Anda di halaman 1dari 122

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

PETROLOGY

Sigit Dermawan
Senin, 09 Oktober 2017

From West Java for Indonesia to the World through SDGs www.unpad.ac.id
Petrologi :
ilmu tentang batuan
mempelajari struktur, tekstur, komposisi mineralogi /
kimiawi --- ----  genesa batuan
petrologi megaskopik, petrografi

Macam-macam batuan :
 batuan beku – --- hasil pembekuan magma
- batuan piroklastik ----- hasil letusan gunungapi
 batuan sedimen – --- hasil rombakan batuan sebelumnya
 batuan malihan / metamorf / metamorfosis --- hasil
metamorfosis batuan terdahulu / sebelumnya.

Batuan beku
 hasil pembekuan magma
 batuan beku intrusiv (membeku di dalam bumi) dan
ekstrusiv (membeku diluar bumi / dipermukaan)
 batuan beku ekstrusiv : batuan beku efusiv / aliran dan
batuan beku eksplosiv (letusan)
MAGMA
t pijar, temperatur > 11000C
 larutan silika

 terdiri dari unsur-unsur oksida : unsur utama (major


elements) : SiO2, Al2O3, dll

 unsur jejak (trace elements) : K, Rb, Sr, Ba

 unsur tanah jarang (rare earth elements) : grup lantanid


15 unsur (La, Ce, … sd. Lu); nomer atom 57 (La)- 71 (Lu)

 seri magma alkali, kalk alkali, toleitik

 magma mixing, assimilation, partial melting

 diferensiasi magma

magma
EVOLUSI MAGMA

batuan beku tidak homogen; mempunyai variasi komposisi


terdapat berbagai tipe batuan beku (gabro hingga granit)
adanya suatu pola tertentu yang menerus (secara kimiawi)

DIFERENSIASI

- diferensiasi magma :
proses yang memungkinkan satu magma homogen menghasilkan
bermacam-macam batuan beku yang secara kimiawi berbeda

- macam-macam :
fraksionasi kristal (crystal settling/floating, filter pressing)
liquid immiscibility, gaseous transfer

- magmatic mixing & assimilation


Magmatic mixing : dua/lebih magma bercampur sebelum berdiferensiasi
Assimilation : reaksi magma dengan batuan samping
contoh : asimilasi dolomit/batugamping oleh magma

hadir mineral-mineral wolastonit, grosularit, tremo


lit, dll.
BEAUTY AND BENEFIT OF OPHIOLITE
BATUAN BEKU
 pada temperatur tinggi :

- olivin, piroksen

Deret kontinu - plagioklas yang kaya


Ca lebih banyak akan anortit (anortit,
bytownit, labradorit )

 pada temperatur lebih rendah

Deret tak kontinu - amfibol, biotit, muskovit

Deret kontinu - plagioklas yang lebih kaya akan


komponen albit
Deret kontinu : sejarah kristalisasi mineral plagioklas
- kristalisasi menerus dari anortit – albit
- An100Ab0 – An0Ab100
anortit : an100ab0 – an90ab10
bytownit : an90ab10 – an70ab30
labradorit : an70ab30 – an50ab50
andesin : an50ab50 – an30ab70
oligoklas : an30ab70 – an10ab90
albit : an10ab90 – an0ab100

Deret tak kontinu :


- kristalisasi tak menerus
- olivin – piroksen – amfibol – mika (biotit)

Masing-masing kristal yang terbentuk - memisahkan diri dari larutan


magma

BATUAN
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya

Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:


• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive
disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2
Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%.
Contohnya adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna

Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:


• Batuan leukokratik, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
• Batuan mesokratik, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Batuan melanokratik, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Deskripsi Batuan Beku

• Warna Batuan
• Struktur Batuan
• Tekstur Batuan
• Komposisi Mineral Batuan
• Warna Batuan: Leucocratik-Mesokratik-Melanokratik-Hypermelanokratik
• Struktur Batuan: Massif-Jointing-Vesikular-Amygdaloidal-Vesikular-Pillow
• Tekstur
• Granularitas: Faneritik-Porfiritik-Afanitik
• Derajat Kristalisasi: Holokristalin-Holohyalin hipokrsitalin/hipohyalin
• Bentuk kristal: Euhedaral-Subhedral-Anhedral
• Kemas: Equigranular-Inequigranular
• Hubungan antar butir kristal: Hipidiomorf-Panidiomorf-Allotriomorf
• Ukuran kristal: halus (<1 mm)-sedang (1-5 mm)-kasar (5-30 mm)-
sangat kasar (>30 mm)
Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses pembentukan
batuan beku, terdiri atas:
• Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang jumlahnya cukup
banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan
nama batuan.
• Mineral tambahan (accessory minerals) : yaitu mineral-mineral yang
jumlahnya sedikit (<10% ) dan tak menentukan nama batuan.
b. Mineral Sekunder: Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral
primer (ex: klorit, epidot, illit, smektit, montmorilonit, aktinolit, )
KLASIFIKASI BATUAN BEKU INTRUSIF ASAM
KLASIFIKASI BATUAN BEKU EKSTRUSIF ASAM
KLASIFIKASI BATUAN BEKU TRAVIS
KLASIFIKASI BATUAN BEKU INTRUSIF ULTRA BASA
KLASIFIKASI BATUAN BEKU INTRUSIF ULTRA BASA
Conto batuan dasit dan granit porfir
gabro

diorit

granit
basalt
Pillow lava (lava bantal)

Kali Muncar, Jawatengah


BATUAN PIROKLASTIK
 Batuan hasil letusan gunungapi langsung ( direct blast)
 Terdiri dari material piroklas (pyroclasts)
 Macam-macam piroklas : debu, bom,blok, lapili
 Tephra : material hasil letusan gunung api

 Macam-macam endapan piroklastik :


-endapan piroklastik jatuhan
-endapan piroklastik aliran
-endapan piroklastik surge
Abu/debu

lapili

bom
Ukuran butiran tephra

> 32 mm blocks, bombs

>4 mm > 0.32 mm lapilli, pumice, scoria, etc.

<4 mm > 0,25 mm ash

<0.025 mm fine ash, dust


Pyroclastic flows

Pyroclastic flows

Pyroclastic surge deposits


Endapan piroklastik jatuhan + endapan piroklastik surge (lokal)
Endapan piroklastik & aliran lava
Pyroclastic falls deposits
BATUAN SEDIMEN
BATUAN SEDIMEN
Pembagian batuan sedimen berdasarkan atas komposisi dan asalnya (origin) :
1. Batuan Klastik (sedimen klastik) :
berasal dari batuan yang telah ada;terdiri dari fragmen
berbagai mineral,batuan.

2. Bioklastik : terdiri dari debris/rombakan organik seperti


tumbuh-tumbuh-an, batubara, cangkang fosil.

3. Batuan kimiawi/sedimen kimiawi : hasil presipitasi air;contoh :


batugamping, dolomit, batuan evaporit (gipsum,halit,anhidrit),
rijang.
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

pelapukan, BATUAN SEDIMEN


transportasi, (dengan tekstur tertentu
pengendapan, tergantung dari proses-
diagenesis proses yang terjadi selama
tahap-tahap tersebut)

Diagenesis :
kompaksi,sementasi, pelarutan
rekristalisasi, authigenesis/pembentukan mineral baru, replacement
(penggantian).
KLASIFIKASI WENTWORTH
Nama partikel Ukuran Istilah Nama batuan
Sedimen
lepas
Bongkah >256 mm
berangkal 64 - 256 mm
Gravel
kerakal 4 - 64 mm Konglomerat - breksi

kerikil 2 - 4 mm
Pasir sangat kasar 1 - 2 mm

Pasir kasar 0.5 - 1 mm


Pasir sedang 0.25 - 0.5 mm Pasir Batupasir

Pasir halus 0.125 - 0.25 mm


Pasir sangat halus 0.0625 - 0.125 mm

Lanau kasar 0.031 - 0.625 mm

Lanau sedang 0.016 - 0.031 mm


lanau Batulanau
Lanau halus 0.008 - 0.016 mm
Lanau sangat halust 0.004 - 0.008 mm

lempung <0.004 mm lempung Batulempung, batulumpur,


serpih
Tekstur

sortasi

Kebundaran
Struktur Sedimen
Inorganik
Organik

Struktur Inorganik
- perlapisan dan marking
- ripple mark : simetri, asimetri, interference ripple
- mudcracks
- raindrop prints

- struktur internal
- stratifikasi : beds, laminasi,varves
- lapisan silang-siur

- sole mark : flute cast, load cast

Struktur organik
- berbagai jejak fosil dan binatang lainnya tracks, boring, dll
- struktur biostratifikasi
Struktur
-Perlapisan : sejajar, silang-siur, bersusun, laminasi
-Casts & marks : flute cast,load cast, ripple marks, mudcracks

Layer Thickness Names

> 300 cm Massive

100-300 cm Very thickly bedded

30 - 100 cm Thickly bedded

10 - 30 cm Mediumly bedded

3 - 10 cm Thinly bedded

1 - 3 cm Very thinly bedded

0.3 - 1 cm Thickly laminated

<0.3 cm Thinly laminated


LAMINASI
Graded bedding
crossbedding
Goldich Weathering Stability
Klasifikasi Pettijohn, 1975
Metamorphism
Is the process that occur in rocks
due to the effects of
• Increasing of temperature
• Increasing of pressure
Metamorphism doesn’t include weathering,
diagenesis, and melting. It is a solid-state
process and closed reaction.
1. Proses metamorfosis :

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau


keduanya (P dan T).

Proses isokimia

2. Macam-macam proses metamorfosis

-Regional (dinamo-termal),

-Kontak (termal),

-Kataklastik (dinamo),

-Burial (beban)
Metamorfosis Regional
• Metamorfisme orogenik (orogenic metamorphism)
• Metamorfosis pembebanan (burial metamorphism)
• Metamorfisme lantai samudera (ocean floor metamorphism

Metamorfisme Lokal
• Metamorfisme dislokasi (dislocation metamorphism)
• Metamorfisme tumbukan (impact metamorphism)
• Metamorfisme kontak (contactc metamorphism)
• Pyrometamorfisme
• Metamorfisme hidrotermal
• Metamorfisme hot-slab
• Metamorfisme pembakaran (combustion metamorphism)
• Metamorfisme petir (lightning metamorphism)
Tekstur

Pada batuan metamorf tekstur dibedakan antara yang memiliki foliasi atau non
foliasi. Foliasi adalah orientasi kesejajaran mineral penyusun batuan metamorf,
foliasi harus dibedakan dengan orientasi perlapisan batuan sedimen, hal tersebut
karena tidak ada hubungan sama sekali antara foliasi dengan sifat perlapisan
batuan sedimen.
Berdasarkan kenampakan batuan asal pembentuk, batuan metamorf dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Kristoblastik

Kristoblastik yaitu bila batuan asal sudah tidak terlihat lagi. Berdasarkan sifat
butir/kristal dan hubungannya dengan yang lain, batuan metamorf dibagi menjadi:
• Homeoblastik, jika terdiri atas satu tekstur saja.
• Heteroblastik, jika terdiri lebih dari satu tekstur. Contoh Lepidoblastik dan
Granoblastik.
Jenis tekstur dibagi menjadi:

• Lepidoblastik, bila sebagian besar mineralnya berbentuk pipih


(mika group).
• Nematoblastik, bila sebagian besar mineralnya berbentuk
kristalin (piroksen).
• Granoblastik, bila sebagian besar mineralnya
granular/equidimensional (kuarsa).
• Porfiroblastik, seperti porfirik dalam batuan beku.
Bentuk kristal:

• Idioblastik, bila sebagian besar mineralnya berbentuk


euhedral.
• Hipidioblastik, bila sebagian besar mineralnya berbentuk
subhedral.
• Xenoblastik, bila sebagian besar mineralnya berbentuk
anhedral
b. Palimset

Tekstur asli dari batuan asal masih terlihat, dibagi menjadi:


• Blastoofitik, bila batuan asal memiliki tekstur ofitik.
• Blastoporfiritik, bila batuan asal mempunyai tekstur porfiritik.
• Blastopsefitik, bila batuan asal mempunyai tekstur pebble
(psefitik).
• Blastopsamatik, bila batuan asal batuan sedimen klastik
berukuran pasir (psamitik).
• Blastopelitik, bila batuan asal batuan sedimen klastik
berukuran lempung (argilit).
Struktur

Jenis-jenis struktur foliasi


• Slaty, menampakkan belahan-belahan sangat halus umumnya terdiri
dari mineral yang pipih dan sangat halus (mika).
• Phyllitic, foliasi sudah mulai ada oleh kepingan-kepingan halus mika,
terdiri dari bentuk kristal lepidoblastik.
• Schistose, foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan
belahan yang merata atau menerus, terdiri dari selang seling kristal
lepidoblastik dan granoblastik.
• Gneissic, foliasi diperlihatkan oleh penyusunan mineral-mineral
granular dan pipih (mika), belahan tidak rata atau terputus-putus.
STRUCTURES IN METAMORPHIC ROCKS
• Foliation: when platy, lamellar or flaky minerals (eg.
sheet silicate minerals the micas: biotite and muscovite,
chlorite, talc, and serpentine), occurring in rock orient
themselves parallel to one another (i.e. perpendicular to
the direction of maximum pressure or stress).

Preferred
Random orientation
orientation Of minerals
Of minerals
• Lineation: when prismatic or rod-like minerals
(eg. Hornblende, tourmaline etc.) occurring in a
rock orient themselves parallel to one another
(perpendicular to direction of maxi. Pressure or
stress)
Jenis-Jenis struktur non foliasi:

• Granulose, penyusun terdiri atas mineral berbentuk butir,


berukuran relatif sama (equidimensional).
• Hornfelsic, sebagian besar terdiri atas mineral tanpa pensejajaran
mineral sedikitpun atau tidak terdapat mineral-mineral pipih.
• Milonitic, struktur yang terjadi dari metamorfosa kataklastik, yaitu
sifat tergerus, berupa lembar/bidang/bidang penyerpihan. Disebut
juga jalur milonit.
• Breksi kataklastik, fragmen-fragmen pembentuk/butir terdiri atas
mineral yang sama dengan matriks dan semennya, menunjukkan
orientasi arah
dull luster and strong cleavage.

batusabak
filit
sekis
sekis
genes
Sistematika Penamaan Batuan Metamorf

1. Penamaan Batuan berdasarkan Sruktur: Sekis, gneiss


2. Penamaan berdasarkan Deformasi yang terjadi pada Batuan: mylonite, ultramylonite
3. Penamaan berdasarkan Asal Protolith (Batuan Asal): metapsamitik, metapelite
4. Penamaan berdasarkan Modal Komposisi Batuan
• Komponen Utama (Major Constituent): jumlah kemunculannya >5% volume
• Komponen tambahan (Major Constituent): kemunculannya <5% volume.
• contoh: rutile-ilmenite-bearing garnet-staurolite gneiss (mengandung lebih
sedikit rutile dibandingkan ilmenite)

• Himpunan mineral (Critical Mineral/Assemblages Mineral),


• contohnya: Bt-Ms gneiss untuk biotit-muskovite gneiss
Metamorphic Facies (fasies metamorfosis)

 menunjukkan kondisi metamorfosis pada P dan T tertentu;


 ditandai oleh sekumpulan batuan yang terbentuk pada kondisi P
dan T tertentu tersebut.; setiap batuan mempunyai sekumpulan
mineral yang seimbang pada kondisi P dan T tersebut.

Himpunan mineral tersebut tergantung komposisi


kimiawi batuan asal
Protolith
• Metapelitik
• Metamarble
• Metamarl
• Metabasaltik
• Metaultramafik
• Metagranitoids/Metaquartzofeldsphatic/Metagraywacke/Met
apsamitik
• Greenschist: Klorit, epidot, aktinolit,kuarsa, feldspar,
muskovit ± garnet
• Blueschist: Glaukofan (Na-Amfibol), krosit (Na-
Amfibol), lawsonit (Epidote group), garnet
• Eclogite: Omfasit (Na-Piroksen), garnet, jadeit (Na-
Piroksen), phengite (Mika Putih)
• Amphibolite: Hornblenda (Amfibol cokelat),
plagioklas, garnet, epidot
• Granulite: Cpx, opx, k-feldspar, garnet, kuarsa
Seri fasies

High P/T series:


subduction zones

Medium P/T series:


regional met.

Low P/T series:


contact met.
PETROGENETIC GRID
Saphhirine granulite
Migmatite with mafic enclave

Setiawan, 2017
Antarctic Marble

Setiawan, 2017
BEAUTY AND BENEFIT OF OPHIOLITE
BEAUTY AND BENEFIT OF OPHIOLITE
BEAUTY AND BENEFIT OF OPHIOLITE
Distribusi dari
komplek
akresi-kolisi
Kapur di
bagian
Indonesia
tengah.
Soesilo, 2015
Bayah/Cihara: Sekis klorit, Sekis muskovit, sekis amfibolit,
sekis garnet epidot

Ciletuh: Sekis epidot klorit, sekis kuarsa muskovit

Bayat/Jiwo Hill: Sekis Biru, marble, filit, amfibolit

Karang sambung/Luk Ulo: Sekis mika kuarsa, sekis garnet


mika, sekis hijau, amfibolit, sekis biru, eklogit dan zona
melange

Pegunungan Meratus: Amfibolit garnet, granulit garnet,


garnet peridotit
Bantimala: Sekis biru, eklogit

Barru:

Latimojong:

Pompangeo/Wasuponda: zeolite-eklogit

Palu: Eklogit, granulit, garnet peridotit


Hatur Nuhun
No Telp/WA: 085759296521

Email: sigitdermawan27@gmail.com

Instagram: dermawan_sigit

From West Java for Indonesia to the World through SDGs www.unpad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai