA
4. Memahami Penatalaksanaan Post Oprasi Stoma
5. Memahami Konsep Asuhan Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Colon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Usus ini merupakan saluran yang berhubungan dengan ileum
dan berakhir di anus. Panjangnya sekitar 1,5 m, diameternya ± 6,3 cm, pH nya 7,5
8. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon
terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon
menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus
buntu hinggapertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan",
sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri". Fungsi usus besar:
1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan
mengubah kimus da cairan menjadi massa semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
a. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.
b. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan
gerakan mendorong.
Pada kolon ada tiga divisi yaitu:
a. Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi
bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada
fleksura hepatika.
b. Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah hati
dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar
ke bawah pada fleksura spienik.
c. Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
B. STOMA
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang
menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti
ileostomi, kolostomi, dan urotomi (Grace & Borley, 2006). Stoma adalah
lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar
dari tubuh. Pembuatan stoma ini sering bersamaan melalui operasi
pembukaan dinding perut (laparotomi) dengan insisi di atas garis tengah
perut (midline incision). Keberadaan stoma ini sangat penting karena
merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran pembuangan sementara
atau bahkan permanen seumur hidup
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari
lubang stoma masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun tidak
jarang kantong stoma bocor karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi
kulit di sekitar stoma bahkan sampai menyebabkan kontaminasi luka
operasi laparotomi. Agar stoma dapat berfungsi dengan baik dan luka
operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu perawatan yangbaik
dan benar paska operasi.
C. Jenis – Jenis STOMA
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
1. Pengertian
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan
stoma yang artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang
dibuat dari usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan.
Colostomi adalah membuat ostomi di kolon dibentuk bila usus
tersumbat oleh tumor (harapan, 2006). Colostomi adalah Sebuah
lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dindinga!
domen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
2. Jenis – Jenis Kolostomi
Berdasarkan lubang colostomy dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Single barreled stom
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat
dibuang atau ditutup.
2) Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang
direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal
mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan
mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3) Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen
dan diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari
usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat
dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari
kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen
maupun sementara.
3. Kompikasi Kolostomi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi
dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah
prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit.
Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus
mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus
menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta
tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth,
2000).
Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat
bila ditemukan komplikasi seperti:
1) bau yang tidak biasa yang berlangsung lebih dari seminggu.
2) perubahan ukuran dan bentuk dari stoma yang tidak bias
3) Obstruksi pada stoma dan / atau prolaps dari stoma tersebut.
4) perdarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau
jumlah sedang dalam kantong
5) cedera yang parah dari stoma.
6) perdarahan terus-menerus di peralihan antara stoma dan kulit.
7) iritasi kulit kronis.
8) Stenosis dari stoma (penyempitan)
2. Ileostom
a. Pengertian
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus
dengan dinding abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal
atau bahkan lebih proximal dari usus halus. Limbah usus keluar dari
ileostomi dan dikumpulkan dalam suatu sistem pouching eksternal
menempel di kulit. Ileostomi biasanya diletakkan di atas pangkal
paha di sisi kanan perut.
ileostomi adalah pembuatan lubang kedalam ileum melalui
pembedahan atauusus halus biasanya dengan stoma ileum pada
dinding abdomen. tindakan ini memungkinkan drainase bahan fekal
(efluen) dari ileum keluar tubuh.
b. Tujuan
Tujuan prosedur ini untuk mencegah kebocoran, mengkaji
integritas kulit di sekitar stoma, membimbing klien mengendalikan
bau.
c. Waktu Perawatan
1) Setiap pagi, sebelum sarapan atau 2-4 jam setelah sarapan
2) Bila perlu, terutama jika klien mengeluh panas atau gatal-gatal
pada area stoma.

3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)


a. Pengertian

Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem kemih.


Sebuha urostomy di buat untuk memanfaatkan pengalihan kemih
dalam kasusu dima drainase urin melalui kandung kemih dan uretra
tidak mungkin bekerja kembali, misalnya setla operasi yang luas
atau dalam kasus obstruksi. Penyabab dilakukan urostomy adalah
Kanker kandung kemih, cedera tulang belakang, kerusakan dari
cacat kandung kemih dan lahir seperti spina bifida.
b. Tujuan
1) Mengalirkan urine ke lubang kecil rongga perut yang akan
menghubungkan system perkemihan untuk stoma dikulit.
2) Urine dapat keluar dari stoma secara bebas
4. Indikasi
1) Kanker kandung kemih
2) Cacat lahir
3) Peradangan kronis
4) Masalah neuromuscular
D. Penatalaksanaan Post Oprasi Stoma
Penatalaksanaan post operasi
1. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan
intake dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain
luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau
anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan
integritas psikologi
2. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi
pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus.
Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.
3. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti
perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat
ditangani pemulihan lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau
bantal untuk membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan
anastomosis usus atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal.
Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan
yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan
5. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang
terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal
saline steril. NGT digunakan postoperatif untuk dekompressi
gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa
Memastika kelancaran penting untuk rasa nyaman
dan penyembuhan klien.
6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat
berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna
merah terang. Drainase dapat berwarna merah terang dan kemudian
gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 – 3 hari
pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dar drainase dapat
mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau
infeksi.
7. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien
reseksi abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan
temperature rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya.
Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan
perdarahan, infeksi, atau gangguan penyembuhan.
8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso
gastrik. Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan
minum peroral dan, selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan
melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit,
klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan
chloride; dan alkalosis metabolik.
9. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotic
dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi
antibiotik untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi rongga
abdominal dengan isi dari usus
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis kanker kolorektal
dalam proses keperawatan meliputi identitas, data riwayat pasien,
pemeriksaan fisik, data pengkajian keperawatan, dan pengkajian skrining
lainnya. Dalam pengkajian terdapat dua data yaitu data subjektif dan objektif.
Data subjektif adalah data yang di ungkapkan oleh pasien. Sedangkan data
objektif adalah data yang di temukan dari pemeriksaan fisik maupun dari
pemeriksaan penunjang. (Harifiant, 2019). Pengkajian keperawatan dilakukan
dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data yang didapatkan dari
pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil
pengukuran atau observasi).
a. Identitas atau Biodata pasien
Identitas : Kanker kolorektal umumnya sering terjadi pada pasien dengan
usaia sampai dengan 48 tahun keatas
b. Riawayat kesehatan
1) Keluhan utama Umumnya pasien akan merasakan nyeri akibat adanya
metastase kanker serta merasakan mual muntah akibat manifestasi dari
kanker kolorektal tersebut
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon
dan kolitis ulseratif yang tidak teratasi
b) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
c) Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi
lemak, dan rendah serat
3) Riwayat kesehatan sekarang
a) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung
b) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : BAB seperti pita,
bercampur darah dan lendir, dan rasa tidak puas setelah BAB
c) Klien mengalami anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat
badan d. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat kanker pada
keluarga, diidentifikasi kanker yang menyerang tubuh atau organ
termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebagai sifat
dominan
c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fungsional Gordon
1) Aktivitas/istirahat Gejala :
kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur
semalaman karena diare, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan
dengan efek proses penyakit
2) Pernafasan Gejala :
nafas pendek, dispnea, dan frekuensi pernafasan menurun
3) Sirkulasi Gejala :
takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri
4) Integritas ego Gejala :
ansietas, ketakutan, emosi, kesal
5) Eliminasi Gejala :
tekstur feses bervariasi, lunak, dan frekuensi 10-20x sehari
6) Makan/cairan Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan, tidak toleran terhadap diet
7) Hygiene Tanda :
ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis, menunjukkan
kekurangan vitamin
8) Nyeri/kenyamanan Gejala :
nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
9) Keamanan Gejala :
adanya riwayat polip, radang kronik viseratif
10) Muskuloskeletal
Tanda : penurunan kekuatan otot, kelemahan, dan malaise
2. Diagnose Keperawatan
a. Diagnosis keperawatan praoperasi
1) Defisit nutrisi kurang berhubungan dengan faktor psikologis
(keenganan untuk makan ) D.0019 (SDKI, 2017)
2) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
D.0049 (SDKI, 2017)
b. Diagnosis keperawatan pascaoperasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (tindakan
pembedahan) D.0077 (SDKI, 2017
2) Risiko infeksi D.0142 (SDKI, 2017)
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional D.0080 (SDKI, 2017)
4) Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis D.0076 (SDKI,
2017)
5) Gangguan citra tubuh yang berhubungan perubahan fungsi tubuh
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (SDKI
D.0077 Halaman 172 )
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria Hasil :
a. Keluhan Nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Pasien tidak menunjukan sikap protektif
d. Frekuensi nadi pasien dalam batas normal (80-100x/menit)
No Intervensi Rasional
Observasi Observasi
1 Observasi identifiaksi lokasi, R/ untuk mengetahui penyebab
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
dan intensitas nyeri
2 Identifikasi skala nyeri R/ untuk memberi penilian
pada skala nyeri
berupa angka
3 Identifikasi respon nyeri non verbal Respon nyeri non verbal
dapat membantu
menentukan tingkat nyeri
4 Identifikasi faktor yang memperberat R/ membantu menghindari
dan faktor yang
memperingan nyeri memperberat nyeri
Terapeutik
1 Berikan teknik non farmakologi untuk R/teknik non farmakologi dapat
mengurangi rasa nyeri misal digabungkan dengan terapi
aromaterapi, akupressur, terapi musik, medis guna mempercepat
kompres hangat dan pereda nyeri
dingin
2 Kontrol lingkungan yang memperberat R/lingkungan merupakan salah satu
rasa faktor yang
nyeri dapat memperberat nyeri
3 Fasilitasi istirahat dan tidur R/ Istrahat dan tidur membantu
oasien lebih
tenang dan rileks
Edukasi
Diagnosa : Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
(SDKI D.0076 Halaman 170)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nausea
menurun
Kriteria Hasil :
1) Keluhan mual menurun
2) Nafsu makan pasien meningkat
3) Pasien tidak memiliki perasaan ingin muntah
4) Pasien tidak pucat
5) Nadi pasien dalam batas normal 80-100x/menit
No Intervensi Rasional

