Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-24

Universitas Indonesia – Universitas Pembangunan Jaya, 4-6 November 2021

ANALISIS PENINGKATAN KESELAMATAN


PADA PERLINTASAN SEBIDANG TIDAK DIJAGA
(STUDI KASUS : JPL 165 BLITAR)
Muhamad Kusuma Atik Roro Siti K Ahmad Ependi
Manajemen Transportasi Manajemen Transportasi Manajemen Transportasi
Perekeretaapian Perekeretaapian Perekeretaapian
Politeknik Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun Indonesia Madiun Indonesia Madiun
Jalan Tirta Raya, Nambangan Lor, Jalan Tirta Raya, Nambangan Lor, Jalan Tirta Raya, Nambangan
Manguharjo, Madiun, Jawa Timur Manguharjo, Madiun, Jawa Timur Lor, Manguharjo, Madiun,
63129 63129 Jawa Timur 63129
Email: Email: Email:
kusuma.mtp1816@taruna.api.ac.id atikroro@ppi.ac.id ependi@ppi.ac.id

Abstract
The high number of accidents at level crossings is one of the factors for improving safety at level crossings.
One of them was at the JPL 165 Blitar crossing. At the crossing, it was recording that there were four accidents
from November 2020-April 2021, with the leading cause being the driver's low visibility. Therefore, it was
necessary to conduct research related to improving safety at the JPL 165 Blitar crossing. The method used in
this study generally used observations of the suitability of crossing safety facilities of road traffic performance
and the characteristics of JPL 165 crossings at a crossroads. The short term traffic engineering with the U-Turn
concept was the best recommendation to improve safety at JPL 165. The long-term offer was to design the
installation of safety equipment for crossings accompanied by changing the intersection to a signalized
intersection.

Keywords: Level crossings, crossings accident, safety enhancement

Abstrak
Tingginya angka kecelakaan pada perlintasan sebidang menjadi salah satu faktor tindakan peningkatan
keselamatan di perlintasan sebidang. Salah satunya pada perlintasan JPL 165 Blitar, pada perlintasan tersebut
tercatat mulai November 2020-April 2021 terdapat empat kecelakaan dengan penyebab utama karena jarak
pandang pengendara rendah. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian terkait peningkatan keselamatan di
perlintasan JPL 165 Blitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara umum menggunakan observasi
terkait kesesuaian fasilitas keselamatan perlintasan, terkait kinerja lalu lintas jalan pada perlintasan, serta
karakteristik perlintasan JPL 165. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan
potensi kecelakaan adalah kondisi geometri jalan dari perlintasan yang terletak tepat pada persimpangan jalan.
Rekomendasi terbaik guna meningkatkan keselamatan di JPL 165 dalam jangka pendek adalah rekayasa lalu
lintas dengan konsep U-Turn, sedangkan rekomendasi jangka panjang adalah berupa desain pemasangan
peralatan keselamatan perlintasan disertai perubahan simpang menjadi simpang bersinyal.

Kata Kunci: Perlintasan sebidang, kecelakaan perlintasan, peningkatan keselamatan

PENDAHULUANqw
Kecelakaan transportasi menjadi salah satu permasalahan besar bagi setiap negara, tanpa
terkecuali Indonesia. Setiap tahunnya angka kecelakaan transportasi tidak pernah lepas dari
fokus pemerintah melalui kebijakan upaya penurunannya, sebagai contoh transportasi di
bidang perkeretaapian dan lalu lintas jalan. Salah satu titik yang masih sering menyebabkan
kasus kecelakaan yaitu di perlintasan sebidang jalan dengan jalur kereta api. Berdasarkan

706
Muhamad Kusuma, et al.

data dari Dishubprov Jatim (2021) kecelakaan di perlintasan sebidang khususnya di wilayah
Jawa Timur masih tergolong tinggi dengan rincian pada tahun 2018 terdapat 46 kecelakaan,
2019 terdapat 33 kecelakaan, serta pada tahun 2020 terdapat 36 kasus kecelakaan.

Perlintasan sebidang sendiri terdiri dari perlintasan sebidang resmi dijaga, perlintasan
sebidang resmi tidak dijaga, dan perlintasan liar. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
Perkeretaapian, jumlah perlintasan sebidang yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera pada
tahun 2019 sebanyak 4.716 perlintasan, 43% diantaranya adalah perlintasan sebidang resmi
tidak dijaga dan termasuk jenis perlintasan yang tinggi jumlahnya.

Peningkatan keselamatan pada perlintasan sebidang resmi tidak dijaga sangat diperlukan,
karena masih sering terjadinya kecelakaan di perlintasan sebidang tersebut. Seperti
kecelakaan yang pernah terjadi di perlintasan JPL 165 Blitar yang terletak di petak jalan
antara Stasiun Garum–Stasiun Talun Kabupaten Blitar. Pada perlintasan JPL 165
menunjukkan sudah adanya tindakan peningkatan keselamatan dengan sudah terpasang
EWS, namun masih belum maksimal yang dibuktikan dengan telah terjadi empat kasus
kecelakaan dalam kurun waktu kurang dari lima bulan saja. Oleh karena itu dilakukan
penelitian ini guna memberikan rekomendasi dalam meningkatkan keselamatan pada
perlintasan JPL 165 Blitar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait faktor-faktor yang menyebabkan masih
terjadinya kasus kecelakaan di perlintasan tersebut. Mulai dari mengidentifikasi kondisi
eksisting perlintasan sebidang JPL 165 Blitar, menganalisis karakteristik lalu lintas di
perlintasan JPL 165 dan sekitar perlintasan, sampai menentukan rekomendasi alternatif
terkait peningkatan keselamatan pada perlintasan guna meningkatkan angka keselamatan.

METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Dataq
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2020) merupakan sebuah langkah yang paling
strategis dalam penelitian karena tujuan utamanya adalah memperoleh data. Penelitian ini
menggunakan teknik gabungan/triangulasi untuk mengumpulkan data, baik data primer
maupun sekunder. Teknik triangulasi ini merupakan gabungan dari teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data primer yang dibutuhkan yaitu kelengkapan fasilitas
perlintasan, volume lalu lintas, data geometri jalan, serta rekomendasi peningkatan
keselamatan dari wawancara. Sedangkan data sekunder yaitu data jumlah perlintasan daerah
penelitian, jumlah kecelakaan perlintasan, serta data jumlah frekuensi kereta.

Metode Pengolahan Dataq


Metode pengolahan data adalah sebuah tahap untuk melakukan pengolahan terhadap data
yang telah dikumpulkan sebelumnya ke dalam bentuk yang lebih informatif. Pada penelitian
ini, metode pengolahan data dilakukan dengan cara membandingkan kelengkapan fasilitas
keselamatan perlintasan dengan standar teknis yang ada, apakah sudah sesuai atau belum.
Selain itu, mengolah data volume lalu lintas yang didapat dari survei pencacahan lalu lintas
dan dari data geometri jalan dengan panduan dari Buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia
tahun 1997. Mulai dari perhitungan volume LHR, SMPK, kecepatan arus bebas, kapasitas
jalan, derajat kejenuhan, kecepatan sesungguhnya, sampai menentukan panjang antrian.

707
Muhamad Kusuma, et al.

HASIL DAN PEMBAHASANa


Kondisi Eksisting Perlintasan Sebidang
Perlintasan sebidang JPL 165 Blitar merupakan salah satu perlintasan sebidang resmi tidak
dijaga yang ada di petak jalan antara Stasiun Garum-Stasiun Talun, tepatnya terletak di KM
108+610 Desa Sumberejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

Gambar 1. Denah Letak Perlintasan JPL 165


Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur bahwa telah terjadi lima
kasus kecelakaan pada empat tahun terakhir dan empat kecelakaan diantaranya terjadi pada
November 2020-April 2021. Faktor utama penyebab tingginya angka kecelakaan di
perlintasan tersebut berdasarkan survei adalah kondisi geometri jalan dari perlintasan JPL
165 terletak tepat pada persimpangan jalan yang menyebabkan tidak adanya jarak pandang
bagi pengguna jalan yang hendak melintasi perlintasan. Selain itu, kondisi dari kelengkapan
peralatan keselamatan perlintasan juga belum sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan
dalam Peraturan Direktur Jenderal Nomor SK.407/AJ.401/DRJD/2018. Kelengkapan
peralatan keselamatan tersebut ada yang tidak terpasang dan ada yang terpasang namun tidak
sesuai dengan letak yang diizinkan. Berikut hasil observasi kelengkapan peralatan
keselamatan perlintasan JPL 165.

Tabel 1. Inventarisasi Perlengkapan Perlintasan JPL 165


Perlengkapan Jalan Kondisi Keterangan
Rambu Peringatan Persilangan Datar Dengan Lintasan Kereta Api Hanya ada di jalan
Rusak
Tanpa Pintu provinsi

Rambu Peringatan Berupa Kata-Kata Rusak Di jalan kabupaten

Rambu Larangan Berjalan Terus, Wajib Berhenti sesaat Dan


Ada banyak
Meneruskan Perjalanan Setelah Mendapat Kepastian Aman Dari Baik
jumlahnya
Lalu Lintas Arah Lainnya

Rambu Larangan berjalan terus pada persilangan sebidang lintasan


kereta api jalur tunggal, wajib berhenti sesaat untuk mendapatkan Baik Asal meletakkan
kepastian aman
Hanya ada di jalan
APILL dengan dua lampu isyarat Warning Light (WL) Baik
provinsi
Sudah tidak jelas
Rambu Larangan Berupa Kata-Kata Rusak
warnanya

708
Muhamad Kusuma, et al.

Volume Lalu Lintas


Penentuan volume lalu lintas harian kendaraan berdasarkan data yang telah diperoleh dari
hasil survei traffic counting (TC). Survei TC merupakan survei yang dilakukan dengan cara
menghitung/mencacah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan pada periode tertentu.
Survei ini dilakukan selama satu minggu yaitu pada tanggal 5-11 Mei 2021 dengan periode
waktu 16 jam/hari. Berdasarkan hasil survei TC yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
volume lalu lintas kendaraan tersibuk di perlintasan terjadi pada Hari Rabu, 5 Mei 2021
pukul 07.00-08.00 dengan hasil sebesar 736,3 smp/jam yang terdiri dari 826 motor, 322
kendaraan ringan, 1 kendaraan berat. Kesibukan ruas jalan pada perlintasan JPL 165 tersebut
disebabkan oleh lalu lintas memulai aktivitas harian seperti berangkat sekolah maupun
berangkat kerja. Berikut perhitungan volume lalu lintas pada ruas jalan di perlintasan JPL
165.
= (826 x 0,5) + (322 x 1) + (1 x 1,3)
= 413 + 322 + 1,3
= 736,3 smp/jam

Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan (FV)


Berdasarkan MKJI (1997) menyatakan bahwa perhitungan kecepatan arus bebas kendaraan
ringan digunakan sebagai ukuran utama dalam analisis. Perhitungan dari analisis ini
membutuhkan beberapa data geometri ruas jalan pada perlintasan sebagai berikut.
1. Kelas/Fungsi Jalan : III (Kabupaten)/Lokal
2. Ukuran Kota : 1.261.932 jiwa
3. Tipe Jalan : 2-lajur 2-arah tak-terbagi (2/2 UD)
4. Kelandaian Jalan : Datar
5. Lebar lajur/Bahu : 6 Meter/-

Tabel 2. Perhitungan Kecepatan Arus Bebas


Faktor
Kecepatan
penyesuaian Kecepatan arus
arus bebas Fvo +FVw Faktor Penyesuaian
untuk lebar bebas (FV)
dasar
jalur
Hambatan Ukuran
samping kota
Fvo FVw (2)+(3) FFVsf FFVc FV = (4)x(5)x(6)
<2> <3> <4> <5> <6> <7>
44 -3 41 1 1 41

Analisa Kapasitas Jalan (C)


Kapasitas merupakan ketentuan arus lalu lintas maksimum yang melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Pada proses analisisnya
terbagi menjadi dua jalan, yaitu jalan tak-terbagi dan jalan terbagi. Analisis terhadap jalan
tak-terbagi dilakukan pada kedua arah lalu lintas, sedangkan untuk jalan terbagi dilakukan
secara terpisah pada masing-masing arah lalu lintas (MKJI, 1997). Berikut perhitungan dari
kapasitas jalan.

709
Muhamad Kusuma, et al.

Tabel 3. Perhitungan Kapasitas Jalan


Kapasitas
Fakto penyesuaian untuk kapasitas Kapasitas
Dasar
Lebar Pemisahan Hambatan Ukuran
Jalur arah samping kota C
FV =
Co FCw FCsp FCsf FCcs (11)x(12)x(13)x(14)x(15)
<11> <12> <13> <14> <15> <16>

2900 0,87 1 0,94 1 2371,62

Tabel perhitungan kapasitas jalan di atas menunjukkan bahwa kinerja dari pelayanan jalan
di perlintasan JPL 165 terhadap arus lalu lintas masih dalam kategori memenuhi. Hal
tersebut disebabkan oleh hasil dari perhitungan kapasitas jalan yang masih lebih besar dari
volume lalu lintas kendaraan, yaitu 2371,62 > 893,4 smp/jam.

Derajat Kejenuhan (DS)


Berdasarkan MKJI (1997) menyatakan bahwa nilai dari arus lalu lintas (Q), kecepatan arus
bebas kendaraan ringan (FV), dan nilai dari kapasitas (C) digunakan untuk menentukan
derajat kejenuhan serta menentukan kecepatan sesungguhnya yang diizinkan (VLV).
Penentuan dari derajat kejenuhan sendiri merupakan perbandingan antara nilai arus lalu
lintas (Q) dengan nilai dari kapasitas (C), dengan perhitungan berikut.
DS = 736,3 / 2371,62
= 0,31
Dari hasil perhitungan derajat kejenuhan tersebut bisa disimpulkan bahwa kondisi dari
kapasitas jalan dan perilaku lalu lintas (dengan arus lalu lintas) masih dalam kategori yang
normal, karena nilai dari DS < 0,75. Selain itu, nilai dari DS juga memberikan keterangan
bahwa tingkat pelayanan jalan di perlintasan JPL 165 adalah tingkat pelayanan C dengan
karakteristik arus lalu lintas ramai stabil dan kecepatan mulai dibatasi.

Kecepatan Sesungguhnya (VLV)


Kecepatan sesungguhnya (VLV) yang diizinkan ditentukan berdasarkan perhitungan dari
kecepatan arus bebas kendaraan ringan dengan derajat kejenuhan. Dalam MKJI (1997) telah
disajikan grafik fungsi persamaan kecepatan dengan ketentuan sumbu horisontal (X) adalah
nilai dari DS dan sumbu vertikal (Y) adalah nilai dari FV, dengan hasil sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Fungsi DS Jalan 2/2 UD

710
Muhamad Kusuma, et al.

Perhitungan LHR dan SMPK


Perhitungan lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan satuan mobil penumpang kereta (SMPK)
merupakan salah satu perhitungan yang penting dalam olah data pada Survei TC, karena
perhitungan tersebut merupakan salah satu persyaratan penentuan berdirinya sebuah
perlintasan sebidang. LHR sendiri merupakan jumlah keseluruhan volume lalu lintas
kendaraan selama pengamatan dibagi dengan jumlah waktu (jam) selama pengamatan. Total
dari keseluruhan volume lalu lintas harian yang dilakukan pengamatan selama tujuh hari
(112 jam) yaitu sebesar 44.654 smp/jam dan dikalikan dengan frekuensi kereta yang melintas
yaitu 24 kereta/hari, dengan perhitungan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Perhitungan LHR dan SMPK


Satuan Mobil Penumpang (SMP)
HARI DUA ARAH
Raya Talun-Bengawan Bengawan-Raya Talun
RABU 3116,2 3093,7 6209,9
KAMIS 3211 3157,9 6368,9
JUMAT 2976,3 3190,8 6167,1
SABTU 3174,4 3258,3 6432,7
MINGGU 3097,2 3050,3 6147,5
SENIN 3164,2 3188,4 6352,6
SELASA 3300,4 3146,7 6447,1
TOTAL 22039,7 22086,1 44125,8
LHR 196,78 197,20 393,98
SMPK 4722,79 4732,74 9455,53

Berdasarkan tabel perhitungan LHR dan SMPK dapat disimpulkan bahwa perlintasan JPL
165 adalah benar kedudukannya sebagai perlintasan sebidang resmi tidak dijaga atau tidak
berpalang pintu. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
tahun 2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta
Api yang menyatakan nilai SMPK untuk perlintasan sebidang resmi tidak dijaga adalah
kurang dari 12.500 smpk, sedangkan nilai SMPK dari perlintasan JPL 165 adalah 9.568,78
smpk.

Analisis Panjang Antrian


Analisis panjang antrian kendaraan ini dilakukan guna mengetahui kendaraan yang tertahan
di lokasi perlntasan JPL 165 ketika saat akan ada kereta yang melintas atau ketika EWS pada
perlintasan menyala. Perhitungan panjang antrian berikut mengacu pada Widyastuti (2019)
dengan perhitungan sebagai berikut.
Penyelesaian untuk Jalan Raya Talun – Jalan Bengawan :
2371,62 𝑥 120
TQ (Waktu antrian) = 2371,62−470,3
= 148,05 detik
470,3 𝑥 120
QM0 (Antrian Kendaraan) = 3600
= 15,68 smp
QM1 (Panjang antrian) = 15,68 x 3
= 47,03 m
Penyelesaian untuk Jalan Raya Talun – Jalan Bengawan :

711
Muhamad Kusuma, et al.

2371,62 𝑥 10
TQ (Waktu antrian) = 2371,62−444,1
284594,4
= 1927,52
= 147,65 detik
444,1 𝑥 120
QM0 (Antrian kendaraan) = 3600
= 14,8 smp
QM1 (Panjang antrian) = 14,8 x 3
= 44,41 m
Hasil dari perhitungan panjang antrian di atas, dibandingkan dengan keadaan langsung di
lapangan dengan cara melakukan survei panjang antrian kendaraan. Hasil survei panjang
antrian secara langsung, terjadi ketidaksesuaian pada ruas Jalan Raya Talun karena panjang
antrian terpanjang adalah 72 meter, sedangkan pada perhitungan panjang antrian nilai
maksimal panjang antrian hanya 44,41 meter saja. Hal tersebut disebabkan oleh letak
geometri jalan yang terletak pada jalan lurus persimpangan jalan dan belum adanya
pengaturan arus lalu lintas yang maksimal.

Peningkatan Keselamatan
Peningkatan keselamatan terhadap perlintasan JPL 165 berdasarkan analisis-analisis yang
telah dilakukan. Dari analisis yang telah dilakukan, perlintasan JPLL 165 termasuk
perlintasan yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Namun terdapat beberapa faktor
yang menunjukkan bahwa perlintasan JPL 165 tersebut tidak sesuai dengan standar teknis
yang telah ditetapkan, yaitu peralatan fasilitas keselamatan perlintasan masih belum sesuai,
panjang antrian masih melebihi dari perhitungan, dan yang paling utama adalah kondisi
geometri jalan perlintasan terletak pada persimpangan jalan yang menyebabkan perlu
penanganan lebih untuk mengatur arus lalu lintas di perlintasan JPL 165 tersebut.
Adapun beberapa rekomendasi terkait peningkatan keselamatan pada perlintasan JPL 165
adalah sebagai berikut.
1) Desain pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan, yang merupakan usulan dari
Bapak Hari Kriswantoro selaku Kasi Pengembangan Sistem dan Teknologi Transportasi
Dishub Kabupaten Blitar. Pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan ini mengacu
pada Perdirjen Hubdat Nomor SK.407/AJ.401/DRJD/2018. Desain pemasangan
fasilitas keselamatan perlintasan dapat berjalan efektif apabila disertai dengan rekayasa
lalu lintas antara lain berupa penambahan lampu lalu lintas sehingga menjadi simpang
bersinyal dan pelebaran jalan guna lebih mempermudah pengaturan arus lalu lintas
untuk mengurangi panjang antrian kendaraan.

Gambar 3. Desain Usulan JPL 165 dengan Pelebaran Jalan

712
Muhamad Kusuma, et al.

Rekomendasi pelebaran jalan yang sesuai dengan Gambar 3 dilakukan karena masih
tersedia bahu jalan yang luas. Lebar jalan yang semula adalah 6 meter dan dalam
rekomendasi dilebarkan menjadi 10 meter mengambil 3 meter dari sisi selatan dan 1
meter dari sisi bahu jalan yang utara. Rekomendasi ini menjadi rekomendasi terbaik
dalam jangka panjang apabila berhasil direalisasikan. Sedangkan untuk rekomendasi
desain pemasangan fasilitas keselamatan perlintasan tanpa disertai pelebaran jalan
adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Desain Usulan JPL 165 Tanpa Pelebaran Jalan

2) Rekayasa lalu lintas berupa pengaturan atau pengendalian arus lalu lintas kendaraan
yang akan melewati perlintasan JPL 165 dengan menggunakan konsep “Putar Balik”
atau biasa dikenal dengan konsep “U-Turn” tentunya disertai dengan pelebaran jalan
guna mempermudah pengaturan setiap laju arus kendaraan dan juga untuk
mempermudah manuver kendaraan yang akan melakukan putar balik. Rekomendasi ini
berasal dari Bapak Pramudi selaku Dosen Operasi Kereta PPI Madiun dan rekomendasi
ini menjadi rekomendasi terbaik apabila direalisasikan dalam jangka pendek demi
peningkatan keselamatan di perlintasan.

Gambar 5. Desain Model U-Turn

3) Mengubah perlintasan JPL 165 menjadi perlintasan tidak sebidang. Rekomendasi ini
sebenarnya menjadi langkah yang terbaik guna meningkatkan keselamatan di

713
Muhamad Kusuma, et al.

perlintasan sebidang, namun dengan catatan apabila tidak terkendala dalam hal biaya
pembangunan. Rekomendasi ini diambil berdasarkan dari ketentuan teknis perlintasan
sebidang yang tidak diizinkan apabila terletak pada persimpangan jalan serta usulan dari
Bapak Suyoto selaka Kepala Stasiun Blitar.
4) Penutupan perlintasan JPL 165. Langkah ini diambil karena sudah ada jalan alternatif
apabila perlintasan JPL 165 ditutup, tentunya dengan resiko untuk rute perjalanan
sedikit lebih jauh. Rekomendasi ini diambil berdasarkan usulan yang telah didapat dari
Bapak Suyoto selaku Kepala Stasiun Blitar dan juga sudah sesuai dengan ketentuan
teknis apabila dilakukan penutupan perlintasan.

Gambar 6. Denah Jalur Alternatif

KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perlintasan sebidang JPL 165 termasuk lokasi perlintasan sebidang yang
berpotensi/rawan akan terjadinya kecelakaan, karena kondisi geometri jalan dari
perlintasan JPL 165 tersebut terletak pada persimpangan jalan. Dimana dalam kurun
waktu 5 bulan telah terjadi empat kasus kecelakaan di perlintasan JPL 165.
2. Kinerja ruas jalan di perlintasan JPL 165 antara lain volume lalu lintas, kapasitas jalan,
derajat kejenuhan, sampai kecepatan saat melintasi perlintasan masih memenuhi standar
yang ditetapkan. Namun untuk panjang antrian pada ruas Jalan Raya Talun sudah
melebihi dari perhitungan panjang antrian.

DAFTAR PUSTAKA
BTP Jatim. (2021). Perlintasan di Jawa Timur. 2021: Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah
Jawa Bagian Timur.
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. (2020). Data Kecelakaan Perkeretaapian Jawa
Timur. Surabaya: Bidang PTMM Dishubprov Jatim.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta Selatan:
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Direktorat Jenderal Perkeretaapian. (2019). Buku Statistik Bidang Perkeretaapian. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

714
Muhamad Kusuma, et al.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2018). Pedoman Teknis Pengendalian Lalu Lintas di
Ruas Jalan Pada Lokasi Potensi Kecelakaan di Perlintasan Sebidang dengan Kereta
Api. Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan.
Dishubprov Jatim. (2021). Data Kecelakaan Perlintasan Jawa Timur. Surabaya: Dinas
Perhubungan Provinsi Jawa Timur.
Kementerian Perhubungan. (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 tentang
Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan
Lain. Jakarta: JDIH Kementerian Perhubungan.
Kementerian Perhubungan. (2018). Peraturan Menteri Nomor 94 tentang Peningkatan
Keselamatan Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan. Jakarta:
JDIH Kementerian Perhubungan.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Widyastuti, H. (2019). Model of Queuing in the Railway Level Crossing (Case Study : Imam
Bonjol Railway Level Crossing in Blitar). IOP Conference Series: Materials Science
and Engineering, 3.

715

Anda mungkin juga menyukai