Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM DAN KEMANUSIAAN SERTA KHALIFATULLAH

DOSEN PENGAJAR : TGK. SAFRIZAL,M.PALA

Tingkat 1B
Kelompok 2
Disusun Oleh :

FIFI DJAURAHBI (13404223053)


RAUZA HUMAIRAH (13404223064)
AULIA DINA AFRILIANA (13404223049)
RISMA AMELLIA (13404223066)
M.IQBAL MAULANA (13404223057)
ANANDA RIZKINA (13404223050)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA
LHOKSEUMAWE
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak
lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami
bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya
kepada kami sehinggadapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan
tentang sejarah ilmu pengetahuan dari masa ke masa, darizaman Pra- Yunani
kuno hingga zaman modern. Dan di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang
berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik dari dunia
barat maupun dari bangsa islam.Kami menyadari makalah yang dibuat ini
tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang bersifat
membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih. Demikian
makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3

C. Tujuan....................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Kedudukan Manusia diantara Makhluk Allah......................................................................5

B. Tugas Manusia.......................................................................................................................5

C. Manusia sebagai Khalifahtullah............................................................................................6

D. Tujuan Nabi Muhammad Diutus...........................................................................................6

E. Pengertian Akhlak, Etika, dan Moral....................................................................................7

F. Akhlak menurut Islam...........................................................................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................................................10

A. Kesimpulan............................................................................................................................10

B. Saran......................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang
kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan
yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala
problema sosial yang dalam masyarakat. Makalah ini juga membahas tentang etika sosial dalam Islam
yang berhubungan dengan moral dan kemanusiaan. Apalagi, tema tentang Etika dan Moral menjadi
bahasan penting dalam wacana pemikiran filsafat kontemporer. Namun, pembicaraan tentang etika
kurang begitu berkembang dalam Islam. Justru yang berkembang adalah kajian tentang moralitas
melalui sudut pandang fiqih Islam. Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam masih berbicara
seputar etika secara individual, yaitu bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian dalam bertutur kata,
bersikap, dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih kurang mendapat tempat yang luas dalam kajian
Islam. Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan
agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai liberatur yang berbicara tentang Islam
dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, sumber, dan ruang lingkup ajarannya serta
cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan
dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman keislaman seseorang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan keislaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian ini
diarahkan untuk mendapatkan hasil pemahaman tentang Islam yang demikian itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika, Akhlak, dan Moral?
2.Tujuan Nabi Muhammad saw diutus ?
3. Apa pengertian Akhlak ?
4. Bagaimana Kedudukan Manusia?
5. Apa Tugas Manusia?

C. Tujuan
1. Untuk lebih mengetahui dan memahami berbagai definisi Islam dan Moral
2. Mengetahui tujuan Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah SWT ke Bumi
3. Mengetahui defenisi akhlak serta ruang lingkup akhlak
4. Mengetahui kedudukan manusia
5. Mengetahui tugas manusia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Manusia diantara Makhluk Allah

Jalaludin kakhmal (lihal Budhy munawar-Rahmn (ed), 1994 : 75-80) menulis sebuah artikel
dengan judul “konsep-konsep antropologis”. Dalam tulisannya, ia mengatakan bahwa dalam Al- Qur’an terdapat tiga istilah
kunci yang mengacu pada makna pokok manusia : Basyar, Insan, dan Al-Nas.
a. Basyar yang dalam Al-Qur’an di sebut sebanyak 27 kali, memberikan refrensi kepada manusia sebagai
makhluk biologis. Adapun acuan pendapat ini adalah surat Ali Imran (3) : 47 sebagai makhluk
biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan maryam kepada Allah : Tuhanku, bagaimana
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku tidak di sentuh basyar” (Al-Imran (3) : 47). Nabi Muhammad
Saw di suruh Allah menegaskan bahwa secara biologis seperti manusia lain. Konsep basyar
selalu di hubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, makan, minum, seks, dan berjalan di
pasar. Dari segi inilah kita dapat percaya kepada Abd Al-Jalil, Isa yang cenderung berpendapat
bahwa Nabi Muhammad Saw melakukan Ijtihad sebagaimana sahabat melakukannya.

b. Insan yang dalam Al-Qur’an di sebut sebanyak 65 kali, dapat dikelompokan kedalam tiga
katagori : pertama, Insan dihubungkan dengan konsep manusia sebagai Khalifah atau pemikul
amanah. Kedua : Insan dihubungkan dengan predisposes negative manusia. Ketiga : Insan
dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Semua konteks Insan menunjuk pada sifat-
sifat psikologis atau spiritual.

c. Al-Nas yang mengacu kepada manusia sebagi makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, Al-Nas
dapat kita lihat dalam beberapa segi.

1. Banyak ayat yang menunjukan kelompok sosial dengan karakteristiknya.

2. Dengan memperhatikan ungkapan aktsar Al-Nas Jalaludin Rahmat menyimpulkan bahwa


sebagian besar manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun Iman

Keistimewaan manusia dari makhluk lainya :


1. Manusia sebagai ciptaan yang tertinggi dan terbaik (At-Tihu).
2. Manusia di mulyakan dan di istimewakan oleh Allah (Al-Isra).
3. Mendapatkan tugas mengabdi.
4. Mempunyai peranan sebagai Khalifah.
5. Mempunyai tujuan hidup, yaitu mendapatkan nidha Allah.
6. Untuk melaksanakan tugas serta peranannya guna mencapai
tujuan hidup.

5
B. Tugas Manusia
Dengan mengacu kepada Al-Qur’an, kita dapat mengatakan bahwa tugas manusia adalah beribadah
kepada Tuhan dalam arti umum, bukan hanya ibadah dalam arti khusus atau mahdlah. Dalam surat Al-
Dzariyat (5) ayat 56. Allah berfirman,”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”.
Adapun tugas ibadah dalam pengertian khusus adalah menyembah Allah dengan cara-cara yang
secara teknis telah di atur dalam sunnah. Dalam islam, tidak ada pemisahan antara ibadah yang
bersifat Vertikal dan ibadah yang bersifat Horizonatal, sebagai kegiatan ibadah yang bersifat
Vertikal, salat, misalnya dilakukan untuk mengingat (dzikir) Allah.
Pesan dasar inilah yang menuntun hidup kita tidak terjebak pada penghayatan agama yang
bersifat formalitas. Hendaklah kita berusaha memahami agama secara subtantif sehingga tidak
mengabaikan pesan-pesan moral agama.

C. Manusia sebagai Khalifatullah


Tidak ada konsep kitab suci tentang manusia yang lebih terkenal kecuali ajaran tentang
kekhalifahan manusia. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 30, disebutkan bahwa manusia adalah
khalifah (wakil pengganti atau duat ) Tuhan di bumi.
Setelah menjelaskan drama kosmis sedang merujukan pada 3 peristiwa reaksi para malaikat atas
kehendak Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah, peristiwa pengusiran Nabi Adam As, dan
Hawa karena keduanya tidak taat atas perintah Tuhan untuk menjahui sebuah pohon dan dimaafkanya
Adam dan Hawa yang telah terusir dari surga-Nurcholish Madjid (1998 : 17-8), dalam mimbar studi
jurnal ilmu agama islam Nomor I/XXII/1998, melakukan interpretasi sebagai berikut.

1. Kisah itu menunjujkan martabat manusia yang sangat tinggi, yaitu sebagai khalifah atau wakil Tuhan
di bumi.
2. Martabat itu bersangkutan dengan konsep bahwa alam dengan segala isinya disediaklan untuk
manusia
3. Martabat itu juga berkaitan dengan nilai kemanusiaan universal.
4. Untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi, manusia dilengkapi dengan ilmu
pengethuan.
5. Kelengkapan martabat manusia adalah kebebasasan yang mengenal batas.
6. Pelanggaran terhadap batas membuat manusia jatuh, tidak terhormat.
7. Dorongan untuk melanggar batas ialah nafsu serakah, yaitu perasaan yang tidak pernah puas
dengan anugrah Tuhan.
8. Karena kelengkapan ilmu saja tidak menjamin manusia terhindar dari kejatuhan, maka manusia
memerlukan petunjuk Allah.
9. Dengan mengikuti petunjuk Allah, manusia dapat memperoleh kembali kebahagiaan surganya yang
telah hilang.

6
Dengan demikian, maka kekhalifahan manusia di bumi adalah bahwa manusia adalah “duta” Tuhan di bumi
dan akan di minta pertanggung jawaban atas tugasnya “duta” tersebut. pada dasarnya, doktrin itu
merupakan pemicu agar manusia banyak melakukan kebaikan dan sedikit- kalau bisa tidak sama sekali-
melakukan kejahatan.

D. Tujuan Nabi Muhammad Di Utus


Nabi Muhammad saw. adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT. Disebutkan dalam Al- Qur'an,
salah satu tujuan Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi adalah sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh alam. Allah SWT berfirman:

Artinya: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam."
(QS Al Anbiya: 107)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya, ayat tersebut memberitahukan bahwa Allah
SWT menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat untuk semesta alam. Dengan kata lain, kata Ibnu
Katsir, Allah mengutusnya sebagai rahmat buat mereka.

Ulama tafsir tersebut lebih lanjut, barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya,
maka ia akan berbahagia di dunia dan akhiratnya. Sebaliknya, barang siapa yang menolak serta
mengingkarinya, maka ia termasuk orang yang merugi di dunia dan akhirnya. Sebagaimana Allah

SWT berfirman:

  ‫ ف‬ ‫ و ح‬
‫ق ق‬   ‫د ا ر‬
 
۞ ٩ ‫ا ر‬  ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ ا‬ ‫ا‬ ‫ج‬
ْ  ‫ ا‬‫ص‬  ‫و ئس‬

٨
 
Artinya: "Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan
kekufuran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, (yaitu neraka) Jahanam? Mereka masuk ke
dalamnya. (Itulah) seburuk-buruknya tempat kediaman." (QS Ibrahim: 28-29)

Dalam firman-Nya yang lain disebutkan, tujuan Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi
adalah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

٦ ْ  ‫و‬
 ‫ش‬ ‫ ك‬  ‫ ر‬ ‫و‬

Artinya: "Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan." (QS Al Furqan: 56)

Menurut Tafsir Wajiz Kementerian Agama RI, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW

7
sebagai pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa mereka akan
mendapatkan pahala dan masuk surga.

8
Di sisi lain, lanjut tafsir tersebut, Nabi Muhammad SAW juga bertugas untuk memberi
peringatan bagi orang-orang yang ingkar terhadap Allah SWT dan rasul-Nya bahwa mereka akan
mendapatkan siksaan dari Allah di dalam neraka. Dalam hal ini, bukan tugas rasul memaksa mereka
untuk beriman kepada Allah

E. Pengertian Akhlak, Etika,dan Moral


Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal
pikiran manusia. (Daud Ali, 2008) Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan
buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Berbeda
dengan etika dan moral, akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan buruk dengan
ukuran wahyu atau al Qur’an dan hadits. Masalah perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela adalah wilayah
kajian akhlak. Akhlak merupakan barometer yang menyebabkan seseorang mulia dalam pandangan
Allah dan manusia. Akhlak adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-
ulang dan diperankan oleh seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu.
Akhlak yang terpuji dinamakan akhlak al karimah (akhlak mahmudah). Sedangkan akhlak buruk atau
tercela dinamakan akhlak mazmumah. Seseorang akan berakhlak baik atau sebaliknya karena
dipengaruhi oleh hati (al qalb) yang ada pada sanubari yang terdalam. Artinya, bahwa perbuatan baik
atau buruk dalam kategori akhlak bukan didasarkan kepada pertimbangan akal, tradisi atau
pengalaman, tetapi karena bisikan hati sanubari yang ada pada setiap orang itu. Menurut Ibn Arabi,
dorongan untuk melakukan perbuatan baik atau sebaliknya adalah karena pada diri seseorang itu
terdapat tiga model nafsu, yaitu nafsu syahwaniyyah, nafsu ghadabiyyah, dan nafsu anhathiqah.
Nafsu syahwaniyyah adalah nafs yang mendorong seseorang untuk menikmati kelezatan dan
kesenangan hidup. Nafsu ghadabiyyah akan menyebabkannya cenderung bersifat pemarah, tegas, tidak
tenang, egois, tidak kompromi, menang sendiri, dan tergesa-gesa. Nafs nathiqah adalah dorongan yang
menyebabkan seseorang itu berpikir, dan berzikir terhadap fenomena fenomena alam dan kekuasaan
Allah. Seseorang yang dikendalikan oleh nafs nathiqah akan menyebabkannya menjadi orang yang
sadar, bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena telah memberikan sejumlah nikmah dan
angerah-Nya kepada manusia. Ada beberapa cara agar seseorang mampu mengendalikan kedua
nafsu (syahwaniyyah dan ghadabiyyah) yang menyebabkan manusia tidak berakhlak mulia, yaitu
dengan cara tekun melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya (ijtinabu al
manhiyat), dengan cara melakukan segala amal-amal wajib (adaa al wajibah), amal-amalan sunnat
(adaa al nafillah), dan dengan cara melakukan al-riyadhah, berupa latihan-latihan spiritual seperti
berzikr, berpikir, bertahannus, instropeksi diri, dan sejenisnya. Dengan tiga pendekatan ini
kemungkinan hati seseorang akan menjadi berkilau dan bersinar dalam berarti beriman dan berakhlak
mulia. Karena menurut para sufi, hati manusia itu memiliki tiga model, yaitu hati yang mati, hatinya
orang kafir, hati yang hidup, hatinya orang beriman, dan hati yang redup, hatinya orang munafik

9
F. Akhlak Menurut Islam
Secara istilah Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat baik yang
biasanya akan memiliki akhlak yang baik juga dan sebaliknya jika seseorang yang memiliki sifat tidak
baik cenderung memiliki akhlak yang tercela.

Kata akhlak juga disebutkan dalam firman Allah SWT:

 ‫خ ص‬  ‫ص‬ ‫ة ذ‬  


‫ار ل‬

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)
akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat."

Dalam Islam, akhlak dijabarkan dalam beberapa ruang lingkup yaitu

1. Akhlak terhadap Allah SWT


Manusia diberikan kesempurnaan dan kelebihan dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Manusia juga diberikan akal untuk berpikir, perasaan dan nafsu. Sehingga sudah seharusnya kita
memiliki akhlak yang baik terhadap Allah SWT.
Sesuai dengan firman Allah:
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Nahl: 20).

Adapun kewajiban manusia terhadap Allah pada garis besarnya ada dua yaitu mentauhidkan-Nya dan
beribadah kepada-Nya. Dua hal ini juga menjadi kewajiban manusia kepada Allah yang tertuang dalam
firman:

‫ ة‬‫ا‬
‫ت‬
‫و ك هه‬ ‫ و‬ ‫ آ‬  ‫ن ا‬

10
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7).

Rasulullah SAW pernah bersabda:

  ‫ ة ح‬  ‫ م ال‬      ‫ ي و ق‬  ‫ح‬  ‫ن‬


Artinya: "Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya
denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian." (HR. Tirmidzi
no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami' no. 2201.)

2. Akhlak sebagai Orang Tua


Tentu anak menjadi amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang tuanya. Kewajiban
kita sebagai orang tua adalah memberi nama yang baik, menyembelih hewan aqiqah hari ketujuh dari
kelahirannya, mengkhitankannya, memberi kasih sayang, memberi nafkah, memberikan pendidikan
terutama yang berhubungan dengan agama dan menikahkannya dengan pasangan yang baik setelah
dewasa.

3. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Islam mengajarkan agar manusia selalu memelihara dan mengambangkan hubungan baik antar
sesama manusia termasuk dengan tetangga. Kewajiban ini dinilai penting karena dapat mempengarui
kualitas keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda:

"Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga (yang disebelah) nya
kelaparan." (HR. Bukhari).

Dari ketiganya, tentu kita harus lakukan dengan baik mengenai akhlak terhadap Allah SWT maupun
ke sesama manusia

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang
kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan
yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala
problema sosial yang ada dalam masyarakat. Al-Qur’an dan Hadits (sunnah) adalah sumber hukum Agama
Islam yang utama. Islam juga adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai “jalan kebenaran” untuk
memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu
juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral
yang murni. Dalam Islam kita diajarkan untuk berbuat kebajikan kepada sesama umat manusia. Dalam Al-
Qur’an Allah berfirman dalam surat
An Nahl ayat 90 ;
Mari kita mulai memaknai dimensi kemanusiaan agama dengan memandang realitas secara
objektif. Jika kita hendak menolong orang lain, kita tentu saja tidak perlu menayakan apa agama dan
keyakinannya. Karena kehadiran Islam, bukan hanya untuk umat Islam saja, melainkan menjadi
Agama pembawa kasih sayang bagi semesta. Manusia adalah “makhluk sosoial” manusia diciptakan oleh Allah
dari segumpal darah “atau” sesuatu yang berdempet di dinding rahim.Manusia di ciptakan terolini
dari laki-laki dan perempuan, bersuku-suku, berbangsa-bangsa agar mereka bisa saling mengenal antara
satu dengan yang lainnya.Dengan demikian dapat di katakana bahwa menurut Al-Qur’an, manusia
secara fitri adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat.

B. Saran
Makalah yang saya buat ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu saya sangat
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca

12
DAFTAR PUSTAKA

MS, A. M. (n.d.). http://jurnal.pnl.ac.id/wp- content/plugins/Flutter/files_flutter/1366010522 Etika Moral


dan Akhlak_JurnalLenteraLP
PMAlmuslimBireu.pdf#:~:text=Akhlak%2C%20etika%20dan%20moral%20adalah%20sua tu%20disiplin
%20ilmu,sedangkan%20perbedaanya%20adalah%20terletak%20pada.
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK , 78.

Drs. Atang Abd. Hakim, MA. Dr. Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam.PT. Remaja Rosada Karya. Bandung
Dr.M. Quraish Shihab, M. A. Khasanah Ilmu-Ilmu Islam, Mizan

13

Anda mungkin juga menyukai