Observasi Observasi

1 Identifikasi pengalaman mual R/ Untuk mengetahui apakah pasien


pernah mengalami mual sebelumnya
2 Identifikasi isyarat non R/ Salah satu tanda adalah saat
verbal makan pasien
ketidaknyamanan terlihat tidak nyaman
3 Identifikasi faktor penyebab R/ Salah satu obat penyebab mual
mual misal adalah obat
pengobatan dan prosedur Kemo
4 Identifikasi antiemetik guna R/ kolaborasi dengan tim
mencegah mual kesehatan lain
merupakan salah satu intervensi
keperawatan

BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Stoma merupakan pembuatan lubang dari kolon ke permukaan
abdomen. Feseskeluar melalui stoma dengan aksi peristaltik. Stoma tidak
mempunyai spincter, maka flatus dan feses keluar tidak terkontrol. Stoma
yangnormal adalah segar, lembab, merah mengkilap, sama dengan mukosa
bibir. Lokasistoma bisa dimana saja ditentukan oleh lesi kolon seperti :
sekum, tranverse, dansigmoid.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mahasisswa
husunya dalam memahami STOMA

Daftar pustaka
Azza Upi. Stoma Care. (2011,
https://www.scribd.com/doc/129970613/95854328-Makalah-Stoma )
Diakses 10 Oktober 2015.
Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah


Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi
Ostomate. Staf Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.
Smeltzer, Suzanne C., 2001 , Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Sudarth., Edisi 8 , EGC:
Jakarta.
Sudiyatmo, ( 2013, http://drsudiyatmo.blogspot.co.id/2013/02/intestinal-
stoma.html ). diakses 10 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai