Laporan Ruang Anak 3 Fiks
Laporan Ruang Anak 3 Fiks
Disusun oleh:
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan anatomi
jantung yang sudah terdapat sejak dalam kandungan (Susilaningrum, 2013). Penyakit
jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi akibat kelainan dalam
perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat mengganggu dalam
fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan
asianosis (Hidayat, 2012).
Susilaningrum, dkk (2013) mengatakan bahwa PJB digolongkan menjadi dua, yaitu :
PJB asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai dengan warna
kebiruan pada mukosa tubuh. PJB asianotik dibagi menjadi 5 diantaranya :
1) Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celahantara ventrikel
kiri dan kanan. Pirau kiri ke kanan disebabkan olehpengaliran darah dari
ventrikel kiri yang bertekanan tinggi ke ventrikel kanan yang bertekanan rendah,
karena tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar 5 kali lebih tinggi daripada
tekanan ventrikel kanan, maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan
melalui celah tersebut dan akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri
melalui katup aorta kedalam aorta akan berkurang dan jumlah darah ke ventrikel
kanan akan bertambah (Aspiani, 2015).
2) Atrial Septal Defect (ASD) disebabkan adanya defect atau celah antara atrium
kiri dan kanan, sehingga terjadi pengaliran darah dariatrium kiri yang bertekanan
tinggi ke dalam atrium yang bertekanan rendah.
3) Patent Ductus Arteriosus (PDA), yaitu adanya defect atau celah pada ductus
arteriosus yang seharusnya telah menutup pada usia 3 hari setelah lahir.
Kegagalan menutupnya duktus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta
dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya
darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah
(Aspiani, 2015).
4) Stenosis Aorta (SA), yaitu adanya penyempitan pada katup aorta yang dapat
diakibatkan oleh penebalan katup.
5) Stenosis Pulmonal (SP), yaitu adanya penyempitan pada katup pulmonal.
Adanya defect atau celah dapat menyebabkan adanya pirau (kebocoran)darah dari
jantung sebelah kiri ke kanan, karena jantung sebelah kiri mempunyai tekanan yang
lebih besar. Besarnya pirau bergantung pada besarnya celah atau defect.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan warna kebiruan
pada mukosa tubuh. Sianosis adalah warna kebiruan yang timbul pada kulit karena
Hb tak jenuh dalam darah adalah rendah dan sering sukar untuk ditentukan
kuantitasnya secara klinis. Warna sianotik pada mukosa tubuh tersebut hendaknya
dibedakan dengan warna kepucatan pada tubuh anak yang mungkin disebabkan
karena beberapa faktor, seperti pigmentasi dan sumber cahaya.
PJB sianotik terdapat beberapa macam diantaranya :
1) Tetralogi Of Fallot (TF) yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi dengan
gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD, stenosis pulmonal,
hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta.
2) Transposisi Aorta Besar (TAB) atau Transposition of the Great Arteries (TGA),
yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan letak aorta dan arteri pulmonalis,
sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri keluar ventrikel kanan
dan arteripulmonalis dari ventrikel kiri.
Penyakit jantung bawaan pada anak terutama sianotik, jika tidak ditangani secara
benar dapat mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar seperti
gagal jantung dan serangan sianosis(sianotic spell).
2. Etiologi
Aliran darah kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan
beban volume pada atrium kanan ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal. Volume
darah dapat dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada
atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak
meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vascular pulmonal.
Arahaliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat.
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini,
aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak
begitu besar (ukuran pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg).
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, ateri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah
yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis, maka tekanan naik. Dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahapan
arteri pulmonal naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15-25 mmHg.
Akibat adanya perbedaantekanan ini, timbul suatu bising sistolik (jadi bising
sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal).
Juga pada vulva triskupidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi
stenosis relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik. Adanya
penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama
kelamaan akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi
kejadian ini pada ASD terjadi sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II.
Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspid, sehingga darah dari
ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium
kanan pada waktu sistole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II.
c. Paten duktus arteriosus (PDA)
Patofisiologi yang terjadi
adalah:
1) Darah dari kiri ke kanan, mengakibatkan peningkatan aliran
darahke arteri pulmonalis
2) Dilatasi atrium kiri, peningkatan tekanan atrium kiri
Derajat beratnya pirau kiri-kanan ditentukan oleh besarnya defek, kecuali pada
yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relative tahanan antara
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Peningkatan tekanan di atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri ke kanan dapat memicu terjadinya pirau kiri ke kanan
tambahan dari
foramen ovale yang teregang / terbuka (Bila volume di atrium kiri bertambah,
tekanan bertambah, septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium kanan,
foramen ovale teregang dan terbuka disebut stretched foramen ovale).
Didalam rahim yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta masuk
kedalam tubuh janin melalui vena umbilikalis,sebagian besar masuk ke vena kava
inferior melalui duktus venosus arantii. Darah dari vena cava inferior masuk ke
atrium kanan dan bercampur dengan darah dari vena cava superior. Darah dari
atrium kanan sebagian melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri
bercampurdengan darah yang berasal dari vena pulmonalis. Darah dari atrium
kiriselanjutnya mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian dipompakan ke aorta,
selanjutnya melalui arteri koronaria darah mengalir ke bagian kepala, ekstremitas
kanan dan ekstremitas kiri. Sebagian kecil darah yang berasal dari atrium kanan
mengalir ke ventrikel kanan bersama- sama dengan darah yang berasal dari vena
kava superior, karena tekanan dari paru-paru yang belum berkembang maka
sebagian besar darah dari ventrikel kanan yang seharusnya mengalir melalui arteri
pulmonalis ke paru-paru akan mengalir melalui duktus arteriosus botalike aorta
desenden dan mengalir ke seluruh tubuh, sebagian kecil mengalir ke paru-parudan
selanjutnya ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa- sisa
pembakaran dan sebagainya akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikaslis,
demikian seterusnya. Ketika janin dilahirkan segera bayi menghirup udara dan
menagis kuat. Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru paru, dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramenovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena
adanya pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan proses yaitu saat sirkulasi
plasenta terhenti, aliran darah ke atrium kanan menurun, sehingga tekanan jantung
menurun sedangkan tekanan jantung kirimeningkat karena tekanan rendah di aorta
hilang dan resistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat, hal
ini menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat. Penutupan duktus arteriosus
terjadi karen adanya penurunan resistensi paru-paru sehingga aliran dari ventrikel
kanan ke paru-paru meningkat yang menyebabkan aliran darah melalui duktus
menurun.
Penutupan tidak terjadi segera setelah lahir, pada jam-jam pertama aliran masih ada
sedikit namun aliran tetap dari kiri ke kanan karena tekanan ventrikel kiri lebih besar
dari tekanan jantung kanan. Penutupan duktus arteriosus menutup tiga minggu setelah
lahir. Penutupan duktus venosus terjadi dalam tiga sampai tujuh hari, mekanisme
penutupan tidak diketahui (Ilyas, 2012).
d. Teralogi of fallot (TOF)
Proses pembentukan jantung janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia kehamilan.
Minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fasing tubing. Mulai akhir
minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi proses pembentukan dan
penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta arteri pulmonalis.
Minggu ke-5 sampai minggu ke-8 pembagian dan penyekatan dan perkembangan
jantung dapat terganggu jika selama kehamilan terdapat faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal
(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapat
penyempitan pada arteri pulmonalis dan terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan
demikian, bayi akan lahir dengan kelainan jantung, empat kelainan jantung yaitu
septum ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibule atau valvular, dekstro
posisi pangkal aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
Keadaan tertentu (dehidrasi, spasme influndibilum berat, menangis lama, peningkatan
suhu tubuh, mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia sel yang ditandai
dengan sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan bernafas, pasien menjadi
sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan.
