Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

Disusun oleh:

1. Risma Rizky Nugraheni (202130005)


2. Dewi Widya Handayani (202130006)
3. Wasis Andian ( 202130031)
4. Feriyanti (202130036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah
kami terima. serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi kami dalam penyusunan Makalah Permintaan dan Penawaran
Agregat. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafa'atnya di hari
akhir nanti. Laporan makalah ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami
peroleh setelah mengikuti pembelajaran Ekonomi Moneter, juga dari sumber
informasi lain. Kami selaku penyusun hanya memiliki sebatas ilmu yang bisa
kami sajikan, sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Moneter.

Kami menyadari bahwa pengetahuan dan pemahaman kami tentang


makalah ini menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran
yang lebih dalam tentang Mata kuliah Ekonomi Moneter. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen yang
telah membimbing dalam penyusunan makalah tentang Ekonomi Moneter.

Wasalamu’alaikum wr.wb

Purworejo, 14 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................3
2.1 Permintaan Agregat ...................................................................................3
2.2 Penawaran Agregat ....................................................................................8
BAB 3 KESIMPULAN .............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model penawaran agregat (Aggregate Supply/AS) dan permintaan
agregat (Aggregate Demand/AD) sering kali digunakan untuk membantu
menganalisis fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek. Model AS-AD ini
merupakan turunan dari model IS-LM, dimana pada model IS-LM
menggunakan asumsi bahwa tingkat harga bersifat konstan. Kurva permintaan
agregat pada dasarnya melambangkan jumlah dari seluruh barang dan jasa
yang diminta dalam suatu perekonomian pada tiap tingkat harga. Artinya, jika
hal lain tetap sama, penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian
cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Sedangkan
kurva penawaran agregat menyatakan jumlah keseluruhan barang dan jasa
yang diproduksi serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai produsen.
Artinya, dalam periode satu atau dua tahun, naiknya tingkat harga keseluruhan
dalam perekonomian cenderung menaikkan jumlah penawaran barang dan jasa
dan penurunan tingkat harga cenderung mengurangi jumlah penawaran barang
dan jasa (Mankiw, 2006:293-304).
Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan
penawaran agregat atau permintaan agregat. Para ekonom menyebut
perubahan dalam penawaran dan permintaan agregat ini sebagai guncangan
(shock) terhadap perekonomian. Guncangan yang menggeser kurva
penawaran agregat disebut guncangan penawaran (supply shock). Sedangkan
guncangan yang menggeser kurva permintaan agregat disebut guncangan
permintaan (demand shock). Dengan adanya permasalahan mengenai
permintaan dan penawaran agregat yang sering terjadi, sehingga kami akan
membahas materi mengenai Permintaan dan Penawaran Agregat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana analisa mengenai permintaan agregat?
2. Bagimana analisa mengenai penawaran agregat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai permintaan agregat
2. Untuk mengetahui mengenai penawaran agregat

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PERMINTAAN AGREGAT

Permintaan Agregat adalah, jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang
diminta oleh seluruh pelaku ekonomi pada berbagai tingkat harga. Permintaan
Agregat digambarkan dengan kurva Permintaan Agregat, yang merupakan
kombinasi dari Tingkat Harga (P) dengan Output (Y). Kurva Permintaan Agregat
memiliki gradien kemiringan garis yang negatif. Kurva permintaan agregat
menunjukkan kuantitas semua barang dan jasa yang diminta dalam suatu
perekonomian pada tingkat harga tertentu.

Hukum Permintaan:
 Ketika harga naik (meningkat), maka jumlah barang yang diminta akan
menurun.
 Sebaliknya apabila harga turun, maka jumlah barang yang diminta akan
meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat:

1. Harga barang itu sendiri


2. Harga barang lain yang terkait
3. Tingkat pendapatan dan daya beli konsumen
4. Selera masyarakat
5. Jumlah penduduk
Dibedakan antara variabel nominal dengan riil, variabel riil diperoleh
dengan membagi variabel nominal dengan indeks harga. Dengan demikian,
konsumsi riil adalah konsumsi nominal dibagi dengan indeks harga. Konsumsi riil
menunjukkan berapa banyaknya barang (phisik) yang dikonsumsikan dengan
pengeluaran sejumlah uang tertentu. Misalkan pendapatan naik 10% dari Rp
100.000,00 menjadi Rp 110.000,00 sebulan sedangkan harga-harga juga naik

3
dengan 10%, dari 100 menjadi 110. Tenaga beli dari pendapatan tersebut (disebut
pendapatan rill) tetap yakni Rp 100.000.00. Apakah konsumsi akan meningkat?
Konsumsi nominal akan meningkat, tetapi konsumsi rill tidak. Sama halnya
dengan pengeluaran untuk investasi (untuk membeli mesin ataupun mendirikan
gedung). Investasi rill menunjukkan banyaknya mesin atau gedung yang
didirikan, sedangkan investasi nominal adalah pengeluaran uang unik
memperoleh mesin dan gedung tersebut. Pengusaha selalu mendasarkan
keputusan untuk melakukan investasi atas pertimbangan variabel rill. Demikian
juga pengeluaran pemerintah dapat diartikan sebagai pengeluaran nominal dan
riil. Apabila pemerintah membangun jembatan atau jalan, berarti pemerintah
membeli jembatan atau jalan tersebut bukan nilai rupiahnya.
Kurva IS, yang menunjukkan berbagai kombinasi antara pendapatan dengan
tingkat bunga dalam mana pasar barang dalam keadaan keseimbangan tidak akan
terpengaruh meskipun anggapan harga stabil kita ubah. Modifikasi serupa dapat
dilakukan pada pasar uang. Permintaan individu akan uang kas sebenarnya
merupakan permintaan akan uang kas rill. Artinya uang kas itu dipegang bukan
semata-mata menginginkan uangnya ina sendiri, tetapi tenaga beli dari uang
tersebut. Misalkan, uang kas dipegang seseorang hanya untuk membeli makanan.
Bila satu porsi makanan harganya Rp 1.000,00 maka individu tersebut harus
mempunyai uang kas Rp 1.000,00 apabila ingin membeli satu porsi. Namun,
apabila makanan tersebut naik dua kali menjadi Rp 2.000.00 per porsi, maka
individu tersebut harus memegang uang kas sebanyak Rp 2.000,00. Permintaan
uang kas nominal naik dua kali, tetapi permintaan uang kas rill tetap. Demikian
juga jumlah uang beredar, dapat diwujudkan secara nominal maupun rill. Bank
Sentral akan selalu mengusahakan (dengan merubah jumlah uang beredar) agar
jumlah uang riil selalu dapat memenuhi jumlah yang diinginkan oleh masyarakat.
Jumlah uang beredar riil diperoleh dengan membagi jumlah uang beredar nominal
dengan indeks harga (Ms/p). Jumlah uang beredar nominal ditentukan oleh Bank
Sentral, sedangkan harga merupakan hasil interaksi individu, pengusaha dan
pemerintah.

4
Gambar 1.1 melukiskan modifikasi dari alat analisa IS-LM dengan adanya
perubahan harga.

Semua variabel dinyatakan secara riil. Pada tingkat pendapatan rill Y1


permintaan uang kas riil digambarkan sebagai garis LD(Y1). Pada harga P1 nilai
uang beredar secara riil seperti digambarkan dengan garis Mso / P1. Keseimbangan
pasar uang terjadi pada tingkat bunga i1 Kombinasi tingkat bunga i1 dengan
pendapatan riil Y1 terletak pada kurva LM (P) dalam gambar 1.1 (b).
Apabila terjadi perubahan harga, misalnya naik menjadi P2, dengan jumlah
uang beredar tetap sebesar Mso, maka nilai riil uang beredar turun. Penurunan
nilai riil uang beredar ini tercermin dengan pergeseran ke kiri, kurva jumlah uang
beredar menjadi Mso/P2 dan keseimbangan tingkat bunga naik menjadi i. Pada
tingkat riil Y1, dengan terjadinya kenaikan harga, tingkat bunga juga naik. Ini
berarti kurva LM bergeser ke kiri atas menjadi LM (P2).
Dengan demikian makin tinggi tingkat kenaikan harga, kurva LM makin
jauh bergeser ke kiri atas. Untuk sejumlah tertentu pendapatan riil, diperlukan
tingkat bunga yang lebih tinggi guna menjamin adanya keseimbangan dalam pasar
uang. Kenaikan harga berarti nilai uang beredar riil turun (karena jumlah uang
tetap). Apabila permintaan uang kas riil tetap (garis LD(Y1) tetap) maka akan
terjadi kelebihan permintaan uang kas riil. Keinginan uang kas yang melebihi
jumlah uang beredar yang ada menyebabkan individu akan menukarkan/menjual
kekayaannya (misalnya surat berharga) dengan uang tunai. Supaya laku dalam
menjual surat berharga ini, individu tersebut harus menjual dengan harga yang
lebih rendah (atau mendorong dengan tingkat bunga yang lebih tinggi). Tingkat
bunga akan naik sampai keinginan akan uang kas terpenuhi (permintaan sama
dengan jumlah uang yang ada).

5
Untuk menganalisa hubungan antara perubahan harga dengan output, alat
analisa yang lebih baik adalah kurva permintaan agregat. Guna memperoleh kurva
permintaan agregat kita gunakan kurva IS-LM dengan mengubah anggapan harga
tetap menjadi harga berubah (flexble). Gambar 1.2. menjelaskan bagaimana
penurunan kurva permintaan agregat. Pada harga P1, tingkat bunga dan
pendapatan riil yang menjamin adanya keseimbangan pasar barang dan uang
adalah i1 dan Y1 . Kombinasi harga P1 dan output Y1 dapat digambarkan pada
kurva dengan koordinat masing-masing P dan Y, seperti pada gambar 1.2 (b).
Pada harga yang lebih tinggi, misalnya P2, kita memperoleh kurva LM (P2) pada
gambar 1.2.(a) yang terletak di sebelah kiri atas kurva LM (P1). Kenapa
demikian?. Lihat penjelasan gambar 1.1.(a) dan (b). Dengan demikian pada harga
P2, kita memperoleh kombinasi output dan tingkat bunga (yang lebih tinggi)
masing-masing Y₂ dan i2 pada gambar 1.2 (a). Diperoleh satu kombinasi harga
dan output yang baru, yakni P2 dan Y2 yang menjamin adanya keseimbangan
pasar barang dan uang. Apabila kombinasi P1 dan Y1 dihubung dengan kombinasi
P₂ dan Y2 diperoleh garis yang menunjukkan berbagai kombinasi harga dan
output dalam mana baik pasar uang maupun barang dalam keadaan
keseimbangan. Garis inilah yang menggambarkan kurva permintaan agregat.

Kurva permintaan agregat turun miring ke kanan. Alasannya, apabila harga


naik maka nilai uang riil turun. Turunnya nilai uang riil akan mendorong tingkat
bunga naik Kenaikan tingkat bunga akan menurunkan pengeluaran total melalui
penurunan investasi. Turunnya investasi akan memperkecil output.

2.1.1 Pengaruh Kebijaksanaan Fiskal Dan Moneter

6
Karena kurva permintaan agregat diturunkan dari titik potong kurva IS dan
LM maka pergeseran salah satu kurva ini, baik sebagai akibat dari kebijaksanaan
fiskal ataupun moneter, akan mengakibatkan pergeseran permintaan agregat juga.
Misalnya, kebijaksanaan fiskal yang berupa penambahan pengeluaran pemerintah
(G). akan menggeser kurva IS ke kanan atas. Penambahan pengeluaran
pemerintah ini akan mendorong tingkat bunga dan output naik. Pada harga P1
sekarang tingkat output lebih besar. Titik B pada gambar 1.3 (b) terletak pada
kurva permintaan agregat yang lain. Kenaikan pengeluaran pemerintah akan
menaikkan pengeluaran total untuk setiap harga. Dengan kata lain, kurva
permintaan agregat bergeser ke kanan atas.
Gambar 1.4 menjelaskan pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap
permintaan agregat. Penambahan jumlah uang beredar akan menggeser kurva LM
ke kanan bawah. Untuk jumlah uang beredar M0, harga adalah P1, dan kurva LM
nya adalah LM (M0 ,P1) dan output dalam keseimbangan adalah Y1. Penambahan
jumlah uang beredar menjadi M1 dengan harga tetap P1 maka kurva LM- nya
adalah LM (M1, P1) dan output dalam keseimbangan adalah Y2. Dengan demikian
pergeseran kurva LM akan mengakibatkan bahwa untuk setiap harga, output
menjadi lebih besar dikarenakan kenaikan pengeluaran total sebagai akibat
tambahnya jumlah uang beredar. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat
bergeser ke kanan atas.

7
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lereng Kurva Permintaan Agregat
Seperti halnya pada pergeseran kurva permintaan agregat maka lereng
kurva ini dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut:
 Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga
 Elastisitas permintaan uang terhadap pendapatan
 Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga
 Besarnya multiplier

2.2 PENAWARAN AGREGAT

Penawaran Agregat adalah jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang
ditawarkan oleh seluruh produsen di dalam perekonomian pada berbagai tingkat
harga, Penawaran Agregat digambarkan dengan kurva Penawaran Agregat, yang
merupakan kombinasi dari Tingkat Harga (P) dengan Output (Y).

Hukum Penawaran
 Semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang
tersebut akan ditawarkan oleh para penjual.
 Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin sedikit
jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

8
Faktor yang mempengaruhi penawaran

1. Adanya sumber daya yang tersedia


2. Faktor penjual atau produsen
3. Harga dan ketersediaan barang sejenis sebagai pengganti
4. Biaya produksi
5. Waktu produksi
6. Kemajuan teknologi
7. Kebijakan pemerintah
8. Pajak dan subsidi
Analisa IS-LM dan permintaan agregat menggunakan anggapan bahwa
produsen akan selalu menyediakan output sesuai dengan apa yang diminta pada
harga tertentu. Dengan demikian pada harga tertentu kita dapat menentukan
besarnya output, tingkat bunga serta permintaan uang. Apabila harga berubah,
maka besaran tersebut juga berubah. Jangan menghubungkan harga dengan output
yang diminta cepatlah diperoleh kurva permintaan agregat.
2.2.1 Fungsi Produksi
Untuk menghasilkan output seorang pengusaha perlu mengkombinasikan
kan penggunaan faktor produksi seperti tenaga, model, tanah, mesin serta
peralatan lain. Cara dalam mana faktor produksi ini dikombinasikan untuk
menghasilkan output biasanya dinyatakan dalam suatu hubungan yang disebut
dengan fungsi produksi. Fungsi produksi menggambarkan sampai seberapa jauh
faktor produksi tersebut dapat saling mengganti untuk menghasilkan sejumlah
output tertentu.
Biasanya untuk menyederhanakan analisa digunakan anggapan bahwa satu
faktor produksi selalu berubah (variabel) sedang faktor produksi yang lain tidak
berubah (fixed). Tenaga kerja yang biasanya dianggap sakral produksi variabel
sedang faktor produksi yang lain (seperti misalnya tanah atau modal) tetap.
Bagaimanakah akibatnya terhadap hasil (output) apabila kita menambah tenaga
kerja? Beberapa unit tenaga kerja yang pertama kita tambahkan, akan menambah
output dengan tingkat pertambahan yang menarik untuk setiap unit tenaga kerja.
Namun demikian apabila kita terus menambah tenaga kerja, tingkat pertambahan

9
output per satu unit tenaga kerja akan menurun. Tambahan output untuk setiap
pertambahan satu unit tenaga kerja ini disebut dengan produk marjinal dari tenaga
kerja (marginal product of labor). Bentuk dari fungsi produksi tersebut seperti
tertera pada gambar berikut:

Dari gambar diatas nampak bahwa setiap tambahan tenaga kerja akan menambah
total product. Pada mulanya setiap tambahan tenaga kerja akan menambah total
produk dengan tingkat pertambahan yang menarik. Namun apabila tambahan
tenaga kerja diteruskan maka tingkat pertambahan total produksi batik mengecil.
Inilah yang sering disebut dengan hukum tingkat pertambahan hasil/output yang
semakin berkurang (law of deminishing marginal product).

2.2.1 Pasar Tenaga Kerja


Dalam analisa fungsi produksi di atas kita angka bahwa faktor produksi
selain tenaga kerja tetap. Sedangkan penggunaan tenaga kerja lebih ditentukan
oleh pasar tenaga kerja. Berapa banyaknya tenaga kerja yang akan dipakai oleh
pengusaha? Ini sangat ditentukan oleh upah tenaga kerja serta harga dari output
nya. Nilai tambahan output sebagai akibat tambahan satu unit tenaga kerja disebut
dengan nilai produk marginal (value of marginal product), yakni produk marginal
dikalikan dengan harga output (dengan anggapan pengusaha menghadapi pasar
persaingan sempurna). Pengusaha akan menambah tenaga kerja selama nilai
produk marginal ini masih lebih tinggi dari upah tenaga kerja yang dibayarkan.
Penambahan tenaga kerja akan berhenti manakala hati produk marginal sama
dengan upah. Secara formula dapat dituliskan sebagai berikut:

10
MPL × P = W

Dimana : MPL = produk marginal tenaga kerja

P = harga output

W = upah tenaga kerja

Kondisi di atas menunjukkan adanya keuntungan maksimal pengusaha. Pada


kondisi ini dapat lah ditentukan banyaknya tenaga kerja yang akan dipergunakan.
Gambar 1.7 menjelaskan banyaknya tenaga kerja yang digunakan oleh pengusaha.
Apabila pengusaha pada upah W1 mempekerjakan tenaga kerja sebanyak n0
makan nilai produk marginal lebih tinggi dari upah sehingga keuntungan masih
bisa bertambah dengan menambah tenaga kerja. Sebaliknya apabila dia
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak n2 , upah yang dibayarkan lebih tinggi dari
nilai produk marginal. Oleh karena itu rugi, akibatnya dia akan mengurangi
penggunaan tenaga kerja. Penggunaan yang optimal sebesar n1 dimana delay
produk marginal sama dengan upah.

Kurva nilai produk marginal merupakan kurva permintaan akan tenaga


kerja. Apabila harga produk naik maka kurva nilai produk marginal ( berarti juga
permintaan akan tenaga kerja) bergeser ke kanan atas. Pergeseran ke kanan atas
ini dapat disebabkan oleh bertambahnya jumlah faktor produksi yang kita anggap
tetap (misalnya model ataupun tanah). Dengan kata lain permintaan akan tenaga
kerja naik apabila terdapat kenaikan harga output ataupun bertambahnya jumlah
penggunaan faktor produksi tanah ataupun modal. Dengan demikian jumlah
tenaga kerja yang diminta tergantung pada upah, harga output ( upah rill) dan
jumlah fixed input

11
BAB 3

KESIMPULAN

Permintaan Agregat adalah jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang
diminta oleh seluruh pelaku ekonomi pada berbagai tingkat harga. Permintaan
Agregat digambarkan dengan kurva Permintaan Agregat, yang merupakan
kombinasi dari Tingkat Harga (P) dengan Output (Y). Penawaran Agregat adalah
jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang ditawarkan oleh seluruh produsen
di dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Penawaran Agregat
digambarkan dengan kurva Penawaran Agregat, yang merupakan kombinasi dari
Tingkat Harga (P) dengan Output (Y). Kurva permintaan agregat belum cukup
untuk menganalisa harga. Karena pada prinsipnya harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, maka analisa harga haruslah dilengkapi dengan
penawaran agregat. Kurva penawaran agregat diperoleh melalui analisa fungsi
produksi serta pasar tenaga kerja.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. (2011). EKONOMI MONETER. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA.

13

Anda mungkin juga menyukai