Abstract
The high number of accidents at level crossings is one of the factors for improving safety at level crossings.
One of them was at the JPL 165 Blitar crossing. At the crossing, it was recording that there were four accidents
from November 2020-April 2021, with the leading cause being the driver's low visibility. Therefore, it was
necessary to conduct research related to improving safety at the JPL 165 Blitar crossing. The method used in
this study generally used observations of the suitability of crossing safety facilities of road traffic performance
and the characteristics of JPL 165 crossings at a crossroads. The short term traffic engineering with the U-Turn
concept was the best recommendation to improve safety at JPL 165. The long-term offer was to design the
installation of safety equipment for crossings accompanied by changing the intersection to a signalized
intersection.
Abstrak
Tingginya angka kecelakaan pada perlintasan sebidang menjadi salah satu faktor tindakan peningkatan
keselamatan di perlintasan sebidang. Salah satunya pada perlintasan JPL 165 Blitar, pada perlintasan tersebut
tercatat mulai November 2020-April 2021 terdapat empat kecelakaan dengan penyebab utama karena jarak
pandang pengendara rendah. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian terkait peningkatan keselamatan di
perlintasan JPL 165 Blitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara umum menggunakan observasi
terkait kesesuaian fasilitas keselamatan perlintasan, terkait kinerja lalu lintas jalan pada perlintasan, serta
karakteristik perlintasan JPL 165. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan
potensi kecelakaan adalah kondisi geometri jalan dari perlintasan yang terletak tepat pada persimpangan jalan.
Rekomendasi terbaik guna meningkatkan keselamatan di JPL 165 dalam jangka pendek adalah rekayasa lalu
lintas dengan konsep U-Turn, sedangkan rekomendasi jangka panjang adalah berupa desain pemasangan
peralatan keselamatan perlintasan disertai perubahan simpang menjadi simpang bersinyal.
PENDAHULUANqw
Kecelakaan transportasi menjadi salah satu permasalahan besar bagi setiap negara, tanpa
terkecuali Indonesia. Setiap tahunnya angka kecelakaan transportasi tidak pernah lepas dari
fokus pemerintah melalui kebijakan upaya penurunannya, sebagai contoh transportasi di
bidang perkeretaapian dan lalu lintas jalan. Salah satu titik yang masih sering menyebabkan
kasus kecelakaan yaitu di perlintasan sebidang jalan dengan jalur kereta api. Berdasarkan
706
Muhamad Kusuma, et al.
data dari Dishubprov Jatim (2021) kecelakaan di perlintasan sebidang khususnya di wilayah
Jawa Timur masih tergolong tinggi dengan rincian pada tahun 2018 terdapat 46 kecelakaan,
2019 terdapat 33 kecelakaan, serta pada tahun 2020 terdapat 36 kasus kecelakaan.
Perlintasan sebidang sendiri terdiri dari perlintasan sebidang resmi dijaga, perlintasan
sebidang resmi tidak dijaga, dan perlintasan liar. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
Perkeretaapian, jumlah perlintasan sebidang yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera pada
tahun 2019 sebanyak 4.716 perlintasan, 43% diantaranya adalah perlintasan sebidang resmi
tidak dijaga dan termasuk jenis perlintasan yang tinggi jumlahnya.
Peningkatan keselamatan pada perlintasan sebidang resmi tidak dijaga sangat diperlukan,
karena masih sering terjadinya kecelakaan di perlintasan sebidang tersebut. Seperti
kecelakaan yang pernah terjadi di perlintasan JPL 165 Blitar yang terletak di petak jalan
antara Stasiun Garum–Stasiun Talun Kabupaten Blitar. Pada perlintasan JPL 165
menunjukkan sudah adanya tindakan peningkatan keselamatan dengan sudah terpasang
EWS, namun masih belum maksimal yang dibuktikan dengan telah terjadi empat kasus
kecelakaan dalam kurun waktu kurang dari lima bulan saja. Oleh karena itu dilakukan
penelitian ini guna memberikan rekomendasi dalam meningkatkan keselamatan pada
perlintasan JPL 165 Blitar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait faktor-faktor yang menyebabkan masih
terjadinya kasus kecelakaan di perlintasan tersebut. Mulai dari mengidentifikasi kondisi
eksisting perlintasan sebidang JPL 165 Blitar, menganalisis karakteristik lalu lintas di
perlintasan JPL 165 dan sekitar perlintasan, sampai menentukan rekomendasi alternatif
terkait peningkatan keselamatan pada perlintasan guna meningkatkan angka keselamatan.
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Dataq
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2020) merupakan sebuah langkah yang paling
strategis dalam penelitian karena tujuan utamanya adalah memperoleh data. Penelitian ini
menggunakan teknik gabungan/triangulasi untuk mengumpulkan data, baik data primer
maupun sekunder. Teknik triangulasi ini merupakan gabungan dari teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data primer yang dibutuhkan yaitu kelengkapan fasilitas
perlintasan, volume lalu lintas, data geometri jalan, serta rekomendasi peningkatan
keselamatan dari wawancara. Sedangkan data sekunder yaitu data jumlah perlintasan daerah
penelitian, jumlah kecelakaan perlintasan, serta data jumlah frekuensi kereta.
707
Muhamad Kusuma, et al.
708
Muhamad Kusuma, et al.
709
Muhamad Kusuma, et al.
Tabel perhitungan kapasitas jalan di atas menunjukkan bahwa kinerja dari pelayanan jalan
di perlintasan JPL 165 terhadap arus lalu lintas masih dalam kategori memenuhi. Hal
tersebut disebabkan oleh hasil dari perhitungan kapasitas jalan yang masih lebih besar dari
volume lalu lintas kendaraan, yaitu 2371,62 > 893,4 smp/jam.
710
Muhamad Kusuma, et al.
Berdasarkan tabel perhitungan LHR dan SMPK dapat disimpulkan bahwa perlintasan JPL
165 adalah benar kedudukannya sebagai perlintasan sebidang resmi tidak dijaga atau tidak
berpalang pintu. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
tahun 2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta
Api yang menyatakan nilai SMPK untuk perlintasan sebidang resmi tidak dijaga adalah
kurang dari 12.500 smpk, sedangkan nilai SMPK dari perlintasan JPL 165 adalah 9.568,78
smpk.
711
Muhamad Kusuma, et al.
2371,62 𝑥 10
TQ (Waktu antrian) = 2371,62−444,1
284594,4
= 1927,52
= 147,65 detik
444,1 𝑥 120
QM0 (Antrian kendaraan) = 3600
= 14,8 smp
QM1 (Panjang antrian) = 14,8 x 3
= 44,41 m
Hasil dari perhitungan panjang antrian di atas, dibandingkan dengan keadaan langsung di
lapangan dengan cara melakukan survei panjang antrian kendaraan. Hasil survei panjang
antrian secara langsung, terjadi ketidaksesuaian pada ruas Jalan Raya Talun karena panjang
antrian terpanjang adalah 72 meter, sedangkan pada perhitungan panjang antrian nilai
maksimal panjang antrian hanya 44,41 meter saja. Hal tersebut disebabkan oleh letak
geometri jalan yang terletak pada jalan lurus persimpangan jalan dan belum adanya
pengaturan arus lalu lintas yang maksimal.
Peningkatan Keselamatan
Peningkatan keselamatan terhadap perlintasan JPL 165 berdasarkan analisis-analisis yang
telah dilakukan. Dari analisis yang telah dilakukan, perlintasan JPLL 165 termasuk
perlintasan yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Namun terdapat beberapa faktor
yang menunjukkan bahwa perlintasan JPL 165 tersebut tidak sesuai dengan standar teknis
yang telah ditetapkan, yaitu peralatan fasilitas keselamatan perlintasan masih belum sesuai,
panjang antrian masih melebihi dari perhitungan, dan yang paling utama adalah kondisi
geometri jalan perlintasan terletak pada persimpangan jalan yang menyebabkan perlu
penanganan lebih untuk mengatur arus lalu lintas di perlintasan JPL 165 tersebut.
Adapun beberapa rekomendasi terkait peningkatan keselamatan pada perlintasan JPL 165
adalah sebagai berikut.
1) Desain pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan, yang merupakan usulan dari
Bapak Hari Kriswantoro selaku Kasi Pengembangan Sistem dan Teknologi Transportasi
Dishub Kabupaten Blitar. Pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan ini mengacu
pada Perdirjen Hubdat Nomor SK.407/AJ.401/DRJD/2018. Desain pemasangan
fasilitas keselamatan perlintasan dapat berjalan efektif apabila disertai dengan rekayasa
lalu lintas antara lain berupa penambahan lampu lalu lintas sehingga menjadi simpang
bersinyal dan pelebaran jalan guna lebih mempermudah pengaturan arus lalu lintas
untuk mengurangi panjang antrian kendaraan.
712
Muhamad Kusuma, et al.
Rekomendasi pelebaran jalan yang sesuai dengan Gambar 3 dilakukan karena masih
tersedia bahu jalan yang luas. Lebar jalan yang semula adalah 6 meter dan dalam
rekomendasi dilebarkan menjadi 10 meter mengambil 3 meter dari sisi selatan dan 1
meter dari sisi bahu jalan yang utara. Rekomendasi ini menjadi rekomendasi terbaik
dalam jangka panjang apabila berhasil direalisasikan. Sedangkan untuk rekomendasi
desain pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan tanpa disertai pelebaran jalan
adalah sebagai berikut.
2) Rekayasa lalu lintas berupa pengaturan atau pengendalian arus lalu lintas kendaraan
yang akan melewati perlintasan JPL 165 dengan menggunakan konsep “Putar Balik”
atau biasa dikenal dengan konsep “U-Turn” tentunya disertai dengan pelebaran jalan
guna mempermudah pengaturan setiap laju arus kendaraan dan juga untuk
mempermudah manuver kendaraan yang akan melakukan putar balik. Rekomendasi ini
berasal dari Bapak Pramudi selaku Dosen Operasi Kereta PPI Madiun dan rekomendasi
ini menjadi rekomendasi terbaik apabila direalisasikan dalam jangka pendek demi
peningkatan keselamatan di perlintasan.
3) Mengubah perlintasan JPL 165 menjadi perlintasan tidak sebidang. Rekomendasi ini
sebenarnya menjadi langkah yang terbaik guna meningkatkan keselamatan di
713
Muhamad Kusuma, et al.
perlintasan sebidang, namun dengan catatan apabila tidak terkendala dalam hal biaya
pembangunan. Rekomendasi ini diambil berdasarkan dari ketentuan teknis perlintasan
sebidang yang tidak diizinkan apabila terletak pada persimpangan jalan serta usulan dari
Bapak Suyoto selaka Kepala Stasiun Blitar.
4) Penutupan perlintasan JPL 165. Langkah ini diambil karena sudah ada jalan alternatif
apabila perlintasan JPL 165 ditutup, tentunya dengan resiko untuk rute perjalanan
sedikit lebih jauh. Rekomendasi ini diambil berdasarkan usulan yang telah didapat dari
Bapak Suyoto selaku Kepala Stasiun Blitar dan juga sudah sesuai dengan ketentuan
teknis apabila dilakukan penutupan perlintasan.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perlintasan sebidang JPL 165 termasuk lokasi perlintasan sebidang yang
berpotensi/rawan akan terjadinya kecelakaan, karena kondisi geometri jalan dari
perlintasan JPL 165 tersebut terletak pada persimpangan jalan. Dimana dalam kurun
waktu 5 bulan telah terjadi empat kasus kecelakaan di perlintasan JPL 165.
2. Kinerja ruas jalan di perlintasan JPL 165 antara lain volume lalu lintas, kapasitas jalan,
derajat kejenuhan, sampai kecepatan saat melintasi perlintasan masih memenuhi standar
yang ditetapkan. Namun untuk panjang antrian pada ruas Jalan Raya Talun sudah
melebihi dari perhitungan panjang antrian.
DAFTAR PUSTAKA
BTP Jatim. (2021). Perlintasan di Jawa Timur. 2021: Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah
Jawa Bagian Timur.
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. (2020). Data Kecelakaan Perkeretaapian Jawa
Timur. Surabaya: Bidang PTMM Dishubprov Jatim.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta Selatan:
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Direktorat Jenderal Perkeretaapian. (2019). Buku Statistik Bidang Perkeretaapian. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
714
Muhamad Kusuma, et al.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2018). Pedoman Teknis Pengendalian Lalu Lintas di
Ruas Jalan Pada Lokasi Potensi Kecelakaan di Perlintasan Sebidang dengan Kereta
Api. Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan.
Dishubprov Jatim. (2021). Data Kecelakaan Perlintasan Jawa Timur. Surabaya: Dinas
Perhubungan Provinsi Jawa Timur.
Kementerian Perhubungan. (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 tentang
Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan
Lain. Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan.
Kementerian Perhubungan. (2018). Peraturan Menteri Nomor 94 tentang Peningkatan
Keselamatan Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan. Jakarta:
JDIH Kementerian Perhubungan.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Widyastuti, H. (2019). Model of Queuing in the Railway Level Crossing (Case Study : Imam
Bonjol Railway Level Crossing in Blitar). IOP Conference Series: Materials Science
and Engineering, 3.
715