Anda di halaman 1dari 19

Islamic Culture

Studies for College

Sejarah
Perkembangan Hadis

Ahmad Mujaddid
Almaz Rizqullah
Gema Gita Reformasi
Fokus Pembahasan
Periode satu; Sejarah
Definisi Hadist dan Kodifikasi Hadist (zaman
01 Kodifikasi 03 Khulafaur Rasyidin)

Periode dua; Sejarah Periode tiga; Sejarah Kodifikasi


Kodifikasi Hadist (zaman Hadist (zaman Sahabat keci; dan
02 Rasulullah SAW) 04 Tabi’in)

Periode empat; Metodelogi Penulisan,


05 tujuan, Fungsi, dan manfaat,
A. Pengertian Hadits
Kata ) ‫ اَ ْل َح ِديْث‬bentuk jamak : ‫ َ ُح ْدثَان‬,‫لَ َ َحا ِديْث‬
َْ َ ‫ )أ‬secara etimologi merupakan
isim mashdar dari kata kerja : ‫ َ َح ِد ْيثًا‬- ‫ِيث‬
َُ ‫ث – َيَحْ د‬
ََ ‫َح َد‬ yang berarti
“komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama maupun
duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual”
Penggunaan dalam bentuk kata sifat (adjective), mengandung arti :
(1)berarti ‫ ” َأَ ْل َج ِد ْي َُد‬al-Jadid” (sesuatu yang baru), lawan kata dari ‫ " َأَ ْلقَ ِد ْي َُم‬al-
Qadim" (sesuatu yang lama), (2) berarti ‫"اَ ْل َخبَ َْر‬al-Khabar” (berita), yaitu,
sesuatu yang dipercakapkan atau dipindahkan dari seseorang kepada
ُ ‫"َأ َ ْلقَ ِري‬al-Qarib" ( sesuatu yang dekat).
orang lain, dan (3) berarti َ‫ْب‬
Dengan demikian pemakaian kata ‫ َح ِديْث‬di sini seolah-olah dimaksudkan
untuk membedakannya dengan al-Qur’an yang bersifat ‫ا َ ْلقَ ِد ْي َُم‬
‫‪Hadits di dalam Al-Qur’an‬‬

‫‪Komunikasi religius, pesan atau‬‬


‫َم ۡنهَُ ُجلُ ۡودَُالَّذ ِۡينَ َ َي ۡخش َۡو َ‬
‫نََربَّ ُه َۡمَۚث ُ َّمَت َ ِل ۡي ُنَ‬ ‫ىََۖت َۡق َ‬
‫ش ِع ُّر ِ‬ ‫َ هّللَاَُن ََّزلََا َ ۡح َسنَ َ ۡال َحد ِۡي ِِ‬
‫ث ِك ٰتبًاَ ُّمتَشَا ِب ًهاَ َّمثَانِ َ‬
‫‪ayat Qur’an‬‬
‫)‪(QS. Az Zumar : 23‬‬ ‫َم ۡنَهَادَ‬
‫َّللَاَُمَ َماَلَهم ِ‬ ‫َؕو َم ۡنَي ۡ‬
‫ُّض ِل ِل هَ‬ ‫شا ٓ َُءَ َ‬ ‫ِىَبِ ٖهَ َم ۡنَيَّ َ‬ ‫َؕذَلِكَ َ ُه َد ه‬
‫ىَّللَاَِيَهۡ د ۡ‬ ‫َوقُلُ ۡوبُ ُه ۡمَا ِٰلىَذ ِۡك ِر هَِ‬
‫َّللَاَ ٰ‬ ‫ُجلُ ۡو ُد ُه ۡم َ‬

‫‪Cerita duniawi, atau kejadian‬‬ ‫ض ۡواَمِ ۡىَ َحد ِۡي ٍ‬


‫ثِ غ َۡي ِرَٖهَ َ‬
‫َؕواِ َّماَ‬ ‫ع ۡن ُه ۡمَ َحتهىَ َي ُخ ۡو ُ‬
‫ضَ َ‬ ‫ض ۡونََمِ ۡۤۡى َٰا ٰيتِنَاَمَا َ ۡع ِر ۡ‬
‫اَرا َ ۡيتَ َالَّذ ِۡينَ َ َي ُخ ۡو ُ‬
‫َواِ َذ َ‬
‫‪alam pada umumnya‬‬ ‫ش ۡي ٰط ُنَمَ ََلَت َۡقعُ ۡدَبَعۡ َدَالذّ ِۡك ٰرىَ َم َع ۡ‬
‫َالقَ ۡو ِمَال ه‬
‫ظ ِل ِم ۡينََ‬ ‫ي ُۡن ِسيَنَّكَ َال َّ‬
‫)‪(QS.Al An‟am : 68‬‬

