Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS KESELAMATAN LALU LINTAS DI PERLINTASAN

SEBIDANG GARUM KABUPATEN BLITAR

DOSEN PENGAMPU :

HERAWATI

DISUSUN OLEH :

DANDHI RIZKY R

DIMAS DHURI A N

M. INFITHAR AL K

RAFLY RIZKY P

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD

Jl. Raya Setu No.89, Cibuntu, Kec. Cibitung, Bekasi, Jawa Barat 17520

Telepon: (021) 8254640

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberi-kan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul : Laporan ANALISIS KESELAMATAN LALU LINTAS DI
PERLINTASAN SEBIDANG GARUM KABUPATEN BLITAR. Laporan ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Keselamatan
Lalu Lintas

Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih mengandung


banyak kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan, disebabkan oleh
pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran
yang sifatnya membangun, penulis akan menerimanya dengan senang hati agar
selanjutnya menjadi lebih baik.

Besar harapan kiranya, laporan ini dapat memenuhi tugas sebagaimana yang
diharapkan. Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
1.2 PERMASALAHAN.......................................................................................2
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
1.4 RUANG LINGKUP..................................................................................2
Perlintasan sebidang pada wilayah studi Kabupaten Blitar Jawa TimurBAB II.....2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Inspeksi Keselamatan.....................................................................................3
2.2 KESELAMATAN..........................................................................................3
2.3 PERLINTASAN SEBIDANG.......................................................................5
BAB III....................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................9
3.1 Data Geometrik Jalan.....................................................................................9
3.2 DATA JUMLAH KECELAKAAN.............................................................13
BAB IV..................................................................................................................14
PEMBAHASAN....................................................................................................14
4.1 Inspeksi Keselamatan Jalan.........................................................................14
4.2 ANALISIS DATA PRIMER.......................................................................15
BAB V....................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
5.1 Kesimpulan..................................................................................................16
5. 2 Saran............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan perpindahan manusia maupun barang dari


asal ke tempat tujuan dengan menggunakan alat transportasi tertentu. Di
Indonesia sendiri transportasi terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya
adalah transportasi darat. Transportasi darat terbagi menjadi dua, yaitu jalan
dan rel. Dari kedua transportasi darat tersebut, yang paling mendominasi
adalah moda jalan. Dengan demikian timbul masalah-masalah seperti
kemacetan, kecelakaan, dan kerusakan pada jalan.
Adanya masalah yang timbul pada moda jalan, menyebabkan
penduduk mulai beralih menggunakan moda rel. Dimana moda rel
mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan moda jalan, antara
lain memiliki jalur sendiri yang terhindar dari kemacetan, kapasitas muat
yang besar, relatif cepat, mudah dan tidak ikut serta menambah polusi di
udara. Namun, selain keunggulan moda rel juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti
kurangnya lokomotif beserta gerbongnya, tidak adanya pos penjaga rel kereta
pada perlintasan, dan kurangnya palang pintu pada perlintasan kereta api.
Perlintasan kereta api sendiri terdiri dari perlintasan sebidang dan
tidak sebidang. Perpotongan atau persilangan suatu perlintasan rel yang tidak
bertemu dalam satu titik perlintasan jalan disebut perlintasan tidak sebidang,
sedangkan perpotongan atau persilangan suatu perlintasan jalan dengan
perlintasan rel yang bertemu di satu titik disebut perlintasan sebidang. Pada
perlintasan sebidang terdapat prasarana yang melengkapi seperti palang pintu,
pos penjagaan, rambu peringatan, dan infrastruktur yang memadai dari
perlintasan jalan maupun perlintasan rel.
Kabupaten Blitar merupakan kabupaten yang dilalui Jalur kereta api
yang merupakan jalur Selatan Kereta api yang ada di Provinsi Jawa
Timur .Dengan dilalui Jalur kereta api maka terdapat banyak perlintasan
sebidang Kereta api yang berpalang maupun tak berpalang.kali ini kami akan
membahas tentang inspeksi keselamatan di perlintasan sebidang tak
berpalang yang merupakan perlintasan dengan data kecelakaan pada
perlintasan tertinggi di daerah kabupaten blitar.Perlintasan Garum merupakan
Perlintasan dengan data kecelakaan tertinggi dengan kasus kecelakaan
terakhir pada tahun 2022.perlintasan tak berpalang tersebut merupakan jalur
yang dilalui masyarakat untuk menuju kawasan CBD. Meskipun bukan jalur
provinsi tetapi jalur ini mrupakan jalur alternative dengan rute yang pendek
sehingga masyarakat banyak yang memilih jalur ini sebagai jalur yang
ditempuh menuju CBD. Perlintasan ini merupakan perlintasan yang tidak
dijaga dan tidak terdapat pengaman.
Potensi kecelakaan yang terjadi di perlintasan sebidang dapat
disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain akibat dari perilaku masyarakat yang
melintas ataupun dari pelaksanaan prosedur sistem keselamatan di perlintasan
sebidang tersebut, kondisi geometrik jalan, kondisi struktur perkerasan jalan,
dan topografi. Selain itu, volume lalu lintas yang padat dapat menyebabkan
tundaan dan panjang antrian dari kendaraan.
Perlintasan sebidang pada Jalan Garum ,Dimana perlintasan ini
berdekatan dengan Perokoan dan Pasar Garum Selain itu, Jalan Garum ini
juga berdekatan dengan jalan nasional yaitu Jalan Raya Garum yang berada di
sebelah Utara. Dengan demikian timbulah permasalahan karena kurangnya
kelengkapan infrastruktur jalan dan kondisi struktur perkerasan jalan di
perlintasan, sehingga akan menyebabkan Kecelakaan. Maka inspeksi
keselamatan pada perlintasan sebidang diperlukan untuk meningkatkan
keselamatan transportasi.
1.2 PERMASALAHAN
Kecelakaan yang terjadi antara kendaraan jalan raya dan kereta api
sering terjadi di perlintasan sebidang Garum walaupun sudah dilengkapi
dengan prasarana yang telah ditentukan. lokasi yang dilakukan inspeksi
keselamatan ini merupakan perlintaasan sebidang yang berdekatan dengan
pusat kegiatan masyarakat dan merupakan Jalur yang digunakan masyarakat
untuk melakukan kegiatan sehari-hari.sehingga kondisi tersebut memicu
terjadinya kecelakaan pada perlintasan sebidang ini tanpa Palang .

1.3 TUJUAN
Dibuatnya tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perlintasan
sebidang rawan kecelakaan yang berada pada Kabupaten Blitar berdasarkan
Survey dan data laporan umum Praktek Kerja Lapangan kakak kakak D-IV
Transportasi Darat PTDI-STTD tahun 2021, serta jurnal terkait.

1.4 RUANG LINGKUP

Perlintasan sebidang pada wilayah studi Kabupaten Blitar Jawa Timur


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inspeksi Keselamatan
Inspeksi keselamatan jalan merupakan pengelolaan resiko yang
dipilari dengan pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan dengan
menggunakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya,
keselamatan-keselamatan, dan defisiensi elemen jalan yang dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas (Ir Purnomo, 2011). Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT), memuat bahwa IKJ merupakan
pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen jalan untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan, dan kekurangan-
kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Inspeksi keselamatan jalan merupakan tahap operasional jalan yang


digunakan untuk memeriksa aspek keselamatan jalan pada tahap yang sudah
beroperasi dan mulai beroperasi suatu jalan. Tujuan dari inspeksi keselamatan
jalan adalah untuk mengevaluasi tingkat keselamatan infrastruktur jalan
beserta bangunan pelengkapnya dengan mengidentifikasi bahaya keselamatan
dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kejadian kecelakaan
serta memberikan rekomendasi usulan penanganan. Manfaat dari inspeksi
keselamatan jalan adalah untuk mengurangi atau mencegah jumlah
kecelakaan, tingkat fasilitasnya, untuk mengidentifikasi bahaya, kekurangan
dan kesalahan yang dapat menyebabkan kecelakaan, serta untuk mengurangi
kerugian finansial akibat kecelakaan di jalan. Tata cara pelaksanaan IKJ
merupakan tahapan pelaksanaan serta metode pemeriksaan sebagai panduan
bagi petugas atau tim dalam melakukan inspeksi. Sedangkan formulir
inspeksi merupakan checklist pemenuhan aspek keselamatan pada lalu lintas
yang harus diisi oleh petugas atau tim pada saat melakukan inspeksi.

2.2 KESELAMATAN
Keselamatan pada Perlintasan Sebidang Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa keselamatan
lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang
dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Keselamatan adalah suatu cara atau
usaha untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas
yang berupa :

1. Petunjuk pencegahan kecelakaan (Accident Prevention).


2. Saran atau petunjuk untuk mengurangi kecelakaan (Accident
Reduction).

Permono (2010 dalam Yulisetianto, 2008) menyatakan bahwa fungsi


keselamatan adalah untuk menerapkan tempat dan menentukan kesalahan
operasional yang mendorong terjadinya kecelakaan. Fungsi ini pada
umumnya dilakukan dengan menganalisis penyebab kecelakaan terjadi,
kemudian mengevaluasi langkah-langkah pencegahan yang telah dilakukan.
Fungsi keselamatan bukanlah reaksi ataupun tindakan untuk mengatasi
kecelakaan yang terjadi dan juga bukan untuk mencari kesalahan orang tetapi
untuk meneliti dan mengevaluasi pada bagian manajemen mana yang
memungkinkan terjadinya suatu kecelakaan. Menurut Hasan (2009)
menyatakan bahwa keselamatan insfrastruktur pada perlintasan sebidang
diartikan sebagai upaya dalam menanggulangi kecelakaan yang terjadi di
perlintasan yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan
maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor, antara lain :

1. Kondisi alam (cuaca).


2. Desain ruas perpotongan jalur kereta api dengan jalan (alinyemen
vertikal dan horisontal).
3. Kondisi kerusakan struktur perkerasan jalan.
4. Kelengkapan rambu dan marka. Inspeksi keselamatan pada
perlintasan sebidang adalah kegiatan pemeriksaan atau observasi
secara detail pada perlintasan sebidang untuk mendapatkan verifikasi
bahwa kondisi perlintasan pada lokasi tersebut telah memenuhi
standar peraturan yang berlaku.
2.3 PERLINTASAN SEBIDANG
Perlintasan sebidang adalah perpotongan antara jalur kereta api
dengan jalan raya (PM No. 36 Tahun 2011). Kereta api melintas pada
perlintasan dengan jadwal tertentu, sedangkan kendaraan yang melewati
perlintasan tidak terjadwal sehingga arus kendaraan dapat melintasi
perlintasan kapan saja. Wildan (2013) menyatakan bahwa dari segi akselerasi
dan sistem pengereman diperoleh kendaraan bermotor lebih unggul
dibandingkan kereta api dimana kendaraan dalam melakukan akselerasi
(percepatan atau perlambatan) cenderung lebih singkat dari pada kereta api
begitu juga sebaliknya waktu dan jarak pengereman, kendaraan bermotor
mempunyai waktu pengereman dan jarak pengereman yang lebih pendek dari
kereta api. Sehingga hal ini yang melatarbelakangi pola pengaturan
perlintasan sebidang dengan sistem prioritas untuk kereta api dimana arus
kendaraan harus berhenti dahulu ketika kereta api melewati perlintasan. Di
Indonesia pertemuan jalan sebidang antara jalur rel kereta api dengan jalan
raya dikenal dengan istilah perlintasan. Pada perlintasan sebidang yang
memiliki volume lalu lintas yang rendah biasanya untuk alasan keamanan,
maka perlintasan dilengkapi dengan rambu “stop” atau “andreas kruis”.
Tetapi pada saat volume lalu lintas tinggi, maka pemasangan sistem kontrol
menjadi sangat diperlukan. Rambu dan marka dalam perkeretaapian juga
perlu dipahami seperti yang tertera dalam Peraturan Direktur Jendral
Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005 yaitu :

1. Rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan berupa lambang,


huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya sebagai
peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
2. Rambu Peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan
peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan
pemakai jalan.
3. Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan
perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan.
4. Rambu Perintah adalah rambu yang menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pemakai jalan.
5. Papan Tambahan adalah papan yang dipasang di bawah daun rambu
yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu.
6. Marka Jalan adalah tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang berbentuk
garis membujur, garis melintang serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.
7. Isyarat Lampu Lalu Lintas adalah isyarat lampu lalu lintas satu warna
terdiri dari satu lampu menyala berkedip atau dua lampu yang
menyala bergantian untuk memberikan peringatan bahaya kepada
pemakai jalan.
8. Isyarat Suara adalah isyarat lalu lintas yang berupa suara yang
menyertai isyarat lampu lalu lintas satu warna yang memberikan
peringatan bahaya kepada pemakai jalan
2.4 METODOLOGI PENELITIAN
Bagan Alir

mulai

Persiapan

Pengumpulan data

Data Sekunder Data Primer

 Data Kecelakaan  Kondisi Geometrik


dan perlengkapan
jalan

Pengolahan Data

Inspeksi Keselamatan Jalan

Kesimpulan dan saran

Selesai
Lokasi Survey

Perlintasan Garum merupakan perlintasan kereta api yang terletak di Desa


Garum kecamatan Garum Kabupaten Blitar,perlintasan ini merupakan perlintasan
kereta api sebidang tanpa palang (pengaman).perlintasan ini juga termasuk
perlintasan yang memiliki lokasi yang sangat strategis yang menghubungkan
pemukiman penduduk dengan CBD.karena jalan ini merupakan rute terpendek
yang dilalui masyarakat agar cepat menempuk ke daerah CBD .jalan ini
merupakan jalan alternatif tetapi berdasarkan survey dari Tim PKL kabupaten
blitar ,jalan ini merupakan jalan yang tergolong memiliki volume yang tinggi pada
waktu peak.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Data Geometrik Jalan
a. Ruas Jalan arah selatan
FORMULIR SURVEY INVENTARISASI RUAS JALAN
RUAS JALAN RAYA
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
Nama Ruas
Geometrik Jalan Gambar Penampang Melintang
Jalan
Node Awal
-7.5536,112.23
Jl. Garum
Akhir -7.5533,112.24
segmen 1
Klasifikasi Jalan Status Jalan Kabupaten
Fungsi Jalan Kolektor

Tipe Jalan 2/2 UD


Panjang Jalan (m) 750
Lebar Jalan Total (m) 6,2
Lajur 2
Jumlah
Jalur 2
Lebar Jalur Efektif (Dua (m) 6,2
Arah)
Lebar Per Lajur (m) 3,1
Median (m) Tidak Ada
Kiri (m) -
Trotoar
Kanan (m) -
Kiri (m) 0,5
Bahu Jalan
Kanan (m) 0,5 Visualisasi Ruas Jalan
Kiri (m) -
Drainase
Kanan (m) -
Kondisi Jalan Baik
Jenis Perkerasan Aspal
Hambatan Samping Sedang
Tata Guna Lahan Pemukiman

Luas Kerusakan (m2) Tidak Ada


Lampu Penerangan Jalan Tidak ada
Rambu ada
Parkir On Street Tidak Ada
Jalan Akses Tidak Ada
Panjang Tidak -
ada
Marka Kondisi -
Ruas jalan Garum merupakan ruas jalan dengan kondisi yang cukup baik.
Jalan dengan arteri dengan status jalan Provinsi. Tipe jalan Garum adalah 2/2
UD dengan lebar efektif jalan 5 meter. Hambatan samping di ruas jalan ini
tergolong sedang. Ruas jalan garum tidak dilengkapi dengan marka jalan
dengan kondisi yang baik. Selain itu kondisi perkerasan jalan Sutan Syahrir
tergolong baik namun di beberapa titik menuju Perlintasan Kereta Api kondisi
perkerasan jalan kurang baik. Berikut ini merupakan visualisasi dan hasil
inventarisasi jalanraya garum.