e. Transposisi arteri besar (TAB)
Darah dari vena pulmonalis yang kaya akan oksigen kembali ke atriumdan ventrikel kiri
kembali ke sirkulasi pulmonal. Sementara itu darah yang miskin akan oksigen juga akan
kembali ke atrium dan ventrikel kanan. Hal inilah yang menyebabkan suplai darah ke
jaringan berkurang dan overload ventrikel kiri. Persentase darah yang kaya dan miskin akan
oksigen yang tidak seimbang dalam waktu yang lama akan berpengaruh pada anak
5. Manifestasi klinik
a. Respon tubuh
1) Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal kiriatas sejak
lahir, dapat mengakibat terjadinya stenosis pulmonal atau aorta dengan gejala
edema, sianosis, sesak nafas saat melakukan aktifitas (Hidayat, 2012).
2) Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel(VSD) dan
overriding aorta maka darah yang beredar keseluruh tubuh dalam keadaan
campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat sianosisdan akan berat jika anak
menangis, minum dan stres. Keadaan tersebut menyebabkan anak menderita
anoksia. Serangan hipersianotik selamamasa bayi, dikenal dengan “Tet spells” yaitu
terjadi peningkatanfrekuensi dan kedalaman pernapasan, dispnea awitan mendadak.
VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan, karea darah
yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran oksigen /tidak
adekuat. Gejala infeksi yang biasanya timbulialah demam, batuk dan napas pendek-
pendek, bayi sukar jika diberi minum (Kasron, 2016).
3) Sistem Persyarafan
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) terjadi apabila
sianosisnya berat sehingga mempermudah timbulnya embolus atau tombus.
Terjadinya polisetimia berat dan terdapat hipoksia maka anak akan mengalami
anemia (Hidayat, 2012).
5) Sistem Intagumen Bibir, lidah dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang terjadi sejak darah
keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus menerus selama 6 bulan akan terjadi
jari-jari tabuh/ clubbing finger (Aspiani, 2015).
6) Sistem Muskuloskeletal
Aspiani (2015) menyebutkan bahwa tanda dan gejala PJB yaitu anak mengalami
sianosis, dispnea jika melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan pembesaran jantung,
tekanan nadi besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia. Selain tanda dan gelaja
tersebut, terdapat beberapa tanda dan gejala pertumbuhan dan perkembangan seperti
keterlambatan berbicara, berjalan, mengalami kesulitan makan, meningkatnya
resistensi vascular paru, adanya tanda gagal jantung kongesti seperti gagal jantung,
mur-mur persisten, dan ujung jari hiperemik.
Menurut Rahmawati (2011) gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang sering
dialami anak dengan PJB antara lain:
1) Gangguan bicara dan Bahasa
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang
disebabkan oleh karena suatu kerusakan atau gangguanpada sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.
3) Perawakan Pendek.
Perawakan pendek merupakan suatu istilah mengenai tinggi badan yang berada di
bawah persentil anak kelas 3 atau 2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku
pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena gangguan gizi, kelainan
kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Pasien dengan VSD perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal
jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat
dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan
pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditundai sampai usia 2-3 tahun.
Tindakan bedah sangat menolong , karena tanpa tindakan tersebut harapan
hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika
pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil (Ngastiyah,
2014).
2) Atrial septal defek (ASD)
a) Membuat sebuah trowongan diantara atrium. Dengan cara ini, daerah yang
kaya oksigen akan mengalir ke ventrikel kanan lalu masuk ke aorta,
sedangkan darah yang kekurangan oksigen akan mengalir ke ventrikel kiri
dan masuk ke dalam arteri pulmonalis. Pembedahan ini disebut atrial
switch atau venous switch, atau prosedur Mustad maupun prosedur
Senning.
c) Arteri koroner yang membawa darah kaya oksigen sebagai sumber energy
bagi otot jantung, juga kembali disambungkan dengan aorta yang baru
(Kasron, 2016).
8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat penyakit jantung bawaan, antara
lain (Merry, 2020) :
a. Aritmia atau detak jantung tidak teratur.
b. Gagal jantung
d. Hipertensi pulmonal
b) Pemantauan respirasi
3) Defisit Nutrisi
a) Manajemen nutrisi
4) Resiko infeksi
a) Pencegahan infeksi
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Kaji identitas pasien : nama, TTL, usia, alamat, agama, nama ayah dan ibu,
pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu
2) Kaji keluhan utama pasien : apakah pasien mengalami nyeri atau adanya
penurunan kesadaran
3) Riwayat penyakit sekarang : Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya
sesak bilamelakukan aktivitas, tidak mau makan, keringat berlebihan
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru-paru (bronkietaksis,abses paru, empyema),
jantung, organ pelvis dan kulit. Riwayat kesehatan dahulu apakah pasien lahir
premature, ibu menderita infeksi saat kehamilan dan riwayat gerakan jongkok
bila anak telah berjalan beberapa menit.
5) Riwayat nutrisi ASI/PASI
2) Kepala
f) Mulut (bibir (labio schizis), sianosis, lidah, palatum (palato schizis), mukosa
dll)
g) Faring (tonsil dll)
3) Leher
a) Vena jugularis : ada atau tidak nya pembesaran dari pengukuran vena jugularis
c) Lain-lain
4) Dada
f) Alat bantu : ada atau tidaknya penggunaan alat bantu seperti nasal kanul,
CPAP, monitor
h) Putting susu : ada atau tidaknya kemerahan, pembengkakan atau iritasi pada
aerola
5) Abdomen
c) Distensi abdomen
d) Lain-lain
6) Genetalia /anus
c) BAB : frekuensi, jumlah, warna, ada atau tidaknya darah dalam feses
e) Lain-lain
7) Ekstremitas atas/bawah
a) Normal/lengkap
b) Akral
c) Lain-lain
d) Lain-lain
2. Diagnosis Keperawatan (SDKI, 2016)
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (D.0005)
No Etiologi Masalah
DS: Stenosis Aorta Pola nafas tidak epektif
Klien megeluh sesak napas
DO:
Volume ventrikel kiri
Klien Nampak gelisah
meningkat
Penurunan daya
kontraklitas ventrikel
Sesak napas/takipnea
Mual/muntah
Anoreksia
No Diagnosa
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi Keperawatan Rasional
keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Manajemen syok septik 1. Bina hubungan saling percaya dapat
jantung keperawatan selama 3x24 jam (I.02054) menciptakan suasana yang kondusif dan
berhubungan maka Curah Jantung (L.02008) bersahabat.
dengan meningkat dengan kriteria hasil : a. Berikaan salam, panggil
perubahan a. Dyspnea sedang klien dengan nama dan
afterload b. Pucat/sianosis sedang tanggung jawab perawat,
(D.0008) c. Bradikardia cukup menurun menayakan kedaan klien
Takikardia cukup menurun (perasaan kilen/tidur klien
nyenyak atau tidak),
jelaskan tujuan, prosedur,
dan lamanya Tindakan pada
klien dan keluarga 2. pucat menunjukan adanya penurunana
perfusi sekunder terhadap ketidakadekuat
b. Observasi keadan kulit
curah jantung, vasokonstriksi dan anemi
terhadap pucat dan
sianosis
e. Berikan oksigen
5. meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard dan untuk melawan efek
tambahan dengan
hipokasia/iskemia
kanula nasal/masker
sesuai indikasi
ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Tujuan dan
a. Dyspnea sedang
b. Pucat/sianosis sedang
k. Nyeri sedang
Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskular.Jakarta:
EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Selemba Medika
Ilyas, J, Mulyati, S, Nurlina, S. 2012. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC Kasron.
2016. Buku ajar keperawatan sistem kardivaskuler. Jakarta: CV. Trans Info Media.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi 1 (ed.)). DPD PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(Edisi 1). DPD PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
(Edisi 1). DPD PPNI.