Anda di halaman 1dari 35

i

PENGARUH MODAL USAHA TERHADAP PENDAPATAN


PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN TRANS SULAWESI
KECAMATAN AMURANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
dalam Program Studi Ekonomi/Perbankan Syariah

Oleh
Fitrianingsi R. Engo
NIM: 16.4.1.124

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MANADO

1443 H/2022 M
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Pengaruh Modal Usaha Terhadap Pedapatan Pedagang Kaki


Lima Di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang” yang ditulis oleh Fitriningsi
R. Engo ini telah disetujui pada tanggal 13 Desember 2021 oleh:
iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Modal Usaha Terhadap Pendapatan


Pedagang Kaki Lima di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang”. Yang
disusun oleh Fitrianingsi R. Engo 16.4.1.124, mahasiswa Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang
diselenggarakan pada hari senin, 24-01-2022 dinyatakan telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi
Ekonomi Syariah tanpa (dengan beberapa) perbaikan.

Manado, 24 Januari 2022

DEWAN PENGUJI
Ketua : Hi. Ridwan Jamal, M.HI ( )
Sekertaris : Dr. Andi Mukarramah Nagauleng, M.Pd ( )
Munaqasyah I : Sjamsuddin A.K. Antuli, M.A. ( )
Munaqasyah II : Rahman Mantu, M.Hum, ( )
Pembimbing I : Hi. Ridwan Jamal, M.HI ( )
Pembimbing II : Dr. Andi Mukarramah Nagauleng, M.Pd. ( )
iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

yang bertanda tangan dibawah ini saya :


Nama : Fitrianingsi R. Engo
Nim : 16.4.1.124
Program : Sarjana (S-1)
Institut : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan


adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
v

ABSTRAK

Nama : Fitrianingsi R. Engo


Nim : 16.4.1.124
Judul : Pengaruh Modal Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di
Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap


pendapatan pedagang kaki lima di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan
menggunakan data primer yang diperoleh dari kuisoner yang dibagikan kepada
responden atau Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan
amurang dimana terdapat 36 responden dan diolah di SPSS 24, dengan cara
pengambilan sample mengambil semua anggota populasi yang ada. Adapun dari
hasil penelitian menggunakan uji regersi linear sederhana dengan nilai sig 0,04
yang dimana kurang dari < 0,05 yang artinya variabel bebas (X) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat (Y), dan untuk mengukur seberapa
besar pengaruh variabel X dan Y dapat diketahui dari nilai R Square pada uji
Koefesiensi determinasi dimana nilai R Square sebesar 0,218 atau dalam
persentasenya sebesar 21,8% dapat disimpulkan bahwa antara variabel yaitu
modal usaha (X) memiliki pengaruh terhadap variabel pendapatan (Y) sebesar
21,8% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Kata Kunci : Modal Usaha, Pendapatan, PKL.
vi
vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wasyukurillah Segala Puji bagi Allah Swt karena atas perkenaan-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan sesuai yang
diharapkan, tak lupa pula shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW, yang membawa cahaya iman bagi umat islam dan rahmat bagi
seluruh alam semesta.

Teristimewa kepada orang tua tercinta Bapak Rusdin R. Engo dan Ibunda
Masra Asira yang telah mendidik, membesarkan, menyayangi, mengasihi,
mendukung, serta mendoakan, Terimakasih juga pengertiannya untuk suami Bayu
Saputra Hendra dan anakku tersayang Cakrawala Alfarizki Wahyudi yang telah
mensuport, membantu agar skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya


bahwa berbagai pihak telah memberikan kontribusi yang sangat berarti, oleh
karenanya penulis menyampaikan ungkapan kerendahan hati sebagai bentuk
ucapan terima kasih kepada:

1. Delmus Puneri Salim, S.Ag. M.A., M.Res., Ph.D. selaku Rektor IAIN
Manado, yang telah memfasilitasi penulis, baik dalam masa-masa kuliah
sampai tahap penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Rosdalina, S.Ag., M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, yang telah memberikan pelayanan selama menjadi
mahasiswa sampai selesai.
3. Syamsuddin A.K Antuli, S.Ag,. M.A selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Syariah yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi
kepada saya.
4. H. Ridwan Jamal, S.Ag., M.HI selaku pembimbing I, dan Dr. Andi
Mukarramah Nagauleng. M.Pd selaku pembimbing II yang meluangkan
viii

waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada


penulis skripsi ini.
5. Tim Penguji yang telah banyak memberikan banyak masukan dan saran
untuk penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Manado yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang
selama ini telah banyak memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis
selama perkuliahan.
7. Adikku tercinta Putri Rabia Rahma R. Engo dan seluruh keluarga
besarku yang telah memberikan motivasi, semangat selama ini sehingga
penulisan skripsi ini berjalan dengan baik.
8. Kepada teman-teman kelas Ekonomi Syariah A angkatan 2016, yang
selama ini mendukung penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-teman kelasku tersayang Rugaya Alhabsy, Nadia Budiman, Indry
Sugianto, Dwi Anggreini, Sriwahyuningsi Mangopa, Dinda Harun,
Munriyati Lihawa yang memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
10. Teruntuk semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada
semuanya.
Insya Allah dengan hasil karya yang sederhana ini bisa memberikan
manfaat bagi banyak orang. Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Manado, 24 Januari 2022

Fitrianingsi R. Engo
Nim: 16.4.1.124
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar. Dalam pemikiran islam
kebutuhan dasar ialah (sandang, pangan serta papan) serta kebutuhan terhadap
jasa lainnya (meliputi pembelajaran, kesehatan dan keamanan) ialah
kebutuhan pokok wajib dipenuhi. Karena berbagai macam hal merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia dengan segala potensinya, baik fisik/biologis
maupun kebutuhan pemenuhan naluri.1
Kegiatan ekonomi di sektor informal semakin berkembang seiring dengan
bertambahnya angka pengangguran khususnya di kecamatan amurang.
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu sektor informal yang
banyak terdapat di perkotaan. Menurut Hutajulu sebagaimana yang dikutip
oleh Muzakir yaitu memberikan batasan tentang sektor informal adalah suatu
bidang kegiatan ekonomi yang untuk memasukinya tidak selalu memerlukan
Pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi dan memerlukan surat-surat
izin serta modal yang besar untuk memproduksi barang dan jasa. Sektor
informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan
kerja, serta usaha yang menjanjikan sehingga perihal ini bisa menekan angka
pengangguran serta kemiskinan terutama bagi tenaga kerja yang kurang
memiliki kemampuan dalam keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor
formal.2
PKL adalah sebutan dari penjaja dagangan baik makanan ataupun
minuman yang menggunakan gerobak yang umumnya gerobak yang
digunakannya memiliki kaki berjumlah lima. Lima kaki tersebut antaranya
dua kaki pedagang di tambah tiga kaki gerobak yang didorongnya. Para
pedagang memanfaatkan tepi jalan untuk pejalan kaki sebagai tempat
berjualan.3

1
Rohmatul Isrohah, “Analisis Pengaruh Modal Kerja Dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Bersih
Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Ngaliyan Semarang” (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Walisongo, 2015).
2
Muzakir, “Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap Kebijakan Pemberdayaan Usaha
Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Unauna” Media Litbang Sulteng vol.3, no.1 (2010): 12–20.
Salah satu lahan yang dijadikan sebagai tempat pedagang kaki lima berada
di sekitaran jalan trans Sulawesi kecamatan amurang. Para pedagang kaki
lima berjualan di trotoar/pinggir jalan. Keberadaan PKL khususnya di jalan
trans Sulawesi kecamatan amurang banyak yang menjadikan PKL sebagai
pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal. Tetapi tidak
bisa dipungkiri jika dengan adanya PKL sehingga segala kebutuhan yang kita
mau bisa tercapai dengan gampang serta murah karena PKL yang tidak
membayar sewa tempat sehingga harga yang ditawarkan jauh lebih murah
dibandingkan dengan barang yang ada ditoko.4
Namun masalah yang sering muncul pada pelaku usaha pedagang kaki
lima kebanyakan orang terhambat memulai usaha atau memperluas usaha
karena mereka sulit untuk mendapatkan modal uang. Pedagang kaki lima di
jalan trans Sulawesi kecamatan amurang banyak yang mengeluhkan susahnya
mendapatkan permodalan untuk mendapatkan pinjaman perlu adanya jaminan
yang diserahkan sehingga banyak PKL yang tidak mampu memenuhi syarat
dan tingginya bunga yang harus di bayar sehingga menjadi permasalahan dari
para PKL.

Menurut Rosyidi “modal merupakan faktor produksi yang meliputi semua


jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang
lain serta jasa-jasa. Sebagaimana yang sering digunakan oleh para ahli
ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam
perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor produksi lainnya.”5

Permodalan merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang.


Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha diperlukan sejumlah modal
(uang) dan tenaga kerja. tanpa adanya modal usaha tidak akan dapat berjalan.
Modal dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan
3
Adam Ramadhan, "Implementasi Model Zonasi Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kota
Bandung" Pandecta vol.10, no.1 (2015): 92.
4
Mohammad Fachri Ardiansyah, “Analisis Pengaruh Modal, Jam Kerja, Dan Lokasi Usaha
Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Makam Gus Dur Jombang”
(Skripsi, Universitas Islam Sunan Ampe, 2021).
5
Rosyidi Suherman, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Mikro Dan Makro
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009).
usaha, Mulai dari biaya prainvestasi, biaya investasi untuk pembelian aktiva
tetap, sampai dengan modal kerja. Tersedianya modal dalam jumlah yang
besar serta berkesinambungan dapat memperlancar produksi. akhirnya akan
menaikan jumlah produksi yang di hasilkan sehi ngga pendapatan yang
diperoleh akan bertambah. sedangkan modal keahlian adalah keahlian dan
kemampuan seseorang untuk mengelola dan menjalankan suatu usaha.6

Selain modal usaha, pendapatan pedagang kaki lima juga sering


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut jam kerja pedagang dan
lama usaha karena secara teorotis jam kerja dan lama usaha pedagang dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan. Semakin lama jam kerja dan lama usaha
pedagang.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti temukan dari pedagang kaki


lima di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang menjual berbagai jenis
aneka makanan dan minuman. Dimana terdapat beberapa usaha yang
memang milik usaha sendiri dan ada juga hanya sebagai pengelolah usaha
orang lain. Namun meskipun jenis dagangan yang dijual berbeda tujuan
mereka tetap sama untuk memperoleh pendapatan. Dalam usaha sendiri
terdapat usaha yang memang modal usaha pribadi dan ada juga alternatif
lainya yaitu lembaga pembiayaan seperti Bank, Koperasi atau lembaga
keuangan lainya. dan untuk pengelola usaha orang lain dimana pengelola
hanya menggunakan modal usaha milik orang lain untuk dikelola sedangkan
untuk memperoleh pendapatan tergantung dari besar kecilnya modal usaha.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah modal
usaha dari usaha sendiri maupun usaha dari modal orang lain dapat
berpengaruh terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Jalan Trans
Sulawesi Kecamatan Amurang

B. KAJIAN TEORI
1. Modal Usaha

6
Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
Menurut Rosyidi Suherman “modal merupakan faktor produksi yang
meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi
barang-barang lain serta jasa-jasa. Sebagaimana yang sering digunakan oleh para
ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam
perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor produksi lainnya”7

Modal usaha dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk


menjalankan usaha agar tetap berjalan.8 Dalam melaksanakan suatu usaha, salah
satu aspek penunjang yang diperlukan ialah modal, jika kita berpikir untuk
memulai suatu usaha dengan membangun sebuah rumah maka modal tersebut
menjadi pondasi rumah yang akan dibangun. Semakin kuat pondasi yang dibuat,
semakin kuat pula rumah yang di bangun. Begitu juga pengaruh modal terhadap
suatu usaha, keberadaannya menjadi tumpuan awal dari usaha yang akan
dibangun. Beberapa modal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu usaha
antara lain tekad, pengalaman, keberanian, pengetahuan, jaringan, dan modal
uang, namun kebanyakan orang terhambat untuk memulai suatu usaha kaena
sulitnya mendapatkan modal uang.

Modal usaha mutlak diperlukan sejumlah dana sebagai dasar ukuran


finansial untuk upaya yang digalakkan. Sumber modal usaha dapat diperoleh dari
modal sendiri, bantuan pemerintah, lembaga keuangan bank atau lembaga
keuangan bukan bank. Modal merupakan faktor usaha yang wajib tersedia
sebelum melaksanakan kegiatan. Besar kecilnya modal bakal pengaruhi
perkembangan usaha dalam pencapaian pendapatan. Sedangkan menurut
Bambang Riyanto “pengertian modal yang klasik ialah sebagai hasil produksi
yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”9

Adapun pengertian modal jika di kaitkan dengan usaha dapat di mengerti


sebagai sesuatu yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha. Modal usaha

7
Rosyidi Suherman, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Mikro Dan Makro.
8
Sary Julisty, 'Cerdas Mendapatkan Dan Mengelola Modal Usaha’, 1st ed. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2009).
9
Purwanti Endang, “Pengaruh Karaktristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhada
Perkembangan UMKM Di Desa Dayaan Dan Kalilondo Salatiga,” Among Makarti vol.5, no.9
(2012): 66.
dibutuhkan sebagai bekal untuk manjalankan usaha/rencana usaha agar dapat
memenuhi kebutuhan pokok seseorang sehingga terlepas dari segala
kekurangannya. Modal ini dapat berupa uang dan tenaga (skill). Uang modal yang
biasanya digunakan untuk kebutuhan usaha, pembayaran pra-investasi,
pengurusan perijinan, pembayaran untuk membeli asset, hingga moda kerja,
sedangkan modal keahlian adalah keahlian seseorang dalam menjalankan suatu
usaha.10

1. Jenis-Jenis Modal
a. Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo yang dikutip oleh Muhammad Reza Latif, dkk.
“Bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha sendiri.
Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara dan lain
sebagainya.”11
Keuntungan dari modal sendiri:
1. Tidak ada biaya bunga atau administrasi
2. Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari
dana yang disimpan oleh pemilik modal.
3. Tanpa perlu persyaratan yang membutuhkan persyaratan yang rumit.
4. tidak perlu ada pengembalian investasi.
Kekurangan modal sendiri:
1. Jumlahnya terbatas, artinya untuk mendapatkan jumlah tertentu sangat
tergantung pada pemiliknya dan jumlahnya relatif terbatas.
2. Memperoleh modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru
(calon pemegang saham baru) relatif lebih sulit kareba mereka akan memikirkan
kinerja serta prospek usahanya.

10
Ardi Prawiro, ‘Dasar Manajemen Keuangan’ (yogyakarta: Universitas Gunadarma, 2015).
11
Muhammad Reza Latif, “Pengaruh Persepsi Tentang Modal Usaha, Lokasi, Dan Jenis Dagangan
Terhadap Kesejahteraan Pedagang Di Jalan Roda (JAROD) Manado,” Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi vol.18, no.05 (2018): 177.
3. Kurangnya motivasi, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal
sendiri memiliki motivasi usaha yang lebih rendah dibandingkan yang
menggunakan modal asing.12
b. Modal Asing (Pinjaman)
Menurut Kasmir yang dikutip oleh Abu Rizal Faturrohman Sukoco, dkk.
“Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari pihak
luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. penggunaan modal
pinjaman untuk membiayai segala sesuatu akan menimbulkan biaya administrasi,
dan pembayaran yang relatif besar. Penggunaan modal pinjaman untuk melunasi
pinjaman setelah jangka waktu tertentu.13
Kelebihan modal pinjaman:
1. Jumlahnya tidak terbatas.
Artinya bisa mengajukan pinjaman modal dari berbagai sumber, asalkan dana
yang diajukan perusahaan layak, memperoleh dana tidak terlalu sulit. ke
bermacam sumber, sepanjang dana yang diajukan perusahaan layak, perolehan
dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak yang berusaha menawarkan dananya kepada
perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah.
2. Motivasi usaha tinggi.
Hal ini kebalikan dari penggunaan modal asing, motivasi pemilik untuk
memajukan usaha besar, hal ini dikarenakan beban perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman.14
Kekurangan modal pinjaman:
1. Karena berbagai pembayaran seperti bunga dan biaya administrasi.
Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah disertai dengan berbagai
kewajiban untuk membayar jasa seperti bunga, bayaran administrasi,
bayaran provisi serta komisi, materai serta asuransi.

12
Erlangga Wiratjaya, “Analisis Modal Pinjaman Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada PT
Semen Bosowa Kabupaten Maros” (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2018).
13
Abu Rizal Faturrohman Sukoco, “Pengelolaan Modal Kerja Usaha Mikro Untuk Memperoleh
Profitabilitas (Studi Pada UD. Warna Jaya Periode 2011-2013),” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)
vol.22, no. 01 (2015): 3.
14
Ikhsan Habibi Nasution, “Pengaruh Modal Usaha Dan Perilaku KewirausahaanTerhadap Laba
Usaha Mikro Studi Kasus Pedagang Bakso Di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang”
(Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018).
2. Harus dikembalikan. Modal asing harus dikembalikan dalam jangka waktu
yang disepakati. Hal ini merupakan beban yang harus ditanggung bagi
perusahaan yang lagi mengalami likuiditas.
3. Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalahan yang
menimbulkan kerugian akan mengakibatkan terjadinya pinjaman sehingga
menjadi beban moral atas hutang yang belum atau akan dibayar.15
c. Modal patungan
Menurut Jacky Ambadar yang dikutip oleh Faristin Firdausiyah menyatakan
bahwa selain modal sendiri atau pinjaman, bisa juga menggunakan modal ventura
dengan berbagai kepemilikan bisnis dengan orang-orang lainnya. Caranya dengan
menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau
beberapa orang yang berperan sebagai mitra usaha.
Modal menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya modal dapat dibedakan menjadi modal tetap dan
modal lancar. Modal tetap adalah modal yang sifatnya tetap, tidak terpengaruh
oleh proses produksi dan tidak habis digunakan dalam satu kali proses produksi.
Contoh: gerobak, mesin-mesin dan alat-alat. Sedangkan modal lancar adalah
modal yang habis dalam satu kali proses produksi atau berubah bentuk menjadi
barang jadi. Contoh: bahan mentah.
Cara memperoleh modal
Dalam praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat diperoleh secara gabungan
antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Pilihan apakah menggunakan modal
sendiri, modal pinjaman atau gabungan tergantung dari jumlah modal yang
dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha. Biasanya untuk usaha baru
menggunakan modal sendiri karena sulitnya mendapatkan pinjaman paling utama
dari bank. Bank umumnya tidak sering memberikan pinjaman buat usaha baru,
mengingat bank belum mengenal nasabah belum berpengalaman. Tetapi,

15
Danang Faizal Furqon, “Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap Kewirausahaan
Terhadap Pendapatan Pengusaha Lanting Di Lemah Duwur Kecamatan Kuwasaran Kabupaten
Kebumen,” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2016).
perusahaan bisa mendapatkan pinjaman dari perusahaan nonbank semacam
leasing ataupun pegadaian.16
Modal menurut fungsi bekerjanya
a. Modal tetap
Modal tetap digunakan untuk jangka panjang serta digunakan berulang
ulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun. Pemakaian utama modal ini
merupakan untuk membeli aktiva tetap semacam mesin, peralatan,
kendaraan dan inventaris yang lain. Modal tetap merupakan bagian
terbanyak komponen pembiayaan sesuatu usaha serta umumnya di
keluarkan pertama kali saat perusahaan didirikan.
b. Modal kerja
Modal kerja ialah kekayaan ataupun aktiva yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan aktivitas setiap hari. Seperti membeli
bahan baku, listrik, air, telepon, serta pembayaran yang lain.17
Besar kecilnya modal kerja selalu berubah. Besar kecilnya modal kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Volume penjualan
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting karena perusahaan
membutuhkan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya dimana
puncak aktivitasnya adalah penjualan yang tinggi. Dengan demikian
pada tingkat penjualan yang tinggi dibutuhkan modal kerja yang relatif
besar serta sebaliknya jika penjualan rendah diperlukan modal kerja
yang relatif rendah.
2. Beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan antara lain:
a) Politik penjualan kredit. Politik penjualan kredit dengan piutang.
Panjang piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja
dalam satu periode.
b) Politik penentuan suplai besi. Jika menginginkan persediaan yang
besar, baik persediaan kas, persediaan bahan baku, persediaan bahan
16
Lantip Susilowati, Bisnis Kewirausahaan (Yogyakarta: Teras, 2013).
17
Atun Nur Isni, “Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang
Pasar Prambanan Kabupaten Sleman” (Universitas Negeri Yogyakarta, 2016).
jadi diperlukan modal kerja yang relative besar. Sebaliknya jika
ditentukan bahwa persediaan yang dibutuhkan rendah, diperlukan
modal kerja yang relative rendah.
c) Pengaruh musim. Dengan adanya pergantian musim, akan dapat
mempengaruhi besar-kecilnya barang/jasa yang kemudian
mempengaruhi tingkat penjualan. Fluktuasi tingkat penjualan akan
mempengaruhi besar-kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas produksi.
d) Kemajuan teknologi. Pertumbuhan teknologi dapat mempengaruhi
ataupun mengubah proses produksi menjadi lebih cepat dan ekonomis,
sehingga mengurangi kebutuhan modal kerja. Namun dengan
berkembangnya teknologi, perusahaan perlu mengimbanginya dengan
alat investasi baru sehingga dibutuhkan modal kerja yang relative
besar.18
Modal dalam Perspektif Islam
Pengertian modal dalam konsep ekonomi islam berarti semua harta layak
dalam pandangan syar’i dimana kegiatan manusia ikut serta dalam usaha
produksinya dengan tujuan pembangunan. Modal tidak harus terbatas pada harta
riba tetapi juga mencakup semua jenis harta berharga yang terakumulasi selam
proses kegiatan perusahaan dan mengndalikan perkembangan pada periode lain. 19
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 274:
‫َاَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْمَو اَلُهْم ِباَّلْيِل َو الَّنَهاِر ِس ًّر ا َّو َع اَل ِنَيًة َفَلُهْم َاْج ُر ُهْم ِع ْنَد َر ِّبِهْۚم َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم‬
‫َيْح َز ُنْو َن‬.
Terjemahan:
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara)
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
1. Pendapatan

18
Indriyo dan Basri, “Manajemen Keuangan” (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002).
19
Aliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunah (Jakarta: Bulan Bintang,
1991).
Pendapatan atau income dari seseorang masyarakat merupakan hasil
“penjualan-penjualannya” dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada
sektor produksi. Dan sektor produksi “membeli” faktor-faktor produksi tersebut
untuk digunakan selaku input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar.
serta harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara
penawaran dan permintaan.20
Pendapatan merupakan hasil penjualan barang dagang. Penjualan mencuat
sebab terjadi transaksi jual-beli benda antara penjual serta pembeli. Tidak peduli
apakah transaksi tersebut di lakukan dengan pembayaran secara tunai, kredit.
Selama barang sudah di serahkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli, hasil
penjualan tersebut sudah termasuk sebagai pendapatan.21
Menurut Efilia yang di kutip oleh Gusganda Suria Manda bahwa
“pendapatan dan beban tidak dapat dipisahkan, dimana pendapatan adalah hasil
yang dapat diperoleh dari kegiatan operasi yang dilakukan oleh perusahaan
sedangkan beban adalah biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk
memperoleh pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan. Biaya yang efisien
akan meningkatkan laba yang di inginkan oleh perusahaan. Sistem penggunaan
biaya yang tepat dalam perusahaan akan menghasilkan laba semaksimal mungkin.
Pendapatan adalah penghasilan yang berasal dari aktivitas operasi utama
perusahaan, misalnya aktivitas penjualan bagi perusahaan dagang. Pendapatan
diperoleh dari transaksi penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya
itu adalah yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan untuk memperoleh
laba usaha yang dapat mempengaruhi terhadap jumlah ekuitas.”22
Menurut Poerwadarminto yang dikutip oleh Asri Wahyu Astuti “pendapatan
adalah hasil pencarian atau memperoleh dari usaha dan bekerja. Pendapatan
merupakan jumlah penghasilan yang diterima seseorang baik berupa uang atau

20
Boediono, “Ekonomi Mikro,” 2nd ed. (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2013).
21
Kuswadi, “Pencatatan Keuangan Dagang Untuk Orang-Orang Awam” (Jakarta: PT.Alex
Medina Komputindo, 2008).
22
Gusganda Suria Manda, “Pengaruh Pendapatan Dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih
Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2012-2016,” Ekonomi Dan Bisnis vol.8, no.1 (2018): 19–33.
barang yang merupakan hasil kerja atau usaha. Ada tiga kategori pendapatan
yaitu:
a. Pendapatan berupa uang yaitu penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau konta prestasi.
b. Pendapatan berupa barang adalah segala yang sifatnya regular dan biasa,
akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang
dan jasa.
c. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan
yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya membuat perubahan dalam
keuangan rumah tangga”23
Sumber-sumber pendapatan
Menurut Samuelson dan Nordaus yang dikutip oleh Sri Umsiani “bahwa sumber-
sumber pendapatan sebagai berikut:
a. Gaji dan upah yaitu berupa imbalan yang diterima seseorang setelah
mengerjakan sesuatu baik di perusahaan swasta maupun di perusahaan
pemerintah.
b. Pendapatan dari kekayaan yaitu pendapatan yang dihasilkan oleh usaha
sendiri. Pendapatan tersebut diperoleh karena mengelola kekayaan yang
ada untuk mencapai hasil yang maksimal berupa pendapatan usaha.
c. Pendapatan dari sebab lain yaitu pendapatan yang dihasilkan tanpa
mencurahkan tenaga kerja”24
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah:
faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima menurut Fatmawati
adalah:”
a. Modal, adalah sejumlah materi yang dibutuhkan untuk mendirikan atau
mengelolah bisnis. Modal merupakan faktor yang sangat kuat dalam
menentukan hasil atau tidak dari suatu usaha.

23
“Asri Wahyu Astuti, ‘Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Tanggamus’ (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Semarang, 2013).
24
Sri Umsiani, “Tinjauan Pendapatan Usaha Pedagang Kaki Lima Di Lapangan Pancasila Kota
Palopo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Palopo, 2019).
b. Lamanya jam kerja, adalah waktu yang dihabiskan seseorng dalam
bekerja. Lebih lamanya seseorang bekerja, pendapatan berupa upah dan
gaji juga menerima banyak, sebaliknya lamanya jam kerja adalah
berpikir jernih dengan pendapatan yang diterima seseorang di tempat
kerja.
c. Pengalaman, adalah lamanya waktu seseorang melakukan suatu usaha.
Kesalahan fatal yang umum bagi seorang pedagang kaki lima untuk
melakukan bisnis tetapi tidak memiliki pengalaman di bidangnya
sehingga tanpa pengalaman akan menyebabkan kesalahan teknis
dilapangan.”25
Pendapatan dalam Islam
Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja dalam berproduksi, bahkan
menjadikannya kewajiban bagi orang yang mampu, lebih dari itu Allah akan
memberi balasan yang setimpat yang sesuai dengan amal/kerja dan sesuai dengan
firman Allah dalam Q.s An-Nahl (16) ayat 97:

‫َم ْن َع ِم َل َص ا ِلًح ا ِم ْن َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َث ٰى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َف َلُن ْح ِي َي َّن ُه َح َي ا ًة َط ِّيَب ًة ۖ َو َلَن ْج ِز َي َّن ُه ْم‬


‫َأ ْج َر ُه ْم ِب َأ ْح َس ِن َم ا َك ا ُن وا َيْع َم ُل وَن‬

Terjemahan:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.26
Islam memandang sebuah pendapatan sebagai penghasilan yang diperoleh
harus bersumber dari usaha yang halal. Pendapatan yang halal akan membawa
keberkahan, harta yang didapati dari kegiatan yang tidak halal seperti mencuri,

25
Fatmawati, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di
Padang Raya,” jurnal Pendidikan Ekonomi vol.2, no.2 (2014): 9.
26
Al-Qur’an dan Terjemahannya Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan
Terjemahannya.
korupsi, dan pedagangan barang haram bukan hanya mendatangkan bencana atas
siksa di dunia namun juga siksa di akhirat. Harta yang diperoleh secara halal akan
membawa keberkahan didudnia akan keselamatan di akhirat.27
2. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang Kaki Lima atau disingkat dengan kata PKL adalah istilah untuk
menyebut pedagang yang mengenakan gerobak. bila roda gerobak di tambhakan
dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima, hingga disebutlah pedagang kaki
lima ataupun PKL.
Menurut Gilang Permadi “istilah pedagang kali lima (PKL) di runut hingga
masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dulu penjajah belanda membuat peraturan
kalau setiap jalan raya yang di bangun wajib sediakan fasilitas untuk pejalan kaki,
sarana pejalan kaki tersebut disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki ada
lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang diguanakan kebanyakan bangsa
eropa) ataupun sekitar satu setengah meter. Setelah itu dikala Indonesia merdeka,
trotoar buat pejalan kaki itu dimanfaatkan oleh pedagang untuk berjualan. Tidak
hanya trotoar, emperan tokopun juga digunakan tempat berjualan, waktu itu
disebut pedagang emperan, lam-lama disebut pedagang kaki lima”
PKL dapat diartikan sebagai pedagang kecil yang pada permulaanya
memiliki peranan selaku penyalur beberapa barang dan jasa ekonomi perkotaan
ataupun dengan kata lain, pedagang kaki lima termasuk pedagang eceran yang
bermodal kecil yang berpendapatan rendah dan berjualan di tempat-tempat umum
seperti emper-emper toko, ditepi jalan raya, taman-taman serta pasar. 28
Adanya pedagang kaki lima yang menjadi alternatif lapangan pekerjaan
membuat angka pengangguran dapat ditekan dan keberadaanya di butuhkan oleh
kalangan bawah karena harga yang relative murah dari toko atau restoran. Namun
keberadaan pedagang kaki lima tiak hanya menguntungkan tetapi juga membawa
masalah baru. Kegiatan PKL dianggap sebagai kegiatan illegal karena
penggunaan ruang tidak sesuai dengan peruntukannya sehingga mengganggu
27
Dian Permata Sari, “Analisis Peran Tenaga Kerja Wanita Di Luar Negeri Dalam Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung,
2017).
28
Andjar Prasetyo and Mohamad Zaenal Arifin, Analisis Biaya Pengelolahan Limbah Makanan
Restoran, (Jakarta: Indocamp, 2017).
kepentingan umum seperti kegiatan pedagang kaki lima yang menggunakan
trotoar, jalan, badan jalan, area parkir, ruang terbuka, taman dan terminal sebagai
tempat perdagangan, pemasangan reklame sembarangan dan perilaku menyebrang
jalan sembarangan.29
Banyak juga hal-hal yang menghalangi aktifitas PKL salah satunya adalah
cuaca. Berdasarkan jenis tempat usaha yang digunakan oleh para PKL dalam
menjalankan aktifitasnya banyak yang menggunakan sarana seperti gelaran,
lesehan, tenda dan juga ada yang menggunakan roda dua, roda tiga, roda empat,
sementara berdasarkan lokasi yang digunakan oleh PKL adalah fasilitas umum
seperti trotoar, badan jalan dan lainnya. Dengan kondisi tersbut jika cuaca tidak
mendukung seperti hujan maka secara otomais aktifitas berdagang bisa terhenti
atau bahkan tidak berjualan dan ini juga berdampak terhadap pendapatan.30
Pedagang kaki lima dalam Perspektif Ekonomi Islam
Islam memang menghalalkan jual beli, numun tentunya bagi orang yang
menjalankan usaha dagang dalam islam, dengan menggunakan tata cara khusus
terdapat aturan dasar yang mengatur bagaimana seorang muslim menjalankan
usaha di bidang perdagangan agar mendapatkan keridhaan Allah SWT di dunia
dan di akhirat.
Sebagaimana pada Qs. An-nisa ayat 29

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْمَو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َنِتَج اَر ًة َعْن َتَر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْٓو ا‬
‫َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬
Terjemahannya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”31

29
David Cardona, Strategi Komunikasi Pembangunan Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima,
Cetakan Pertama (Surabaya: Scorpindo Media Pustaka, 2020).
30
Dorris Yadewani, “Memilih Menjadi Pedagang Kaki Lima” (Sumbar: Pustaka Galeri Mandiri,
2020).
31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: PT.Syaamil Cipta Media,
2005).
Allah mendorong umat Islam untuk bekerja agar kehidupan duniawi mereka
terpenuhi. Sebagaimana Islam telah mengatur kehidupan ekonomi umat islam
agar tidak keluar dari koridor syariat.
Selain memotivasi umat Islam untuk giat dalam bekerja, Rasulullah juga tak
lupa berpesan agar setiap pekerja harus mendapatkan hasil yang halal.
Berusaha mendapatkan penghasilan halal adalah kewajiban, disamping sejumlah
tugas lain yang diwajibkan. Bagi orang beriman, standar perilaku lebih khusus
dalam berdagang harus selalu selaras dengan perilaku Nabi. Rasulullah telah
banyak mengajarkan tentang aturan yang benar dalam berdagang.
Adapun yang menjadi kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut
Kartini Kartono yang dikutip oleh Kris Ciptawan yaitu.
Kekuatan Pedagang Kaki Lima (PKL) ialah:
1. “PKL berbagi peluang kerja yang biasanya sulit didapat dinegara
berkembang.
2. Dalam praktiknya, mereka dapat menawarkan beberapa barang dan jasa
dengan harga yang kompetitif, mengingat mereka tidak dikenakan pajak.
3. Sebagian besar warga kita lebih senang berbelanja pada pedagang kaki
lima, mengingat faktor kenyamanan dan barang yang ditawarkan lebih
murah daripada mempertimbangkan kualitas barang.

Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain:


1. Modal yang relative kecil menyebabkan keuntungan yang relative kecil
pada umumnya banyak anggota keluarga yang mengandalkan hasil yang
minim ini.
2. kurang memperhatikan faktor efisiensi karena rendahnya pendidikan dan
kurangnya keahlian secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha.
3. sering terjadi faktor penipuan dan penawaran dengan harga tinggi
sehingga menyebabkan citra PKL dimata masyarakat menjadi kurang
positif.”32

32
Kris Ciptawan, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Makanan
Dan Minuman Di Gladag Langen Bogan Surakarta” (Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2009).
Pengelempokkan pedagang kaki lima
Pengelompokan jika dilihat dari fasilitas fisiknya:
1. Kios
Yaitu perdagangan yang menggunakan pola sarana ini dikelompokkan
berdasarkan pedagang yang tetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat di
pindah tangankan. Biasanya adalah bangunan semi permanen yang terbuat dari
papan.
2. Kios semi permanen
Beberapa gerobak disusun berjajar dilengkapi dengan meja dan bangku
panjang. Pola saran ini bertahan dari terpal dan plastik yang tidak menembus air.
Pedagang kaki lima ini dikumpulkan secara rutin dan teratur jual makanan dan
minuman.
3. Gerobak atau kereta dorong
Yang meratap seperti melindugi barang dagangannya dari pengaruh
mapella, debu, hujan dan sejenisnya dan gerobak atau ketera dorong yag tidak
beralaskan. Saran ini dikumpulkan oleh jenis PKL yang tetap dan tidak tetap.
Biasanya untuk menyajikan makanan, minuman.
4. Jongkok atau meja
Bentuk saran perdagangan dengan ini dapat bernaung dan tidak
bernaung. Fasilitas seperti ini dikumpulkan oleh PKL tipe permanen.
5. Gelaran atau alas
Pedagang menyajikan barang dagangan diatas kain, tikar atau lainnya
untuk mempersembahkan barang dagangannya. Bentuk saran ini dikumpulkan
oleh pedagang kaki lima yang setengah tetap dan umum seperti yang ditemui
dalam jenis barang belanjaan.
6. Pikulan atau keranjang
Fasilitas ini digunakan untuk pedagang keliling atau pedagang semi
permanen dengan menggunakan satu atau dua keranjang dengan cara digendong.
Pola ini agar barang dagangan mudah dibawa kesana kemari.33

33
Yazid dan Abu, Fiqih Realitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
Ciri-ciri PKL menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Agustin
Hernawati ialah:
1. “Pedagang yang kadang juga sebagai produsen.
2. Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lain menjajakan barang dagangannya pada gelaran
tikar dipinggir jalan dan didepan toko yang dianggap strategis, juga
pedagang yang menggunakan meja, kereta dorong dan kios kecil.
3. Pedagang kaki lima pada umumnya menjual barang secara eceran.
4. Umumnya dengan modal kecil terkadang hanya menjadi alat bagi
pemilik modal dengan hanya menjadi alat bagi pemilik modal dengan
hanya mendapatkan komisi sebagai imbalan atas kerja kerasnya.
5. Kualitas barang yang diperdagangkan relative rendah dan biasanya tidak
standar.
6. Pembeli umumnya adalah pembeli dengan daya beli rendah.
7. Usaha kecil dapat berupa perikatan keluarga, dimana ibu dan anak turut
membantu dalam usaha tersebut.
8. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan ciri khas dalam
bisnis PKL.
9. Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang mengerjakannya secara
penuh ada yang mengerjakan sepulang kerja atau di waktu senggang dan
adapula yang musiman.
10. Barang yang dijual biasanya adalah barang kebutuhan sehari-hari jarang
barang khusus.
11. Dan seringkali pedagang kaki lima berdagang dalam kodisi tidak tenang
penuh dengan ketakutan aktivitas mereka tiba-tiba dihentikan oleh tim
pengendali umum dan satpol-pp selaku aparat pemerintah setempat.34
Jenis dagangan PKL sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada di sekitar
Kawasan dimana pedagang tersebut beraktivitas. Misalnya di suatu Kawasan

34
Agustin Hernawati, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Pada
Bank Harian Oleh Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang
Provinsi Jawa Timur” (Skripsi, Universitas Jember, 2016).
perdagangan, maka jenis dagangan yang ditawarkan akan beranekaragam, bisa
berupa makanan dan minuman, barang kelontong, pakaian.
Jenis dagangan PKL dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai
berikut:
a. Makanan yang tidak diproses dan semi olahan (unprocessed and Semi
Processed Food), makanan yang tidak diproses termasuk makanan mentah
seperti buah-buahan, sayur-sayuran sedangkan makanan semi proses
adalah beras.
b. Makanan siap saji (Prepared Food) yaitu pedagang makanan dan
minuman yang sudah dimasak.
c. Barang bukan makanan (Non Food Items) kategori ini terdiri dari barang-
barang dalam skala yang luas mulai dari tekstil sehingga obat-obatan.
d. Jasa (Service) terdiri dari beragam aktivitas seperti jasa perbaikan soal
sepatu dan tukang potong rambut jenis komoditas ini cenderung menetap.35
Dampak hadirnya pedagang kaki lima.
1. Dampak positif hadirnya PKL
Pada umumnya barang yang dijual oleh pedagang kaki lima memiliki
harga rendah, tersedia di banyak tempat dengan berbagai barang dan unit,
keberadaan pedagang kaki lima bisa menjadi seperti potensi wisata yang cukup
menjanjikan bahkan pedagang kaki lima pun mnjamur di sudut-sudut kota,
memang sesungguhnya pembeli utamanya adalah kalangan menengah kebawah
yang memiliki daya beli rendah.
Dampak positif juga terlihat dari segi sosial dan ekonomi karena adanya
pedagang kaki lima mendapat manfaat dari pertumbuhan ekonomi kota karena
sektor informal efisien dan ekonomis.
2. Dampak negative hadirnya PKL
Sisi negatifnya, ciri-ciri PKL yang memanfaatkan ruang guna kepentingan
umum, terutama dipinggir jalan dan trotoar untuk dilakukan kegiatan yang
mengakibatkan tidak berfungsinya sarana yang diminati secara umum, tidak
terakomodasinya kegiatan PKL di ruang perkotaan telah menimbulkan pola dan

35
Rusli Ramli, “Sektor Informal Perkotaan: Pedagang Kaki Lima” (Jakarta: Ind-Hill-Co, 2002).
struktur kota modern dan menyatu menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontraks, bangunan modern yang megah berdampingan dengan
bangunan sederhana juga cenderung kumuh, perlu ada upaya terpadu pihak terkait
untuk terbitnya pedagang kaki lima tersebut sebagai upaya guna kembalinya
fungsi ruang publik sesuai peruntukkannya.36
Sejarah Pedagang Kaki Lima
Istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia
Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jendral Stanford Raffles bekuasa, ia
mengeluarkan peraturan yang mengaruskan pedagang informal membuat jarak
sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal dipusat kota, peraturan
diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan
kesempatan pada pedagang informal untuk berdagang tempat pedagang informal
yang berada 5 kaki dari bangunan formal dipusat kota inilah yang kelak dikenal
dengan “kaki lima” dan pedagang yang berjualan pada tempat tersebut dikenal
dengan sebutan “pedagang kaki lima atau PKL”
Hingga saat ini istilah PKL juga digunakkan untuk semua pedagang yang
bekerja di trotoar, termasuk para pemilik rumah makan yang menggunakan tenda
dengan mengkooptasi jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor.
Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial
Belanda. Hendaknya menyediakan saran untuk pejalan kaki, lebar ruas untuk
pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Sekian puluh tahun
setelah itu saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak di
manfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah
pedagang emperan jalan sekarang menjadi pedagang kaki lima padahal menurut
sejarahnya seharusnya namanya adalah pedagang kaki lima.
Berawal dari situ maka pemerintahan Kolonial Belanda menyebut mereka
sebagai pedagang kaki lima buah pikiran dari pedagang yang berjualn di area
pinggir perlintasan para pejalan kaki atau trotoar yang mempunyai lebar lima kaki

36
Tadjuddin Noor Effendi, Perkembangan Penduduk Sektor Informal, Dan Kemiskinan Di Kota
(Yogyakarta: Aditya Media, 1996).
tidak disertai dengan ketersediaan wadah yang menaunginya dan seolah kurang
memberi perhatian terhadap pedagang kaki lima.
Pedagang kaki lima atau PKL merupakan sebuah komunitas yang
kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya untuk
mencari nafkah dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya di pinggir-
pinggir jalan raya.
Pada masa Kolonial peraturan permintaan waktu itu menetapkan bahwa
setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk para
pejalan kaki yang sekarang ini disebut dengan trotoar, pemerintah pada waktu itu
juga menghimbau agar sebelah luar dari trotoar diberi ruang yang agak lebar atau
agak jauh dari pemukiman penduduk untuk dijadikan taman sebagai penghijauan
dan resapan air. Dengan adanya tempat atau ruang yang agak lebar itu kemudian
para pedagang kaki lima mulai banyak menempatkan gerobaknya untuk sekedar
beristirahat sambil menunggu adanya pembeli yang membeli dagangannya.
Seiring perjalanan waktu banyak pedagang yang memanfatkan lokasi tersebut
sebagai tempat berjualan sehingga mengundang para pejalan kaki yang kebetulan
lewat untuk membeli makanan dan minuman sekaligus beristirahat.37

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di jalan trans Sulawesi kecamatan amurang dimulai
dari bulan September-Oktober 2021.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan


untuk menguji hipotesa dari data yang terkumpul sesuai dengan teori dan konsep
sebelumnya. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai suatu proses penentuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk mengetahui informasi
apa yang ingin kita ketahui.38

Dalam penelitian ini digunakkan kuesioner/angket yang di sebarkan kepada


pedagang kaki lima di jalan trans Sulawesi kecamatan amurang. Tujuan penelitian

37
Nurhadi, “Pedagang Kaki Lima Perspektif Ekonomi Islam,” At-Tamwil: Kajian Ekonomi
Syariah vol.1, no.1 (2019): 62--63.
38
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, VII. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).
ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel apakah berpengaruh
antara variabel X dengan variabel Y.

D. Pembahasan
Dapat diketahui bahwa peneliti mencoba mencari tahu apakah Modal Usaha (X)
berpengaruh terhadap Pendapatan (Y) dengan melakukan pengumpulan data terhadap 36
responden (PKL) yang berada di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang dengan
melakukan teknik pengumpulan data yang dihitung menggunakan SPSS 24. Dalam
kuisioner tersebut peneliti juga mencoba mengumpulkan data gambaran umum
responden dan melakukan perhitungan dengan membedakan beberapa dari hasil
pengumpulan data responden pada kuisioner yand dibagikan seperti Jenis
kelamin, Usia, Pendidikan terakhir, Kepemilikan dan waktu lamanya berusaha.

Dari hasil penelitian diatas Berdasarkan presentase untuk jenis kelamin pada
penilitian ini dapat diketahui bahwa Pedagang laki-laki lebih banyak dari
perempuan dengan persentase pria sebanyak 21 atau 58% dan waita sebanyak 15
atau 42%, untuk persentase umur mulai dari umur 21-30 sebanyak 13 atau 36%
31-40 sebanyak 16 atau 44% dan 41-50 sebanyak 7 atau 20% jadi dapat dilihat
PKL lebih banyak berada diantara umur 31-40, untuk persentase pendidikan
terakhir dimulai dari SD sebanyak 2 atau 5% SMP sebanyak 10 atau 28% SMA
sebanyak 23 atau 64% Sarjana Muda/D2 sebanyak 1 atau 3% dapat diketahui juga
persentase untuk pendidikan terakhir para PKL lebih banyak pada tingkat SMA,
untuk persentase Kepemilikan usaha hanya terdapat 2 pilihan yaitu Kepemilikan
sendiri dan orang lain dengan perbandingan sendiri sebanyak 25 atau 69% dan
orang lain sebanyak 11 atau 31% jadi dapat diketahui PKL lebih banyak terdapat
pada kepemilikan sendiri, dan untuk persentase waktu lamanya berdagang lebih
banyak pada kurun waktu kurang dari atau <5 tahun dengan jumlah 22 atau 61%.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel X dan Y maka


peneliti melakukan perhitungan menggunkan SPSS 24 dari sumber data kuisioner
sebanyak 36 responden, pada uji validitas jawaban responden dinatakan vali
dikarenakan semua jumlah dari r hitung variabel X dan Y lebih besar > r tabel
(0,329) dan untuk uji reabilitas dinyatakan reabel dikarenakan nilai cronbach
alpha variabel X danY >0,329. Pada uji asumsi klasik yang terdapat uji normalitas
dimana menggunakan metode kolmogrov sminorv yang dimana hasil dari uji
tersebut > 0,05 maka dinyatakan normal, untuk uji multikolinearitas dimana
dilihat pada nilai VIF kurang dari <10 maka dinyatakan bebas dari
multikolinearitas, untuk uji autokolerasi menggunakan metode Durbin Watson
dimana menggunakan pengambilan keputusan du < d < 4-du = 1,5245 < 2,356 <
2,407 dan hasilnya tidak terjadi kolerasi antara variabel X dan Y, uji linearitas
dimana dapat dilihat hasil sig pada deviation from Linearity lebih besar > 0,05
maka dinyatakan terdapat hubungan linear. Pada uji regresi linear sederhana
dinyatakan terdapat hubungan antara variabel X dan Y dikarenakan nilai sig
kurang dari < 0,05%. Dan pada uji koefisiensi determinasi dinyatakan terdapat
hubungan antara variabel X dan Y seperti yang dilihat pada nilai r square sebesar
0,218 atau dalam persentase sebesar 21,8%.

A. Modal Usaha

Modal usaha merupakan salah satu penghambat untuk menjalankan sebuah


bisnis. Pada dasarnya PKL hanya memiliki persediaan modal yang relative kecil.
Faktor modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang. Pada penelitian ini
modal pedagang bersumber dari modal sendiri dan modal pinjaman. Paling
banyak modal pedagang berasal dari modal sendiri karena tambahan modal
pinjaman dari bank maupun lembaga keuangan yang lain terhalang kemampuan
yang pedagang tidak mampu penuhi syarat pinjaman seperti jaminan yang harus
pedagang berikan untuk mendapatkan pinjaman. Dari segi kepemilikan ada
beberapa pedagang yang hanya menjualkan barang orang lain daripada barang
dagangannya sendiri (titipan), sehingga pedagang harus membagi hasil
keuntungan yang mereka peroleh Hal ini sejalan dengan teori I Komang Adi
Antara dan Lulu Putu Aswitari yang mengatakan bahwa “modal usaha memiliki
pengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang kaki lima.”39

B. Pendapatan

39
I Komang Adi Dkk, “Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di
Kecamatan Denpasar Barat.,” E-Jurnal EP Unud vol.5, no.1, (2016): 1265.
Menurut Boediono Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya kepada sektor produksi, harga faktor produksi dipasar ditentukan
oleh saling menariknya antara penawaran dan permintaan. 40 Pendapatan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Dalam
penelitian ini, untuk menghitung variabelpendapatan dengn rumus pendapatan
bersih seperti dalam penelitian Budi Wahyono “pendapatan bersih adalah
penerimaan hasil penjualan dikurangi pembelian bahan, biaya transportasi, biaya
retribusi, atau penerimaan dikurangi biaya.” 41 Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa lama usaha juga berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pedagang
kaki lima. Hal ini sejalan dengan teori Sukirno Sadono yang mengatakan lamanya
suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha, dimana pengalaman dapat
mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Semakin lama
seseorang menekuni bidang usaha maka seseorang tersebut akan mempengaruhi
produktivitasnya (kemampuan profesionalnya/keahliannya) sehingga dapat
menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil daripada
hasil penjualan. Dan itu sejalan dengan yang terjadi pada pedagang kaki lima di
jalan trans Sulawesi kecamatan amurang.

Selain lamanya usaha, jam kerja pedagang juga mempengaruhi pedagang


kaki lima dalam meningkatkan pendapatan. Pedagang kaki lima yang ada di jalan
trans Sulawesi kecamatan amurang umumnya membuka usaha pada pukul 4 sore
sampai dengan jam 11 malam. Minimnya jam kerja usaha tentunya menjadi salah
satu faktor penghambat peningkatan pendapatan. Semakin banyak jam anda
bekerja, semakin banyak pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini sejalan dengan
teori Yazid dan Abu “bahwa jam kerja operasional pedagang kaki lima
mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima.”42

PENUTUP

Kesimpulan

40
Boediono, “Ekonomi Mikro.”
41
Budi Wahyono, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Di Pasar
Bantul Kabupaten Bantul” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2017).
42
Yazid dan Abu, Fiqih Realitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian maka
dapat disimpulkan, berdasarkan dari rumusan masalah didaptkan hasil terhadap
variabel modal usaha (X) berpengaruh terhadap pendapatan (Y) pada pedagang
kaki lima di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Amurang Hal ini terlihat dari
adanya korelasi antara variabel bebas atau Modal Usaha (X) dan terikat atau
Pendapatan (Y). Dimana sumber data kuisioner diolah menggunkan SPSS 24 dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh antara variabel X (Modal Usaha)
terhadap Y (Pendapatan) sebesar 21,8% yang dilihat dari hasil uji Koefesiensi
Deteminasi (R2).
DAFTAR PUSTAKA

Abu Rizal Faturrohman Sukoco. “Pengelolaan Modal Kerja Usaha Mikro Untuk
Memperoleh Profitabilitas (Studi Pada UD. Warna Jaya Periode 2011-
2013).” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 22, no. 01 (2015): 3.
Abu, Yazid dan. Fiqih Realitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Agustin Hernawati. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan
Kredit Pada Bank Harian Oleh Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan
Sumbersuko Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.” Universitas
Jember, 2016.
Aliman. Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunah. Jakarta:
Bulan Bintang, 1991.
Ardiansyah, Mohammad Fachri. “Analisis Pengaruh Modal, Jam Kerja, Dan
Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima Di
Kawasan Makam Gus Dur Jombang” (l, 2021), 5.” Universitas Islam Sunan
Ampe, 2021.
Asri Wahyu Astuti. “Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten
Tanggamus.” Universitas Islam Negeri Semarang, 2013.
Boediono. “Ekonomi Mikro.” 2nd ed. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2013.
Danang Faizal Furqon. “’Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap
Kewirausahaan Terhadap Pendapatan Pengusaha Lanting Di Lemah Duwur
Kecamatan Kuwasaran Kabupaten Kebumen,.” Institut Agama Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2016.
David Cardona. Strategi Komunikasi Pembangunan Dalam Penataan Pedagang
Kaki Lima, Cetakan Pertama. Surabaya: Scorpindo Media Pustaka, 2020.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI,
Al-Qur’an Dan Terjemahannya, n.d.
Dian Permata Sari. “‘Analisis Peran Tenaga Kerja Wanita Di Luar Negeri Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi Islam.’”
UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Dkk, I Komang Adi. “Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki
Lima Di Kecamatan Denpasar Barat.” E-Jurnal EP Unud 5, no. 1 (2016):
1265.
Dorris Yadewani. “Memilih Menjadi Pedagang Kaki Lima.” Sumbar: Pustaka
Galeri Mandiri, 2020.
Effendi, Tadjuddin Noor. Perkembangan Penduduk Sektor Informal, Dan
Kemiskinan Di Kota. Yogyakarta: Aditya Media, 1996.
Erlangga Wiratjaya. “Analisis Modal Pinjaman Terhadap Rentabilitas Ekonomis
Pada PT Semen Bosowa Kabupaten Maros.” Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2018.
Fatmawati. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Kaki Lima Di Padang Raya,.” jurnal Pendidikan Ekonomi 2, no. 2 (2014): 9.
Gusganda Suria Manda. “Pengaruh Pendapatan Dan Biaya Operasional Terhadap
Laba Bersih Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar
Dan Kimia Yang Terdaftar Di BEI Periode 2012-2016.” Ekonomi Dan Bisnis
8, no. 1 (2018): 19–33.
Ikhsan Habibi Nasution. “‘Pengaruh Modal Usaha Dan Perilaku
KewirausahaanTerhadap Laba Usaha Mikro Studi Kasus Pedagang Bakso Di
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.’” Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, 2018.
Indriyo dan Basri. “Manajemen Keuangan.” Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2002.
Isni, Atun Nur. “Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap
Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman.” Universitas
Negeri Yogyakarta, 2016.
Isrohah, Rohmatul. “‘Analisis Pengaruh Modal Kerja Dan Jam Kerja Terhadap
Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Ngaliyan Semarang.’”
Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015.
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Kris Ciptawan. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan
Pedagang Makanan Dan Minuman Di Gladag Langen Bogan Surakarta.”
Universitas Sebelas Maret, 2009.
Kuswadi. “Pencatatan Keuangan Dagang Untuk Orang-Orang Awam.” Jakarta:
PT.Alex Medina Komputindo, 2008.
Lantip Susilowati. Bisnis Kewirausahaan. Yogyakarta: Teras, 2013.
Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan. VII. Ja: Rineka Cipta, 2007.
Muhammad Reza Latif, Dkk. “Pengaruh Persepsi Tentang Modal Usaha, Lokasi,
Dan Jenis Dagangan Terhadap Kesejahteraan Pedagang Di Jalan Roda
(JAROD) Manado.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 18, no. 05 (2018): 177.
Muzakir. “Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap Kebijakan
Pemberdayaan Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Unauna.” Media
Litbang Sulteng 3, no. 1 (2010): 12–20.
Nurhadi. “‘Pedagang Kaki Lima Perspektif Ekonomi Islam,.’” At-Tamwil: Kajian
Ekonomi Syariah 1, no. 1 (2019): 62--63.
Prasetyo, Andjar, and Mohamad Zaenal Arifin. ‘Analisis Biaya Pengelolahan
Limbah Makanan Restoran.’ Jakarta: Indocamp, 2017.
Prawiro, Ardi. ‘Dasar Manajemen Keuangan.’ yogyakarta: Universitas
Gunadarma, 2015.
Purwanti Endang. “Pengaruh Karaktristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi
Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM Di Desa Dayaan Dan Kalilondo
Salatiga.” Among Makarti 5, no. 9 (2012): 66.
Ramadhan, Adam. “‘Implementasi Model Zonasi Penataan Pedagang Kaki Lima
Di Kota Bandung,.” Pandecta 10, no. 1 (2015): 92.
Ramli, Rusli. “Sektor Informal Perkotaan: Pedagang Kaki Lima.” Jakarta: Ind-
Hill-Co, 2002.
RI, Departemen Agama. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: PT.Syaamil
Cipta Media, 2005.
Rosyidi Suherman. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Mikro
Dan Makro. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009.
Sary Julisty. 'Cerdas Mendapatkan Dan Mengelola Modal Usaha’. 1st ed. Jakarta:
Balai Pustaka, 2009.
Sri Umsiani. “‘Tinjauan Pendapatan Usaha Pedagang Kaki Lima Di Lapangan
Pancasila Kota Palopo.’” Institut Agama Islam Negeri Palopo, 2019.
Wahyono, Budi. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Di Pasar Bantul Kabupaten Bantul.” Universitas Negeri
Yogyakarta, 2017.
Yazid dan Abu. Fiqih Realitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Anda mungkin juga menyukai