Anda di halaman 1dari 9

Habib Alwi Solo

Oleh : Kelompok 7
Anggota Kami

Ika Devi Tazkia


Lucky Putri Fatkhul Destra Agung
Rahmawati Angelie
Rohmah Firdaus Pratama

Elsa Putri
Maulida
​Habib Anis bin Alwi al-Habsyi
beliau lahir di Garut Jawa Barat pada tanggal 5 Mei
1928. Ayahnya, Habib Alwi, merupakan putra dari Habib
Ali Al-Habsyi (Muallif Simtuddurar) yang hijrah dari
Hadramaut Yaman ke Indonesia untuk berdakwah.
Sedangkan ibunya bernama Khadijah. Ketika beliau
berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo,
sampai akhirnya menetap di kampung Gurawan, Pasar
Kliwon Solo.
​Habib Anis bin Alwi al-Habsyi
Habib Anis juga pernah belajar di Madrasah Ar-Ribathah, yang
juga berada di samping sekolahnya. Pada saat usia 22 tahun,
dia menikahi Syarifah Syifa binti Thaha Assagaf. Namun, tidak
lama kemudian sang ayah meninggal dunia di Palembang
sehingga peranannya sebagai ulama pun digantikan Habib Anis.
Karena peran inilah, Habib Anis sempat dianggap sebagai "anak
muda yang berpakaian tua".
Dia dijuluki "The Smiling Habib" dikarenakan senyum selalu
menghiasi wajah dia.
​Habib Anis bin Alwi al-Habsyi
Dua minggu pasca-Lebaran tahun 2006, umat muslim di
Soloraya tersentak mendengar kabar duka. Seorang
tokoh ulama panutan yang juga keturunan dari
Rasulullah saw, Habib Anis Al-Habsyi dikabarkan telah
menghadap ke rahmatullah. Menurut keterangan dari
dokter, Habib Anis yang kala itu berusia 78 tahun, wafat
karena penyakit jantung yang dideritanya.
Guru Para Syuriyah
semasa hidupnya, Habib Anis mengabdikan untuk berdakwah dan
bergelut dalam majelis ilmu. “Beliau punya pengajian setiap harinya
saat ba'da dzuhur, kecuali Jumat dan Ahad, di kediaman beliau.

Habib Anis juga dikenal sebagai pribadi yang istiqomah dalam segala
hal, tentang keistiqomahan ini juga diakui oleh salah satu muridnya
yang kini mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi.
Guru Para Syuriyah
Dalam dakwahnya, Kiai Baidlowi menuturkan Habib Anis memiliki beberapa konsep,
yang kesemuanya dapat dilihat langsung di Masjid Riyadh sampai sekarang. “Yakni,
masjid sebagai tempat ibadah. Zawiyah, sebagai pusat ilmu dan toko sebagai media
penggerak ekonomi,” ujarnya.

Habib Anis sendiri pernah menyampaikan bahwa ada empat hal yang penting:
“Pertama, kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku.
Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah
aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga,
kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan
keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim
hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi
Muhammad saw.
Dokumentasi
Terima Kasih
Semoga apa yang telah kami
sampaikan dapat dipahami
dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai