Anda di halaman 1dari 6

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

Pendahuluan
Dewasa ini masalah hak asasi manusia menjadi isu yang hangat dibicarakan
di hampir semua belahan dunia. Sebenarnya sudah dari zaman dulu masalah hak
asasi dikenal di banyak kawasan di dunia, tetapi yang paling banyak
sumber tertulisya sehingga dengan demikian lebih terkenal ialah negara-negara
Barat. Meskipun banyak di negara lain, termasuk negara-negara dunia ketiga,
kebudayaan setempat telah mengenal hak-hak terterntu warganya, sekali pun
tidak begitu eksplisit dirumuskan seperti di Barat. Dengan demikian konsepsi
negara-negara Barat dari semula telah mendominasi pemikiran negara-negara
yang tergabung dalam PBB yang seusai Perang Dunia II, telah merumuskan suatu
dokumen yang dapat diterima secara universal. Hal tersebut dewasa ini masih
berlangsung, sekali pun dunia sudah banyak berubah dan proses globalisasi telah
menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.
Era kontemporer sekarang ini sebagai akibat dari proses globalisasi yang
sedang “terjadi di hampir semua bidang”, kita membedakan tiga generasi hak
asasi manusia (Rudy, 2003). Generasi pertama adalah hak-hak politik dan sipil,
yang sudah lama dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran di negara-
negara Barat. Generasi kedua adalah hak ekonomi dan sosial yang gigih
diperjuangkan oleh negara-negara sosialis di PBB, dengan dukungan negara-
negara dunia ketiga. Terakhir, generasi ketiga adalah hak atas perdamaian dan
pembangunan (development), yaitu pemikiran bahwa hak asasi harus dilihat
dalam konteks kebudayaan masing-masing negara, karena hal ini dapat
menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan hak asasi manusia itu.
Di era globalisasi neoliberal sekarang ini, periode Westphalia berada dalam
persimpangan jalan. Tantangan terbesar dari negara-negara dan pemerintahan-
pemeritntahan nasional tampaknya tidak lagi apakah mereka melakukan represi
ataukah tidak. Negara-negara, seperti Singapura, Malaysia, China, dan beberapa
yang lain memang masih melakukan represi politik meskipun tidak sampai pada
pelanggaran HAM dalam skala besar yang bersifat serius. Selain itu, di banyak
negara, diskriminasi masih sering terjadi. Bahkan, di negara-negara Eropa
sekalipun yang mana isu HAM berawal dan diperdebatkan. Di negara-negara AS,
Perancis, Inggris, dan juga Jerman masih diliputi prasangka etnis yang
merisaukan. Sayangnya, di banyak negara maju dan demokratis, pemerintahan
nasional tidak lagi mempunyai kemampuan yang memadai untuk mendorong
perlindungan dan penghormatan HAM karena peran mereka yang semakin
tergerus oleh pasar global. Dalam konteks inilah, persoalan HAM dewasa ini
menjadi semakin kompleks dan penting. Privatisasi air bersih, misalnya, telah
menyulitkan penduduk miskin untuk mendapatkan layanan air bersih, dan jelas
hal ini bermasalah ditinjau dari segi HAM. Fakta paling mencolok terjadi dalam
dunia pendidikan. Privatisasi di sektor ini telah membuat hanya orang-orang kaya
mengenyam pendidikan tinggi berkualitas. Masyarakat miskin menikmati
pendidikan seadanya, dan kadang malah tidak mendapatkan. Pelanggaran HAM
bidang sosial budaya pun tak bisa dielakkan. Revolusi komunikasi dan peran
media massa juga membuat pelanggaran HAM, bahkan yang terjadi di wilayah
terpencil sekali pun, tidak dapat ditutup-tutupi.
Selama ini, meningkatnya jumlah dan pengaruh organisasi-organisasi non-
pemerintah yang bergerak secara transnasional menjadi salah satu penyebab
kemunculan HAM sebagai isu global. Selain itu, keberadaan mereka juga menjadi
faktor penting dalam meningkatkan dan mempertahankan keberadaan HAM.
Mereka yang menentang pelanggaran-pelanggaran HAM itu akan memasukkan
isu tersebut ke dalam forum-forum internasional atau ke dalam opini masyarakat
internasional.
Kontribusi globalisasi dan penegakan HAM tampaknya berada dalam
dua sudut yang saling berseberangan. Pada satu sisi, globalisasi
mempromosikan banyak usaha-usaha demokratisasi dalam skala luas. Di banyak
negara, reformasi terjadi karena keterbukaan informasi yang mereka dapatkan dari
internet. Melalui teknologi informasi juga masyarakat di belahan dunia manapun
bisa saling berhubungan, bertukar informasi, dan juga membangun apa yang
sering disebut sebagai “solidaritas dunia maya”. Dalam konteks semacam ini,
teknologi informasi mampu mempromosikan demokratisasi politik dan sosial
dalam skala luas. Dengan kata lain, globalisasi mempromosikan HAM, terutama
di bidang kebebasan sipil, gender, dan juga perlindungan terhadap anak-anak.
Meskipun demikian, globalisasi juga mempunyai sisi buruk yang bisa menjadi
ancaman kapan saja bagi usaha- usaha menegakkan HAM.
Kajian Pustaka
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia
sejak ia dilahirkan sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. HAM bersifat
universal, kodrati, dan fundamental, yang artinya berlaku bagi semua orang tanpa
membedakan ras, agama, etnis, gender, atau status sosial. HAM juga tidak dapat
dicabut, dihapus, atau diubah oleh siapa pun. HAM bertujuan untuk menjaga
martabat dan kesejahteraan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hak
dan kewajiban.
Meskipun HAM telah diakui dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum
nasional dan internasional, masih banyak tantangan dan permasalahan yang
dihadapi oleh manusia dalam menikmati HAM di era globalisasi ini. Beberapa
tantangan dan permasalahan tersebut antara lain:
Pelanggaran HAM yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, seperti
genosida, etnis bersih, terorisme, perang saudara, pengungsi, perdagangan
manusia, penyiksaan, diskriminasi, dan sebagainya.
Ketimpangan sosial dan ekonomi yang menyebabkan sebagian besar
manusia tidak dapat memenuhi hak-hak dasarnya, seperti hak atas pangan,
sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
Kerusakan lingkungan hidup yang mengancam hak manusia untuk hidup
dalam lingkungan yang baik dan sehat, seperti pemanasan global, perubahan
iklim, polusi udara, air, dan tanah, kehilangan keanekaragaman hayati, dan
sebagainya.
Konflik antara HAM dengan nilai-nilai budaya, agama, atau tradisi tertentu
yang berbeda-beda di setiap negara atau masyarakat. Misalnya, isu-isu seperti hak
asasi perempuan, hak asasi anak, hak asasi minoritas seksual dan gender, hak asasi
penduduk asli, dan sebagainya.
Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menghargai dan
menghormati HAM serta menuntut pertanggungjawaban negara atau pihak-pihak
yang melanggar HAM.
Pembahasan
Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah konsep
hokum norma yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada
dirinya. Dimana hak tersebut berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun,
sehingga bisa disebut universal.
Era globalsasi adalah zaman dimana dunia hampir sudah tidak memiliki
batasan atau bahkan sudah tanpa batas. Menerobos dan menghilangkan semua
aspek aspek geografis, dan menyatukan belahan dunia menjadi satu ruang.
Globalisasi dijadikan sebagai kata kunci yang memicu terjadinya perkembangan
yang sangat pesat didalam kehidupan masyarakat, dimana perkembangan tersebut
banyak menimbulkan dampak yang luar biasa baik bidang ekonomi, politik,
sosial, pertahanan dan keamanan, budaya, dan tidak terkecuali dalam tatanan
norma yang ada untuk mewujudkan ketertiban didalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
Globalisasi antar negara sudah tidak dapat dihindarkan lagi, karena sudah
menjadi sarana dan syarat yang mutlak untuk perkembangan dan persaingan yang
begitu ketat bagi suatu negara. Dalam proses ini sudah pasti timbulnya
transformasi berbagai sistem nilai dari suatu masyarakat kepada masyarakat
lainnya. Dengan begitu kita sebagai warga negara harus bisa menyikapi dengan
baik semua perkembangan dan pengaruh diera globalisasi ini.
Globalisasi sudah sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat didunia,
dari berbagai arah dan cara sehingga mempermudah penyebarannya begitu pula
penerimaannya. Dimasa ini, dampak negatif dari globalisasi sudah sangat terasa
baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan tatanan hokum yang ada.
Globalisasi secara sederhana dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian
ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global.
Globalisasi juga membuat lalu lintas sumber daya antar negara meningkat.
Berpindahnya produksi komoditas labor intensif dari negara maju ke negara
berkembang akan meningkatkan perekonomian.
Dalam pandangan Scholte, bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
dengan globalisasi, yaitu:
1. Internasionalisasi: globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama
lain.
2. Liberalisasi: globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar
negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun
migrasi.
3. Universalisas: globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal
material maupun immaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas
dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
4. Westernisasi: westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan
semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
5. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: arti yang kelima ini berbeda
dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-
masinga negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian
yang kelima, dunia global memiliki status ontology sendiri, bukan sekadar
gabungan negara-negara.
Globalisasi sering menyebabkan adanya pihak yang merugi dan pihak yang
beruntung. Karena hal inilah hak asasi manusia (HAM) mulai terkena dampak
dari globalisasi tesebut, terutama pada pihak yang merugi. Kehidupan dalam
bidang ekonomi sangatlah berpengaruh bagi masyarakat, banyak sekali oknum-
oknum yang tidak memikirkan rakyat maupun hak asasi manusia (HAM) demi
kepuasan dan kepentingan pribadinya.
Di kehidupan pemerintahan yang kurang tertata ini banyak sekali bantuan-
bantuan yang tidak tersalurkan kepada rakyat yang membutuhkan. Perampasaan
hak asasi manusia (HAM) seperti inilah yang saat ini mulai marak terjadi, apa
yang seharusnya menjadi hak masyarakat yang membutuhkan, akan tetapi
berhenti dan habis ditangan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Hal tersebut menjadi salah satu pemicu banyaknya kejadian tindakan
ataupun perbuatan kriminal, seperti mencopet, merampok bahkan dengan sadisnya
menghilangkan nyawa seseorang demi mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Mengambil hak milik orang lain adalah salah satu contoh
perbuatan yang tidak baik dan merupakan salah satu dampak dari rusaknya
tatanan perekonomian di suatu negara. Perbuatan tersebut sangat dilarang oleh
agama, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-qur’an, sebagai berikut:
Penutup
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hak asasi manusia (HAM)
sangatlah kuat, banyak sekali terjadi pergeseran nilai dsn norma yang melandasi
dan mengatur hak asasi manusia (HAM) di berbagai negara, akan tetapi ada juga
nilai yang tetap survive (bertahan) dan ada juga yang tergeserkan.
Solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan
pembangunan dan penegakkan hokum yang lebih kuat dalam semua bidang, baik
itu bidang ekonomi, sosial dan budaya (HESB). Karena semua itu merupakan hak
asasi manusia (HAM) yang harus dipenuhi, dilindungi dan dihormati oleh selurh
penyelenggara otonomi suatu negara.

Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/muhammad68229/60d2f56437f4b946ec1ab5f2/
pengaruh-globalisasi-terhadap-hak-asasi-manusia
Winarno, B. (2014). Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.
Brown, C. (2001). Human Rights. In J. Baylis, & S. Smith, The Globalization of
World Politics: An Introduction to International Relations (pp. 610-611).
Oxford: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai