Instrumen KKL Geomorfologi Pesisir
Instrumen KKL Geomorfologi Pesisir
Hari, Tanggal
Koordinat
Bentuklahan
Nama Kelompok
1 Morfologi
Tingkat
Pelapukan ● Ringan ● Menengah ● Lanjut
Aspek Oseanografi
Arah Angin ● N ● W ● S
● SE ● NE ● NW
● Surging ● Pluging
Tipe empasan ● Collapsing ● Spiling
Pembicaraan mengenai wilayah kepesisiran, tidak akan terlepas dari klasifikasi bentuk
pesisir (coast) sebagai bagian wilayah kepesisiran secara genesis, seperti yang diilustrasikan oleh
Shepard dalam King (1972) pada gambar 3.1. Menurut Shepard, pesisir dikelompokan menjadi 2
kategori, yaitu pesisir primer (primary coast) dan pesisir sekunder (secondary coast). Morfologi
pada pesisir primer lebih dikontrol oleh proses-proses terestrial, seperti: erosi, deposisi, volkanik,
dan diastropisme, dari pada aktivitas organisme maupun proses marine, sedangkan pesisir
sekunder merupakan pesisir yang terutama dibentuk akibat aktivitas organisme seperti
pembentuk terumbu, dan akibat proses marine atau aktivitas gelombang.
Pesisir primer dapat dikelompokan lagi ke dalam 4 tipe pesisir, yaitu pesisir akibat erosi
lahan (land erosion coast), pesisir akibat deposisional sub-aerial (sub-aerial deposition coast),
pesisir akibat proses vulkanik (volkanik coast), dan pesisir akibat proses struktural (structurally
shaped coast).
1. Land erosion coast merupakan bentuk lahan pesisir yang berkembang di bawah pengaruh
erosi lahan – lahan bawah di daratan yang diikuti oleh proses inundasi oleh laut. Termasuk
dalam kategori ini adalah lembah-lembah sungai (river valleys), pesisir erosi glasial
(drowned glacial erosion coast), dan pesisir pada topografi karst.
2. Sub-aerial deposition coast adalah pesisir yang terbentuk akibat akumulasi secara
langsung bahan-bahan sedimen sungai, glasial, angin atau akibat longsor lahan ke arah laut.
Termasuk dalam kategori ini adalah proses pembentukan delta dan rataan pasang surut.
3. Volcanic coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai akibat proses vulkanik di tengah
laut. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir aliran lava (lava flow coast), tephra coast
yang tersusun oleh material hancuran vulkan seperti: abu vulkan, cinders, blok lava, dan
pesisir akibat letusan vulkan (volcanic collapse coasts atau explosion coast), seperti kaldera.
4. Structurally shaped coast adalah pesisir yang terbentuk akibat proses patahan, pelipatan,
atau intrusi batuan sedimen, seperti: kubah garam atau kubah lumpur laut dangkal (salt
domes atau mud lumps).
Pesisir sekunder dikelompokan kedalam 3 tipe pesisir, yaitu pesisir akibat erosi gelombang
(wave erosion coasts), pesisir akibat pengendapan marine (marine deposition coasts), dan pesisir
akibat organisme (coast built by organism).
1. Wave erosion coast merupakan pesisir dengan garis pesisir yang terbentuk akibat aktivitas
gelombang, yang mungkin berpola lurus atau tidak teratur, tergantung pada komposisi
maupun struktur dari batuan penyusun, seperti pada proses erosi atau abrasi gelombang pada
tebing pantai.
2. Marine deposition coast adalah pesisir yang dibentuk oleh deposisi material sedimen
marine. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir berpenghalang (barrier coasts), seperti:
barrier beaches, barrier island, barrier spits and bays, cuspate forelands, beach plains, seperti
coastal sand plains tanpa lagoon dan rataan lumpur (mud flats) atau rawa garaman (salt
marshes).
3. Coast built by organism merupakan pesisir dengan garis pesisir yang terbentuk akibat
aktivitas hewan atau tumbuhan, termasuk terumbu karang yang dibentuk oleh alga dan oister,
atau tumbuh-tumbuhan seperti mangrove atau rumput-rumput rawa (marsh grasses). Pesisir
tipe ini umumnya dijumpai pada daerah-daerah tropis.
Ditinjau berdasar material penyusun, wilayah kepesisiran barat dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe, antara lain:
Ditinjau berdasarkan sudut lereng pantai yang terbentuk, wilayah kepesisiran dapat dibedakan
menjadi:
1. Wilayah kepesisiran landai, yaitu wilayah kepesisiran dengan lereng pantai <20%
2. Wilayah kepesisiran curam, yaitu wilayah kepesisiran dengan lereng pantai >20%