b. Ruas Jalan arah selatan


FORMULIR SURVEY INVENTARISASI RUAS JALAN
RUAS JALAN RAYA
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
Nama Ruas
Geometrik Jalan Gambar Penampang Melintang
Jalan
Node Awal
-7.5536,112.23
Jl. Garum
Akhir -7.5533,112.24
segmen 2
Klasifikasi Jalan Status Jalan Kabupaten
Fungsi Jalan Kolektor

Tipe Jalan 2/2 UD


Panjang Jalan (m) 750
Lebar Jalan Total (m) 6,2
Lajur 2
Jumlah
Jalur 2
Lebar Jalur Efektif (Dua (m) 6,3
Arah)
Lebar Per Lajur (m) 3,1
Median (m) Tidak Ada
Kiri (m) -
Trotoar
Kanan (m) -
Kiri (m) 0,5
Bahu Jalan
Kanan (m) 0,5 Visualisasi Ruas Jalan
Kiri (m) -
Drainase
Kanan (m) -
Kondisi Jalan Baik
Jenis Perkerasan Aspal
Hambatan Samping Sedang
Tata Guna Lahan Pemukiman
2
Luas Kerusakan (m ) Tidak Ada
Lampu Penerangan Jalan Tidak ada
Rambu ada
Parkir On Street Tidak Ada
Jalan Akses Tidak Ada
Panjang Tidak -
ada
Marka Kondisi -
Ruas jalan Garum merupakan ruas jalan dengan kondisi yang cukup baik. Jalan
dengan arteri dengan status jalan Provinsi. Tipe jalan Garum adalah 2/2 UD
dengan lebar efektif jalan 5 meter. Hambatan samping di ruas jalan ini tergolong
sedang. Ruas jalan garum tidak dilengkapi dengan marka jalan dengan kondisi
yang baik. Selain itu kondisi perkerasan jalan Sutan Syahrir tergolong baik namun
di beberapa titik menuju Perlintasan Kereta Api kondisi perkerasan jalan kurang
baik. Berikut ini merupakan visualisasi dan hasil inventarisasi jalan raya garum.
3.2 DATA JUMLAH KECELAKAAN
Berdasarkan data dari Satlantas Kabupaten Blitar untuk menentukan
Lokasi Rawan Kecelakaan didapat dari pengamatan dan jumlah kejadian
kecelakaan lalu lintas di beberapa wilayah di kabupaten Blitar serta jumlah
korban meninggal dunia di beberapa titik yang sering terjadi kecelakaan.
Berikut merupakan ruas jalan yang rawan kecelakaan dan black spotnya
berdasarkan tingkat keparahan berdasarkan data kronologi dari pihak
kepolisian:

Data Kecelakaan Perlintasan Kereta Api di Kabupaten


Blitar
201 202 202 202
  9 0 1 2
Kalipucung   3    
Garum 1   2 1
Cerme   2 1  
Bajang 1      
Kendalrejo     3  

Dari 5 perlintasan sebidang yang dianggap rawan kecelakaan dan


tingkat keparahan berdasarkan data kronologi dari tahun 2019 hingga 2022
dapat diketahui yang menjadi lokasi paling rawan kecelakaan adalah
perlintasan sebidang Garum dengan total kejadian laka adalah 4 kejadian dan
menempati sebagai rangking pertama ruas jalan yang rawan kecelakaan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Inspeksi Keselamatan Jalan


Hasil pemeriksaan kondisi jalan pada Ruas Jalan Sutan Syahrir Silaian
Bawah didapat beberapa indikator yang bisa menjadi penyebab kecelakaan,
seperti disajikan pada tabel berikut :

DAFTAR PERIKSA
PERLINTASAN KERETA API

4.6 Ya / Tidak
(Y / T)
FOKUS PEMERIKSAAN KETERANGAN

4.6.1 Apakah ruas jalan bersilangan dengan Jalan Kereta YA


Api?
Lintasan
KA Apakah lintasan tersebut sebidang? YA

Apakah tersedia pengaman (petugas atau pintu TIDAK Tidak terdapat


pengaman) pada lokasi tersebut? pos pengamanan
maupun pintu
pengaman.

4.6.2 Apakah jarak pandang ke perlintasan kereta api YA


memadai ?
Jarak pandang

4.6.3 Apakah tersedia rambu pada lokasi tersebut? YA


Rambu dan Alat
penurun Apakah terdapat fasilitas pengendali kecepatan TIDAK Tidak terdapat
kecepatan pada lokasi tersebut (seperti rumble strip, road pengendali
hump) ? kecepatan
4.2 ANALISIS DATA PRIMER
Analisis di lokasi rawan kecelakaan pada perlintasan sebidang
dilakukan berdasarkan pada penyebab kejadian kecelakaan dan kronologinya.
Selain itu dilihat dari tipe tabrakan. Di titik lokasi rawan kecelakaan pada
perlintasan sebidang Garum terdapat 4 kecelakaan. Hal itu dikarenakan tidak
adanya palang pintu perlintasan kereta api dan juga penjaga di titik tersebut.
Sehingga tidak ada pemberitahuan saat kereta akan melintas. Keberadaan alat
pengamanan, baik berupa palang pintu KA maupun traffic light. Terlebih lagi,
petugas penjaga perlintasan kereta api merupakan bagian dari keselamatan
lalu lintas.Akses jalan yang menuju pusat perbelanjaan mengakibatkan
ramainya jalan tersebut disaat waktu peak.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data kecelakaan 6 tahun terakhir 2016-2021 di ruas kajian,
terdapat total 70 kejadian kecelakaan yang terjadi dengan 16 korban
meninggal dunia, 18 korban luka berat, dan 36 korban luka ringan.

2. Faktor penyebab kecelakaan di ruas kajian yaitu ditinjau dari 5 aspek yaitu
Aspek Lintasan dan Lingkungan, Aspek Manusia, Aspek Bahaya Sisi
Jalan, Aspek Kendaraan, Aspek Fasilitas dan Perlengkapan Jalan

3. Desain Jalan Berkeselamatan Dari analisis yang telah dilakukan, dapat


dijelaskan bahwa Perlintasan sebidang ini belum memenuhi persyaratan
sebagai jalan yang berkeselamatan. Dan telah diberikan rekomendasi
untuk semua permasalahan yang dapat berpotensi menyebabkan
kecelakaan dan memberikan fatalitas apabila terjadi kecelakaan pada jalan
tersebut. Maka dengan adanya desain jalan berkeselamatan ini
memudahkan bagi pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam
melakukan perbaikan tersebut, sehingga perbaikan yang dilakukan dapat
secara tepat, baik dari lokasinya maupun penanganannya.

5. 2 Saran
1. Standar teknis jalan harus dipenuhi agar peningkatan keselamatan di ruas
kajian diharapkan bisa maksimal dengan memperbaiki fasilitas dan
perlengkapan jalan dan penertiban pelanggar aturan lalu lintas serta
pelaksanaan desain jalan rekomendasi di ruas kajian.
lAMPIRAN
DAFTAR PERIKSA LINTASAN JALAN KERETA API

3.6 Ya / Tidak
(Y / T)
FOKUS PEMERIKSAAN KETERANGAN
3.6.1 Apakah desain jalan (lay-out jalan) pada YA
Perlintasan perlintasan kereta api sebidang memenuhi
sebidang alinyemen jalan yang standar ?
3.6.2 Apakah jarak pandang ke perlintasan kereta api YA
cukup memadai ?
Jarak pandang
pada
perlintasan
3.6.3 Apakah pada perlintasan kereta api dilengkapi TIDAK
dengan pintu pengaman atau petugas ?
Pengaman
Apakah desain perlintasan kereta api telah TIDAK
dilengkapi dengan perambuan yang memadai ?
Apakah desain perlintasan kereta api TIDAK
memerlukan fasilitas pengendali kecepatan
seperti pita penggaduh atau jendulan
melintang ?
Apakah desain pita penggaduh atau jendulan TIDAK
melintang dapat berpengaruh terhadap
pengguna jalan sehingga dapat menurunkan
kecepatan?
Apakah desain pita penggaduh atau jendulan TIDAK
melintang sulit untuk dilalui oleh kendaraan?
Apakah desain pita penggaduh dan jendulan TIDAK
melintang tidak menimbulkan pengaruh
terhadap kemungkinan kecelakaan lalu lintas?
DAFTAR PERIKSA
RAMBU DAN MARKA JALAN

4.9 Ya / Tidak
(Y / T)
FOKUS PEMERIKSAAN KETERANGAN
4.9.1 Apakah terdapat lampu pengatur lalu lintas, T
dan apakah penempatannya cukup aman ?
Lampu
pengatur Apakah lampu lalu lintas masih beroperasi T
dengan baik?
lalu lintas
Apakah posisi lampu terlihat dengan jelas / T
tidak terhalangi?
4.9.2 Apakah semua memenuhi secara regular, T
rambu peringatan dan rambu petunjuk yang
Rambu lalu ditempatkan ?
lintas
Apakah tidak membingungkan ?
Apakah terdapat rambu-rambu yang berlebihan T
?
Apakah rambu-rambu lalu lintas ini pada Y
tempat yang tepat, dan apakah posisinya
sesuai dengan ruang bebas samping dan
ketinggiannya ?
Apakah rambu-rambu yang ditempatkan T
sedemikian hingga tidak menutup/membatasi
jarak pandang, khususnya untuk kendaraan
yang berbelok ?
Apakah semua rambu efektif untuk semua Y
kondisi (siang, malam, hujan, cahaya lampu
yang kurang, serta pantulan cahaya) ?
Apakah perambuan ini sesuai dengan bentuk Y
yang ada pada manual/standar ?
Seandainya terdapat perlengkapan / rambu T
lain, apakah perlengkapan/rambu tersebut
menghalangi pandangan pejalan kaki ?
Apakah terdapat perambuan lainnya untuk T
manula atau pejalan kaki yang cacat ?
4.9.3 Apakah marka reflektiv pernah (telah) dipasang T
?
Marka dan
delineasi Warna marka yang bagaimana yang digunakan
dan apakah telah dipasang secara tepat ?
Apakah semua perkerasan jalan memiliki T
marka ?
Apakah marka jalan (marka garis tengah, T
marka tepi) tampak jelas dan efektif pada
semua kondisi (siang, malam, hujan, dsb.) ?
Apakah peninggian profile marka tepi dibuat T
secara memadai ?
Apakah delineasi telah sesuai standard? Y

Apakah delineasi efektif untuk semua kondisi T


(siang, malam, hujan, cahaya lampu dari arah
depan, dsb.) ?
Apakah marka chevron juga telah dipasang, T
dan apakah cara pemasangan serta tipenya
telah sesuai ?
Apakah lintasan kendaraan langsung ke T
persimpangan membutuhkan delineasi ?
Pada jalur truk, apakah alat reflektiv ini telah T
sesuai dengan tinggi mata pengemudi ?
DAFTAR PERIKSA
KONDISI PERMUKAAN JALAN

4.11 FOKUS PEMERIKSAAN


Ya / Tidak
(Y / T)
KETERANGAN
4.11.1 Apakah perkerasan jalan bebas dari T
kerusakan (permukaan bergelombang, dsb.)
Kerusakan
yang dapat menyebabkan persoalan
pavement
keselamatan (seperti lepas kendali)
4.11.2 Apakah permukaan perkerasan memiliki skid T
resistance (kekesatan) yang memadai,
Skid
khususnya pada belokan, turunan, dan yang
resistance
mendekati persimpangan ?
Apakah skid resistancenya pernah diuji T
(diperiksa) ?
4.11.3 Apakah perkerasan jalan terbebas dari Y
Genangan penggenangan dan pengaliran air yang
menyebabkan terjadinya masalah
keselamatan ?
4.11.4 Apakah perkerasan jalan terbebas dari Y
Longsoran longsoran lumpur, pasir, atau krikil ?

Anda mungkin juga menyukai