‫)‪Cerita Sejarah (historical stories‬‬ ‫َوه َۡلَا َ ٰتٮكَ َ َحد ِۡي ُِ‬
‫ث ُم ۡوسٰ ى‬
‫)‪(QS. Thaha : 9‬‬

‫علَ ۡي ِهَ َ‬ ‫حد ِۡيثًاِۚ مَلَ َّماَنَـبَّا َ ۡتَبِ ٖه َ‬


‫َوا َ ۡظ َه َرهُ ه‬ ‫ضَا َ ۡز َو ِاج ٖهَ َ‬ ‫ىَا ِٰلىَبَعۡ ِ‬ ‫َوا ِۡذَا َ َ‬
‫س َّرَالنَّبِ ُّ‬
‫‪Rahasia atau pecakapan‬‬
‫فَبَعۡ َ‬
‫ضهمَ‬ ‫ع َّر َ‬ ‫َّللَاَُ َ‬
‫ع ۡۢۡنَ َبعۡ ضََۚمَلَ َّماَنَـبَّاَهَاَ ِب ٖهَقَالَ ۡتَ َم ۡنَا َ ۡۢۡن َباَكَ ٰ‬
‫)‪(QS. At Tahrim : 3‬‬ ‫َال َع ِل ۡي ُم ۡ‬
‫َه َذاََؕقَالََنَـبَّاَنِى ۡ‬
‫َال َخ ِبَْي َُر‬ ‫َ‬ ‫ضَ َ‬ ‫َوا َ ۡع َر َ‬
Definisi Para Ahli
Menurut Ahli Hadits Menurut Ahli Ushul Fiqh
ِ‫ملسو هيلع هللا ىلصِم ْنِقَ ْو ٍلِأَ ْوِ ِف ْع ٍلِأ َ ْوِت َ ْق ِري ٍْرِأَ ْو‬
ِ ِ‫ُكلُِّ َماِأَث َ َرِع َِنِالنَّ ِبي‬ َ ُ‫ِو ْاف َعلُه‬
ِ‫ِوت َ ْق ِري َْرِاَتُهُِاَلَّ ِتى‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫ِو‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ِ‫صلَّىِهللا‬ َ ِ‫ي‬َ ‫قوالَِالنَّ ِب‬
ْ َ‫ا‬
َ
ِ‫س َوا ٌءِأكَانَ ِذ ِلكَ ِقَ ْبلَِا ْلبِ ْعثَ ِة‬ َ ِ‫سي َْر ٍة‬ ِ ِ‫ِصفَةٍِ َخ ْل ِقيَّةٍِأ َ ْو‬ ‫ِوتُقَ َّر ُر َها‬ ْ ُ‫تُثَبَّت‬
َ ‫ِاْلَ َحكَا َم‬
‫أ َ ْمِبَ ْع َد َها‬ “Seluruh perkataan Nabi Muhammad
“Segala sesuatu yang bersumber dari SAW. Perbuatan, taqrirnya yang
Nabi Muhammad SAW. Dalam berkaitan dengan hukum-hukum
bentuk ucapan, penetapan, sifat syara‟ dan ketetapannya.”
baik itu perangai atau terkait fisik Menurut Ahli Fiqh
ataupun sepak terjang ِ ‫ِولَ ْمِيَك ُْن‬
ِ‫ِم ْن‬ َ ‫سلَّ َم‬ َ ‫ِو‬َ ‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫ُكلُِّ َماِثُبِتَ ِع َِنِالَّنبِيِّص‬
َ ِ‫َلى ِ ّلّلا‬
perjuangannya, baik sebelum ِِ ‫اج‬
‫ب‬ ِ ‫ِو َْلِا ْل َو‬ َ ‫ض‬ ِ ‫بِا ْلفَ ْر‬ ِ ‫بَا‬
maupun sesudah diagkat menjadi “Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi
Rasul.” Muhammad SAW. Yang tidak
bersangkut paut dengan masalah-
masalah Fardhu atau Wajib.”
B. Kodifikasi
Pencatatan norma yang telah dihasilkan oleh pembakuan
dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman lafal,
pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah, atau kamus.
C. Sejarah Perkembangan Kodifikasi
Hadits dari Masa ke Masa.

Sebagaimana telah dikaji pada pertemuan sebelumnya


Sejarah Perkembangan Hadits terbagi dari beberapa periode.
Para ulama sejarah berbeda pendapat dalam membagi
periode perkembangan hadits. Dalam makalah ini kami
mengambil pembahasan 4 periodesasi berkembangnya
Hadits dan Kodifikasinya.
I. Periode I (Masa Rasulullah SAW)
)‫„ (عصرِالوحيِوِالتكوين‬
Ashar al-Wahyi wa al-Takwin periode awal
ini bercerita tentang
(Turunnya Wahyu dan Pembentukan
Masyarakat Islam.)

Pada masa ini hadits lahir berupa sabda (aqwal), af‟al


dan taqrir dari Nabi SAW dengan tujuan menjelaskan isi
dalam al-Qur’an serta menegakkan syari’at syari’at Islam
dan membentuk identitas kaum muslim. Sahabat dan
para kaum menerima hadits dari Rasulullah SAW secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
misalnya. Saat Nabi Muhammad SAW berceramah,
berkhutbah, majelis ta’lim, serta jawaban dari pertanyaan
yang diutarakan oleh para sahabat. Adapun secara tidak
langsung misalnya mendengar dari para sahabat yang
lain atau utusan-utusan yang lain.
Cara penerimaan hadits pada periode awal tentu sangat berbeda dengan
periode periode berikutnya. Penerimaan hadits dilakukan kepada sahabat dekat
beliau. Seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib dan juga dari kalangan sahabat-sahabat yang lain.

Para sahabat Nabi yang banyak menerima hadits diantaranya adalah :


• Kelompok Yang Pertama Masuk Islam : Abu Bakar, Umar, Usman, Ali,
Abdullah bin Mas’ud
• Kelompok Yang sering membersamain Rasulullah SAW dan berusaha
menghafalnya : Abu Hurairah, Abdullah bin Amr bin Ash (berusaha
menulis)
• Kelompok Yang hidupnya lama setelah Nabi SAW, mendapati dari
sesama Sahabat : Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas.
• Kelompok yang erat hubungannya dengan Nabi SAW : Ummul
Mukminin; Aisyah dan Ummu Salamah.
II. Periode Kedua: Perkembangan Hadist Pada
Masa Khulafaur Rasyidin 11-40 H

Kelahiran hadis sebagaimana dimaksud terkait langsung dengan pribadi Nabi


Muhammad SAW, sebagai sumber hadis, dimana beliau telah membina umatnya
selama kurang lebih 23 tahun, dan masa tersebut merupakan kurun waktu
turunnya wahyu (al-Qur’an), berbarengan dengan itu keluar pula hadis. Lahirnya
hadis pada masa Nabi adalah adanya interaksi Rasullah sebagai mubayyin
(pemberi penjelasan) terhadap ayat-ayat al-Qur’an kepada sahabat atau umat
lainnya, dalam rangka penyampaian risalah, dan juga karena adanya berbagai
persoalan hidup yang dihadapi oleh umat dan dibutuhkan solusi atau jalan
pemecahannya dari Nabi SAW, lalu para sahabat memahami dan menghafal apa
yang telah diterimanya dari Nabi SAW.

• Periode kedua disebut ‘asr tatsabbut wa al-iqlal min


al riwayah, yakni zaman pematerian dan
penyederhanaan atau penyedikitan Riwayat.
• Pada masa khulafaur rasyidin sangat menjungjung
tinggi amanat dari Rasulullah terkait pedoman hidup
dengan Al-Quran dan Hadist.
Perhatian Khulafaur Rasyidin
terhadap hadist

para khulafaur rasyidin dan para sahabat berusaha


para sahabatnya berpegang mentablighkan segala
teguh bahwa hadist adalah hadist yang diterima
dasar tasyri’, mereka.

Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kalangan
sahabat sangat berhati-hati dalam menerima dan
meriwayatkan hadis. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya menjaga kemurnian al-Qur’an agar tidak
tercampur dengan hadis, selain itu juga untuk
menjaga keorisinalitas hadis tersebut.

Kodifikasi dilakukan berdasar perintah khalifah Umar bin Abdul


Aziz, khalifah kedelapan Bani Umayyah yang kebijakannya
ditindaklanjuti oleh ulama diberbagai daerah hingga pada
masa berikutnya hadis terbukukan dalam kitab hadis
• Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa Khulafa’
Rasyidin (Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali
ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai
dengan 40 H. Masa ini disebut dengan masa sahabat besar.

• Pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada


pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’an, maka periwayatan hadis
belum begitu berkembang dan masih ada pembatasan dalam
periwayatan. Oleh karena itu para ulama menganggap masa ini
sebagai masa pembatasan periwayatan
Khulafaur Rasyidin
Usman ibn Affan
Abu Bakar al-Shiddiq 03 Secara umum, kebijakan Usman tentang
• Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang periwayatan hadis tidak jauh berbeda dengan
01 pertama-tama menunjukkan kehati-hatiannya kebijakan dua khalifah sebelumnya. Hal ini
dalam periwayatan hadis. terbukti ketika Usman memiliki kesempatan
• Sikap Abu Bakar yang sangat berhati-hati untuk berkhutbah, dalam khutbahnya Usman
dalam periwayatan hadis mengakibatkan meminta kepada para sahabat untuk tidak
hadis yang diriwayatkan pun relative sedikit banyak meriwayatkan hadis yang mereka
tidak pernah mendengar hadis itu pada masa
Umar ibn al-Khattab Abu Bakar dan Umar.
02 • Umar juga dikenal sebagai sahabat yang
Ali ibn Abi Thalib
sangat berhati-hati dalam periwayatan
hadis, seperti halnya Abu Bakar.
04 Ali hanya bersedia menerima riwayat hadis
• Kebijaksanaan Umar inilah yang setelah periwayat hadis yang bersangkutan
kemudian mampu menghalangi orang- mengucapkan sumpah, bahwa hadis yang
orang yang tidak bertanggungjawab disampaikannya itu benar-benar berasal dari
untuk melakukan pemalsuan-pemalsuan Nabi. Ali tidak meminta sumpah hanya jika
hadis. periwayat benar-benar telah dipercayainya.
III. Periode ketiga: perkembangan hadist pada
masa sahabat kecil dan tabi’in

• Periode ini disebut dengan ‘ashr intisyar al Riwayat ila al amshar


yakni masa penyebaran riwayat ke kota kota/daerah-daerah. Pada
masa ini daerah Islam meluas, yakni ke daerah Syam Irak, Mesir,
Samarkand bahkan pada tahun 93 Hijriyah sampai ke Spanyol.

• Pengamalan agama pada generasi setelah sahabat, yakni sahabat


kecil dan tabi'in, yang memerlukan untuk mengetahui hadits-
hadits Nabi saw, mereka kemudian berangkat mencari hadits,
menanyakan dan belajar dari para sahabat besar yang sudah
tersebar di seluruh pelosok wilayah daulah Islamiyah.
IV. Periode Keempat (100-200 H)

Ashr al-kitabah wa al-tadwin


‫عصرِالكتابةِوِالتدوين‬

Motif Pembukuan
1. Banyaknya para penghafal hadits yang meninggal dimedan perang
2. Problema Periwayatan
3. Pemalsuan hadits yang semakin memuncak
4. Konflik antar kelompok (firqah) ideologi semakin berkembang.
5. Umat islam siap secara lahir dan batin dalam pentadwinan hadits.
Tujuan, Fungsi dan Manfaat
1. Kepentingan agama : Pemeliharaan Syariat
2. Kepentingan Umat : Pelaksanaan agama,
Istinbat Hukum, menghindari kekaburan hadits
Surat Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada
Gubenur.
Periode kelima (200-300 H)
Al-Asyra Al-Tajrid wa Al-Tashhih Wa Al-Tankih
‫عصرَالتجريدَوَالتصححَوَالتنقيح‬

Periode Keenam (300 H dan seterusnya)


Aashhru al tahdzib wa al tartib wa al istidrak wa al jam'i
‫عصرَالتهذيبَوَالترتيبَوَاإلستدراكَوَالجمع‬

Periode Ketujuh (Mutaakhirin):


Ashru al syarh wa al jam'i wa al takhrij wa al bahts an
al riwayah
‫عصرَالشرحَوَالجمعَوَالتخرجَوَالبحثَعنَالرواية‬
Terima
Kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai