Anda di halaman 1dari 14

RESUME SISTEM PERSEPSI SENSORI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Dosen pengampu : Ibu Tri Antika RKP, M. Kep., Sp. Kep. M. B ;

Disusun oleh :
Rifma M Fathurrohman
220119
3B

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
2023-2024
Sistem Persepsi Sensori
Anatomi Fisiologi
Organ penglihatan terdiri dari
1. Bola mata ( Bulbus Okuli)
2. Alat penunjang (Adneksa)
3. Rongga orbita (Cavum orbita)

1. Bola mata (Bulbus Okuli)


• Pergerakan bola dihasilkan dari koordinasi antara otot okuler dan saraf kranial
(III, IV, dan VI)
• Tekanan intraokuler: 10-21mmHg
• Bola mata terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunica fibrosa oculi : cornea dan scelra
2) Tunia vasculosa oculi : choroidea, corpus siliare, dan iris
3) Tunica nervosa /tunica interna (sensori) Tunica fibrosa oculi

- Kornea
• Jaringan jernih (tidak mengandung pembuluh darah) dan bening
bentuknya lingkaran diameter 11-12 mm
• Pertemuan antara scelra dan kornea disebut korneosklera atau limbus
• Membentuk 1/6 dari bola mata, tebalnya 0,6-0,1
• Berfungsi merubah arah cahaya masuk ke dalam bola mata dan
mempunyai kekuatan refraksi sebesar 43 diopti, dipersarafi oleh nervus V
(saraf Trigeminus). Zat makanan masuk ke kornea melalui pemburuh
darah limbus dan sebagian oksigen diambil dari udara.
- Sklera
• Dinding bola mata, jaringan kuat, tidak bening, tidak kenyal tebal
1 mm
• Ada hubungannya dengan koroid
• Melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan bentuk biji
mata
• Bagian luar berwarna putih dan halus
• Membentuk 5/6 dari bola mata

Tunia vasculosa oculi


- Choroidea
Terletak antara scleara dan retina, kaya akan pembuluh darah, berfungsi untuk
memberi nutrisi pda bagian retina
- Corpus siliarea
Dimulai dari baris iris ke belakang sampai khoroidea. Terdiri dari otot siliare dan
proses siliare. Otot siliare berfuungsi sebagai akomodasi. Jika otot berkontraksi
maka akan menarik siliare dan kororida ke depan dan ke dalam, mengendorkan
zonula zenii sehingga lensa menjadi cembung. Fungsi proses siliare adalah
memproduksi humor aquos.
- Iris
• Membran yang berwarna, berbentuk sirkular menggantung dibelakang
kornea didepan lensa.
• Ditengah iris terdapat pupil yan mengatur banyk sedikitnya cahaya yang
masuk ke dalam mata
• Otot polosa ada 2 berbentuk sirkular sehingga pada saat kontraksi akan
terjadi pengecilan pupil dipengaruhi oleh cahaya, yang keduua tersusun
radier dari tepi pupil, bila berkontraksi menyebabkan dilatasi pupil.
Dipersyarafi oleh saraf simpatis

Tunica nervosa /tunica interna


- Retina
• Membran lunak
• Warnanya bening terletak di antara kaca dan khoroidea. Terdapat makula
lutea (bintik kuning), berdiameter 1-2 mm
• Yang berperan dalam ketajaman pengllihatan. Ditengah makula lutea
terdapat bercak mengkilap yaitu refleks fovea
• Ada sel batang dan sel krucut. Sel batang (bila intensitas cahaya rendah),
sel kerucut (bila cahaya terang)

2. Alat penunjang (Adneksa)


- Palpebra (kelopak mata) otot levator rektus, saraf kranial
Okulamotorius
- Otot penggerak bola mata, otot rekti (berjalan lurus) dan oblik (serong)
- Aparatur lakrimalis, sekresi dan eksresi
- Supercilium (alis mata)
- Conjungtiva, membran mukosa yang melapisi kelopak mta dan
meleipat bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus Proses
penglihatan

• Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap oleh mata, menembus kornea dan
diteruskan melalui pupil
• Intensitas cahaya yang telah diatur oleh iris untuk kemudian masuk menyesuaikan
dengan bukaan pupil diteruskan menembus lensa mata
• Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh tepat di bintik
kuning
• Pada bintik kuninf, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel batang, kemudian
disapaikan ke otak
• Cahaya disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehingga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat

Glaukoma
Galaukoma merupakan peningkatan tekanan intra okuler yang disebabkan
oleh saraf optikus, sehingga mengalami penurunan fungsi penglihatan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh gangguan aliran keluar humor aquos, dimana berupa cairan jernih
yang mengisi ke area okuli anterior dan posterior. Glaucoma disebabkan oleh
penurunan drainase mata, perubahan anatomy atau gangguan pada salah satu sistem
persepsi sensory, serta adanya Riwayat trauma, dan predisposisi factor genetic.
Faktor risiko galukoma diantaranya:
- Usia di atas 60 tahun
- Ras (kulit hitam)
- Genetic, Riwayat glaucoma pada keluarga
- Trauma atau injury pada mata
- Riwayat penyakit lain seperti diabetes dan penyakit jantung. Penggunaan
obat-obatan jenis kortikosteroid Klasifikasi glaucoma:

1. primer glaucoma sudut terbuka (open angel glaucoma): humor aqueous


mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabecular dan kanalis schem. 2. primer
glaucoma sudut tertutup (close angel glaucoma): terjadi peningkatan TIO karena
ada sumbatan aliran keluar humor aquos akubat okulsi trabecular oleh iris perifer.
3. glaucoma sekunder: peningkatan TIO sebagai manifestasi dari adanya
penyakit mata lain infeksi peradangan, trauma mata, tumor, katarak yang meluas,
penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari bilik anterior dan
Sebagian besar disebabkan oleh uveitis.
4. glaucoma kongenital: disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik.

Tanda dan gejala glaucoma:

Secara umum tanda dan gejala yang muncul adalah nyeri pada mata dan area
sekitarnya seperti orbita, kepala, gigi, telinga. Selain itu pasien juga mengalami
mual muntah. Adapun tanda gejala lainnya yang mungkin muncul diantaranya;
- Pandangan kabut
- Mual muntah, berkeringat
- Mata merah, hyperemia konjuctiva, dan siliar
- Visus menurun
- Edema kornea
- Bilik mata depan dangkal
- Pupil lebar lonjong, reflek terhadap cahaya (-)
- TIO meningkat

Patofisiologi
Glaucoma sudut tebuka >> herediter, degenerative >> sklerosa badan silier dan
jaringan trabekel, miopi yang progresif >> ruang posterior menyempit >> abstruksi
aliran aqueos humor >> peningkatan TIO Glaucoma sudut tertutup >> perubahan
anatomis (iris terlalu kedepan) >> obstruksi pada kanal schlem >> drainase aqueus
humor terganggu >> peningkatan TIO Penyakit mata lain (trauma, uveitis,
intrumesensi) >> penyempitan sudut mata atau obstruksi aliran drainase aqueus
humor >> peningktan TIO Kegagalan perkembangan organ mata, kelainan anatomis
>> gangguan aliran drainage >> peningkatan TIO Selanjutnya dari peningkatan TIO
dapat terjadi gejala-gejala klinis lain seperti diantaranya, tekanan pada saraf vagus
yang dapat menyebabkan rasa mual muntah sehingga pasien bisa mengalami
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan. Peningkatan TIO dapat mengakibatkan
tekanan pada sel ganglion dan saraf optic sehingga terjadi kerusakan retina dan
ganguan fungsi pengalihatan serta pasien mengalami reaksi fotofobia, penurunan
penglihatan, penurunan lapang pandang dan akhirnya mengalami kebutuaan. Selain
itu tekanan TIO juga membuat tekanan pembuluh darah di retina akibatnya suplai O2
ke mata menurun dan terjadi iskemik dan berisiko mengalami retinopati atau
kebutaan.

Penatalaksanaan
1 . farmakoterapi: diberikan obat-obatan seperti obat tetes dan obat minum. 2.
pembedahan: operasi laser mata, bedah konvensional, dan prosedur penyaringan.
3. pemgkajian focus: pemeriksaan tajam penglihatan (tonometry, gonioskopi,
oftalmoskopi) dan pemeriksaan lapang pandang.

Diagnose keperawatan dan intervensi

1 . nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO ) Intervensi:


- Kaji tingkat nyeri pasien dan pantau derajat nyeri setiap 30 menit selama fase
akut
- Pertahankan tirah baring yang dapat meningkatkan posisi semifowler -
Hindarkan Tindakan yang dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin,
mengejan)
- Berikan lingkungan yang gelap dan terang
- Kolaborasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum diberikan obat tetes
mata
- Kolaborasi pemberian analgesic narkotik jika klien mengalami nyeri hebat
dan evaluasi keefektifannya.
2 . gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan kerusakan seraut
saraf Intervensi:
- Kaji derajat kehilangan penglihatan
- Berikan support dalam mengekspersikan perasaan tentang kemungkinan
kehilangan penglihatan
- Sesuaikan lingkungan tentang kemungkinan kehilangan penglihatan
- Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan pasien - Latih
pasien melakukan Tindakan dengan keterbatasan penglihatan agar tetap aman
seperti mengantar perabot, memutar kepala ke subjek yang terlihat
- Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima pasien
- Observasi TTV
- Kolaborasi dalam pemberian farnakoterapi
3 . ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatannya Intervensi:
- Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri dan pengetahuan tentang
perkembangan penyakitnya
- Berikan informasi yang jujur dan akurat
- Diskusikan bahwa dengan pengobatab dan pengawasan dapat menurunkan
resiko kehilangan dan pengawasan dapat menurunkan resiko kehilangan
penglihatan
- Dukung pasien untuk mengakui masalah dan cara mengekspersikan
perasaannya
- Identifikasi sumber sosial supportif bagi pasien
- Pbservasi TTV
- Pertahankan kondisi yang membuat pasien tenang, rileks
- Berikan reinforcement positif dan support sosial

Askep katarak
Hilangnya transparansi lensa akibat adanya kekeruhan pada lensa mata.
Kekeruhan ini akan menyebabkan sinar terhalang masuk ke mata, sehingga timbul
gejala penurunan penglihatan. Akibatnya penderita katarak tidak bisa melihat dengan
jelas. Lensa yang keruh menyebabkan cahaya sulit masuk mencapai retina sehingga
menimbulkan bayangan kabur pada retina. Akibat koagulasi, adanya perubahan
kimiawi dari kandungan protein lensa yang berubah menjadi tidak larut
- Etiologi
• Biologic : faktor usia (degenerasi) dan genetic
• Fungsional : adanya akomodasi yang kuat ( intoksikasi ergot, keaadan tatani,
aparathyroideisme)
• Imunologic
• Gangguan lokal lensa mata : gangguan nutrisi pada lensa, efek radiasi cahaya,
gangguan permeabilitas kapsul lensa
• Gangguan metabolisme umum
1) Devisiansi vitamin dan gangguan endokrin
( DM, hiperparathyroidae)
2) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit -
Faktor resiko
• Faktor usia. Kelompok usia lanjut menjadi salah satu penyebab dari
katarak, dimana anfis dari mata mengalami penurunan, umumnya usia 50
tahun keatas disebut katarak senile
• Uisa anak. Kongenital yang di sebabkan karena adanya peradangan sejak
kehamilan/keturunan
• Faktor genetik
• Gender wanita lebih beresiko karena: 1) Adanya faktor penyakit DM
2) Pola hidup merokok, alkohol
3) Penggunaan obat-obatan steroid jangka waktu lama
4) Tingkat pendidikan, ekonomi
5) Lingkungan fisik : radiasi, sinar UV

- Klasifikasi katarak
1. Katarak Developmental
Akiba kegagalan proses pertumbuhan : katarak kongenital (sejak lahir usia <1
tahun), katarak Juvenil (1-30 tahun)
2. Katarak Degeneratif
Akibat proses degenerasi pada kelompok usia: katarak senile (>50 tahun).
Kekeruhan terjadi pada bagian perifer korteks atau sekitar nucleus, sehingga
penglihatan semakin kabur
3. Katarak Kompikata
Terjai akibat komplikasi yng muncul dari suatu penyakit mata/sistemik
4. Katarak Traumatik
Terjadi akibat suatau trauma yang baik secara langsung maupun tidak
langsung
- Tanda dan Gejala
1. Penurunan ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh tebal tipisnya kekeruhan
2. Pasien mengeluh adanya berack hitam pada lapang pandang
3. Diplopia atau poliopia
4. Munculnya bayngan halo

- Penatalaksanaan
Farmakologi terapi
• Obat obatan lokal sistemik
• Pemberian obat obatan sebagai perawatan preoperasi dan post operasi
1) Obat tetes
2) Antibiotik
Pembedahan
Ekstensi katarak merupakan tindakan paling tepat untuk dapat mengobati katarak
- Pengkajian
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Riwayat kesehatan pasien
3. Kaji TTV
4. Test pra operasi : hitung darah lengkap, EKG, urinalisis
5. Riwayat pengkonsumsian obat-obatan (antikoagulan)

- Diagnosa Kep
• Kecemasan b.d ancaman kehilangan penglihatan
• Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d perubahan penerimaan
sensorik, atau statis organ penglihatan
• Resiko injuro b.d penurunan ketajaman penglihatan

- Intervens kep
Pre operasi
• Kaji ketajaman penglihatan
• Kondisikan lingkungan yang aman agar terhindar dari resiko cedera
• Kaji tingkat cemas sebelum tindakan operasi dan setelah tindakan Post
oeprasi

• Kaji level nyeri


• Ajarkan pain management
• Bila level nyeri meningkat kolaborasikan pemberian analgetik
• Berikan asupan nutrisi adekuat
Askep Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan
1. Telinga luar (External Ear)
Auricle : dan saluran telinga bagian luar terdiri dari rambut, kelejar sbasea, kelenjar
ceruminous yang mengeluarkan at berwarna coklat seperti lilin> serumen (ear wax)
yang berfungsi menjaga gendang telinga lentur dan berperan dalam menangkap debu
2. Telinga tengah (middle ear)
- Tuba Eustachius
Berfungsi sebagai saluran drainase sekresi normal dan abnormal pada middle
ear dan menyamakan tekanan pada telinga tengah dengan tekanan atmosfer sehingga
gendang telinga dapat bergetar dengan baik
- Membran timpani
Berwarna abu-abu, sangat tipis diameter 1cm. Berfungsi melindungi telinga
tengah dan merambatkan getaran suara dari saluran telinga
3. Telinga bagian tengah
Terdiri dari 3 tulang yang paling kecil yaitu malleus, incus, stapes. Terdapat pula
organ untuk pendengaran (cochlea), keseimbangan (semicircular canals), nerus VII
dan nervus VIII.
- Membranus labyrinth
- Organ of Corti : Organ corti mengubah energi mekanik menjadi aktifitas neural
dan memisahkan suara menjadi frekuensa yang berbeda

- Fungsi pendengaran
Dilakukan dengan 2 cara udara dan tulang
• Suara yang ditransmisikan oleh udara berjalan melalui air-filled external dan
middle air melalui getaran membran timpani dan ossicles
• Suara yang ditransmisikan oleh tulang berjalan melalui tulang ke inner eir
melewati membran timpani dan ossicle
• Normlalnya, kondisi udara lebih efisien. Namun, kerusakan pada membran
timpani atau gangguan pada ossicular mengganggu kondisi udara normal,
yang mengakibatkan berubahnya rasio suara dengan tekanan dan
menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran Balance and Equilibrium
• Keseimbangan tubuh di maintain oleh kerjsama muscle dan joints pada tubuh
(proprioceptive system), mata (visual), dan labirin
• Daerah ini mengirimkan informasi tentang equilibriusm, atau balance ke otak
(cereberall system) untuk koordinasi dan persepsi ke cerebral cortex.
• Brain memperoleh supply darat dari jantung dan arterial system
- Assessment
1. Whisper test
• Mendengar kemampuan pasien mendengar bisikan
• 1 telinga pasien ditutup
• Pemeriksaan berbisik pelan dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga pasien
yang tidak ditutup.
2. Weber Test
• Menggunakan konduksi tulang>menguji lateralisasi suara
• Seseorang dengan pendengaran normal akan mendengar suara yang sama
di kedua telinga
• Gangguan konduktif (otosklesosis dan otitis media) suara terdengar labih
baik di telinga yang terkena
• Gangguan sensorineural (kerusakan pada saraf cochlea atau
vestibulocochlear) suara lateralisasi ke telinga pendengaran yang lebih
baik
3. Rinne Test
• Berguna untuk membedakan gangguan pendengaran konduktif dan
sensorineural
• Gangguan konduktif, suara yang dilakukan oleh tulang didengar
sepanjang atau lebih lama dari suara yang dilakukan di udara
• Gangguan sensorineural, air conducted sound is audiable longer than
boneconducted sound
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Penglihatan (Otitis Media Supuratif Kronik):
a. Otitis Media Supuratif;
1. Otitis media akut,
Peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Terjadi akibat pertahanan tubuh terganggu atau
adanya sumbatan tuba eustachius, infeksi saluran napas atas. Stadium:
St. 1 Oklusi tuba eustachius: adanya retraksi membrane timpani, dan membrane
timpani keruh.
St. 2 Hiperemis: Pembuluh darah melebar di membrane timpani dan secret eksudat
St. 3 Supurasi: Edema hebat mukosa telinga, adanya sakit, dan nadi serta suhu
meningkat
St. 4 Perforasi: Ruptur membrane timpani dan keluar nanah
St. 5 Resolusi: Perlahan akan normal bila membrane timpani utuh, secret berkurang
namun jika tidak akan berubah jadi OMSK
2 . Otitis media kronis (OMSK )
Bakteri streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, dan moraxella
catarrhalis, menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada mukosa, sehingga ada
iritasi pada ossicle yang diikuti oleh pengeluaran eksudat dan trerjadi lebih dari 6
minggu.
Manifestasi klinis: Ototthea, nyeri, otoscopic, demam, batuk pilek dan telinga terasa
penuh, Cholestatoma, audiometrik
b. Otitis Media Non Supuratif;
1. Otitis media serosa akut,
2. Otitis media serosa kronis
Komplikasi
- Meningitis dan abses otak, mastoiditis
- Miringotomi: Tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani untuk
mengeluarkan secret
- Timpanosintesis: fungsi pada membrane timpani untuk mendapatkan secret guna
pemeriksaan mikribiologik
- Komplikasi miringotomi
- Perdarahan, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada n.facialis

Manajemen OMSK
- Sunctioning dengan hati-hati menggunakan bantuan mikroskopik
- AB drops atau powder: mengurangi keluaran secret
- AB sistemik hanya untuk kondisi akut
- Surgical management: tympanoplasty, ossiculoplasty, mastoidectomy

Pengkajian pada pasien OMSK


- Erythema
- Edema
- Otorrhea
- Lesion
- Odor and color of discharge
- Tinnitus
- Nyeri pada telinga
- Pusing
- Pemeriksaan otoskop
Diagnose keperawatan pada pasien mastoidectomy
1. kecemasan b.d prosedur operasi, risiko kehilangan pendengaran, risiko gangguan
pengecapan, dan risiko gangguan motoric pada wajah
2. nyeri akut b.d operasi
3. risiko infeksi b.d mastoidektomi, penempatan graf
4. gangguan persepsi sensori pendengaran b.d gangguan pendengaran atau operasi
5. risiko injury b.d gangguan operasi telinga, insisi dan graft
6. kurang pengetahuan b.d penyakit mastoid, prosedur operasi, dan perawatan post
operasi

Intervensi keperawatan pada pasien mastoidectomy


- mengurangi kecemasan
- mengurangi nyeri
- mencegah infeksi
- meningkatkan kemampuan pendengaran
- mencegah injury
- mencegah gangguan persepsi sensori
- meningkatkan penyembuhan luka

Vertigo
- Seolah-olah penderita bergerak/berputar
- Seolah olah di sekirat berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan
- Bisa berlangsung beberapa jam/hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
diam.
- Jenis Vertigo
• Vertigo Periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan
• Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu orggan bagian dalam telingan yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal
dalam otak, khususnya bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan
otak dan serebelum (otak kecil)
- Etiologi Vertigo
• Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak semntara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak)
• Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam
• Infeksi telinga agian dalam karena bkteri
• Peradangan pada saraf vestibular
• Penyakit meniere
• Kanalis neurologis
• BPPV dapat dikaitkan dengan riwayat cedera kepala atau gangguan
vestibular seperti vestibular neuritis
- Vestibular Neuritis
• Vestibular Neuritis bersifat akut, vertigo yang dirasakan lama dan parah.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus disaraf kranialis VIII,
virusnya yaitu virus herves simplex
• Manifestasi yang sering daialami pasien vestibular neuritis ialah vertigo
yang parah dalam 1 atau 2 hari kemudian membaik dalam beberapa
minggu.
- Vestibular Migraine
• Sering menyebabkan vertigo, sakit kepala dan fotopobia. Migraine ini
disebabkan karena adanya disregulasi aktivitas saraf yang abnormal. Ini
dicetuskan oleh adanya vasokontriksi pda cerebrovascular dan hipoksia,
depolarisasi saraf menimbulkan sakit kepala.
• Gejala lain yaitu penurunan kemampuan mendengar dan tinitus.
Gejalanya dapat terjadi karena kekurangan tidur, menstruasi, dan
melewatkan waktu makan
- Meniere’s Disease
• Ada 3 gejala khas pada penyakit ini yaitu vertigo, gangguan pendegaran,
tinnitus. Vertigo jenis ini dapat dikendalikan dengan merubah gaya hidup
dan pengobatan
• Gangguan regulasi cairan endolimfe menyebabkan pembengkakan pada
komparemen endolimfe.
- Manifestasi Klinis
• Mual
• Instabilitas postural
• Pendegaran kabur
• Nyeri
• Problem emosional seperti kecemasan.
- Pemeriksaan penunjang
Dengan test Romberg, tes ini untuk membedakan lesi propriseptif atau lesi
cerebellum.
- Pengkajian
Kaji riwayat vertigo :
• Onsetya apakah tiba-tiba atau berlasngsung secara gradual
• Kaji vertigo dirasakan minggu atau bulan ini
• Riwayat vertigo sebelumnya  Memperberat memperingan
• Ada gejala gangguan saraf lain?
• Adanya penurunan pendengaran tau tinnitus
- Diagnosa Kep
• Resiko cedera b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
• Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama
• Nyeri akut b.d stres dan tekanan\
- Intervensi Kep
• Mengkaji TTV pda saat vertigo dirasakan
• Berikan informasi kepada pasien terkait vertigo
• Mencegah jatuh (menempatkan tempat tidur pasien dengan posisi yang
rendah menempatkan tombol bantuan di dekat pasien)
• Kolaborasi pemberian medikasi untuk menghentikan serangan vertigo
• Kolaborasi pemeriksaan penunjang lain seperti CT-Scan
Polip
Polip adalah sebuah pertumbuhan abnormal yang lembut, tidak menimbulkan nyeri dan
bukan termasuk kanker yang tumbuh pada bagian hidung atau bagian sinus. Pertumbuhan
polip biasanya berwarna agak kuning atau pink. Pertumbuhan polip dapat terjadi pada salah
satu atau kedua lubang hidung individu yang terinfeksi. Polip dapat tumbuh secara
berkelompok, cluster atau sendiri dan polip tumbuh dalam bentuk seperti tetesan air.
Pertumbuhan polip yang besar dan banyak akan menyebabkan terhalangnya jalan nafas dan
penderita mengalami kesulitan bernafas. Infeksi polip sering terjadi dengan tidak disertai
tanda dan gejala. Polip umum terjadi pada dewasa dengan usia diatas 40 tahun. Polip dapat
menginfeksi baik laki-laki maupun perempuan.
Polip sering dikaitkan dengan beberapa penyakit kronis seperti asma, alergi, gangguan imun
tertentu, dan recurrent infection.
Etiologi polip disebabkan oleh infeksi pada mukosa hidung. Mukosa adalah lapisan basah
yang berfungsi menjaga bagian dalam hidung dan sinus tetap terlindungi dan menjaga udara
tetap lembab. Polip dapat terjadi karena adanya infeksi pada mukosa yang terjadi lama
sehingga terjadi pertumbuhan polip, namun beberapa orang tidak mengalami infeksi nasal
untuk menderita polip. Banyak hal yang dapat menyebabkan polip tumbuh seperti, asma,
sensitivitas pada obat seperti aspirin dan ibuprofen, alergi, sensitif pada jamur di udara dan
penyakit kronis yang menyebabkan cystic fibrosis berpengaruh pada organ seperti hati, paru-
paru, pankreas dan intestinal.
Gejala pada penderita polip adalah :
Hidung tersumbat atau pilek
Lemahnya indera penciuman
Nyeri kepala
Sakit kepala
Hilangnya indera perasa
Sesak saat tidur
Mengorok saat tidur
Gatal di sekitar mata
Gangguan nafas dengan hidung
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
Nasal endoscopy
CT Scan
Uji alergi
Cystic Fibrosis Test bagi anak yang didiagnosa polip
Penatalaksanaan pada pasien dengan polip dapat dengan melakukan beberapa penanganan
seperti :
Nasal steroid spray yang berguna untuk mengurangi inflamasi dan menghilangkan polip
( Fluticasone, Budesonide, Mometasone )
Nasal steroid tablets dapat digunakan jika penggunaan spray tidak efektif.
Antihistamin dapat digunakan dengan cara kerja mengobati alergi
Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi kronis atau recurrent infection
Operasi polypectomy dianjurkan pada pasien apabila polip tidak berkurang dengan
penggunaan obat. Polypectomy dilakukan dengan menghilangkan polip menggunakan alat
medis yang telah disiapkan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan polip adalah :
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing di jalan nafas
Gangguan oksigenasi
Ansietas b.d rencana operasi
Nyeri akut
Resiko infeksi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan nafas pada klien
Memposisikan semi fowler kepada klien untuk memaksimalkan ventilasi
Mengkaji TTV

Daftar Pustaka
Prastya, A. (2019). AsuhanKeperawatan dengan gangguan oksigenasi: kebersihan jalan nafas
tidak efektif terhadap Ny. P pada kasus Preoperatif polip di RuangBedah RSD Mayjend HM
RyacuduKotabumi Lampung Utara 16-18 Mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai