Anda di halaman 1dari 5

Nama : Inda Haedaroh

NIM : 857237617

MK : PDGK4108

1. Diketahui p = 5 membagi habis 21 dan q = 5 suatu bilangan prima.

a. Buatlah pernyataan biimplikasi menggunakan kedua pernyataan tersebut,

b. Tentukanlah nilai kebenarannya.

c. Syarat apa yang dibutuhkan agar biimplikasi tersebut dapat ditentukan nilai
kebenarannya

Pernyataan biimplikasi menggunakan kedua pernyataan tersebut adalah:

p membagi habis 21 ⇔ q adalah bilangan prima.

Untuk menentukan nilai kebenarannya, kita perlu memeriksa dua arahnya:

1. Jika p = 5 membagi habis 21, maka q adalah bilangan prima: Pernyataan ini benar,
karena 5 adalah faktor dari 21 dan q = 5 adalah bilangan prima.

2. Jika q = 5 adalah bilangan prima, maka p = 5 membagi habis 21: pernyataan ini benar,
karna 5 adalah satu-satunya factor prima dari 5 yang membagi habis 21.

Dengan demikian, pernyataan biimplikasi ini benar.

Syarat yang dibutuhkan agar biimplikasi tersebut dapat ditentukan nilai kebenarannya adalah
bahwa kedua pernyataan individual dalam biimplikasi tersebut harus benar. Dalam hal ini, p =5
membagi habis 21 dan q = 5 adalah bilangan prima, sehingga biimplikasi tersebut memiliki nilai
kebenaran yang pasti (benar).

2.Tentu, modus ponens adalah sebuah aturan penalaran dalam logika proposisional yang
mengatakan bahwa jika kita memiliki dua premis dengan bentuk "Jika P, maka Q" (P → Q) dan
"P", maka kita dapat menyimpulkan "Q".

Berikut adalah dua premis yang memenuhi ketentuan modus ponens:

a. Jika hari ini hujan (P), maka saya akan membawa payung (Q).

b. Hari ini hujan (P).


Dengan menggunakan modus ponens, dari premis 1 (P → Q) dan premis 2 (P), kita dapat
menyimpulkan:

Kesimpulan: Saya akan membawa payung (Q).

Dalam kasus ini, premis 1 adalah syarat (jika P, maka Q) dan premis 2 memenuhi syarat
tersebut (P), sehingga kita dapat menggunakan modus ponens untuk menyimpulkan bahwa Q
benar (saya akan membawa payung).

3. Dua himpunan yang saling beririsan adalah himpunan A dan himpunan B. Ketika dua
himpunan beririsan, ada beberapa operasi yang mungkin dilakukan:

a. Gabungan (Union): Operasi ini menghasilkan himpunan baru yang berisi semua elemen dari
kedua himpunan. Dalam kasus ini, gabungan A dan B akan menghasilkan himpunan yang berisi
semua elemen baik dari himpunan A maupun B.

b. Irisan (Intersection): Operasi ini menghasilkan himpunan baru yang berisi elemen-elemen
yang dimiliki oleh kedua himpunan. Dalam kasus ini, irisan A dan B akan menghasilkan
himpunan yang berisi elemen-elemen yang terdapat di kedua A dan B.

c. Selisih (Difference): Operasi ini menghasilkan himpunan baru yang berisi elemen-elemen
yang ada di himpunan pertama tetapi tidak ada di himpunan kedua. Ada dua selisih yang
mungkin dilakukan: selisih A dari B (A - B) dan selisih B dari A (B - A).

d. Komplemen (Complement): Komplemen suatu himpunan tergantung pada himpunan


universal yang diberikan. Dalam konteks ini, komplemen A adalah himpunan elemen-elemen
yang ada di himpunan universal tetapi tidak ada di A, dan komplemen B adalah himpunan
elemen-elemen yang ada di himpunan universal tetapi tidak ada di B.

Jadi, terdapat empat operasi yang mungkin dilakukan pada dua himpunan yang saling beririsan:
gabungan, irisan, dan dua jenis selisih (A - B dan B - A).

4.Untuk menentukan (f ∘ g) (x), (g ∘ f) (x), dan (g ∘ f)(3), kita perlu melakukan komposisi fungsi f
dan g.

1. (f∘g)(x):

(f ∘ g) (x) = f (g (x) ) = f (x−2) = (x−2) 2 + 2 (x−2) + 1

Sekarang, kita dapat menyederhanakan ekspresi tersebut.

1. (g ∘ f) (x) :

(g ∘ f) (x) = g ( f (x)) = g (x2 + 2x + 1) = (x2 + 2x + 1) - 2 = x2 + 2x – 1


2. (g ∘ f) (3) :

Untuk menemukan nilai (g ∘ f) (3), kita substitusi x = 3 ke dalam ekspresi (g ∘ f) (x):

(g ∘ f) (3) = 32 + 2(3) - 1 = 9 + 6 - 1 = 14

Jadi, hasil komposisi fungsi f dan g adalah (f ∘ g) (x) = (x−2)2 +2 (x−2)+1, hasil komposisi fungsi g
dan f adalah (g ∘ f)(x)=x2 + 2x −1, dan (g ∘ f) (3) = 14.

5. Mengonversi Bilangan dari Basis 10 ke Basis 6:

 0 dalam basis 6 tetap 0.

 1 dalam basis 6 tetap 1.

 2 dalam basis 6 tetap 2.

 3 dalam basis 6 tetap 3.

 4 dalam basis 6 tetap 4.

 5 dalam basis 6 tetap 5.

Tabel Penjumlahan Bilangan Basis 6:

+ 0 1 2 3 4 5

0 0 1 2 3 4 5

1 1 2 3 4 5 10
( dikonversi
ke basis 6 :
14)

2 2 3 4 5 10 (14) 15
( dikonversi
ke basis 6:23)

3 3 4 5 10 (14) 15 (23) 20
( dikonversi
ke basis 6:32)

4 4 5 10 (14) 15 (23) 20 (32) 25


( dikonversi
ke basis 6: 41

5 5 10 (14) 15 (23) 20 (32) 25 (41) 30


( dikonversi
ke basis 6:
50)

Tabel Perkalian Bilangan Basis 6:

x 0 1 2 3 4 5

0 0 0 0 0 0 0

1 0 1 2 3 4 5

2 0 2 4 10 20 30
( dikonversi ( dikonversi ( dikonversi
ke basis 6: ke basis 6: ke basis 6:
14) 32) 50)

3 0 10 (14) 20 (32) 30 (50) 40 100


( dikonversi ( dikonversi
ke basis 6: ke basis 6:
104) 400)

4 0 20 (32) 40 (104) 100 (400) 120 140


( dikonversi ( dikonversi
ke basis 6: ke basis 6:
204) 404)

5 0 30 (50) 50 (104) 100 (204) 150 200


( dikonversi ( dikonversi
ke basis 6: ke basis 6:
254) 1104)

Apakah operasi penjumlahannya bersifat tertutup?

Ya, operasi penjumlahannya bersifat tertutup karena hasil penjumlahan dua bilangan basis 6
pada tabel penjumlahan di atas juga merupakan bilangan basis 6.
Apakah operasi perkaliannya bersifat tertutup?

Ya, operasi perkaliannya bersifat tertutup karena hasil perkalian dua bilangan basis 6 pada
tabel perkalian di atas juga merupakan bilangan basis 6.

Anda mungkin juga menyukai